Pendidikan Karakter Bab II
Pendidikan Karakter Bab II
“Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal
hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian masalahnya beserta sertifikasi guru dan
Scientific Method Dan ICT, E-Learning Dalam Pendidikan Fisika Di Indonesia ”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Wahana (4183321026)
Gratia (4182121009)
JURUSAN FISIKA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah studi terkini isu
pendidikan fisika yang berjudul “Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam
Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian
masalahnya beserta sertifikai guru dan scintifi Method Dan ICT, E-Learning Dalam Pendidikan
Fisika Di Indonesia”dalam keadaan sehat dan tepat waktu dan tanpa adanya kendala yang
berarti apapun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
orang lain.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang akan dimulai 2013 harus
dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal. Basis kurikulum 2013 terdiri dari
dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus menjadi
landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan dan
berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi.
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah studi terkini isu pendidikan fisika
2. Untuk mengetahui Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan
Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta penyelesaian
masalahnya
3. Untuk Mengetahui bagaimana penerapan Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis
Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia
4. Untuk Mengetahui permasalahan beserta solusi yang menyangkut penerapan Kurikulum
2013 dan Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini,yaitu untuk memberikan sedikit informasi dan
pengetahuan bagi pembaca tentang penerapan Kurikulum 2013 dan Pendidikan Berbasis
Karakter dalam Pendidikan Fisika di Indonesia dan hal hal yang menjadi permasalahannya serta
penyelesaian masalahnya
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Pendidikan Berbasis Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk
komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat
dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan
implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMA sebenarnya
dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan
4
dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilainilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
5
yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan
karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Keberhasilan program pendidikan
karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3. Menunjukkan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam
lingkup nasional;
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain
secara logis, kritis, dan kreatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya;
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari;
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bemegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik;
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
6
a. Tenaga Pendidik
b. Orang Tua
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi punya dampak yang sangat besar bagi
pembentukan karakter siswa. Dengan adanya zaman modernisasi ini, kehidupan remaja
bahkan anak-anak sangat memprihatinkan. Pendidikan karakter merupakan pengaruh yang
diberikan oleh seseorang dalam pembentukan perilaku baik itu di sekolah, di rumah
maupun lingkungan sosial masyarakat. Pendidikan karakter di kampus adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh seorang dosen, mampu mempengaruhi karakter mahasiswa.
Dosen turut serta mengembangkan karakter mahasiswa. Hal ini mencakup banyak hal
tentang keteladanan seorang dosen baik itu perilaku, cara berbicara, hidup bertoleransi,
berintegritas dan lain-lain yang berkaitan dengan karakter. Pola asuh orang tua atau pendidik
yang diapresiasi anak sebagai undangan, bantuan,bimbingan, dan dorongan untuk
membentuknya mengembangkan diri sebagai pribadiyang berkarakter adalah orang tua atau
pendidik yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak.
Pendidik atau orang tua yang mampu berbuat demikian, dia senantiasa menampilkan perilaku
yang konsisten antara bahasa lisan dan perbuatannya, menerima anak apa adanya dan
menghargai yang dimiliki serta perilaku anak. Terbatasnya nilai-nilai karakter yang terintegrasi
dalam pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler paling tidak disebabkan oleh dua
faktor utama. Pertama,ketiadaan mata pelajaran/kuliah pendidikan karakter pendidikan secara
tersendiri. Hal ini telah menyebabkan materi (bahan) ajar yang tersedia tidak dapat seluruhnya
7
dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu, sehingga pengetahuan tentang pendidikan karakter
tidak dicerna secara komprehensif oleh peserta didik. Begitu pula sikap dan perilaku peserta
didik belum bisa mencerminkan nilai-nilai karakter yang diharapkan. Kedua, kesulitan pendidik
dalam memahami strategi pengembangan bahan ajar yangmengintegrasikan nilai-nilai karakter
ke dalam setiap aktivitas pembelajaran.
3. sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah
nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi
kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu
berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan
fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dAn penilaiannya.
4. pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.
Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat
besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan
baik sehingga mereka belum memahaminya.
5. guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-
nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata
pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran.
8
6. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara
pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam
mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
7. guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan
yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai
karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter
umum di sekolah.
Sebagai kerangka kerja, dalam PK penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti, seperti
keimanan, kejujuran, rasa hormat, kepedulian, dan nilai-nilai kinerja pendukungnya, seperti
komitmen, kesungguhan, ketekunan dan kegigihan–sebagai basis karakter yang baik.
2) mendefinisikan karakter dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari.
9
membentuk hubungan yang penuh perhatian, membantu menciptakan komunitas bermoral,
mendengar cerita ilustratif dan inspiratif, dan merefleksikan pengalaman hidup. Dalam konteks
seperti itu diper-lukan pembelajaran yang dialogis antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan semua warga sekolah. Untuk pembelajaran di kelas dapat diterapkan
pembelajaran kooperatif dengan memberikan penguatan pada kegiatan kelompok.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
Pendidikan, maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus dapat menambah intensitas
pelatihan baik untuk Tenaga Pendidik maupun Pengelola penyelenggaraan Pendidikan, pada
semua tingkat yang Pelatihan sumber daya manusia bagi kegiatan penyelenggaran Pendidikan
antara lain ditujukan untuk pembangunan moral aparatur yang baik, dan pengetahuan
peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik maupun Pengelola penyelenggaraan Pendidikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asyhari, A., & Diani, R. (2017). Pembelajaran Fisika Berbasis Web Enhanced Course:
Mengembangkan Web-logs Pembelajaran Fisika Dasar 1. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan,
4(1), 13–25. Chidayati, N., Sesunan, F., & Suana, W. (2017). Pengembangan Suplemen
Pembelajaran Fisika pada Materi Gerak Melingkar dengan Schoology.
11