Anda di halaman 1dari 21

Pengantar

Teori Probabilitas

Budi Manfaat

EDUVISION
your book is your future
Judul:
Pengantar Teori Probabilitas

Penulis:
Budi Manfaat

ISBN: 978-602-74719-4-8

Terbitan pertama oleh Nurjati Press IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2013
Terbitan berikutnya oleh EDUVISION tahun 2016

EDUVISION
Alamat: Bima Terrace A-60 Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
www.eduvision.webs.com

Hak cipta © pada penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mereproduksi isi buku ini baik sebagian
maupun seluruhnya dalam bentuk dan atau alasan apapun juga tanpa izin tertulis dari
pemegang hak cipta

Dicetak di Cirebon
5 4 3 2 1 20 19 18 17 16
Anak-anakku,

Zulfa Nadiyatus Sa’adah


Najmi Tsaqib
Kana Taqiya
Pengantar

S
etidaknya ada dua alasan yang melandasi lahirnya ilmu statistika, yaitu
keberagaman dan ketidakpastian. Bayangkan, bagaimana seandainya semua
hal seragam: tinggi badan setiap orang sama, jenis dan tingkat kecerdasan
setiap orang sama, warna kulit setiap orang sama, motivasi belajar setiap orang
sama, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya? Maka, tidak perlu ada ukuran-
ukuran statistik, baik ukuran pemusatan maupun ukuran sebaran. Demikian juga,
bagaimana seandainya semua hal dapat dipastikan kejadiannya sesuai dengan yang
diharapkan? Maka, tidak perlu ada estimasi dan prediksi (sebagai kajian dalam
statistika).
Kenyataannya, semua hal adalah beragam. Bahkan, misalnya pada produksi
masal suatu produk yang direncanakan sama, misalnya produksi air mineral yang
diharapkan nettonya seragam yaitu 600mL, pada kenyataannya tidak benar-benar
seragam (terdapat variasi walaupun kecil). Atas adanya keberagaman, maka
kemudian orang tertarik untuk mengetahui ukuran-ukuran (statistik) tertentu,
misalnya ukuran pemusatan (seperti: rata-rata) dan ukuran penyebaran (seperti
standar deviasi). Sebagai gambaran, misalnya dalam hal industri yang
memproduksi sepatu, di mana sasaran pasarnya adalah orang Indonesia. Maka
produsen tentu harus mengetahui bahwa ukuran telapak kaki orang dewasa
Indonesia adalah beragam. Produsen perlu melakukan riset (misalnya melalui
survei) untuk mengestimasi kisaran rata-rata ukuran telapak kaki orang dewasa
Indonesia. Berdasarkan hasil itu, kemudian produsen menetapkan ragam ukuran
sepatu yang diproduksinya. Sepatu dengan ukuran (nomor) rata-rata (misalnya
nomor 40) perlu diproduksi jauh lebih banyak dari pada ukuran yang jauh lebih
besar atau lebih kecil dari rata-rata tersebut.
Kenyataannya juga, hampir semua hal memuat sifat ketidakpastian. Semua
orang pasti mati, tapi kapan waktunya dan di mana kejadiannya? Tidak ada seorang
pun yang dapat memastikan. Semua orang pasti ingin sukses, tapi apakah pada
akhirnya benar-benar mencapai sukses? Tidak dapat dipastikan. 100 ayam
diberikan makanan yang sama, dapatkah dipastikan berat badannya akan sama?
Tidak dapat dipastikan. Dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Jika
ketidakpastian adalah suatu keniscayaan, maka yang dapat dilakukan ilmuwan
hanyalah mengestimasi (memperkirakan) atau memprediksikan (meramalkan).
Estimasi, prediksi atau peramalan, adalah bagian dari kajian dalam statistika.
Untuk mengestimasi dan memprediksikan karakteristik populasi, ilmuwan
dibatasi oleh beberapa hal yaitu: keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Oleh
karena itu, ilmuwan melakukannya hanya berdasarkan atas sampel yang diambil
dari populasi yang dipelajari. Selama sampel yang diambil dapat merepresentasikan
populasi yang dipelajari, maka gambaran sampel dapat digeneralisasi sebagai
gambaran populasinya.
Tentu saja, gambaran tentang populasi yang didasarkan atas gambaran sampel
tidak pernah mutlak kebenarannya. Artinya, pernyataan statistik selalu dibayang-
bayangi oleh kemungkinan adanya kesalahan (error). Dengan kata lain, kebenaran
statitika adalah kebenaran probabilistik, yaitu kebenaran yang bersifat
kemungkinan. Walaupun demikian, statistika mempelajari bagaimana
mengusahakan agar statistik memiliki kemungkinan benar yang jauh lebih besar
dari pada kemungkinan salahnya, yaitu melalui kajian teori probabilitas. Teori
probabilitas adalah sistem proposisi yang dibangun dari aksioma-aksioma
probabilitas. Dengan menggunakan teori inilah, statistika dibangun dan
dikembangkan.
Alhamdu Lillah. Segala puji hanya milik Allah, Yang Merajai Segala Ilmu
Pengetahuan. Penulis bersyukur dapat merampungkan buku ajar ini dengan segala
keterbatasannya, sebagai panduan mahasiswa dalam menempuh matakuliah Teori
Peluang. Matakuliah ini adalah prasyarat untuk menempuh matakuliah Statistika
Matematik pada jenjang semester berikutnya.
Buku ajar ini memuat tujuh (7) bab penting yang disarikan dan diuraikan dari
beberapa rujukan terpilih dari buku-buku teks luar negeri (berbahasa asing), dengan
gaya pembahasan yang sederhana sedemikian hingga dapat memudahkan
mahasiswa dalam memahami teori probabilitas dan terapannya. Tentu saja, sangat
disarankan pada pembelajar (mahasiswa) agar juga menelusuri dan mengkaji
literatur lainnya, untuk dapat memahami lebih dalam dan mengembangkan teori-
teori yang telah ada.
Selamat belajar, salam sukses sejati! 

