Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

(STIKIM)

Alamat : Jl. Harapan No.50 RT 02 / RW 07, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa


Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12610

Laporan Pendahuluan : Halusinasi


Nama Mahasiswa : Badru Salam
NPM : 18200100036
Pembimbing : Ns. Ahmad RIzal, M.Kes
Program Profesi : Stase Keperawatan Jiwa
Jenis Kegiatan : Laporan Pendahuluan

I. Kasus (Masalah Utama)


A. Pengertian
Individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari
lingkungan (Depkes RI, 2000).
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus
yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan
suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap stimulus
(Towsend, 1998).
Gangguan sensori persepsi adalah suatu kondisi dimana individu atau
kelompok menjalani atau beresiko mengalami perubahan dalam jumlah dan pola
atau interpretasi terhadap stimulus yang masuk (Carpenito Lynda Juall, 2002).
Jadi, Perubahan persepsi sensori: halusinasi bisa juga diartikan sebagai
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan penciuman, perabaan atau pengecapan).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor predisposisi
Faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik. Jika tugas perkembangan
mengalami hambatan interpersonal terganggu, maka individu akan akan
mengalami stres dan kecemasan. Hal Ini Dinamakan Faktor perkembangan.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.Hal ini disebut faktor sosiokultural.
Dari segi Faktor biokima, Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka didalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).Faktor psikologis, Hubungan
interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang
sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

B. Faktor presipitasi
Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau
tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya.Adanya
rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama
tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi
atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.Hal tersebut dapat
meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.

C. Jenis-jenis halusinasi
1. Halusinasi dengar
Klien mendengarkan suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulus yang nyata/lingkungan.
2. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya.
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata.
4. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan
yang tidak enak.
5. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
6. Halusinasi kinestetik
Klien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bergerak.
7. Halusinasi visceral
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya.

D. Tahapan halusinasi
1) Tahap I (Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan.
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku yang muncul :
a. Tersenyum dan tertawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat.
d. Respons verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
2) Tahap II (Non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat.Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipati.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman
tersebut.
b. Mulai merasa kehilangan kontrol.
c. Menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun.
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun.
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita.
3) Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan
berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
b. Isi halusinasi menjadi atraktif.
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi.
b. Sulit berhubungan dengan orang lain.
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat.
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata.
e. Klien tampak tremor dan berkeringat.
4) Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi mencederai.
b. Agitasi/kataton.
c. Tidak mampu merespons rangsangan yang ada.
E. Rentang respon
Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran Logis 1. Pikiran kadang 1. Kelainan pikiran


Persepsi menyimpang ilusi atau halusinasi
2. Akurat Emosi 2. Reaksi emosional 2. Ketidakmampuan
Konsisten 3. Berlebihan atau untuk mengalami
3. Dengan kurang emosi
Pengalaman 4. Perilaku ganjil atau ketidakteraturan.
4. Perilaku Sesuai tak lajim 3. Isolasi Sosial
hubungan social 5. Menarik diri

1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
5. masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum
yang berlaku.
6. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
7. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
8. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
9. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau
budaya umum yang berlaku.
10. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau
budaya umum yang berlaku.
11. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
12. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi

F. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dan pengalaman yang
manakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik yaitu:
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menaggulangi ansietas , hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri.

III. Pohon Masalah


A. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

GSP : Halusinasi

Isolasi Sosial

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
2. Data Subjektif:
a) Klien mengatakan mendengar sesuatu.
b) Klien mengatakan melihat bayangan putih.
c) Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
d) Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
e) Klien mengatakan kepalanya melayang diudara.
f) Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada
dirinya.
3. Data Objektif:
a) Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.
b) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
c) Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d) Disorientasi.
e) Konsentrasi rendah.
f) Pikiran cepat berubah-ubah.
g) Kekacauan alur pikiran.

C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan.ed.8. Jakarta: EGC


Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan Strategi Pelaksanaan.
Jakarta: Salemba Medika.
Towsend, Mary C. 1998. Buku Saku diagnosa Keperawatan. Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai