Anda di halaman 1dari 3

Tugas

M.K PANCASILA

Oleh :

Ruth Carryn Setiawan

19310004

Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik

Universitas Katolik Darma Cendika

Surabaya 2019
Sejarah Terciptanya Pancasila
Sejarah Pancasila berawal dari pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia
oleh Perdana Menteri Jepang. Perdana Menteri Jepang saat itu adalah Kuniaki Koiso pada
tanggal 7 September 1944. Pada tanggal 29 April 1945 Pemerintah Jepang
membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Awalnya BPUPKI memiliki anggota 70 orang (62
orang Indonesia dan 8 orang Jepang yang tidak berhak berbicara dan hanya mengamati
saja). Kemudian ditambah dengan 6 orang Indonesia pada sidang kedua.
Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar negara untuk negara Indonesia. Selama empat hari bersidang ada
tiga puluh tiga pembicara, dan penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno adalah
“Perumus Pancasila”. Ada juga beberapa tokoh lain yang menyumbangkan idenya atas Dasar
Negara antara lain Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo.

Sejarah Lahirnya Pancasila Indonesia

Pada tanggal 29 Mei 1945 Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi negara
Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat. Oleh “Panitia Lima” (Bung Hatta cs) diragukan kebenarannya. Arsip
A. G Pringgodigdo dan Arsip A. K. Pringgodigdo yang telah ditemukan menunjukkan bahwa
Klaim Yamin tidak dapat diterima.
Pada hari keempat, Soekarno mengusulkan 5 asas yaitu kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau peri-kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan
ketuhanan yang Maha Esa.
5 asas tersebut oleh Soekarno dinamakan Pancasila, Pidato Soekarno diterima dengan gegap
gempita oleh peserta sidang. Oleh sebabnya, pada tanggal 1 Juni 1945 dikenal sebagai hari
lahirnya pancasila.
Pada tanggal 1 Juni 1945 juga dibentuk panitia Kecil yang beranggotakan 8 orang.
Anggota 8 meliputi: Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Moh.Yamin, dan Mr. A.A. Maramis. Tugas panitia 8
adalah menampung dan mengidentifikasi usulan anggota BPUPKI. Berdasarkan usulan yang
masuk diketahui, ada perbedaan usulan tentang dasar negara. Golongan Islam menghendaki
negara berdasar syariat Islam, sedang golongan nasionalis menghendaki Negara tidak
berdasarkan hukum agama tertentu. Untuk mengatasi perbedaan ini, dibentuklah Panitia
Kecil 9 orang, yang anggotanya berasal dari golongan Islam dan golongan Nasionalis, yaitu :
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim.
Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945, menghasilkan kesepakatan dasar negara
yang tertuang dalam alinea keempat rancangan Preambule, yaitu “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk – pemeluknya; Kemanusiaan yang adil
dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan; dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Isi
selengkapnya kesepakatan itu disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin
mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama “Piagam Jakarta”
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang
berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
2. Hamidhan, wakil dari Kalimantan
3. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
4. Latuharhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD.
Kalimat tersebut juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi,
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Bung Hatta memberikan usul untuk
mengubah kalimatnya menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sebelumnya Bung Hatta telah mengkonsultasikannya kepada 4 orang tokoh Islam, yaitu
Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan.
Pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan penetapan
rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, Pancasila ditetapkan sebagai dasar
negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai