Anda di halaman 1dari 9

BIOKIMIA

“BIOSINTESIS LIPID”

Oleh :
Ida Ayu Wiwin Anindya (E1A012014)
L. Muh. Aidil Akbar (E1A012019)
Nurjihatul Rizkiah (E1A012034 )

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lipid yang terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak. Pada umumnya, lipid
merupakan konduktor  panas yang buruk, sehingga lipid memiliki fungsi untuk mencegah
terjadinya kehilangan panas dari tubuh.  Semakin banyak jumlah lemak di dalam
tubuh,maka semakin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh. Sebagai contoh,
pada proses oksidasi 1 gram lemak dihasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram
karbohidrat maupun protein hanya menghasilkan 4 kkal. Selain itu, lemak memiliki fungsi
untuk melindungi organ-organ tubuh tertentu dari kerusakan akibat benturan atau goncangan.
Lemak juga merupakan bahan makanan yang melarutkan vitamin A, D, E, dan K.
Pencernaan lemak terutama terjadi dalam usus, karena dalam mulut dan lambung tidak
terdapat enzim lipase yang dapat mengidrolisis lemak. Dalam usus, lemak diubah dalam
bentuk emulsi, sehingga memudahkan lemak untuk berhubungan dengan enzim steapsin
dalam cairan pankreas. Hasil akhir proses pencernaan lemak adalah asam lemak, gliserol,
monogliserida, digliserida serta sisa trigliserida. Pengeluaran cairan dirangsang oleh hormon
sekretin dan pankreozimin. Lemak yang ke luar dari lambung ke dalam usus merangsang
pengeluaran hormon koleistokinin yang pada gilirannya menyebabkan kantung empedu
berkontrasksi hingga mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Lipid lain yang
dapat terhidrolisis oleh cairan pankreas antara lain adalah lesitin oleh fosfolipase, fosfatase,
dan esterase; ester kolesterol oleh kolesterol esterase dihidrolisis menjadi kolesterol dan asam
lemak.
Absorpsi hasil pencernaan lemak yang sebagian besar (70%) adalah asam lemak dan
(20%) lagi adalah monogliserida. Pada saat asam lemak dan monogliserida diabsorpsi melalui
sel-sel mukus pada dinding usus, mereka diubah kembali menjadi lemak atau trigliserida.
Lemak yang terjadi ini berbentuk kilomikron dan dibawa ke dalam darah melalui cairan
limfe.
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan jaringan
adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan.
Karena lipid tidak larut di dalam air, masalah cara pengangkutan lipid dalam plasma darah
yang berbahan dasar air, dipecahkan denga cara menggabungkan lipid nonpolar
(triasilgliserol dan ester kolestril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta
protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air. Dalam lipoprotein,
terdapat empat kelas utama lipid, yaitu triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol
(14%), dan ester kolesteril (36%) serta sedikit asam lemak rantai panjang tak terestrifikasi
(asam lemak bebas, FFA) (4%).

B.     Rumusan Masalah
a.       Apakah yang dimaksud dengan lipid?
b.      Bagaimana klasifikasi lipid?
c.       Apakah yang dimaksud dengan biosintesis ?
d.      Bagaimana proses biosintesis pada lipid?

C.     Tujuan
a.          Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lipid.
b.         Untuk mengetahui klasifikasi lipid.
c.          Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan biosintesis.
d.         Untuk mengetahui proses biosintesis lipid.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
a.          Sebagai bahan referensi untuk mata kuliah Biokimia
b.         Sebagai rujukan untuk mahasiswa untuk lebih memahami lagi tentang
     Biokimia khususnya lipid.
c.          Sebagai wadah mahasiswa untuk melatih diri untuk berpikir dan berlatih
     menulis ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lipid
Lipid adalah salah satu kelas molekul biologi yang berukuran besar yang tidak mencakup
polimer sejati, dan biasanya tidak cukup besar untuk dianggap sebagai makromolekul. Lipid
merupan Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air,
yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar, seperti klorofom atau eter.
Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan
utama bagi hampir semua organisme. Triasilgliserol adalah ester dari alkohol gliserol dan tiga
molekul asam lemak (Campbell, 2008) .

B.     Klasifikasi Lipid
 Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dobagi dalam beberapa golongan. Ada
beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar,
yaitu :
1.      Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes)
2.      Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid dan serebrosida
3.      Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam
lemak dan sterol
Di samping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting lipid dapat dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu :
1.      Lipid yang dapat disabunkan, yakni yang dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak.
2.      Lipid yang tidak dapat disabunkam, contohnya steroid.
Lipid juga dapat digolongkan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu :
1.      Asam lemak
2.      Lemak
3.      Lilin
4.      Fosfolipid
5.      Spingolipid
6.      Terpen
7.      Steroid
8.      Lipid kompleks (Poedjadi, 2012)

C.     Pengertian Biosintesis
Biosintesis atau anabolisme merupakan fase pembentukan atau sintesis dari metabolisme,
molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil disusun menjadi makromolekul besar
yang merupakan komponen sel. Karena biosintesis mengakibatkan peningkatan ukuran dan
kompleksitas struktur, proses ini memerlukan input energi bebas yang diberikan oleh
pemecahan ATP menjadi ADP dan pospat. Biosintesis beberapa komponen sel juga
memerlukan atom hidrogen yang disumbangkan oleh NADPH (Anonim, 2013)

D.     Proses Biosintesis
a.       Asam Lemak
Biosintesis asam lemak adalah suatu proses metabolisme penting dalam jasad hidup. Hal
tersebut benar jika diingat bahwa jaringan hewan mempunyai kemampuan terbatas untuk
menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat. Dalam hal ini sebagian dari polisakarida
dirombak melalui proses glikolisis menjadi asetil koenzim-A, yang merupakan pra zat untuk
biosintesis asam lemak dan triagliserol. Senyawa lipida ini mempunyai kandungan energi
yang lebih tinggi daripada karbohidrat, dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang
besar di dalam jaringan lemak. Biosintesis asam lemak ini berlangsung di sitoplasma,
membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktornya, dan membutuhkan CO  sebagai factor
2

pembantu dalam mekanisme pemanjangan rantai asam lemak.


Secara keseluruhan, biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama: pertama,
pembentukan malonil koenzim-A dari asetil koenzim-A; kedua, pemanjangan rantai asam
lemak sampai terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali penambahan
malonil koenzim-A dan pelepasan CO ; dan ketiga,pemanjangan rantai asam palmitat secara
2

bertahap bergantung pada adaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Tahap
pertama dan kedua adalah mekanisme de novo biosintesis asam lemak dalam hewan dan
tumbuhan, sedangkan tahap ketiga bukan mekanisme de novo karena berlangsungnya reaksi
ditentukan oleh faktor luar.
1.     Malonil-KoA dibentuk dari Asetil-KoA
Malonil-KoA adalah prekursor langsung unit dua karbon rantai asam lemak. Merupakan
turunan dari malonat dan pertama kali dibentuk dari asetil-KoA di dalam sitosol. Asetil KoA
yang digunakan dalam metabolisme hampir semuanya dibentuk di dalam mitokondria dari
oksidasi piruvat, dari oksidasi asam lemak , dan dari degradasi kerangka karbon asam aminol.
Gugus asetil dari Asetil Koa ini  mampu melintasi membran mitokodria melalui suatu system
ulak-alik gugus asetil. Sistem ulak alik gugus asetil tersebut, digunakan untuk mentransfer
gugus asetil dari mitokondria ke sitosol untuk sintesis lemak.
Sistem tersebut menyebabkan asetil KoA  pertama-tama bereaksi dengan oksaloasetat untuk
membentuk sitrat dengan katalis sitrat sintase.
Asetil-KoA + oksaloasetat + H O → sitrat + KoA + H
2
+

Sitrat yang terbentuk kemudian keluar dari matriks mitokondria menuju sitosol melalui
system transport trikarboksilat yang selanjutnya bereaksi dengan KoA sitosol dan ATP untuk
kemudian menghasilkan asetil KoA sitosol. Reaksi ini dikatalisis oleh sitrat liase yang
disebut juga enzim pemecah sitrat.
Sitrat + ATP + KoA → Asetil-KoA + ADP + Pi + Oksaloasetat
Selanjutnya asetil-KoA di sitosol ini akan mengalami karboksilasi menghasilkan
malonil-KoA, yang menjadi precursor 14 atom karbon dari ke 16 atom karbon asam palmitat.
Reaksi ini dikatalis oleh asetil KoA karboksilase  yaitu sejenis enzim yang mengandung
biotin sebagai gugus prostetiknya. Gugus biotinil ini berfungsi sebagai gugus pembawa
CO  pada asetil KoA.
2

Pada biosintesis asam lemak, terlibat suatu molekul protein pembawa yang disebut
protein pengangkut gugus asil (acyl carrier protein, ACP). ACP adalah protein yang relative
kecil, tahan panas, dengan berat molekul 9000. Gugus prostetiknya adalah 4’-fosfopantetein
yang juga membentk bagian dari struktur koenzim A. Fosfopantetein terikat secara kovalen
melalui gugus fosfatnya pada gugus hidroksil residu serin pada molekul ACP.
Peran ACP pada biosintesis lemak sama dengan peran koenzim A ada oksidasi asam
lemak. Senyawa antara asil mengalami esterifikasi pada ACP selama reaksi pembentukan
rantai asam lemak. Gugus prostetik 4’fosfopantetein ACP, bersama-sama dengan residu serin
yang terlekat berperan membawa gugus asil yang terikat secara kovalen ari satu tempat aktif
enzim menuju tempat aktif berikutnya dalam urutan yang sesuai. Dalam hal ini ACP
membentuk senyawa kompleks dengan keenam enzim yang berperan  dalam keseluruhan
mekanisme  biosintesis asam lemak. Keenam enzim tesebut bergabung membentuk enzim
kompleks sintetase asam lemak.
            Asam lemak sintase memiliki dua macam gugus sulfihidril esensial.Satu
diberikan oleh satu ugus prostetik 4’fosfopantetein ACP, dan yang lain diberikan oleh residu
sistein spesifik dari 3-ketoasil-ACP sintase.Keduanya berperan alam proses biosintesis asam
lemak.

Pembentukan asetil-S-ACP sebagai pemula reaksi


            Reaksi antara asetil koenzim A dengan gugus sulfhidril(-SH) dari molekul ACP
merupakan reaksi pemula dalam mekanisme biosintesis asam lemak. Sebelumnya kedua
gugus –SH dimuati terlebih dahulu oleh gugus asil. Ini terjadi dalam dua tahap enzimatik
terkatalisis. Pada reaksi pertama, gugus asetil pada asetil-S-KoA  dipindahkan ke gugus
sistein –SH pada sintase dengan katalis ACP-asil transferase. Reaksi selanjutnya adalah
pemindahan gugus asetil dari ACP ke gugus –SH dari enzim beta-ketoasil-ACP-sintase,
menghasilkan asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintetase.
                                                               ACP-Asiltransferase
Asetil-S-CoA + ACP-SH                                Asetil-S-ACP + CoA-SH
Beta-ketoasil-ACP-sintase
Asetil-S-ACP + sintase-SH       ACP-SH + asetil-S-Sintase
Pada reaksi kedua, gugus malonil pada malonil-S-KoA dipindahkan ke gugus
fosfopantetein sulfhidril ACP, dalam reaksi yag dikatalisis oleh ACP maloniltransferase.

ACP maloniltransferase
Malonil-S-CoA + ACP-SH                                        malonil-S-
ACP + CoA-SH
 Dengan telah terikatnya dua gugus asil secara kovalen pada enzim sintase,  yakni satu
gugus asetil pada gugus sistein –SH, dan satu gugus malonil pada pada gugus fosfopantetein-
SH, maka enzim sintase  sekarang  telah siap  melaksanakan proses pemanjangan rantai asam
lemak dengan penambahan dua atom karbon pada malonil koenzim A secara berturut-turut
sampai terbentuknya asam palmitat.
Tahap-tahap penambahan unit 2-karbon
1.     Tahap kondensasi
Pada tahap pertama, gugus asil yang berikatan secara kovalen dengan gugus –SH
mengalami reaksi kondensasi untuk membentuk suatu gugus asetoasil yang terikat pada
gugus fosfopantetein-SH, dalam waktu bersamaan dibebaskan molekul CO . Reaksi ini 2

dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP sintase.


Gugus asetil dipindahkan dari gugus sistein-SH ke gugugs malonil pada –SH
fosfopantetein, sehingga molekul ini menjadi ujung metil unit 2-karbon dari gugus asetoasetil
yang baru. Akibatnya, gugus asetil menggantikan karboksil bebas pada gugus malonil
sebagai CO . CO  yang dibentuk pada reaksi ini sama dengan CO  yang mula-mula masuk ke
2 2 2

dalam malonil-KoA melalui reaksi asetil-KoA karboksilase.Jadi karbondioksida tidak di ikat


secara permanen dalam ikatan kovalen selama biosintesis asam lemak, tetapi memainkan
peranan katalitik di dalam sintesis asam lemak dan dibebaskan pada setiap pemasukan unit 2-
karbon.
            Pembebasan CO  dari gugus malonil dalam waktu sementara menciptakan gugus yang
2

reaktif pada bagian(sisa) 2-karbon ini, sehingga membuat molekul ini segera bereaksi dengan
gugus asetil.
2.     Tahap Reduksi 3- Keto
            Molekul asetoasetil-S-ACP lalu mengalami reduksi pada gugus karbonil, dengan
mempergunakan NADPH sebagai pembawa elektron untuk membentuk D-3- Hidroksibutiril-
S-ACP di dalam reaksi yang dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP reduktase.Gugus D-3-
hidroksibutiril bukan merupakan bentuk stereoisomer yang sama seperti senyawa antara L-3-
hidroksiasil di dalam oksidasi asam lemak.
3.     Tahap dehidrasi
Senyawa D-3-hidroksibutiril-S-ACP didehidrasi oleh 3-hidroksiasil ACP dehidratase
untuk menghasilkan trans-∆ -butenoil-S-ACP.
2

4.     Tahap Penjenuhan
Ikatan ganda pada trans-∆ -butenoil-S-ACP direduksi  atau dijenuhkan untuk
2

membentuk butiril-S-ACP melalui aktivitas enoil-ACP reduktase. NADPH berperan sebagai


pemberi elektron.
Gugus butiril sekarang dipindahkan dari gugus fosfopantetein-SH ke gugus sistein. (gambar)
Gugus asil lemak yang baru sekarang menempati gugus –SH yang semula diikat oleh
gugus asetil. Untuk memulai putaran reaksi selanjutnya, dalam hal untuk memperpanjang
rantai dengan unit 2-karbon lainnya, gugus malonil selanjutnya dipindahkan dari malonil Koa
ke gugus fosfopantetein –SH pada ACP. Gugus butiril lalu meninggalkan gugus SH-sis dan
menggantikan CO2 dari gugus malonil pada gugus ACP-SH. Sekarang gugus asil 6-karbon
yang berikatan secara kovalen dengan gugus fosfopantetein-SH. Gugus 3-ketonya direduksi
pada ketiga tahap selanjutnya pada siklus sintase untuk menghasilkan  gugus asil 6-karbon
jenuh. Lalu gugus heksanoil dipindahkan dari fosfopantetein-SH ke gugus sistein-SH. Setelah
itu, dihasilkan palmitoil-S-ACP sebagai produk akhir. Proses pemanjangan ini berhenti pada
karbon 16 dan asam palmitat bebas dilepaskan dari molekul ACP oleh aktivitas enzim
hidrolitik.
Biosintesis asam palmitat memerlukan input energi kimia dalam dua bentuk, satu
sebagai energi gugus fosfat ATP dan senyawa pereduksi NADPH. ATP diperlukan untuk
membentuk ikatan tioester pada asetil KoA dan untuk menggabungkan CO2 pada asetil Koa
menjadi malonil KoA, NADPH diperlukan untuk mereduksi ikatan ganda.
NADPH yang diperlukan untuk tahap reduksi di dalam biosintesis asam lemak dihasilkan
dari dua sumber utama. (reaksi)
Kedua reaksi yang menghasilkan NADPH ini terjadi di dalam sitosol.Jika rasio molar
NADPH atau NADP+ tinggi maka ini memberikan lingkungan mereduksi secaraa kuat bagi
berlangsungnya sintesis asam lemak yang bersifat reduktif. Jika rasio molar NADH atau
NAD+ di dalam sitosol rendah, NADPH berperan sebagai pemberi utama atom hidrogen
pada reaksi biosintesis yang bersifat reduktif.
1.               Pemanjangan Rantai Asam Lemak sampai Terbentuk Asam Palmitat secara Kontinu
Asam palmitat merupakan produk normal system asam lemak sintase yang juga
adalah precursor asam lemak berantai panjang lainnya. Molekul ini dapat diperpanjang untuk
membentuk asam stearat atau bahkan asam lemak yang jauh lebih panjang dengan
penambahan gugus asetil berikutnya melalui kerja sisem perpanjangan asam lemak, yang
terjadi  di dalam reticulum endoplasmic dan mitokondrion. System pemanjanan reticulum
endoplasmic, yang lebih aktif, menambahkan unit dua karbon yang diberikan dalam bentuk
malonil-KoA, menjadi palmitoil-S-ACP, dan selanjutnya membentuk palmitoil-SCoA.                                    
2.               Pemanjangan Rantai Asam Palmitat secara Bertahap
Terbentuknya palmitoil-SCoA pada tahap kedua selanjutnya akan diubah menjadi
stearoil-SCoA  dengan penambahan asetil-SCoA di dalam lintas yang sama seperti lintas
sintesis palmitat.
Pada pembentukan Stearoyl CoA terjadi setelah pembentukan asam palmitat. Pada
proses pembentukan Stearoyl CoA melibatkan koenzim A.
Tahap pertama yaitu palmitoil CoA akan  bereaksi atau mengalami reaksi kondensasi
dengan asetil CoA. Senyawa yang terbentuk adalah ß-ketosteroil-KoA. Senyawa ini
kemudian akan direduksi oleh NADPH menjadi ß-hidroksistearoil-KoA. Tahap selanjutnya
adalah dehidrasi untuk membentuk stearoil KoA tak jenuh dan kemudian mengalami
reduksi kembali (penjenuhan) menjadi stearoil KoA jenuh oleh NADPH. Pemanjangan ini
terjadi pada gugus terminal karboksil(Anonim, 2013).
b.      TRIGLISERIDA

Jalur metabolik biosintesis suatu trileserida memiliki beberapa tahapan, yaitu :


1.      Tahap pertama sintesis trigliserida
Yaitu pembentukan trigliserofosfat, baik dari gliserol maupun dari dihidroksi aseton fosfat.
Reaksi ini berlangsung dalam hati dan ginjal serta dalam mukosa usus dan dalam jaringan
adiposa
2.      Gliserofosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil Koenzim-A membentuk suatu
asam fosfatidat.
3.      Reaksi hidrolisis asam fosfatidat ini dengan fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan suatu
1,2-digliserida.
4.       Asilasi terhadap1,2-digliserida ini merupakan reaksi pada tahap akhir karena molekul asik
koenzim – A akan terikat pada atom C nomor 3, sehingga terbentuk trigleserida.

c.       FOSFOLIPID
1.      Sebelum membentuk trigleserida, 1,2-digliserida dapat bereaksi dengan stidindidifosfat-kolin
( CDP-Kolin) menghasilkan fostattidikolin. Selain itu, 1,2-digliserida dapat pula bereaksi
denan sitidindifosfat-etanolamina menghasilkan fosfatidil etanolamina.
2.      Etanolamina atau kolin mengikat gugus fosfat dari ATP dengan enzim kinase sebagai katalis
dan menghasilkan fosfaetanolamina atau fosforilkolin. Kemudian fosfoetanolamina atau
fosforil kolin bereksi sebagai sitidintrifosfat ( CTP) menghasilkan CDP-Etanolamina atau
CDP Kolin. Katalis untuk reaksi ini adalah transferase.
3.      CDP-Etanolamina atau CDP kolin dapat bereaksi dengan 1,2-digliserida membentuk
fosfatidiletanolamina atau fosatidil kolin. Fosfatidiletanolamina dapat juga terbentuk dari
fasfatidilserin dengan reaksi dekarboksilasi.
4.      Sebaliknya, fosfatidilseril dapat terbentuk dari fosfatidiletanolamina dengan serin. Dalam
reaksi ini terjadi pergantian gugus etanolamina dengan gugus serin.

d.      KOLESTEROL
Pada daarnya kolestrol disintesis dari aseetil Ko-A melalui beberapa tahapan reaksi. Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa asetil KoA diubah menjadi isopentenilpirofosfat dan
dimetalilpirofosfat melalui bebepara reaksi yang melibatkan beberapa jenis enzim.
Selanjutnya, isopentenilpirofosfat dan dimetalilpirofosfatbereaksi membentuk kolesterol.
Pembentukan kolesterol ini juga berlangsung, melalui beberapa reaksi yang membentuk
senyawa- senyawa antara yaitu geranil pirofosfat, skualen, dan lanosterol.kecepatan
pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol yang telah ada dalam tubuh.
Apabila di dalam tubuh terdapat kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol
akan menghambat sendiri reaksi pembentukannya (hambatna umpan balik). Sebaliknya
apabila jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa kecepatan pembentukan kolesterol
meningkat (Poedjadi, 1994).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
                 Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Lipid adala salah satu kelas molekul biologi yang berukuran besar yang tidak mencakup
polimer sejati, dan biasanya tidak cukup besar untuk dianggap sebagai makromolekul.
2.      Lipid dapat digolongkan sebagai berikut ; Asam lemak, Lemak, Lilin, Fosfolipid,
Spingolipid, Terpen, Steroid, Lipid kompleks
3.      Biosintesis atau anabolisme merupakan fase pembentukan atau sintesis dari metabolisme,
molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil disusun menjadi makromolekul besar
yang merupakan komponen sel.
4.      Proses biosintesis lipid meliputi:
a)      Asam Lemak
Biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama: pertama, pembentukan malonil
koenzim-A dari asetil koenzim-A; kedua, pemanjangan rantai asam lemak sampai
terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil koenzim-A
dan pelepasan CO ; dan ketiga,pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap bergantung
2

pada adaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel


b)      TRIGLISERIDA
i.                    Tahap pertama sintesis trigliserida
ii.                  Gliserofosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil Koenzim-A membentuk suatu
asam fosfatidat.
iii.                Reaksi hidrolisis asam fosfatidat ini dengan fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan
suatu 1,2-digliserida.
iv.                 Asilasi terhadap1,2-digliserida ini merupakan reaksi pada tahap akhir karena molekul asik
koenzim – A akan terikat pada atom C nomor 3, sehingga terbentuk trigleserida.

c)      FOSFOLIPID
i.        1,2-digliserida dapat pula bereaksi dengan sitidindifosfat-etanolamina menghasilkan
fosfatidil etanolamina.
ii.                  Kemudian fosfoetanolamina atau fosforil kolin bereksi sebagai sitidintrifosfat ( CTP)
menghasilkan CDP-Etanolamina atau CDP Kolin.
iii.                CDP-Etanolamina atau CDP kolin dapat bereaksi dengan 1,2-digliserida membentuk
fosfatidiletanolamina atau fosatidil kolin.
iv.                fosfatidilseril dapat terbentuk dari fosfatidiletanolamina dengan serindan terjadi pergantian
gugus etanolamina dengan gugus serin.
d)     KOLESTEROL
i.                    asetil KoA diubah menjadi isopentenilpirofosfat dan dimetalilpirofosfat melalui bebepara
reaksi
ii.                  isopentenilpirofosfat dan dimetalilpirofosfatbereaksi membentuk kolesterol.
DAFTAR PUSRAKA
Anonim. 2013. Anabolisme Lipid. Diaksese
dari :http://herdianaakhyar.blogspot.com/2013/08/anabolisme-lipid.html , pada tanggal 16
Juni 2014.
Campbell, N.A. 2008. Biologi Edidi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Poedjadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Poedjadi, A. 2012. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai