Anda di halaman 1dari 6

Vol 3 No 1 Tahun 2018 (76-81)

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan


http://ejournal.upi.edu/index.php/JTIKOR/

Perbandingan Metode Interval Training dan Continuous


Run terhadap Peningkatan Vo2max
Badruzzaman Busyairi , Hamidie Ronald Daniel Ray

Program Studi Ilmu keolahragaan, Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Info Artikel Abstrak


____________________ _________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima: Februri-2018 Tujuan dari penelitian ini adalah apakah ada peningkatan sebagai acuan pembanding
Disetujui: Mei-2018 bagi pelatih dalam menentukan efektivitas peningkatan VO2max dengan
Dipublikasikan : Mei-2018 menggunakan metode interval training dan continuous training. Penelitian ini
____________________ merupakan penelitian Quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
Kata Kunci:
VO2max, interval training, dan SSB Bina Muda Sukatani yang terdiri atas 20 siswa usia 15-19 tahun, dengan subjek
continuous training penelitian di kelompokan menggunakan metode ordinal pairing yang dibagi menjadi
dua kelompok masing-masing kelompok 10 orang. Kelompok pertama dilatih
menggunakan metode interval training dan kelompok dua menggunakan metode
continuous. Desain dalam penelitian ini Two Group Pre-Test Post-Test Design.
Instrumen penelitian menggunakan bleep test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
uji paired test, sig.2 tailed sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan antara
nilai sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan, (2) uji independent test, sig.2 tailed
sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan antara interval training dengan
continuous training (3) Terdapat kenaikan VO2max pada interval training sebesar
3,59 ml/kg/min (4) Terdapat kenaikan VO2max pada continuous training sebesar
1,29 ml/kg/min sehingga metode interval training lebih efektif dibandingkan dengan
metode continuous training.
_________________________________________________________
Abstract
The purpose of this study is whether there is an improvement as a benchmark for the coach in
determining the effectiveness of VO2max improvement by using interval training and continuous
training methods. This research is Quasi experiment research. The population in this study are
students of SSB Bina Muda Sukatani consisting of 20 students aged 15-19 years, with research
subjects in grouping using ordinal pairing method that is divided into two groups of each group
of 10 people. The first group was trained using interval training method and group two using
continuous method. Design in this study Two Group Pre-Test Post-Test Design. The research
instrument used bleep test. The results showed that the paired test, sig.2 tailed test was 0.000
<0,05, meaning that there was difference between the value before treatment and after treatment,
(2) independent test test, sig.2 tailed by 0,000 <0,05, the difference between the training interval
and the continuous training (3) There was an increase in VO2max at the training interval of 3.59
ml / kg / min (4) There was a VO2max increase in continuous training of 1.29 ml / kg / min
so that the interval training method was more effective than with continuous training method.

© 2018 Universitas Pendidikan Indonesia



Alamat korespondensi: eISSN: 2549-6360
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung
E-mail: Badruzzamanbusyairibzb26@gmail.com

76
Badruzzaman Busyairi / Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 3 (1) (2018)

PENDAHULUAN yang tinggi. Untuk memenuhi tuntutan daya


tahan tersebut seorang harus mempunyai energi
Olahraga sangat bermanfaat untuk dalam jumlah banyak. Tuntutan energi dalam
kesehatan, karena dapat meningkatkan kualitas jumlah banyak itu akan diproduksi melalui
hidup dan memperlambat kemunduran status sistem aerobik yang memerlukan oksigen, oleh
kebugaran seseorang akibat penuaan, penyakit, karena itu tinggi rendahnya daya tahan seorang
dan lingkungan. Olahraga yang teratur, dapat para pemain tergantung dari tinggi rendahnya
meningkatkan fungsi dari jantung, pernafasan, kapasitas oksigen maksimal atau VO2max.
dan otot. Olahraga apapun jenisnya tak lepas Tinggi rendahnya VO2max para pemain sangat
dari kebutuhan akan kesegaran jasmani yang berpengaruh pada kondisi fisik atau kesegaran
baik. Salah satu unsur dari kesegaran jasmani jasmani pemain. Seseorang yang memiliki
adalah daya tahan. Daya tahan adalah VO2max yang tinggi tidak saja mampu
kesanggupan jantung dan paru serta pembuluh melakukan aktivitas daya tahan dengan baik
darah untuk berfungsi secara optimal dalam tetapi lebih dari itu, mereka akan mampu
keadaan istirahat serta latihan untuk mengambil melakukan recovery (pemulihan) kondisi
oksigen kemudian mendistribusikannya ke fisiknya lebih cepat dibandingkan dengan orang
jaringan yang aktif untuk digunakan pada pada yang memiliki VO2max yang rendah. Sehingga
proses metabolisme tubuh. Daya tahan ini sering kemampuan atlet untuk melakukan aktivitas
disebut sebagai daya tahan aerobik (Stølen, berikutnya bisa lebih cepat dan mampu bertahan
Chamari, Castagna, & Wisløff, 2005). Pada dalam jumlah waktu yang lama.
dasarnya ada dua macam ketahanan, yaitu Pengukuran ketahanan daya tahan
aerobik dan anerobik. Ketahanan aerobik aerobik dapat dilakukan dengan mengukur nilai
mendominasi olahraga yang menuntut energi komsumsi oksigen maksimal VO2max adalah
untuk waktu yang lama dan tidak menimbulkan jumlah terbanyak oksigen yang dapat digunakan
hutang oksigen, contoh: dayung, sepakbola. dalam suatu latihan yang maksimal,
Sedangkan ketahanan anerobik terdapat pada menggunakan seluruh tubuh, dan diukur pada
olahraga yang menggunakan energi yang ketinggian yang setara dengan permukaan air
banyak dalam waktu yang singkat yang laut. Sebelum usia pubertas, anak laki-laki dan
menimbulkan hutang oksigen, contoh: lari perempuan memiliki nilai VO2max yang tidak
sprint, angkat besi. jauh berbeda, tapi setelah itu anak perempuan
Olahraga aerobik adalah setiap jenis jauh tertinggal. Rata-rata remaja perempuan
kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat memiliki nilai VO2max antara 15 hingga 25%
intensitas sedang untuk jangka waktu tertentu. lebih kecil dari remaja pria, walaupun terdapat
Dalam sistem aerobik ini bahan bakar di-suplai pendapat lain yang menunjukkan perbedaan 20-
baik dari karbohidrat maupun dari lemak yang 37%.
tersimpan di dalam tubuh kita, dengan oksigen Dalam dunia olahraga daya tahan
sebagai proses konversi (pengubah) energinya”. memiliki peran yang sangat penting pada setiap
Harsono (2016). Dalam hal ini, oksigen cabang olahraga gerak. Sepak bola merupakan
digunakan untuk "membakar" lemak dan gula olahraga yang paling dominan dalam
untuk menghasilkan adenosin trifosfat yang penggunaan kekuatan daya tahan. Banyak tim
merupakan pembawa dasar dari energi di tingkat sepak bola memiliki tingkat daya tahan
sel. Dalam arti harfiah, "aerobic" berarti (VO2max) yang rendah. Hal itu disebabkan oleh
"dengan oksigen". Yakni penggunaan oksigen beberapa faktor diantaranya kurang
dalam pembuatan energi seperti yang dilakukan terprogramnya sistem latihan yang baik,
oleh otot-otot. minimnya kejuaraan yang dilaksanakan, latihan
Sepak bola merupakan permainan yang kurang tepat dalam meningkatkan daya
olahraga yang memprioritaskan kemampuan tahan (VO2max). Keunggulan seorang atlet
daya tahan aerobik yang baik atau VO2max

