BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Lingkungan udara berada dalam dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari
berbagai gas di udara diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari 78%
nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon, 0,03% karbon dioksida 0,01% hidrogen dan gas
lainnya dalam jumlah sedikit. Selain berbagai gas, debu dan uap yang terkondensasi
juga dapat ditemukan di udara. Udara terdiri dari berbagai lapisan hingga ketinggian
sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer. Di daerah
subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai
sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikrobia. Temperatur
atmosfer bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar
ditemukan di atmosfer bagian bawah (permukaan bumi).
Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini,
masyarakat di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar
karena tingginya tingkat pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan
kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran udara seperti ini mengakibatkan logam-logam
berat berbahaya, virus, bakteri dan mikrobia lainnya bercampur baur dan masuk ke
dalam tubuh melalui tarikan napas kita. Mengetahui jenis-jenis penyakit yang
disebabkan oleh mikrobia yang berterbangan bebas di udara dan cara
penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan terhadap
penyakit tersebut. Pada bahasan kali ini, kami akan memaparkan beberapa jenis
penyakit yang ditularkan melalui udara diantaranya penyakit TBC, meningitis dan
influenza.
BAB II
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan
tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikrobia udara terdiri atas organisme-
organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada
partikel debu. Ketika manusia batuk dan bersin akan membetuk kumpulan partikel di
udara. Walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikrobia, kehadirannya hampir
selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara. Jumlah dan macam mikrobia dalam
suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah
orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikrobia
atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan cenderung
mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel-partikel yang
lebih berat dan mengendapkan debu.
Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap setiap
saat, sudah diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin
kompleknya masalah pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang
berubah, khususnya karena terdapat komponen asing/mikrobia. Komposisi baku
udara secara kimia sebagai berikut:
Tabel Komposisi udara murni tanpa cemaran mikrooganisme
Komponen Komposisi (ppm)
Per Volume Per Berat
Nitrogen 780.900 755.100
Oksigen 209.500 231.500
Argon 9.300 12.800
CO2 300 460
Neon 18 12,5
Helium 5,2 0,72
Metan 2,2 1,2
Kripton 1 2,9
N. Oksida 1 1,5
Hidrogen 0,5 0,08
Xenon 0,08 0,36
Kelompok mikrobia yang paling banyak terdapat di udara bebas adalah
bakteri, dan jamur (termasuk didalamnya ragi/yeast). Kehadiran jasad hidup tersebut
didalam udara, ada yang didalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam
bentuk generatif (umumnya spora).
Jenis mikroba yang ditemukan di udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikrobia. Di
udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista
protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi
dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk
dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama
merupakan media penyebaran bagi mikrobia. Mereka terdapat dalam jumlah yang
relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat
dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan.
Pentingnya mikrobia udara telah dipelajari sejak 1799, di mana Lazaro
Spallanzani berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837,
Theodore Schwann, dalam percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani
memasukkan udara segar yang telah dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan
menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak dapat terjadi. Louis Pasteur pada
tahun 1861 merupakan orang yang pertama menunjukkan bahwa mikrobia tumbuh
akibat kontaminasi dari udara. Dia menggunakan kapas khusus untuk menyaring
udara sehingga mikroba tidak dapat masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia secara
mikroskopis menunjukkan keberadaan mikrobia dalam kapas. Dalam percobaan
menggunakan tabung berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa
terjadi dalam media steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara yang tidak steril.
5. Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai
dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa,
antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan
terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae, Mycoplasma
pneumonia, Jamur (Biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sitem
imun) dan Virus. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik
pada anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-
paru, bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput pada otak
(meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang sistem sanitasinya buruk. Untuk
itu, menjaga kebersihan di lingkungan sekitar anda menjadi syarat utama agar
terhindar dari penyakit ini, selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat.
Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan segera periksakan diri ke dokter
jika mendapati gejala tersebut di atas.
Bila ditemukan banyak kasus pneumonia di suatu wilayah, sebaiknya segera
lakukan upaya preventif berupa kunjungan pemeriksaan dan penyuluhan dari rumah
ke rumah oleh petugas Puskesmas dan jika perlu melakukan pengobatan. Tutup mulut
dan hidung dengan menggunakan masker untuk mencegah masuknya kuman ketika
berada di wilayah endemik pneumonia.
Tambahan materi: Penyakit Yang disebabkan oleh Virus
1. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat
pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu burung terkadang sulit terdeteksi
pada stadium awal, karena gejala klinis penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu
biasa,antara lain demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan
lemas. Namun, dalam waktu singkat penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan
menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak dilakukan penanganan segera,
pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Virus influenza H5N1 merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas
dan memiliki sifat dapat bertahan hidup di air hingga empat hari pada suhu 22°C dan
lebih dari 30 hari pada 0°C. Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran
pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah
besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus
ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas manusia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam
beberapa kasus tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat
menyerang manusia. Upaya pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa
menjaga sanitasi lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan dan
kebersihan lingkungan akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah
mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek lubang hidung jika jemari belum
dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas peliharaan, kandang, sangkar
maupun kotoran burung liar.