Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI TERKINI ISU PENDIDIKAN FISIKA

“Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal
hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian masalahnya beserta sertifikasi guru dan
Scientific Method Dan ICT, E-Learning Dalam Pendidikan Fisika Di Indonesia ”

DOSEN PENGAMPU: Deo Demonta Panggabean,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Wahana (4183321026)

James Marbun (4183321028)

Kevin Manalu (4181121003)

Gratia (4182121009)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah studi terkini isu
pendidikan fisika yang berjudul “Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam
Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian
masalahnya beserta sertifikai guru dan scintifi Method Dan ICT, E-Learning Dalam Pendidikan
Fisika Di Indonesia”dalam keadaan sehat dan tepat waktu dan tanpa adanya kendala yang
berarti apapun.

Penulis sangat berterima kasih kepada bapak deo demonta panggabean,S.Pd.,M.Pd


sebagai dosen pengampu dari mata kuliah studi terkini isu pendidikan fisika,yang telah
memberikan arahan beserta bimbingannya dalam penyelesaian tugas makalah ini.penulis
sadar bahwa tugas makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,penulis
minta maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan penulis juga sangat
mengharapkan kritik dan saran dalam tugas ini agar dilain waktu penulis bisa membuat
tugas dengan lebih baik lagi.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
orang lain.

Medan, 6 April 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Tujuan ..........................................................................................................................1
1.3 Manfaat..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum 2013.............................................................................................................2


2.2 Pendidikan Berbasis Karakter.......................................................................................14
2.3 Sertifikasi guru.................................................................................................................15
2.4 Scientific Method.............................................................................................................16
2.5 ICT.................................................................................................................................17
2.6 E-Learning Dalam Pendidikan Fisika Di Indonesia............................................................18
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang akan dimulai 2013 harus
dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal. Basis kurikulum 2013 terdiri dari
dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus menjadi
landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan dan
berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah studi terkini isu pendidikan fisika
2. Untuk mengetahui Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan
Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian
masalahnya
3. Untuk Mengetahui bagaimana penerapan Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis
Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia
4. Untuk Mengetahui permasalahan beserta solusi yang menyangkut penerapan Kurikulum
2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia
1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini,yaitu untuk memberikan sedikit informasi dan
pengetahuan bagi pembaca tentang penerapan Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis
Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta
penyelesaian masalahnya

3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Pendidikan Berbasis Karakter

1. Pengertian Pendidikan Berbasis Karakter

Gunawan (2012:28) menyebutkan bahwa, pendidikan karakter merupakan upaya-upaya


yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku
peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Berdasarkan penjelasan ini, pendidikan karakter dapat diyakini sebagai aspek penting dalam
pendidikan terutama dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Nilai-nilai
pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran, termasuk dalam
pembelajaran fisika. Fisika menjelaskan berbagai gejala fisis fenomena yang terjadi di alam, baik
secara teori maupun perhitungan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat ruang-ruang dalam
mata pelajaran fisika yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan nilai-nilai
pendidikan karakter pada diri siswa, asalkan pembelajaran fisika di dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk
komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat
dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan
implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMA sebenarnya
dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan

4
dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilainilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,


Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan
operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual
development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa
dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan
karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil


pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMA mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan
karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Sasaran pendidikan
karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia negeri maupun swasta.
Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan
sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil
melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi
contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan
SMA memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian

5
yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan
karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan
karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3. Menunjukkan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam
lingkup nasional;
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain
secara logis, kritis, dan kreatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya;
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari;
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bemegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik;
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

2. Problematika Pendidikam Karakter dalam pembelajaran fisika

Adapun problematika Pendidikan Karakter di Indonesia diantaranya adalah :

6
a. Tenaga Pendidik

Pendidikan karakter di Indonesia pada umumnya dititikberatkan pada guru


pendidikan Agama dan Bimbingan Konseling. Rencana pelaksanaan pembelajaran
hanyalah formalitas dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan j uga RPP menjadi
beban kerja yang lebih tinggi seorang guru. RPP dipersiapkan dengan baik hanya untuk
atasan tahu bahwa mereka mengajar sesuai dengan RPP, tetapi dalam eksekusinya jauh
berbeda dari rencana. Akibatnya tidak ada efek atau pengaruh terhadap siswa melalui apa
yang disampaikan oleh guru. Belum lagi masalah dari guru Pendidikan Agama Islam dan
guru Bimbingan Konseling. Jika peran guru Pendidikan Agama Islam sebatas menerapkan
teori dan guru Bimbingan Konseling sebatas menangani masalah tanpa adanya suatu
tindakan follow up, dipastikan bahwa kehadiran mereka juga hanyalah sebuah formalitas.

b. Orang Tua

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi punya dampak yang sangat besar bagi
pembentukan karakter siswa. Dengan adanya zaman modernisasi ini, kehidupan remaja
bahkan anak-anak sangat memprihatinkan. Pendidikan karakter merupakan pengaruh yang
diberikan oleh seseorang dalam pembentukan perilaku baik itu di sekolah, di rumah
maupun lingkungan sosial masyarakat. Pendidikan karakter di kampus adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh seorang dosen, mampu mempengaruhi karakter mahasiswa.
Dosen turut serta mengembangkan karakter mahasiswa. Hal ini mencakup banyak hal
tentang keteladanan seorang dosen baik itu perilaku, cara berbicara, hidup bertoleransi,
berintegritas dan lain-lain yang berkaitan dengan karakter. Pola asuh orang tua atau pendidik
yang diapresiasi anak sebagai undangan, bantuan,bimbingan, dan dorongan untuk
membentuknya mengembangkan diri sebagai pribadiyang berkarakter adalah orang tua atau
pendidik yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak.

Pendidik atau orang tua yang mampu berbuat demikian, dia senantiasa menampilkan perilaku
yang konsisten antara bahasa lisan dan perbuatannya, menerima anak apa adanya dan
menghargai yang dimiliki serta perilaku anak. Terbatasnya nilai-nilai karakter yang terintegrasi
dalam pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler paling tidak disebabkan oleh dua
faktor utama. Pertama,ketiadaan mata pelajaran/kuliah pendidikan karakter pendidikan secara
tersendiri. Hal ini telah menyebabkan materi (bahan) ajar yang tersedia tidak dapat seluruhnya

7
dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu, sehingga pengetahuan tentang pendidikan karakter
tidak dicerna secara komprehensif oleh peserta didik. Begitu pula sikap dan perilaku peserta
didik belum bisa mencerminkan nilai-nilai karakter yang diharapkan. Kedua, kesulitan pendidik
dalam memahami strategi pengembangan bahan ajar yangmengintegrasikan nilai-nilai karakter
ke dalam setiap aktivitas pembelajaran.

3. Kendala-Kendala Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

1. Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai program baru masih menghadapi banyak kendala.
Kendala-kendala tersebut adalah:

2. nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator


yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan
kesulitan dalam mengungukur ketercapaiannya.

3. sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah
nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi
kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu
berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan
fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dAn penilaiannya.

4. pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.
Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat
besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan
baik sehingga mereka belum memahaminya.

5. guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-
nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata
pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran.

8
6. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara
pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam
mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.

7. guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan
yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai
karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter
umum di sekolah.

4. Solusi Terkait Permasalahan Pendidikan Karakter

Sebagai kerangka kerja, dalam PK penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti, seperti
keimanan, kejujuran, rasa hormat, kepedulian, dan nilai-nilai kinerja pendukungnya, seperti
komitmen, kesungguhan, ketekunan dan kegigihan–sebagai basis karakter yang baik.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan di sekolah adalah:

1) Sekolah berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-


nilai dimaksud.

2) mendefinisikan karakter dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari.

3) mencontohkan nilai-nilai karakter, mengkaji dan mendiskusikannya, meng-gunakannya


sebagai dasar dalam hubungan antar warga sekolah.

4) mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Hal terpenting,


semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.

Siswa memahami nilai-nilai inti dengan mempelajari dan mendiskusikannya, mengamati


perilaku model dan mempraktekkan pemecahan masalah yang meli-batkan nilai-nilai. Siswa
belajar peduli terhadap nilai-nilai inti dengan mengem-bangkan keterampilan empati,

9
membentuk hubungan yang penuh perhatian, membantu menciptakan komunitas bermoral,
mendengar cerita ilustratif dan inspiratif, dan merefleksikan pengalaman hidup. Dalam konteks
seperti itu diper-lukan pembelajaran yang dialogis antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan semua warga sekolah. Untuk pembelajaran di kelas dapat diterapkan
pembelajaran kooperatif dengan memberikan penguatan pada kegiatan kelompok.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil


pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMA mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

3.2 Saran

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
Pendidikan, maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus dapat menambah intensitas
pelatihan baik untuk Tenaga Pendidik maupun Pengelola penyelenggaraan Pendidikan, pada
semua tingkat yang Pelatihan sumber daya manusia bagi kegiatan penyelenggaran Pendidikan
antara lain ditujukan untuk pembangunan moral aparatur yang baik, dan pengetahuan
peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik maupun Pengelola penyelenggaraan Pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Choli.Ifham.(2015). Problematika Pendidikan Karakter Pendidikan Tinggi. Jurnal Tahdzib


Akhlak.Vol V (1).Hlm.57-72

Diani,Rahma.(2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Pendidikan


Karakter Dengan Model Problem Based Instruction. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi.
Vol.4(2).Hlm.241-253

Kustijono,Rudy.,Wiwin,Elok.(2014).Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013


Dalam Pembelajaran Fisika Smk di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya
(JPFA).Vol.4 (1).Hlm.1-14

Saifurrohman.(2014).Pendidikan Berbasis Karakter. Jurnal Tarbawl.Vol. II (2).Hlm.47-54

Telaumbanua,Yohannes.(2014). Analysis Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013.Journal


Polingua.Vol.3 (1).Hlm.83-105

Asyhari, A., & Diani, R. (2017). Pembelajaran Fisika Berbasis Web Enhanced Course:
Mengembangkan Web-logs Pembelajaran Fisika Dasar 1. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan,
4(1), 13–25. Chidayati, N., Sesunan, F., & Suana, W. (2017). Pengembangan Suplemen
Pembelajaran Fisika pada Materi Gerak Melingkar dengan Schoology.

11

Anda mungkin juga menyukai