Anda di halaman 1dari 2

“Using Reflective Strategy to Identify Knowledge Gaps and Generate Research Ideas: An

Emergency help for Transdisciplinarity”

Presenter: Dr. Jonatan Lassa – Charles Darwin University, Australia


Reviewed by: Aiman – 25420012

Berdasarkan pemaparan Dr. Jonatan Lassa (2021), kata kunci dalam melakukan reflective practice
adalah bertanya dengan hal yang simple namun juga tak mudah seperti “Why are we doing what we
are doing in the way we are doing it?”. Reflective Practice, dilakukan dengan merefeleksikan
pengalaman praktik yang nantinya akan dikembangkan lebih menjadi pemahaman yang baru.

Beberapa pertanyaan kunci untuk memunculkan ide dalam reflectice practice yang dikutip oleh Lassa
(2021) berdasarkan tulisan Watson & Wilcox (2000), adalah:

• How professionals think in action?


• How do professionals, especially novices, learn to reflect and create a repertoire of responses
to deal with complex human problems?
• How can practitioners begin the abstract process of reflecting on practice?
• Where is the essence of practice to be found?
• Which moments of practice are most likely to given in sight into practice?
• How can practioners approach the reflective process in a conscious, learning way?
• Can reflection driven by a single practiotioner’s need to know also illuminate more universal
questions about practice?

Lassa (2021) juga mengutip Tulisan Schon tentang the reflective practioner tentang “How to reflect on
your real-world practice? Yaitu:

• Experience, thinking, competence, commitment, practice


Yaitu tentang bagaimana pengalaman, pemikiran, kompetensi, komitmen, dan praktis bisa
digunakan untuk praktisi untuk merefleksikan sekaligus berkontribusi untuk mengisi
pemahaman yang baru.
• Experience: based on previous professional or individual experience or collective experience!
• Problematizing the experience
Titik awal dari reflective practice adalah memproblematisasi sebuah rutinitas kita sehari-hari,
dan mencoba untuk memproblematisasi pengalaman.
• Knowledge in use vs technical rationality
Mencoba untuk berpikir tentang knowledge in use dan technical rationality. Knowledge in use
dan technical rationality memiliki sedikit celah dimana kita perlu melihat dimana celahnya dan
bagaimana cara melihat celah tersebut.

Praktisi reflektif sebagai metode penelitian dapat didapatkan dengan (Watson & Wilcox (2000):

• Refleksi sebagai metode untuk memahami praktik dan kehidupan sehari-hari.


• Menjadikan kisah hidup sehari-hari sebagai sebuah buku untuk dibaca – narratif; strategy;
pendekatan; rutinitas.
• Pembacaan yang cermat tentang baaimana cara kita mempresentasikan praktik kita kepada
diri kita sendiri dan orang lain memungkinkan praktisi dapat mengembangkan pemahaman
yang lebih dalam mengenai pengalaman, persepsi, dan peran.
• “The catch ourselves in the act” atau mereka mampu melihat diri mereka sendiri dari beberapa
praktik yang biasa seperti menemukan momentum, hal-hal yang tidak biasa, rutinitas,
permasalahan, dan kebiasaan sehari-hari.
• Membangun sebuah sandiwara dengan mengilustrasikannya sebagai contoh, gambar,
pemahaman, dan aksi.

What is reflective practice to me? (Lassa, 2021)

Melihat celah antara ilmu yang didapatkan dari kuliah (Knowledge in use) dengan pengalaman praktik
di lapangan (Technical rationality) adalah hal yang penting untuk seorang praktisi dan apabila seorang
praktisi tidak dapat melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa dia bukanlah praktisi yang baik.

Menurut Lassa (2021) reflective practice dapat dicapai dengan:

• Dunia praktik yang kita jalankan adalah sebuah bendungan pengetahuan.


• Praktisi sebagai calon penghasil pengetahuan - selama mereka dapat merefleksikan praktik
mereka.
• Latihannya adalah tentang bagaimana kita memulihkan pengalaman - membuat pengetahuan
diam-diam (tacit knowledge) menjadi eksplisit.
• Tanpa refleksi sistematis, pengetahuan ini tidak akan diungkapkan, belum dimanfaatkan.
• Mengekspresikan praktik (tacit knowledge)

Dapatkan reflective practice membantu persoalan transdisiplin?

Lassa (2021) menyampaikan bahwa dunia telah bergerak ke arah yang kompleks dan semakin
membutuhkan kolaborasi antar disiplin, dari multidisciplinary-interdisciplinary-transdisciplinary. Tiga
puluh tahun terakhir ini pemikiran masih tersegmentasi sehingga beberapa asumsi, penelitian, riset,
dan sebagainya yang sama sekali tidak begitu melibatkan stakeholder dan community inputs. Lalu
pada tahun 1996 terdapat Nicolescu’s Manifeston of Transdisciplinarity: “New Vision of the World” –
yang menyampaikan pengertian yang cukup advance terhadap transdisciplinarity dan mengatakan
bahwa complexity adalah sebuah realitas yang penting untuk dipahami. Oleh karena itu urgensi dari
adanya transdisciplinary dikarenakan pemahaman tentang Mono-disciplinary yang pada
kenyataannya adalah malpraktik karena terlimitasi oleh pemikiran dan problem solving yang
tersegmentasi.

Berikut ini adalah beberapa definisi dari transdiscipnarity yang disampaikan oleh Lassa (2021):

• Disiplin akademis yang berbeda bekerja sama dengan praktisi untuk memecahkan masalah
dunia nyata. Ini dapat diterapkan di berbagai bidang (Klein et al. 2001)
• Transdisipliner juga bergerak melampaui kombinasi disiplin akademis "interdisipliner" ke
pemahaman baru tentang hubungan sains dan masyarakat yang terwujud dalam
transektoralitas dan gagasan sains untuk / dengan masyarakat. (Scholz 2020)
• Ada banyak variasi dalam preferensi dan nilai pembuat keputusan dan pemangku
kepentingan.

Reflective practice dapat membantu persoalan transdisiplin dengan cara mencoba melihat sudut
pandang yang berbeda dari science dan practice, dan mengajak beberapa praktisi lain untuk
memecahkan masalah. Tantangannya adalah “How to make you are able to see the beauty of two
things yaitu (1) The beauty of learning to ask reflective questions dan (2) The beauty of theories that
underpins reflective practice.

Diakhir diskusi, Dr Jonathan Lassa mencontohkan beberapa penelitian dengan melibatkan community
input atau melibatkan partisipasi masyarakat untuk idenya dalam menghadapi bencana, dan
beradaptasi pada perubahan iklim. Lassa melakukan penggalian informasi yang tersembunyi (tacit
knowledge) menjadi tereksplisit, dan mengkomparasikannya dalam waktu yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai