Anda di halaman 1dari 13

PENDAFTARAN TANAH DAN HAK ATAS TANAH

Disusun untuk memenuhi tugas Hukum Agraria

Dosen Pengampu:

Dr. iin Ratna Sumirat, S.H.,M.Hum

Disusun oleh Kel 2

HES A / 4

Aneka Rosani 1911

Annisa Dzulqaidah 1911

Difa Paramadina A 1911

Dini Berliani 1911

Hijaj Mabruri 1911

Khairunnisa 1911

M. Faqihuddin 1911

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UIN SULTHAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dengan judul “pendaftaran tanah dan hak atas
tanah” dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami ucapkan, Terima Kasih.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan Banyaknya tanah di Indonesia yang belum bersertifikat tentunya disebabkan


oleh berbagai actor yang menyebabkan masyarakat tidak mendaftarkan hak milik atas
tanahnya. Adanya anggapan yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan sertifikat
memerlukan waktu yang lama serta prosedur yang berbelit-belit juga biaya yang mahal
merupakan actor yang tidak dapat di pungkiri. Selain itu juga ada masyarakat yang masih
memiliki kesadaran hukum rendah dapat pula mempengaruhi masyarakat tidak
mendaftarkan tanahnya. Secara konstitusional, Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 33
ayat 3 telah memberikan landasan bahwa bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Dari ketentuan dasar ini dapat kita ketahui bahwa kemakmuran rakyatlah yang
menjadi tujuan utama dalam pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa, serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang kemudian dicantumkan dalam Undang-
Undang No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria atau dikenal dengan (UUPA). Yang
memungkinkan para pihak-pihak yang berkepentingan untuk dengan mudah mengetahui
hukum yang berlaku dan wewenang serta kewajiban yang ada atas tanah yang dipunyai.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Pendaftaran Hak Atas Tanah Menurut Peraturan


Perundang-undangan Yang Berlaku?

2. Apakah Faktor-Faktor Permasalahan Pelaksanaan Pendaftaran Hak Atas Tanah?

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui pengaturan pelaksanaan pendaftaran Hak Atas Tanah

2. Mengetahui factor- factor permasalahan pelaksanaan pendaftaran ha katas tanah

3.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar hukum dan pengertian pendaftaran tanah

1. Dasar Hukum pendaftaran Tanah dan pendaftaran hak – hak atas tanah Dasar hukum
pendaftaran Tanah antara lain sbb :

a) Pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 (UUPA)


UUPA (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960; LN Nomor 104) menyebutkan untuk
menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Pendaftaran tanah ini menjadi kewajiban bagi pemerintah maupun pemegang hak atas
tanah. Ketentuan tentang kewajiban bagi Pemerintah untuk menyelenggarakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia diatur dalam Pasal 19 UUPA,4
yaitu:
1. Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh
rakyat Indonesia, menurut ketentuanketentuan yang diatur dengan peraturan
pemerintah.
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat
keperluan lalulintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut
pertimbangan Menteri Agraria.
4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biayabiaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termasuk dalam ayat (1) di atas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang
tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

b) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah , yang


menyempurnakan dan mencabut PP No. 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran
tanah.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 merupakan bentuk pelaksanaan


pendaftaran tanah dalam rangka rechtkadaster (pendaftaran tanah) yang bertujuan
memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
tanah, dengan alat bukti yang di hasilkan pada akhir proses pendaftaran tanah
tersebut berupa Buku Tanah dan sertifikat tanah yang terdiri dari Salinan Buku
Tanah dan Surat Ukur.7 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dan menentukan, bukan hanya sekedar sebagai
pelaksanaan ketentuan Pasal 19 UUPA, tetapi lebih dari itu Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 menjadi tulang punggung yang mendukung berjalannya
administrasi pertanahan sebagai salah satu Program Catur Tertib Pertanahan dan
Hukum Pertanahan di Indonesia.1

c) Peraturan pemerintah No. 37 tahun 1998 tentang peraturan jabatan pejabat pembuat
akte tanah;

d) Peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan dari peraturan pemerintah no. 10


tahun 1961 yang sudah ada, sepanjang tidak bertentangan atau tidak diubah atau
tidak diganti berdasarkan PP No.24 tahun 1997 (pasal 64 PP No.24 Tahun 1997
(pasal 64 PP No.24 tahun 1997.

e) Peraturan mentri negara agraria /Kepala BPN No.3 tahun 1997 tentang ketentuan
pelaksanaan peraturan pemerintah no.24 tahun 1997 pendaftaran tanah.

Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 adalah ketentuan


pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah, dalam Pelaksanaannya menjelaskan bagaimana Kegiataan Pendaftaran Tanah
Pertama kali dilakukan. dalam kegiatan Pendaftaran Tanah Pertama Kali, dilakukan
melalui Pendaftaran Tanah secara sistematik dan Pendaftaran Tanah secara sporadik:
1. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik
Pendaftaran Tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah, tugas pelaksanaan dilakukan
oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, kecuali kegiatan-kegiatan
tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 atau peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain.

Kegiatan-kegiatan tertentu, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu


oleh pejabat yang lain, yaitu:
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). PPAT dalam pendaftaran tanah adalah
membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam kegiatan
pemeliharaan data pendaftaran tanah berupa pembuatan akta pemindahan hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun kecuali lelang,

1
Arie S. Hutagalung (Selanjutnya disebut Arie S. Hutagalung I), Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum
Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, Agustus 2005, hal. 81
pembuatan akta pemberian Hak Tanggungan atas hak atas tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun.
b. Panitia Ajudikasi. Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah adalah
membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam Pelaksanaan
pendaftaran tanah secara sistematik.
c. Pejabat Pembuatan Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) PPAIW dalam pendaftaran
tanah adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam
pendaftaran wakaf tanah Hak Milik berupa pembuatan akta ikrar wakaf.
d. Pejabat dari Kantor Lelang Pejabat dari Kantor Lelang dalam pendaftaran
tanah adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan/Kabupaten Kota dalam
kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah berupa pembuatan Berita
Acara/Risalah Lelang atas hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun.
e. Kepala Desa/Kelurahan Kepala Desa/Kepala Kelurahan dalam pendaftaran
tanah adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali, baik dalam pendaftaran tanah
secara sporadik maupun sistematik berupa penerbitan surat kutipan atau letter
C (pengganti petuk pajak bumi), riwayat tanah, dan menandatangani
penguasaan fisik sporadik.

Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, kepala Kantor


Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi. Berdasarkan inisiatifnya,
pelaksanaan tanah secara sistematik dibagi menjadi 2, yaitu: a. Pendaftaran tanah
secara sistematik dalam rangka program pemerintah. Pendaftaran tanah secara
sistematik ini dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi yang di bentuk oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional. b. Pendaftaran tanah secara sistematik dengan swadaya
masyarakat. Pendaftaran tanah secara sistematik ini dilaksanakan oleh panitia
Ajudikasi yang dibentuk oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi.

2. Pendafataran Tanah Secara Sporadik


Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah, tugas pelaksanaan pendaftaran
tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Kecuali
kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh peraturan pemerintah No.24 Tahun 1997
atau Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan di tugaskan kepada
pejabat lain. Dalam Pendaftaran tanah secara sporadik, Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dibantu oleh pejabat yang lain, yaitu:
a. Panitia A
Panitia A dalam pendaftaran tanah secara sporadic adalah membantu Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melaksanakan Penelitian data yuridis dan
Penetapan batas-batas tanah yang di mohon untuk didaftar (disertifikatkan)
b. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) PPAT
dalam pendaftaran tanah secara sporadic adalah membantu kepala kantor
pertanahan Kabupaten/Kota dalam membuat akta jual beli tanah yang belum
terdaftar apabilah perolehan tanahnya dilakukan melalui jual beli. Akta Jual beli
ini menjadi salah satu dokumen yang harus dilengkapi oleh pemohon dalam
pendaftaran tanah secara sporadic.

c. Kepala Desa/Kepala Kelurahan.


Kepala Desa/Kepala Kelurahan dalam pendaftaran tanah secara sporadic adalah
membantu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, berupa penbuatan surat
kutipan berupa letter C(pengganti petuk), riwayat tanah, menandatangani
penguasaan fisik sporadic, menandatangani berita acara pengukuran tanah,
sebagai Anggota Panitia A meneliti kebenaran data yuridis, menandatangani telah
berakhirnya pengumuman data fisik dan data yuridis, membuat surat keterangan
sebagai ahli waris dan menandatanganinya apabila pemohon pendaftaran tanah
secara sporadic adalah warga Negara Indonesia dari golongan Bumi Putera.
d. Kepala Kecamatan Kepala kecamatan sebagai PPAT Sementara dalam
pendaftaran tanah secara sporadic adalah pembantu Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dalam membuat akta jual beli tanah yang belum terdaftar
apabilah perolehan tanahnya dilakukan melalui jual beli. Peran lain dari Kepala
Kecamatan adalah ikut menandatangani Surat Keterangan sebagai ahli waris
apabila pemohon pendaftaran tanah secara sporadic.2

Dengan peraturan menteri negara Agraria / kepala badan pemerintahan nasional


No.3 tahun 1997 diatas beberapa perundang-undangan pelaksanaan dari PP no.10 Tahun
1996 yang sudah ada sebelumnya,dinyatakan tidak berlaku (Pasal 196).

Sedangkan perundang undangan yang lain yang tidak dicabut ,tetap masih
berlaku ,hanya harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah dan peratuan menteri
Agraria/kepala Badan pertahanan pemerintah pemerintah Nasional, hal ini sebagaiman
dinyatakan dalam pasal 64 PP No.24.

Dasar Hukum Pendaftaran Hak-Hak atas tanah adalah :

a. Pasal 23 UUPA mengenai pendaftaran hak milik ;


b. Pasal 23 UUPA mengenai pendaftaran hakguna Usaha;
c. Pasal 38 UUPA mengenai hak guna bangunan;
d. Pasal 1 peraturan meteri Agraria No.1 tahun 1966 mengenai pendaftaran hak
pakai dan hak pengelolaan;
e. Pasal 4 ayat 3 PP No. 24 tahun 1997 tentang kewajiban mendaftar setiap bidang
tanah .
2
Rival rondonuwu, permasalahan pelaksanaan pendaftaran hak katas tanah, Vol. 3 No. 7, summer 2015, hal.153.
2. Pengertian Pendaftaran tanah

Secara umum pengertian pendaftaran tanah disebutkan dalam pasal 19 ayat 2 UUPA
.Pendaftaran Tanah menurut pasal tersebut adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi :

a. Pengukuran ,perpetaan dan pembukuan tanah


b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Dalam pasal 1 angka 1 PP No.24 tahun 1997 disebutkan bahwa yang dimaksud
pendaftaran tanah adalah :

“Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus


,berkeseimbangan dan teratur ,meliputi ,pengumpulan, pengelolahan, pembukuan dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik an data yuridis dalam bentuk peta dan daftar
,mengenai bidang-bidang tanah yang sudah ada haknnya dan hak milik atas rumah susun
serta hak – hak tertentu yang membebaninnya.

Pengertian Pendaftaran Tanah dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, terdapat
dalam Pasal 1 angka (1), yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk
peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun, serta hak-hak tertentu yang membebaninya.3

B. Faktor pendaftaran tanah


Secara yuridis teknis, tujuan utama pendaftaran tanah untuk menciptakan
kepastian hukum dan menjamin perlindungan hukum. Pada kenyataannya, kepastian
hukum pendaftaran tanah tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya dalam
kenyataan masih dianggap tidak ada kepastian hukum dari adanya pendaftaran tanah di
Negara ini, sebab sertifikat belum menjamin sepenuhnya hak atas tanah seseorang.

Tidak terwujudnya kepastian hukum tersebut didorong oleh beberapa faktor seperti:

1. Faktor Sejarah Kepemilikan Tanah.


Mengkaji riwayat kepemilikan tanah yang didasarkan pada Hukum Adat, pendaftaran
tanah tidak merupakan keharusan. dan kalaupun ada kegiatan semacam pendaftaran
tanah di masyarakat adat hanya untuk kepentingan pemungutan pajak. oleh karenanya
pendaftaran tanah masih diabaikan dan dianggap tidak menjadi penting sehingga saat
3
Prof. Dr. H. Suparman Usman 2014 Hukum Agraria di Indonesia IAIN “SUHADA” PRESS
itu. Pendaftaran tanah itu tidak dianggap sebagai kewajiban yang dapat memberikan
manfaat bagi hak atas tanah masyarakat. apalagi kepemilikannya semula adalah
kepemilikan yang bersifat kolektif maka bukti hak tidak menjadi sangat perlu.
Sehingga pada ketika itu masyarakat tidak mau mendaftarkan tanah. Dan bukti tanah
selalu diabaikan sehingga kepentingan untuk kepastian hukum tidak terwujud dengan
baik.4
2. Faktor Psikologi Masyarakat.
Masyarakat tidak memahami adanya suatu perbedaan yang berarti antara ada
sertifikat dari tanahnya atau dengan tidak ada sertifikat atas tanahnya. Bahkan
perlindungan yang diberikan Negara terhadap pemegang sertifikat hampir sama di
mata masyarakat dengan yang tidak memiliki sertifikat.
3. Faktor Kelemahan Aturan Pendaftaran Tanah Banyak masyarakat yang tidak
tahu tentang aturan pendaftaran tanah. oleh karena itu secara material aturan
pendaftaran tanah seharusnya diharapkan dapat mempercepat pendaftaran tanah
terwujud di negara ini. tetapi yang ternyata malah bidang tanah terdaftar tidak
banyak.
4. Faktor Pelaksana dan Pelaksanaan
Banyak keluhan masyarakat pada pelaksanaan dari pendaftaran tanah. Akibat
pelaksanaan dianggap tidak tegas, kabur (gelap) dan berbelit-belit. Dan bahkan terjadi
lagi beda tafsir dalam melakukan pekerjaannya. Tentu jika ini muncul sudah pasti
akan tidak terdorong lagi masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Masyarakat
merasa susah, merasa terbebani dan belum tentu banyak manfaat dari adanya
pendaftaran tanah. Perlakuan dari pelaksana pendaftaran yang tidak memberikan
pelayanan publik yang baik, menjadi faktor tidak terwujudnya kepastian hukum bagi
masyarakat. Artinya apa yang dikerjakan oleh Negara dalam mendaftar tanah ini
dianggap tidak benar secara hukum, sebab mereka yang mau mendaftar kurang
mengerti apa isi pendaftaran dan manfaat setelah adanya sertipikat tanah tersebut. dan
ini sebenarnya harus dijelaskan oleh pelaksana pendaftaran tersebut, agar sertifikat
tersebut bermakna bagi masyarakat.
5. Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan (BPHTB dan Biaya Lain).
Bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya sudah mengeluh terlebih dahulu,
karena dipikirannya mendaftarkan tanah adalah mengeluarkan uang yang mahal. Pada
hal sebenarnya jika dijalankan dengan benar biaya pendaftaran tanah adalah relatif
sangat murah. di samping harus memenuhi biaya pemohon yang ditetapkan aturan
pendaftaran tanah masi ada juga biaya-biaya lain atas perintah undang-undang yang
tidak dapat diabaikan.5

C. Asas pendaftaran Tanah


4
Hans Dieter Evers, Sosiologi Perkotaan, Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta:
LP3ES, 1982) hal. 196-197.
5
Rival rondonuwu, permasalahan pelaksanaan pendaftaran hak katas tanah, Vol. 3 No. 7, summer 2015, hal.159.
Menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 disebutkan,bahwa
pendaftarantanah dilaksanakan berdasarakan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir,
dan terbuka.
a. Asas sederhana dimaksud agar ketentuan-ketentuan pokoknya dan prosedur-
prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan
terutama para pemegang hak hak atas tanah. Sedangkan asas aman dimaksudkan
untuk menunjukan ,bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan
cermat.
b. Asas terjangkau keterjangkauan bagi pihak –pihak yang memerlukan khususnya
dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah.
c. Asas Mutakhir dimaksudkan kelengkapannya yang memadai dalam pelaksanaanya
dan kesinambungan dalam memelihara datannya. Data yang tersedia harus
menunjukan data yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan
mencatat perubahan perubahan yang terjadi dikemudian hari.
d. Asas Publisitas (asas openbaarheid) tercemin dengan adanya databyuridis , yang
memuat keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar , pemegang haknnya dan hak pihak lain serta beban-beban lain
yang membebanninya.
e. Asas Spesialitas (asas spesieliteit) tercermin dengan adanya data phisik, yang
memuat keterangan keterangan letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adannya bangunan atau bagian
bangunan diatasnnya.
f. Asas Publisitas dan asas spesialitas ini dimuat dalam suatu daftar, umum, berisi
dokumen dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telag digunakan
sebagai dasar pendaftaran, yang memuat peta pendaftaran,surat ukur,buku tanah,
dan daftar nama.Informasi mengenai dokumen tentang tanah yang sudah terdaftar
berlaku untuk umum(pasal 4 ayat 2) asas publisitas juga nampak dalam hal penerbit
sartifikat pengganti, karena sartifikat asli hilang atau rusak (pasal 57). Sartifikat
pengganti diterbitkan setelah ada permohonan disertai pernyataan dibawah sumpah
dari pemegang hak yang bersangkutan.penerbitan sartifikat pengganti didahului
dengan pengumuman 1 (satu) kali dalam surat kabar atas biaya pemohon.6

D. Tujuan Pendaftaran Tanah

Tujuan pendaftaran tanah di atur dalam PP 24 th 1997 pasal 3,bahwa pendaftaran


tanah mempunyai tujuan sebagai berikut

6
Prof. Dr. H. Suparman Usman 2014 Hukum Agraria di Indonesia IAIN “SUHADA” PRESS hal 156-162
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan.
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan
dalam mengada-kan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Tetapi penjelasan
tentang tujuan pendafaran tanah yang termuat dalam PP 24 Tahun 1997 pasal 3
tersebut,juga diberi penjelasan tentang maksud dari tujuan pendaftaran tanah yang
termuat dalam pasal 4 PP 24 Tahun 1997 yang berisi

1. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan
diberikan sertipikat hak atas tanah.
2. Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana di-maksud dalam Pasal 3
huruf b data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun
yang sudah terdaftar terbuka untuk umum.
3. Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana di-maksud dalam Pasal 3 huruf
c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan,
dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib
didaftar.7

E. Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah

1. Penyelenggara dan pelaksana Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertahanan Nasional (pasal 5)


pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertahanan, dibantu
oleh PPAT ( Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan penjabat lain yang ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu.

2. Objek Pendaftaran Tanah

7
Supriadi,Hukum Agraria, Sinar Grafika, Palu, 2006, hlm. 165.
Daftar pustaka

 Prof. Dr. H. Suparman Usman 2014 Hukum Agraria di Indonesia IAIN “SUHADA” PRESS
 Rival rondonuwu, permasalahan pelaksanaan pendaftaran hak katas tanah, Vol. 3 No. 7,
summer 2015.
 Hans Dieter Evers, Sosiologi Perkotaan, Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan
Malaysia, (Jakarta: LP3ES, 1982) hal. 196-197.
 Arie S. Hutagalung (Selanjutnya disebut Arie S. Hutagalung I), Tebaran Pemikiran Seputar
Masalah Hukum Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, Agustus 2005, hal. 81

Anda mungkin juga menyukai