Cirebon, September 2016

Penulis
DaftarIsi
Prakata
Daftar Isi
Bab 1 Analisis Kombinatorial
1.1 Prinsip Dasar Pencacahan 1
1.2 Permutasi 4
1.3 Kombinasi 11
1.4 Koefisien Binomial 13
1.5 Koefisien Multinomial 17
Bab 2 Aksioma Probabilitas
2.1 Eksperimen Acak 21
2.2 Ruang Sampel 22
2.3 Kejadian (Event) 23
2.4 Aksioma Probabilitas 27
2.5 Proposisi-Proposisi Probabilitas 32
Bab 3 Probabilitas Kejadian Kondisional Dan Kejadian Independen
3.1 Probabilitas Kejadian Kondisional 35
3.2 Probabilitas Kejadian Independen 39
3.3 Aturas Bayes 41
Bab 4 Variabel Random Dan Distribusi Probabilitasnya
4.1 Variabel Random 45
4.2 Distribusi Probabilitas 51
4.3 Fungsi Distribusi Kumulatif 62
Bab 5 Ekspektasi Matematik
5.1 Ekspektasi Suatu Variabel Random 69
5.2 Ekspektasi Suatu Fungsi Variabel Random 73
5.3 Momen 76
5.4 Varians 79
5.5 Fungsi Pembangkit Momen 82
Bab 6 Beberapa Distribusi Probabilitas Diskrit Istimewa
6.1 Distribusi Uniform Diskrit 87
6.2 Distribusi Bernoulli 88
6.3 Distribusi Binomial 89
6.4 Distribusi Geometrik 91
6.5 Distribusi Hipergeometrik 92
6.6 Distribusi Poisson 95
Bab 7 Beberapa Distribusi Probabilitas Kontinu Istimewa
7.1 Distribusi Uniform Kontinu 99
7.2 Distribusi Gamma, Eksponensial, dan Chi-Kuadrat 101
7.3 Distribusi Normal 112
Catatan Hikmah 125
Buku Rujukan
Lampiran
Profil Penulis
Probabilitas Kejadian Kondisional
dan Kejadian Independen

3.1 ProbabilitasKejadianKondisional

Setelah mengkaji uraian pada bab 2, pembelajar tentunya telah memahami


bahwa probabilitas suatu kejadian 𝐴 adalah bergantung pada kondisi ruang
sampel 𝑆 dari eksperimennya. Fakta ini kemudian dinyatakan dengan sebuah
notasi matematik 𝑃(𝐴|𝑆), dibaca: probabilitas kejadian 𝐴 dengan kondisi 𝑆.
Dalam kajian teori probabilitas, notasi ini lebih lazim diartikan sebagai
probabilitas bersyarat. Selanjutnya perhatikan uraian berikut untuk menelusuri
formula probabilitas kejadian kondisional secara formal.

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) = 𝑃(𝐴|𝑆) =
𝑛(𝑆)
𝑛(𝐴 ∩ 𝑆)
= ; 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐴 ∩ 𝑆 = 𝐴
𝑛(𝑆)
𝑛(𝐴 ∩ 𝑆)

𝑛(𝑆)
=
𝑛(𝑆)
⁄𝑛(𝑆)
𝑃(𝐴 ∩ 𝑆)
= ; 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑃(𝑆) = 1
𝑃(𝑆)
Andaikan 𝐴 dan 𝐵 adalah dua buah kejadian, maka notasi 𝑃(𝐴|𝐵) adalah
menyatakan probabilitas kejadian 𝐴 dengan kondisi 𝐵, yang didefinisikan
sebagai berikut.

Definisi 3.1: Probabilitas Kejadian Kondisional

Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah dua kejadian yang dibentuk dari ruang sampel 𝑆, maka
probabilitas kejadian 𝐴 dengan kondisi 𝐵 adalah:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃 (𝐴|𝐵 ) =
𝑃(𝐵)

35
dengan 0 < 𝑃(𝐵) < 1

Contoh 3.1:

Sebuah kumpulan arisan mempunyai cara yang unik untuk menentukan siapa
yang mendapatkan undian. Misalnya pesertanya adalah 4 orang (Anita, Bella,
Cica, Diana). Pemilihan satu orang yang beruntung dilakukan dengan cara:

o Disediakan dua buah tabung, misalnya tabung I dan tabung II;


o Pada tabung I berisi 4 gulungan kertas undian bertuliskan nama-nama 4
orang tersebut;
o Pada tabung II berisi 5 gulungan kertas bertuliskan “SYUKUR” dan 5
gulungan kertas bertuliskan “SABAR”;
o Dua tabung tersebut dikocok untuk menjamin keacakan;
o Dari masing-masing tabung secara bersamaan dikeluarkan satu gulungan
kertas;
o Nama yang keluar dari tabung I dinyatakan sebagai orang yang
beruntung jika gulungan kertas yang dikeluarkan tabung II bertuliskan
“SYUKUR”

Pertanyaannya: berapa besaran probabilitas keberuntungan Anita?

Jawab:

Ruang sampel dari eksperimen tersebut ditabulasikan berikut:

SYUKUR SABAR
Anita (Anita, Syukur) (Anita, Sabar)
Bella (Bella, Syukur) (Bella, Sabar)
Cica (Cica, Syukur) (Cica, Sabar)
Diana (Diana, Syukur) (Diana, Sabar)

Misalnya 𝐴 adalah kejadian munculnya nama Anita dari tabung I, dan 𝐵 adalah
kejadian munculnya gulungan kertas bertuliskan “SYUKUR” dari tabung II,

36
maka notasi 𝑃(𝐴|𝐵) menyatakan kejadian munculnya nama Anita dengan
kondisi “SYUKUR”, atau sama artinya bahwa 𝑃(𝐴|𝐵) adalah probabilitas
keberuntungan Anita.

Dalam hal ini,

𝐴 = {(Anita, Syukur), (Anita, Sabar)}

𝑛 (𝐴 ) = 2

𝑛(𝐴) 2 1
𝑃 (𝐴 ) = = =
𝑛(𝑆) 8 4

dan

𝐵
= {(Anita, Syukur), (Bella, Syukur), (Cica, Syukur), (Diana, Syukur)}

𝑛 (𝐵 ) = 4

𝑛(𝐴) 4 1
𝑃 (𝐵 ) = = =
𝑛(𝑆) 8 2

Selanjutnya,

𝐴 ∩ 𝐵 = {(Anita, Syukur)}

𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = 1

𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) 1
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = =
𝑛(𝑆) 8

Dengan menggunakan definisi probabilitas kejadian kondisional, maka


probabilitas keberuntungan Anita adalah:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) 1⁄8 1
𝑃 (𝐴 |𝐵 ) = = =
𝑃(𝐵) 1⁄ 4
2

37
Contoh 3.2:

Misalkan ruang sampel S menyatakan siswa kelas 3 di sebuah SMA. Mereka


dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan jurusan sebagai berikut:

IPA IPS
Laki-laki 40 60
Perempuan 70 30

akan dipilih satu siswa secara acak untuk mewakili sekolah sebagai duta wisata
pendidikan. Pertanyaannya: berapa probabilitas bahwa yang terpilih adalah
siswa perempuan dari jurusan IPA?

Jawab:

Andaikan 𝐴 menyatakan kejadian terpilihnya siswa perempuan, dan 𝐵


menyatakan kejadian terpilihnya siswa dari jurusan IPA, maka:

110 11
𝑃 (𝐵 ) = =
200 20

70 7
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = =
200 20

Dengan demikian,

7⁄
𝑃 (𝐴 |𝐵 ) = 20 = 7
11⁄ 11
20

Teorema 3.1: Aturan Perkalian

Jika dalam suatu eksperimen kejadian 𝐴 dan 𝐵 keduanya dapat terjadi, maka:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) 𝑃(𝐵|𝐴)

38
Teorema 3.2: Generalisasi Aturan Perkalian

Jika dalam suatu eksperimen kejadian 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 , ⋯ 𝐴𝑘 dapat terjadi, maka:

𝑃(𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ ⋯ ∩ 𝐴𝑘 )
= 𝑃(𝐴1 ) ∙ 𝑃 (𝐴2 |𝐴1 ) ∙ 𝑃(𝐴3 |𝐴1 ∩ 𝐴2 ) ⋯ 𝑃(𝐴𝑘 |𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ ⋯
∩ 𝐴𝑘−1

3.2 Probabilitas Kejadian Independen

Notasi 𝑃(𝐵|𝐴) yang menyatakan probabilitas kejadian 𝐵 dengan kondisi 𝐴,


dapat dimaknai bahwa probabilitas kejadian 𝐵 dipengaruhi oleh kemunculan
kejadian 𝐴. Sebagai kebalikannya, jika probabilitas kejadian 𝐵 tidak dipengaruhi
oleh kemunculan kejadian 𝐴 maka notasinya adalah 𝑃(𝐵). Definisi secara
formal tentang kejadian independen adalah sebagai berikut.

Definisi 3.2: Dua Kejadian Independen

Dua kejadian 𝐴 dan 𝐵 dikatakan independen jika dan hanya jika:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) 𝑃(𝐵)

Dengan ungkapan lain, dua kejadian A dan B dikatakan


independen jika dan hanya jika 𝑃(𝐵|𝐴) = 𝑃(𝐵) dan 𝑃(𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐴). Dua
kejadian yang tidak independen selanjutnya disebut dependen.

Contoh 3.3:

Sebuah eksperimen pelemparan koin seimbang sebanyak tiga kali, sedemikian


hingga ruang sampelnya adalah:

39
𝑆 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐴, 𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐺𝐺 }

Jika misalnya:

A = Kejadian munculnya sisi ‘Angka’ pada dua pelemparan pertama;


B = Kejadian munculnya sisi ‘Gambar’ pada pelemparan yang ketiga;
C = Kejadian munculnya sisi ‘Gambar’ tepat dua kali dalam tiga kali
pelemparan;
Tunjukkan bahwa:

a. Kejadian A dan B adalah independen;


b. Kejadian B dan C adalah dependen.

Jawab:

2 1
𝐴 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺} 𝑛 (𝐴) = 2 𝑃 (𝐴 ) = =
8 4
4 1
𝐵 = {𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐺} 𝑛 (𝐵 ) = 4 𝑃 (𝐵 ) = =
8 2
3
𝐶 = {𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐴} 𝑛 (𝐶 ) = 3 𝑃 (𝐶 ) =
8
𝐴 1
= {𝐴𝐴𝐺} 𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = 1 𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) =
∩𝐵 8
2
𝐵 𝑃 (𝐵 ∩ 𝐶 ) =
8
= {𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐺} 𝑛 (𝐵 ∩ 𝐶 ) = 2
∩𝐶 1
=
4
1 1 1
a. Oleh karena 𝑃 (𝐴) ∙ 𝑃(𝐵) = 4 ∙ 2 = 8 = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵), maka kejadian 𝐴 dan
𝐵 adalah independen.
1 3 3
b. Oleh karena 𝑃 (𝐵) ∙ 𝑃(𝐶 ) = ∙ = ≠ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵), maka kejadian 𝐵 dan
2 8 16
𝐶 adalah dependen.

Teorema 3.3:

Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah dua kejadian independen, maka 𝐴 dan 𝐵𝑐 adalah juga
independen

40
Definisi 3.3: 𝑘-Kejadian Independen

Kejadian-kejadian 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 , ⋯ 𝐴𝑘 adalah independen jika dan hanya jika


probabilitas dari irisan antara 2, 3, ⋯, atau 𝑘 kejadian tersebut sama dengan
perkalian probabilitasnya masing-masing.

Contoh: Misalnya terdapat tiga kejadian 𝐴, 𝐵, dan 𝐶, maka dikatakan


independen jika dan hanya jika:

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = 𝑃 (𝐴 ) ∙ 𝑃 (𝐵 ) ;

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐶 ) = 𝑃 (𝐴 ) ∙ 𝑃 (𝐶 ) ;

𝑃 (𝐵 ∩ 𝐶 ) = 𝑃(𝐵) ∙ 𝑃(𝐶 ) ; dan

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶 ) = 𝑃(𝐴) ∙ 𝑃(𝐵) ∙ 𝑃(𝐶 ).

3.3 Aturan Bayes

Misalkan 𝐵1 , 𝐵2 , ⋯ , 𝐵𝑛 adalah suatu partisi dari ruang sampel 𝑆, sedemikian


hingga 𝐵1 , 𝐵2 , ⋯ , 𝐵𝑛 saling lepas (disjoint) dan gabungannya adalah merupakan
ruang sampel 𝑆, yang digambarkan dalam diagram Venn berikut:

Maka, berdasarkan aturan penjumlahan, 𝑃(𝐴) = ∑𝑛𝑖=1 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑖 ), dan dengan


menggunakan definisi probabilitas kondisional diperoleh:

41
𝑛

𝑃(𝐴) = ∑ 𝑃(𝐴|𝐵𝑖 )𝑃(𝐵𝑖 )


𝑖=1

Pernyataan ini disebut dengan hukum proabilitas total.

Kombinasi antara hukum probabilitas total dan definisi probabilitas kondisional


kemudian melahirkan Aturan Bayes berikut.

𝑃(𝐴|𝐵𝑗 )𝑃(𝐵𝑗 )
𝑃(𝐵𝑗 |𝐴) = 𝑛
∑𝑖=1 𝑃(𝐴|𝐵𝑖 )𝑃(𝐵𝑖 )

Contoh 3.4:

Sebuah perusaahaan mempunyai tiga pabrik (pabrik 1, pabrik 2, dan pabrik 3)


yang memproduksi chip yang sama, masing-masing memproduksi 15%, 35%
dan 50% dari total produksi. Probabilitas bahwa sebuah chip cacat produksi dari
pabrik 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 0,01, 0,05, dan 0,02. Andaikan
kemudian seseorang menemukan sebuah chip cacat produksi, berapa besaran
probabilitas bahwa satu buah chip yang cacat produksi tersebut berasal dari
pabrik 1?

Jawab:

Misalkan 𝐵𝑖 menotasikan kejadian bahwa chip diproduksi oleh pabrik 𝑖, dengan


𝑖 = 1, 2, 3, yang merupakan partisi dari ruang sampel 𝑆, dan misalkan 𝐴
menotasikan kejadian bahwa chip cacat, maka dengan menggunakan aturan
Bayes didapat:

0,15 ∙ 0,01
𝑃(𝐵1 |𝐴) = = 0,052
0,15 ∙ 0,01 + 0,35 ∙ 0,05 + 0,5 ∙ 0,02

Soal Latihan:

42
1. Misalkan terdapat tiga buah kotak yang masing-masing diisikan bola
berwarna sebagai berikut.

Kotak I Kotak II Kotak III


Merah 5 5 3
Kuning 3 1 4
Biru 2 4 3
Suatu kotak dipilih secara acak dan dari dalamnya diambil secara acak
ternyata didapat bola berwarna merah. Berapa probabilitasnya bahwa bola
tersebut berasal dari kotak II?

2. Suatu populasi terdiri atas lelaki dan perempuan dengan jumlah yang sama.
Dalam populasi tersebut 5% dari lelaki dan 10% dari perempuan adalah
buta warna.
a. Seorang buta warna dipilih secara acak, berapa probabilitasnya bahwa
yang terpilih adalah dari lelaki?
b. Seorang lelaki dipilih secara acak, berapa probabilitasnya bahwa yang
terpilih adalah buta warna?
3. Sepasang suami istri mempunyai 2 anak. Tentukan peluang bahwa kedua
anak itu adalah perempuan jika anak tertuanya seorang perempuan!
4. Dari 52 kartu bridge akan dipilih 3 kartu secara acak dan tidak
dikembalikan lagi. Tentukan peluang bahwa kartu pertama yang diambil
adalah hati dengan syarat pengambilan kedua dan ketiganya diperoleh kartu
hati!
5. Sebanyak 52% dari mahasiswa perguruan tinggi tertentu adalah perempuan.
5% dari mahasiswa perguruan tinggi tersebut mengambil jurusan komputer.
2% dari mahasiswa jurusan komputer adalah perempuan. Jika akan dipilih
seorang mahasiswa secara acak, tentukan peluang bahwa,
a. Mahasiswa ini adalah perempuan, dengan syarat dia mengambil
jurusan komputer;
b. Mahasiswa ini mengambil jururan komputer, dengan syarat dia
adalah perempuan.
6. Diperoleh data gaji tahunan dari 500 pasangan suami istri yang bekerja:

Istri Suami

43
Kurang dari 25 jt Lebih dari 25 jt
Kurang dari 25 jt 212 198
Lebih dari 25 jt 36 54
Misal dalam 36 pasangan suami istri, si istri mendapat gaji lebih dari 25
jt, dan si suami mendapat gaji kurang dari 25 jt. Jika salah satu pasangan
suami istri akan dipilih secara acak, tentukan!
a. Peluang bahwa si suami mendapat gaji kurang dari 25 jt;
b. Peluang bahwa si istri mendapat gaji lebih dari 25 jt, dengan syarat
suami juga mendapatkan gaji yang sama dengannya;
c. Peluang bahwa si istri mendapat gaji kurang dari 25 jt, dengan syarat
suami juga mendapatkan gaji yang sama dengannya.
7. Kelas A berjumlah 30 siswa, terdiri dari 15 siswa pintar; 10 siswa sedang;
dan 5 siswa lemah. Kelas B juga berjumlah 30 orang, terdiri dari 5 siswa
pintar; 10 siswa sedang; dan 15 siswa lemah. Seorang guru tahu tentang
kondisi kelas A dan B itu, namun bingung kelas mana yang akan dipilihnya.
Jika guru tersebut memeriksa seorang siswa secara acak dari masing-masing
kelas dan mendapatkan dari kelas A siswa yang sedang, sebaliknya dari
kelas mendapatkan siswa yang lemah. Tentukan peluang bahwa kelas A
adalah kelas unggulan?
8. Toko A mempunyai 50 karyawan dan 50% diantaranya adalah perempuan,
toko B mempunyai 75 karyawan dan 60% diantaranya adalah perempuan,
dan toko C mempunyai 100 karyawan dan 70% diantaranya adalah
perempuan. Semua karyawan memliki hak cuti yang sama, tanpa
memandang jenis kelamin. Seorang karyawan perempuan mengajukan cuti
karena suatu hal. Tentukan peluang bahwa dia bekerja di toko C!

—salam sukses sejati—

44
Profil Penulis

Penulis kelahiran Mojokerto 28 Nopember 1981 ini adalah lulusan


Program Sarjana Matematika Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang (2004), lulusan Program Magister Statistika ITS Surabaya
(2007), dan lulusan Program Doktoral Pendidikan dan Evaluasi
Pendidikan (PEP) dengan konsentrasi bidang ilmu pengukuran dan
pengujian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) (2019).

Pernah mengajar di Fakultas Saintek UIN Malang (2007) dan di Sekolah Tinggi
Manajeman Informatika dan Komputer (STIMIK) ‘ASIA’ Malang. Kini, Penulis adalah
dosen tetap di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dengan konsentrasi bidang keilmuan
Statistika, Psikometrika, dan Metodologi Penelitian.
Beberapa karya tulis berupa buku yang telah diterbitkan adalah: MEMBUMIKAN
MATEMATIKA: dari Kampus ke Kampung (Penerbit Eduvision, 2010),
PENGANTAR METODE STATISTIKA: Teori dan Terapannya dalam Penelitian
Bidang Pendidikan dan Psikologi (Penerbit Eduvision, 2013, ditulis bersama Prof.
Kumaidi, Ph.D), DASAR-DASAR METODOLOGI PENELITIAN (Penerbit
Eduvision, 2015, ditulis bersama Toto SyatoriNnasehuddien), dan MERAJUT ASA:
Kuliah, Kerja, dan Cinta (Sebuah Novel)(Penerbit Eduvision, 2015).
Selain aktif dalam kegiatan pengajaran, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan
Training & Coaching bidang Pengembangan Diri, Penulisan (baik fiksi maupun non-
fiksi), dan Riset. Komunikasi dengan penulis dapat melalui email:
suratmanfaat@gmail.com

140

Anda mungkin juga menyukai