77
Badruzzaman Busyairi / Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 3 (1) (2018)

terletak pada kemampuan menyediakan oksigen latihan kontinu pemberian bebannya


sesuai keperluannya. Atlet yang kebugarannya berlangsung lama, panjang pendeknya waktu
baik mempunyai nilai VO2max yang lebih tinggi pembebanan tergantung dari lamanya aktivitas
dan dapat melakukan aktifitas lebih kuat dari cabang olahraga yang dilakukan”. Sukadiyanto
pada atlet yang memiliki daya tahan yang (2011). Latihan ini juga sering disebut dengan
rendah, sehingga unsur VO2max dalam lari jarak jauh, yang dimaksud dengan latihan ini
olahraga adalah salah satu faktor yang adalah latihan berlari dengan kecepatan dan
menentukan. jarak yang ditentukan, tanpa waktu istirahat
Untuk meningkatkan VO2max latihan sampai seluruh jarak ditempuh. Fox and
fisik harus dilakukan, peningkatan VO2max Mathews (1993) “Membagi latihan menjadi 2
sebaiknya dengan cara program latihan aerobik, cara, masing-masing adalah disebut continuous
karena dengan latihan aerobik sudah ada slow running (CSR) dan continuous fastrunning
pembebanan yang meningkatkan jantung (CFR)”.
maupun paru. Tinggi rendahnya VO2max para Latihan CSR biasanya jarak yang harus
pemain sangat berpengaruh pada kondisi fisik ditempuh adalah meliputi jarak antara 2-5 kali
atau kesegaran jasmani pemain. Menurut jarak lomba. Misalnya pelari 1 mil, maka
Sukadiyanto (2011) “Peningkatan VO2max mereka berlatih dengan jarak antara 2-5 mil.
menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau Dengan ketentuan bahwa intensitas latihan
ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak meliputi 70-75% HRR atau kirakira 80-85%
terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum HRmax. Sedangkan latihan CFR, adalah
usia 11 tahun. Secara umum, kemampuan latihan lari dengan fase yang lebih cepat dari
aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun”. latihan CSR, serta jarak yang ditempuh lebih
Dalam melatih komponen daya tahan pendek dan akibat kelelahan lebih awal dicapai.
diperlukan waktu cukup lama untuk Misalnya pelari 1 mil, maka mereka berlatih
memperoleh perkembangan yang optimal. dengan jarak ¼ mil. Dengan ketentuan bahwa
Namun dalam beberapa pertandingan sering intensitas latihan meliputi 80-90% HRR atau 85-
kali selang waktu yang tersedia hanya sedikit. 95% HRmax.
Sehingga diperlukan metode latihan yang efektif
dan efesien yang bisa dipakai oleh atlet untuk METODE
bisa meningkatkan daya tahan dalam waktu Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang tersedia. Metode latihan yang dapat adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yang
dipakai untuk maksud tertentu adalah metode dianggap mempunyai derajat kepastian paling
interval training dan metode continuous tinggi (tidak mutlak). Peneliti membuat prediksi
training. terhadap penelitian eksperimen. Kondisi diatur
Metode interval training merupakan sedemikian rupa, perlakuan terhadap objek
metode yang sering dipakai oleh pelatih dan dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara
atlet. Definisi ini dijelaskan oleh Harsono cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh
(1988), sebagai berikut “ Latihan interval dikendalikan, dengan harapan derajat kepastian
training adalah suatu sistem latihan yang jawaban semakin tinggi. (Sudjana, N. dan
diselingi oleh interval-interval yang berupa Ibrahim, 2010).
masa-masa istirahat”. Dari pendapat tersebut Desain eksperimen Twogrup pretest-
dapat dilihat bahwa interval training dapat posttest ini hanya memiliki 2 set data hasil
dilakukan dalam berbagai bentuk seperti citcuit pengukuran yaitu pretest (O1) dan pengukuran
training, interval running, interval swimming. posttest (O2). Teknik analisis data yang dipilih
Cara lain yang juga sering dipakai untuk tentu saja two sample t-test. Hipotesis yang diuji
meningkatkan kemampuan daya tahan hanya satu yaitu ada perbedaan antara nilai
kardiovaskuler adalah metode continuous rerata pretest dan nilai rerata posttest. Desain
training. “Pada umumnya aktivitas dari metode penelitian Two-grup pretest-posttest ini

78
Badruzzaman Busyairi / Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 3 (1) (2018)

membandingkan antara dua metode interval Kemudian melakukan Uji Homogenitas.


traning dan continuous. Dalam penelitian ini tes Uji homogenitas ini adalah untuk mengetahui
dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan homogen apa tidaknya suatu data. Pada
sesudah perlakuan (treatment). Perbedaan pengujian homogenitas ini peneliti
antara pretest dan posttest ini diasumsikan menggunakan Independent Sample T test yang
merupakan efek dari treatment atau hasil dari dilihat pada kolom Levene’s Test for Equality of
perlakuan diharapkan dapat diketahui lebih Variances.
akurat, karena terdapat perbandingan antara Terakhir melakukan uji t atau uji
keadan sebelum dan sesudah diberi perlakuan signifikasi. Dalam pengujian ini terdapat 2 tes uji
dan diketahui manakah metode yang lebih signifikasi yaitu uji signifikasi peningkatan
efektif untuk peningkatan VO2max. masing-masing kelompok (interval training dan
continuous training) dengan menggunakan
Partisipan Paired Sample Test. Lalu uji signifikasi
Partisipan dalam penelitian ini adalah perbedaan peningkatan hasil kedua kelompok,
peserta/atlet SSB Bina Muda Sukatani. Jumlah dimana peneliti menggunakan Independent
partisipan yang terlibat sebanyak 20 orang Sample t test yang bertujuan untuk mengetahui
dengan usia 15-19 tahun. Pemilihan adakah perbedaan peningkatan yang signifikan
menggunakan teknik Purposive. Dasar dari hasil kedua kelompok.Pada bagian ini
pertimbangan dalam pemilihan partisipan ungkapan secara jelas metode penelitian yang
adalah berdasarkan keefektifan waktu/jarak, hal digunakan, didalamnya termasuk subjek
ini memudahkan peneliti untuk dapat penelitian, instrumen dan teknik analisis.
memantau partisipan. Selain itu juga pemilihan
partisipan berdasarkan keaktifan peserta/atlet HASIL DAN PEMBAHASAN
SSB Bina Muda Sukatani dalam latihan. Berdasarkan hasil pengambilan dan
pengolahan data yang telah dilakukan, maka
Instrumen diperoleh temuan Metode Interval training
Instrumen yang digunakan dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penelitian ini adalah Bleep Test. peningkatan vo2max . Seperti yang dijelaskan
oleh Harsono (2016), “Interval training sangat
Analisis data dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh
Setelah data tes awal dan tes akhir karena memang hasilnya sangat positif bagi
terkumpul, langkah selanjutnya adalah perkembangan daya tahan maupun stamina
mengolah data tersebut secara statistik. Peneliti atlet”. Dari penjelasan tersebut dan sejalan
menggunakan SPSS 20 untuk mengolah data dengan hasil penelitian yang didapat maka
yang telah diperoleh. Adapun prosedur langkah- sistem latihan interval dapat meningkatkan
langkah pengolahan data tersebut sebagai kapasitas VO2max atlet. Adapun peningkatan
berikut : kenaikan VO2max pada interval training
Pertama mencari mean (rata-rata) dan sebesar 3,6 ml/kg/min.
simpangan baku dengan menggunakan Sample Metode Continuous training memberikan
Kolmogorov-Smirnov Test. pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
Selanjutnya melakukan uji normalitas VO2max. Harsono (2016), “Ada tiga sistem
menggunakan spss 20. Uji normalitas ini latihan atau basic forms yang dapat menjamin
bermaksud untuk mengetahui penyebaran dari peningkatan daya tahan kardiovaskular, yaitu
distribusi data, apakah menyebar secara normal sistem continuous training, playing with speed,
atau tidak. Dalam pengujian normalitas data interval training”. Jika latihan continuous
peneliti menggunakan Sample Kolmogorov- dilakukan dengan benar dan teratur
smirnov Test. perkembangan daya tahan akan meningkat, hal
ini seperti yang dijelaskan oleh Harsono (2016),

79
Badruzzaman Busyairi / Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 3 (1) (2018)

“Dengan berlatih (latihan kontinu) dengan beberapa faktor lain yang juga dapat
intensitas 70% sebanyak tiga sesi per minggu menentukan terhadap hasil yaitu seperti
selama beberapa minggu, perkembangan daya pengaturan pola makan dan juga pola istirahat.
tahan akan sangat terasa”. Dari penjelasan Untuk itulah kemungkinan peningkatan
tersebut dan sejalan dengan hasil penelitian yang VO2max akan lebih baik dan maksimal lagi
diperoleh maka sistem latihan continuous apabila pola makan dan pola istirahat diatur
memang dapat meningkatkan kapasitas dengan sebaik-baiknya.
VO2max atlet. Adapun kenaikan VO2max pada Bagian ini memberikan penjelasan
continuous training sebesar 1,3 ml/kg/min. mengenai hasil penelitian lapangan (temuan
Metode interval training lebih baik lapangan) yang telah dilakukan. Hasil penelitian
dibandingkan dengan metode continuous ditulis dengan menggunakan narasi. Di dalam
training terhadap peningkatan VO2max. penulisan hasil penelitian tidak dianjurkan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan dot points atau teknik penulisan
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pengabjadan. Bagian pembahasan dapat
pengaruh yang signifikan dari kedua kelompok menggunakan pilihan kata yang lebih sesuai
(interval training dan continuous training) dengan isi pendahuluan
terhadap peningkatan kapasitas VO2max.
Disimpulkan bahwa dengan latihan fisik KESIMPULAN
menggunakan metode latihan interval training Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
dapat meningkatkan VO2max secara signifikan. dan uraian yang telah dikemukakan, maka
Dengan intesitas latihan yang tinggi (70% dari kesimpulan yang peneliti ambil dari hasil
kemampuan maksimal) yang diselingi oleh penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode
istirahat (2-3 menit) membuat peningkatan Interval Training Terhadap Peningkatan
VO2max lebih signifikan. Keuntungan yang Vo2max pada Tim Sekolah Sepakbola Bina
diperoleh dengan menggunakan metode latihan Muda Sukatani Kabupaten Bekasi. Selain itu,
interval jika dibandingkan dengan metode terdapat pengaruh Metode Continuous Training
lainnya terhadap peningkatan Vo2max pada Tim
Sama halnya dengan interval training, Sekolah Sepakbola Bina Muda Sukatani
continuous training pun dapat meningkatkan Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menyimpulkan
VO2max secara signifikan. Hal ini dikarenakan Metode Interval Training lebih baik
lari secara terus menerus akan dapat dibandingkan dengan Metode Continuous
menghasilkan adaptasi aerobik dengan baik. Training terhadap peningkatan Vo2max Pada
Seperti yang diutarakan oleh Harsono (2016), Tim Sekolah Sepakbola Bina Muda Sukatani
“Lari terus menerus yang lebih dari 30 menit Kabupaten Bekasi.
dengan tempo yang sedang di bawah ambang Berdasarkan pada hasil penelitian, penulis
rangsang anaerobik (anaerobic threshold) akan mempunyai beberapa saran bagi para
menghasilkan adaptasi aerobik dengan baik”. atlet/pemain cabang olahraga yang
Meskipun kedua metode latihan tersebut berklasifikasi daya tahan disarankan untuk lebih
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap meningkatkan VO2max, karena dalam hal ini
peningkatan VO2max, nyatanya terdapat pemain/atlet yang memiliki VO2max yang baik
perbedaan pengaruh yang signifikan diantara akan mampu untuk bekerja atau berlatih dalam
latihan interval training dengan continuous waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan
training. Perbedaan tersebut adalah dimana yang berlebihan dan dampaknya hasil yang
interval training memiliki pengaruh yang lebih dilakukan menjadi lebih baik.Selain itu, bagi
baik dibandingkan dengan continous training rekan mahasiswa yang akan mengadakan
terhadap peningkatan VO2max. penelitian lebih lanjut tentang metode latihan
Terlepas dari metode latihan yang dalam meningkatkan VO2max penulis sarankan
diberikan untuk meningkatkan VO2max ada untuk meneliti metode latihan lainnya yang juga

80
Badruzzaman Busyairi / Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 3 (1) (2018)

meningkatkan VO2max seperti Fartlek (playing


with speed) ataupun meneliti tipe-tipe latihan
interval seperti diantaranya long interval
training, intermediate interval training, dan
short interval training. Untuk diteliti lebih lanjut
tipe interval manakah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Fox E., L. Mathews D., K. (1993). The Physiological
basis of Physical Education and Athletics.
5eds. Iowa: Brown & Benchmark 41 1-445.
Harsono. (1988). Panduan kepelatihan . Jakarta.
KONI.
Harsono. (2016). Latihan kondisi fisik (untuk atlet
dan kesehatan). Bandung: FPOK-UPI
Bandung
Stølen, T., Chamari, K., Castagna, C., & Wisløff, U.
(2005). Physiology of Soccer. Sports
Medicine, 35(6), 501–536.
https://doi.org/10.2165/00007256-
200535060-00004
Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan
Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sukadiyanto. (2011). Pengantar teori dan metodologi
melatih fisik. Bandung: Lubuk Agung.

81

Anda mungkin juga menyukai