Anda di halaman 1dari 12

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia

ROSIHAN ROSMAN
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute
Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

ABSTRAK campuran makanan dan minuman (Rosman,


Vanilla planifolia Andrews merupakan salah satu 1986a).
tanaman dari keluarga Orchidaceae yang buahnya Perkembangan luas areal panili di Indonesia
bernilai ekonomi tinggi dan saat ini telah berkembang terus meningkat. Pada tahun 1983 yang hanya
luas di berbagai propinsi di Indonesia. Teknologi yang 3.786 ha, telah meningkat pesat hingga lima kali
mendukung pengembangannya pun sudah cukup
lebih luas menjadi 15.922 ha pada tahun 2003. Hal
tersedia. Sehubungan dengan adanya penyakit busuk
batang panili (BBP) hingga saat ini masih terus
tersebut menunjukkan bahwa komoditas panili
dilakukan upaya penelitian untuk menanggulanginya. memiliki daya tarik yang cukup besar,
Arahnya berbagai tantangan perlu dipecahkan dan dikarenakan nilai ekonominya yang cukup tinggi.
peluang perlu dicari solusinya. Untuk itu strategi Berkembangnya areal penanaman panili ini tidak
pengembangan yang tepat perlu menjadi perhatian, terlepas dari dukungan teknologi yang ada. Pada
yaitu pengembangan ke lokasi yang sesuai, adopsi
tahun 1983 areal pengembangan sebagian besar
teknologi budidaya yang mampu meningkatkan
produktivitas dan efisiensi, pola tanam yang sesuai,
berada di Lampung dan Pulau Jawa. Namun
serta upaya mendapatkan varietas yang tahan penyakit dengan berkembangnya teknologi informasi dan
busuk batang panili. banyaknya pertemuan/seminar yang diadakan
oleh berbagai instansi terkait dalam upaya
Kata kunci : Panili, Vanilla planifolia Andews, status, mensosialisasikan teknologi yang ada dan sedang
strategi, pengembangan, Indonesia. dilakukan ketika itu, maka penanaman panili
ABSTRACT
mulai merambah ke hampir seluruh propinsi di
Indonesia. Perkembangan yang mengembirakan
Status and Strategy of Vanila Development in dari segi luas areal tersebut, belum sejalan dengan
Indonesia peningkatan produktivitas tanaman dan nilai
ekonomi.
Vanilla planifolia Andrews is one of the Orchidaceae
families. It has high economi value and has developed Produksi panili Indonesia dapat dikatakan
in Indonesia. The technology to support vanila seluruhnya untuk kebutuhan ekspor. Ekspor
development is avalaible. Due to the Vanilla root rot panili Indonesia pada tahun 2003 mencapai 663
disease which still exists up to now, the research to ton dengan nilai US$ 18.351.272 (Dirjenbun, 2000).
control the disease is still corried out. The direction is Dari total tersebut tidak dikemukakan bagaimana
that various challenges should be overcome and
mutu yang diekspor, namun tahun 1998
opportunity should be found out. Therefore, it is
necessary to determine the strategy for vanila (Departemen Perdagangan, 1999) membagi mutu
development, i.e. the developmen of vanila in suitable yang diekspor adalah mutu I 27,25%, mutu II
area adoption of cultivation technique which improve 44,69%, dan mutu III 28,16%. Rendahnya sebagian
productivity and efficiency, appropriate planting besar mutu panili Indonesia ini disebabkan oleh
pattern, and effort to produce variety which is resistant waktu panen yang tidak tepat (petik muda)
to vanila root rot
maupun proses pasca panen yang kurang tepat.
Key words : Vanila, Vanilla planifolia Anderws, status, Adanya petik muda juga disebabkan oleh
strategy, development, Indonesia. masalah pencurian/keamanan, permintaan pasar
dan kebutuhan ekonomi. Sebetulnya panili
Indonesia memiliki kadar vanillin yang tinggi
PENDAHULUAN (2,75%) dan dikenal dengan nama Java vanilla
beans.
Vanilla planifolia Andrews merupakan salah Hasil pengamatan di lapang terlihat juga
satu tanaman dari keluarga Orchidaceae yang bahwa sebagian besar kondisi pertanaman panili
buahnya bernilai ekonomi tinggi (Rosman et al., di Indonesia relatif kurang baik pertanamannya.
1989). Buah panili dapat digunakan sebagai bahan Hal tersebut selain tidak diterapkannya teknologi

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 43


yang dianjurkan juga disebabkan oleh pengaruh panili kita yang juga tinggi kadar vanilinnya.
ketika harga rendah di pasaran, yang berakibat Adanya kekhawatiran efek samping terhadap
banyak tanaman dibiarkan tidak terawat, pohon kesehatan dalam menggunakan bahan-bahan
pelindung dan gulma menutupi sekitar tanaman sintetis, akan mendorong perkembangan
panili sehingga lingkungan menjadi lembab dan penggunaan panili alamiah. Luasnya wilayah
akibatnya muncul penyakit busuk batang. yang sesuai untuk tanaman panili berdasarkan
Sebaliknya ketika harga tinggi petani ber- kajian lahan dan iklim di Indonesia, menunjukkan
semangat memelihara tanamannya. Penyakit bahwa lahan cukup tersedia bagi pengembangan
busuk batang panili jika dibiarkan akan tanaman panili. Tingginya jumlah penduduk
mengganggu pertumbuhan tanaman panili, Indonesia khususnya penduduk usia kerja
sehingga dapat menyebabkan kematian bagi menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja
tanaman tersebut. juga cukup banyak.
Mengingat posisi panili Indonesia yang saat Masih adanya penyakit busuk batang panili
ini termasuk negara kedua di dunia, penghasil perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan
panili setelah Madagaskar, tentunya harus varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut.
dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Berbagai Mengingat kebutuhan dunia sekitar 2000 ton dan
tantangan dan peluang perlu mendapat kita baru mengekspor 729 ton, memperlihatkan
perhatian. Penanganan teknologi budidaya dan bahwa peluang bersaing dengan negara lainnya
penyakit melalui pola tanam perlu dipikirkan, masih tetap ada.
karena saat ini penanaman panili sebagian besar Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk
monokultur sehingga saat harga panili jatuh, mendukung pengembangan panili di Indonesia
petani tidak bersemangat untuk memeliharanya diperlukan strategi yang tepat agar tingkat
dan tanaman dibiarkan tidak terpelihara yang produktivitas tanaman dan pendapatan petani
mengakibatkan produktivitasnya menurun. panili selalu pada kondisi yang baik dan
Melalui pola tanam diharapkan dapat men- berkelanjutan. Strategi pengembangan yang tepat
dukung peningkatan produktivitas lahan, seperti pengembangan ke lokasi yang sesuai,
sehingga petani memiliki alternatif lain selain adopsi teknologi budidaya yang mampu
panili untuk menunjang kebutuhan hidupnya. meningkatkan produktivitas dan efisien, pola
Adanya penyakit busuk batang panili yang masih tanam serta upaya mendapatkan varietas yang
belum teratasi merupakan tantangan yang harus tahan penyakit busuk batang panili perlu
dihadapi, karena adanya penyakit ini akan mendapat perhatian
berpengaruh terhadap pendapatan petani. Oleh
karenanya upaya penelitian ke arah mendapatkan
PERKEMBANGAN TANAMAN PANILI DI
varietas tahan penyakit sangatlah diperlukan.
INDONESIA
Hasil dari tanaman panili adalah buahnya yang
bila diolah hasilnya lebih lanjut dapat berupa Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa
buah panili kering, powder, ekstrak buah panili, panili sebagai komoditas ekspor yang cukup
dan kristal panili. Hingga kini produk dalam berperan dalam mendatangkan devisa bagi
bentuk kristal masih belum diusahakan di negara, maupun sebagai sumber pendapatan
Indonesia. Penelitian ke arah produk-produk jadi petani sehingga perlu mendapat perhatian dalam
ini perlu dipertimbangkan, tentunya melalui pengembangannya. Pengembangan panili akan
kajian-kajian yang mendalam. Untuk menangani berhasil dengan baik bila didukung oleh
persaingan dengan produk sintetis, perlu teknologi yang baik pula. Teknologi yang
mendapat perhatian. Promosi “back to nature” mendukung pengembangan panili telah banyak
yang hingga saat ini terus didengungkan tentu dihasilkan namun belum sepenuhnya diadopsi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan yang oleh petani didalam pengusahaan tanaman ini.
perlu disebarluaskan. Panili merupakan tanaman asli Mexico yang
Dengan semakin kuatnya isu mengenai pasar masuk ke Eropa pada tahun 1721 (Rosmeilisa et
bebas mendorong kita untuk lebih meningkatkan al., 1987). Tanaman panili baru masuk ke
kuantitas dan kualitas agar dapat lebih berperan Indonesia pada tahun 1819 dan mula-mula
di pasaran dunia. Belum masuknya Indonesia ke berkembang di Jawa Barat, Lampung, Bali dan
dalam asosiasi panili dunia berpeluang untuk terus menyebar ke berbagai propinsi di Indonesia.
memperluas pangsa pasar kita. Selain itu kualitas Panili Jawa sebelum perang dunia II cukup

44 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54


dikenal di pasaran dunia karena mutunya cukup akibatnya tanaman tumbuh kurang baik dan
baik (Rosman dan Rusli 1989). bahkan dapat menjadi mati.
Daerah yang paling luas dan penghasil panili Luas areal tahun 2003 meningkat dibanding
tertinggi adalah Sulawesi Utara yaitu 6.214 ha tahun 1983, namun produksi menurun. Hal
dengan produksi 446 ton, diikuti oleh propinsi tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan dalam
Sulawesi Selatan dan propinsi lainnya. Sebagian peningkatan luas areal belum disertai dengan
besar pertanaman panili di Indonesia adalah keberhasilan dalam meningkatkan produktifitas.
berupa perkebunan rakyat. Perkebunan swasta Pada tahun 1983 luas areal panili 3.786 ha dengan
luasnya 126 ha dengan produksi 3 ton.
produksi 617 ton, sedangkan pada tahun 2003
Perkebunan swasta terluas terdapat di Jawa
dengan luas areal 15.922 ha hanya menghasilkan
Timur mencapai 117 ha dengan produksi 2 ton.
Propinsi Jawa Barat, Lampung dan Bali yang 2.375 ton. Tingkat kerusakan tanaman sangat
dahulunya merupakan sentra produksi panili menentukan produksi. Hal ini terlihat dari jumlah
terbesar kini telah digantikan oleh Propinsi tanaman yang rusak dan belum menghasilkan
Sulawesi Utara. Di Propinsi Sulawesi Utara (Tabel 1). Tingkat kerusakan hampir mencapai
kondisi pertanaman relatif belum ada penyakit 10% (1.151 ha), sedangkan tanaman yang belum
busuk batang, sedangkan di Propinsi Lampung, menghasilkan sekitar 30% (5.176 ha). Selain itu
Jawa Timur dan Bali telah banyak tanaman yang mutu panili yang rendah dan terlihat dari total
terserang penyakit busuk batang yang disebabkan ekspor beberapa tahun sebelumnya. Ekspor
oleh Fusarium oxisporum. Penyakit ini muncul dan tertinggi terjadi pada tahun 1992 sebanyak 763
berkembang dipicu oleh perawatan yang kurang ton dengan nilai US$ 22.680.000. Rendahnya mutu
oleh petani, karena harga panili yang fluktuatif.
ekspor didukung pula oleh permintaan pasar
Gulma dan pohon pelindung telah menutupi
akan mutu tersebut. Pada tahun 1989 ekspor
tanaman panili sehingga cahaya yang masuk
panili Indonersia mutu I dan II yaitu 15,67% dan
menjadi kurang dan hal ini meningkatkan
perkembangan Fusarium oxisporum. Sebagai 27,25% (Pusjiturang dalam Risfaheri, 1990).

Tabel 1. Status tanaman panili (TBM, TM, TTM, produksi, dan jumlah KK) Indonesia tahun 2000.
Luas areal (Ha) Produksi Rerata produksi Jumlah
Propinsi
(ton) (kg/Ha) (KK)
TBM TM TTM/TR Jumlah
Aceh 0 0 0 0 0 0 0
Sumatea Utara 121 189 4 314 95 502,86 720
Sumatera Barat 9 15 3 27 5 357,14 73
Riau 0 0 0 0 0 0 0
Jambi 9 4 23 36 1 250 3.058
Sumatera Selatan 14 25 0 39 2 86,96 265
Bengkulu 33 18 17 69 4 235,29 68
Lampung 300 526 156 982 278 527,72 2.185
Jawa Barat 208 406 176 791 156 382,98 7.859
Banten 24 77 11 111 16 211,27 368
Jawa Tengah 54 80 33 167 21 256,76 4.017
D.I. Yogyakarta 8 8 0 15 1 142,86 60
Jawa Timur 78 152 148 378 14 92,20 3.829
Bali 105 175 109 389 5 30,86 6.361
NTB 284 365 62 711 76 207,10 966
NTT 934 1.040 173 2.147 471 452,75 7.286
Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0
Kalimantan Selatan 2 1 0 3 0 0 167
Kalimantan Timur 29 9 11 49 1 125 84
Sulawesi Utara 1.445 4.424 313 6.183 445 100,59 7.577
Gorontalo 3 12 16 31 1 90,91 27
Sulawesi Tengah 204 395 130 729 58 147,54 1.415
Sulawesi Selatan 1.273 1.158 126 2.558 718 620,34 7.171
Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0
Maluku 13 10 4 27 3 333,33 173
Maluku Utara 25 15 0 40 0 0 116
DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0
INDONESIA 5.176 9.105 1.515 15.796 2.372 260,53 53.846
Sumber : Dirjen Bina Produksi Perkebunan (2004)

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 45


DUKUNGAN PENELITIAN DALAM mulai tahun 1985, untuk Pulau Sumatera
UPAYA PENGEMBANGAN (Rosman, 1985), Pulau Jawa dan Madura
TANAMAN PANILI (Rosman, 1986a), Pulau Bali (Rosman 1986b), dan
Pulau Sulawesi (Rosman, 1987). Selain itu pada
Kesesuaian Lahan dan Lingkungan tahun 1986, Balittro melakukan pemetaan
kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman panili
Hasil pengamatan penulis di lapang pada
di daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa
tahun 1985 banyak pertanaman panili tidak
Tenggara Timur.
dikembangkan di lokasi yang sesuai dengan
persyaratan tumbuhnya. Untuk itu dalam upaya
Bahan Tanaman
mendukung pengembangan tanaman panili di
Indonesia berbagai penelitian telah dilakukan. Penggunaan setek di lapang sangat beragam
Sebagai langkah awal dalam upaya pengem- dari setek pendek (4 ruas) hingga panjang 1 m (8-
bangan tanaman panili, mulai tahun 1985 telah 12 ruas). Untuk itu telah dilakukan penelitian
dipelajari karakteristik lahan dan iklim yang penggunaan berbagai jumlah ruas setek panili.
dikehendaki oleh tanaman panili secara nasional. Sujindro dan Rachmadiono (1983) meneliti
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh penggunaan zat pengatur tumbuh pada setek 5-8
disusun kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk ruas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tanaman. pemberian ZPT yang mengandung bahan aktif
Dari penyusunan kriteria kesesuaian lahan naphthalene acetamide, methyl naphthalene
dan iklim tersebut dilakukan pemetaan acetamide, methyl naphthalene acetic acid dan
kesesuaian wilayah untuk pengembangan panili indole butyric acide (Rootone F) pada setek panili
di Indonesia. (Tabel 2). Pemetaan dalam upaya dengan dosis 50 mg setiap setek dapat
mendapatkan lokasi yang sesuai telah dilakukan meningkatkan jumlah, berat kering akar, dan

Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman panili

Faktor Lingkungan Amat sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai

Ketinggian (m dpl) 300-400 1-300 700-1200 > 1200


400-700 <1
Iklim :
Curah hujan (mm/tahun) 1500-2000 2000-3000 >3000 >3000
1000-1500 850-1000 <850
Hari hujan 80 – 178 178-210 <80, >178 <80, >178
Bulan basah (>100 mm/bulan) 7-9 5-6 3-4, <3,
10-11 >11
Bulan kering (< 100 mm/bulan) 2-3 3-4 <2 <2
4-6 >6
Temperatur rata-rata harian (°C) 24-26 23-24 20-22 <20
27-28 >28
Kelembaban (%) 60-75 50-60 <50 <50
Radiasi matahari (%) 30-50 76-80 >80 <50

Drainase Baik Agak baik, Agak terhambat Terhambat


Tekstur lempung berpasir Lempung berhumus, liat, Tekstur berpasir Tekstur berpasir
berpasir lainnya lainnya lainnya
pH 6-7 5-6 7-8, 4,5-5 >8, <4.5
Kedalaman air tanah (cm) >100 60-100 40-60 <40
KTK (me/100 g) >16 5-16 <5 <5
Salinitas (mm/hos/cm) <1 1-2 2-4 >4
Kedalaman sulfidik (cm) >100 60-100 50-60 <50
N-total (%) 0.51-0.75 0.21-0.50 0,1-0.2 <0,1
P2O5 (ppm) >16 10-15 <10 <10
K2O (me/100 g) >1 0.3-1 <0.3 <0.3
Ca (me/100 g) 6-10 2-5, 11-20 <2, >20 <2, >20
Mg (me/100 g) 1,1-2 0,4-1, 2,1-8 >2.1 >8
Kejenuhan basa (%) 36-50 20-35 <20, >36 >70
Lereng (%) 3-15 0-3 15-45 -
Sumber : Rosman (1998).

46 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54


jumlah tunas. Selain itu, pertumbuhan setek baik menunjukkan pertumbuhan panili menjadi lebih
5 hingga 8 ruas tidak berbeda nyata. baik. Penggunaan pupuk kandang mampu
Dalam upaya menanggulangi keterbatasan meningkatkan pertumbuhan tanaman panili di
setek panili telah dilakukan berbagai penelitian pembibitan. Pumupukan dengan perbandingan
penggunaan setek pendek. Mariska dan media tanam tanah dan pupuk kandang 4 : 1
Sukmajaya (1987) melakukan penelitian mengenai dapat meningkatkan pertumbuhan setek panili di
perbanyakan tanaman panili melalui kultur in pembibitan (Rosman dan Tasma, 1988).
vitro. Hasilnya menunjukkan bahwa medium Selanjutnya Rosman et al. (1991) pemberian
yang diperkaya dengan BAP 4 mg/l dan 6 mg/l pupuk NK (3 gr Urea dan 3 gr KCl) pada setek
dapat menghasilkan tunas sebanyak delapan. panili satu ruas berdaun tunggal dapat
Tanpa zat pengatur tumbuh BAP dalam medium meningkatkan pertumbuhan tanaman panili.
tunas yang didapatkan hanya dua. Selanjutnya Selain itu Ruhnayat dan Rosman (1993) meneliti
untuk penyimpanan jangka panjang, tunas ganda penggunaan pupuk NPK di pembibitan dan
yang terbentuk disimpan dalam medium yang didapatkan yang terbaik adalah dengan
miskin akan garam mineral, yaitu medium makro komposisi 2 g N/pot + 2 g P2O5/pot+ 1 g
KNOP tanpa ditambah zat pengatur tumbuh. K2O/pot. Mengingat kebutuhan panili akan Ca
Setelah 13 bulan tunas ditumbuhkan kembali dan Mg (Tabel 2). Selanjutnya Rosman et al.
pada medium Murashi & Skoog. Pemakaian (1995a) meneliti pula penggunaan bahan kapur
medium yang miskin garam mineral ini dapat dolomit (Ca Mg (CO3)2 yang ternyata
dipakai untuk meminimumkan pertumbuhan penggunaan dolomit 6 g secara signifikan dapat
fraksi kultur tanaman panili sebagai salah satu meningkatkan pertumbuhan tanaman panili.
upaya pelestarian plasma nutfah. Lebih lanjut Penggunaan dolomit di tingkat lapang perlu
Seswita et al. (2003) melakukan pula penelitian diteliti lebih lanjut sampai sejauh mana dolomit
untuk mendapatkan metode konservasi panili diperlukan oleh tanaman panili. Selanjutnya
secara in vitro melalui pertumbuhan minimal. pemupukan NPK majemuk didapatkan pula
Hasil penelitian didapatkan bahwa biakan panili dosis 4,5 g NPK yang diberikan 3 minggu setelah
dapat disimpan dalam keadaan pertumbuhan tanam di pembibitan adalah yang terbaik bagi
minimal sampai 24 bulan. Media yang terbaik tanaman panili (Rosman et al., 2004).
untuk penyimpanan panili adalah media ¾ MS + Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
BA 2,5 mg/l. tanaman diteliti pula penggunaan zat pengatur
Pemecahan masalah keterbatasan setek juga tumbuh. Mariska et al. (1987) meneliti kemung-
dilakukan dengan melakukan penelitian kinan penggunaan zat pengatur tumbuh indole
mengenai penggunaan setek pendek mulai dari butyric acid (IBA) pada panili. Hasil
setek satu buku hingga tiga buku (dua ruas). penelitiannya ternyata penggunaan IBA 500 dan
Sumantri dan Evizal (1987b) meneliti penggunaan 1000 ppm tidak memberikan pengaruh terhadap
setek 1, 2, dan 3 buku dan hasilnya tidak berbeda pertumbuhan setek panili satu ruas. Soemantri
nyata. Penggunaan stek satu ruas atau dua buku dan Evizal (1987a) tidak berhasil menunjukkan
telah dilakukan pula oleh Rosman dan Tasma pengaruh yang baik dari atonik 100 ppm dan IBA
(1988) didapatkan bahwa setek satu ruas satu 0, 400, dan 800 ppm terhadap pertumbuhan. IBA
daun lebih baik dari pada tanpa daun. Dalam menghambat pertumbuhan tunas satu buku.
upaya meningkatkan mutu setek telah dilakukan Begitu pula penggunaan Rhizopon B dan Rootone
pula pemangkasan pucuk 4-6 minggu sebelum F tidak berbeda nyata baik terhadap persentase
pengambilan setek panili Soemantri dan Evizal setek tumbuh, panjang akar, maupun panjang
(1987b). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tunas. Mariska et al. (1987) juga meneliti peng-
pemangkasan sulur-sulur panili sebelum diambil gunaan media campuran tanah plus pupuk
sebagai bahan setek ternyata berpengaruh nyata kandang dan pellet Jiffy yang memberikan
terhadap jumlah setek yang tumbuh, panjang kecenderungan tanaman panili lebih baik.
tunas maupun jumlah daun. Perlakuan Selanjutnya Rosman et al. (1991) meneliti
pemangkasan pucuk (topping) 6 minggu lebih penggunaan zat pengatur tumbuh nitroaromatik
baik dari 4 minggu. dan juga ternyata tidak berpengaruh nyata
Untuk mengatasi ketersediaan unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman.
dalam tanah telah dilakukan penelitian Penelitian lebih lanjut di pembibitan adalah
pemupukan. Pemupukan pada panili telah penggunaan abu janjang sawit. Abu janjang

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 47


kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan Gigaspora margarita, dan Acaulospora sp pada
tanaman panili di pembibitan dengan perakaran panili, serta pengaruh mikoriza dan
menggunakan dosis 12 g/setek panili (Rosman et konsentrasi NPK bagi pertumbuhan bibit panili.
al., 1995b). Penggunaan sekam dan abu sekam Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mikoriza
sebagai bahan organmik untuk campuran media yang digunakan cukup kompatibel terhadap
pembibitan telah dilakukan pada panili. Hasil perakaran panili tipe Anggrek dan Gisting.
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 50 Tingkat infeksi mikoriza pada perakaran panili
mg sekam/polibag memberikan pertumbuhan tipe Anggrek yang lebih tinggi menunjukkan
terbaik. Begitu pula penggunaan 50 mg abu kompatibilitasnya yang lebih tinggi dibandingkan
sekam/polibag (Dhalimi, 2003). Penggunaan pada tipe Gisting. Penggunaan mikoriza
kompos dengan perbandingan tanah dan kompos campuran nyata meningkatkan tinggi tanaman
4 : 1 dapat meningkatkan pertumbuhan tunas dan jumlah daun panili berumur 5 bulan sebelum
panili. Selain itu pertumbuhan panili di tanam sebesar 32,4% dan 20,4% dibandingkan
pembibitan pada berbagai media tumbuh (tanah, tanpa mikoriza. Selain itu perlakuan mikoriza
jerami, sabut kelapa atau arang kayu) tidak dengan 1N : 1P :1K, 1 N : 1P : 3K, dan 1N : 2P : 3 K
berbeda nyata (Rosman et al., 1992). Penggunaan meningkatkan kandungan P daun sebesar 36,4%,
protein hidrolisat mampu meningkatkan jumlah 7,7% dan 41,7% dibandingkan tanpa mikoriza
daun dan jumlah ruas panili. Protein hidrolisat (Trisilawati dan Zaubin, 2002). Selanjutnya dalam
adalah komponen aktif dari Sitozim crop plus upaya efisiensi penggunaan air dan pemupukan
yang merupakan pupuk pelengkap cair yang telah pula dilakukan penelitian penggunaan air
mengandung unsur hara mikro aktif (Fe, Cu, Mg, dan NaCl di pembibitan yang ternyata
Co), mineral dan air. (Asnawi, 1991a) penggunaan air 77,7 ml air/polibag setara dengan
Penggunaan pupuk daun NPK Mg (15-11-15-1) 100 mm curah hujan per bulan selain efisien juga
dan zat tumbuh dengan bahan aktif isomer tidak menjadikan pertumbuhan terhambat,
nitrofenol sampai konsentrasi 200 ppm dapat namun pemberian NaCl dapat menghambat per-
meningkatkan pertumbuhan (Pujiharti et al., tumbuhan tanaman panili (Rosman et al., 2004).
1992). Cara pemberian pupuk melalui daun dan
pupuk NPK (15:15:15) yang dilarutkan ke dalam Budidaya
air suling dengan konsentrasi 0,3% dapat Penelitian berikutnya dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan tanaman panili peningkatan produktivitas tanaman panili telah
(Dwiwarni dan Asnawi, 1994). Penggunaan Urin
dilakukan penelitian-penelitian tehnik budidaya
sapi dengan konsentrasi 5-10% dapat memper- di tingkat lapang meliputi pengguludan,
baiki pertumbuhan akar dan meningkatkan penggunaan pupuk, tiang panjat, perambatan
persentase setek bertunas. Begitu pula pupuk
panili dan pengaturan pemangkasan pohon
daun NPK (11,5-2,6-5,69) Mg dan S yang
pelindung, mulsa, dan pola tanam serta hama dan
mengandung juga unsure mikro Fe, Cl, Cu, Mn penyakit. Lampiran 1 ditampilkan teknologi yang
dan Zn (Dwiwarni, 1989). Asnawi et al. (1989)
telah dihasilkan. Hasil penelitian Soenardi dan
dan Rosita et al. (1991) meneliti penggunaan air Rakhmadiono (1985) hingga umur lima tahun
kelapa muda dengan merendam setek panili didapatkan bahwa penggunaan pupuk kandang
sebelum tanam selama 4 jam dan ternyata air
terbaik di lapang adalah 30 l pupuk kandang
kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh sapi/pohon/tahun dan dipanen umur 4 tahun.
dengan konsentrasi 50% (v/v) dapat Pupuk kandang berasal dari kotoran sapi yang
meningkatkan pertumbuhan tanaman panili.
sudah masak dalam keadaan kering angin,
Asnawi (1990) meneliti pengaruh torehan dan diberikan di sekitar batang. Selain itu
penggunaan sitozim seed plus. Hasil penelitian penggunaan 100 g NPK 15.15.15 tidak memberi-
menunjukkan bahwa torehan pada bakal tunas
kan pengaruh yang nyata. Pupuk buatan diberi-
setek dan pemberian sitozim seed plus 3,75 ml kan dengan ditugal sedalam 5 cm, kira-kira 5 cm
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dari pangkal batang. Baik pupuk kandang
panili.
maupun buatan diberikan sekali setahun pada
Dalam upaya efisiensi dalam penyerapan awal musim hujan. Pemupukan dengan dosis
hara telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pupuk kandang ini dirasakan masih terlalu tinggi.
kompatibilitas mikoriza yang merupakan
Hasil penelitian di Lampung Tengah menunjuk-
campuran dari Glomus sp., Glomus etunicatum, kan bahwa pemangkasan, pengguludan dan

48 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54


pemupukan dapat meningkatkan kemampuan Tabel 3. Jenis penyakit dan penyebabnya serta
berbunga, jumlah tandan per pohon dengan tingkat serangannya.
kualitas buah buah termasuk kualitas ekspor. No Jenis penyakit Penyebab Tingkat
Pada penelitian ini teknik budidaya yang terbaik serangan (%)
adalah pemangkasan secara teratur, tanpa mulsa 1 Busuk batang panili Fusarium 7 - 32
disertai pengguludan dan pemupukan sebanyak (BBP) batatatis ‫٭‬
2 Sclerotium panili Sclerotium sp 8 - 20
30 l/pohon/tahun (Rosman dan Asnawi 1995). 3 Lumut kerak - 7 – 14
Penggunaan tiang panjat gliricidia, cara 4 Cephaleuros Cephaleuros 10 - 40
perambatan panili dengan sistim lingkar dan henningsii Schm
5 Busuk kering - 11
gantung serta pemangkasan yang teratur
6 Bercak buah coklat Phytophthora sp -
(Rosman dan Emyzar, 1998), pemberian mulsa 7 Bercak hitam - 10 – 17
sabut kelapa pada lahan kering (Rosman dan Sumber: Tombe dan Sitepu (1987).
Asnawi, 1995 ), pola tanam tanaman panili Keterangan: ‫ ٭‬Sekarang Fusarium oxisporum

dengan tanaman kelapa (Rosman, 1995).


Untuk melihat kemampuan produksi dari dapat mematikan tanaman.
beberapa tipe panili, telah dilakukan penelitian di Penelitian mengenai penyakit terutama
Lampung pada 4 tipe panili yaitu Malang, busuk batang yang kerap muncul pada tanaman
Ungaran daun tipis, Anggrek dan Gisting. Hasil panili dapat dicegah melalui optimalisasi
penelitian menunjukkan tipe Anggrek mem- lingkungan dengan memilih lingkungan yang
punyai potensi produksi lebih tinggi dari yang sesuai dan bibit yang sehat serta mencegah agar
lain. Produksi tipe anggrek adalah 1254,76 g buah lingkungan tidak lembab. Menurut Tombe et al
basah/pohon, sedangkan Gisting 1080,87 g buah (1998) dalam upaya pengendalian busuk batang
basah/pohon, Ungaran daun tipis 984,14 g buah panili ini dapat digunakan agensia hayati, produk
basah/pohon, dan Malang 909,61 g/pohon cengkeh yang mengandung senyawa eugenol,
(Asnawi, 1993) . Dari hasil pengamatan terhadap dan fungisida sintetis. Hasil penelitian hubungan
komponen daun 7 tipe panili, ternyata tipe beberapa faktor abiotik tanah dengan populasi
Anggrek memiliki panjang, lebar dan luas daun jamur Fusarium batatatis dalam beberapa rizosfera
yang lebih tinggi dari tipe lainnya yaitu Gisting, panili didapatkan bahwa nisbah C/N, pH dan
Malang, Chili, Madagaskar, Ungaran daun tipis, kadar air tanah berpengaruh terhadap perkem-
dan Ungaran daun tebal (Asnawi, 1992). Selain bangan populasi Fusarium batatatis di dalam
berbagai penelitian di atas dalam upaya men- rixosfera panili (Tabel 4).
dukung pengembangan tanaman panili juga telah Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa
dilakukan studi berbagai jenis panili di Indonesia jenis tanah dengan kandungan liat yang tinggi
(Nuryani, 1998). tidak ideal untuk tanaman panili karena peluang
Masalah yang selalu mengganggu dalam berkembangnya penyakit Busuk Batang akan
budidaya panili adalah penyakit. Adanya sangat besar.
penyakit menyebabkan pertanaman menjadi Kasim dan Prayitno (1993) meneliti
kurang produktif dan bahkan dapat berakibat penggunaan Trichoderma spp pada panili yang
kematian tanaman. Pada tanaman panili telah disebabkan oleh jamur Sclerotium sp. Hasil
dilaporkan ada 7 jenis penyakit dengan berbagai penelitiannya menunjukkan bahwa Trichoderma
penyebabnya dan tingkat serangannya (Tabel 3). spp (dalam media menir beras dan tanah) mampu
Dari ke tujuh jenis penyakit ternyata penyakit menekan infeksi jamur Sclerotium rolfsii pada
busuk pangkal batang (BBP) adalah jenis yang pesemaian vanili. Persentase paling rendah

Tabel 4. Populasi F. batatatis pada empat kategori kebun panili


Kategori Pop F. PH C/N Kadar air Kapasitas lapang Liat Tekstur debu Pasir
serangan batatatis /g (%)
penyakit tanah
Sehat 63 5,88 8,94 4,,86 48,45 33,23 31,34 35,43
Ringan 96,61 5,94 8,93 4,82 49,45 33,60 37,45 28,95
Sedang 299,23 6,56 9,81 4,99 49,29 35,66 28,14 36,20
Berat 288,32 6,17 10,49 5,21 55,76 45,22 26,67 28,11
Sumber: Tombe (1986).

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 49


adalah dengan cara pemberian ditabur di atas hadap kualitas panili. Hasil penelitian menunjuk-
permukaan tanah dengan dosis 50 g/plot. Ada kan pelayuan dengan air panas pada suhu antara
kecenderungan makin tinggi dosis pemberian 65 – 85°C selama 45 - 120 detik diikuti 4-5 kali
Trichoderma spp makin rendah persentase infeksi. pemeraman dengan selang waktu 1-3 hari
Phytophthora palmivora dilaporkan me- menghasilkan panili yang mutunya cukup baik.
nyerang tanaman panili dan menyebabkan busuk Bila tidak tersedia panas matahari yang cukup,
akar, dapat juga menyerang buah daun dan panili dapat diolah dengan memakai udara panas
batang (CHEE, 1969 dalam Slamet (1991). suhu 50°C dan waktu pengolahan dapat
Berdasarkan hal tersebut Slamet (1991) menguji dipersingkat menjadi satu minggu. Selanjutnya
tiga isolat Phytophthora palmivora asal kelapa, lada karena pengeringan merupakan faktor penentu
dan kakao dengan menginokulasikannya pada mutu panili, maka alternatif lain yang diperlukan
panili. Hasil pengujian ternyata tidak menim- adalah bantuan alat pengering buatan yang baik
bulkan gejala pembusukan pada daun panili yang dan sederhana kalau cuaca tidak memungkinkan
diinolasi. untuk mengeringkan dengan sinar matahari
Waktu penyerbukan berpengaruh terhadap (Rusli dan Nurdjanah, 1987). Untuk itu telah
keberhasilan bunga untuk menjadi buah. Hasil dihasilkan alat pengering buah panili yang dapat
penelitian Asnawi (1994) mengenai waktu digunakan untuk daerah-daerah yang kurang
penyerbukan terhadap pembuahan empat tipe cahaya mataharinya. Hasil penelitian menunjuk-
panili (Malang, Ungaran daun tipis, Anggrek, dan kan bahwa pelayuan (pencelupan) 65°C selama 2
Gisting) mendapatkan bahwa waktu penyer- menit yang dilanjutkan dengan fermentasi 5 hari,
bukan berpengaruh nyata terhadap persentase pengeringanginan 30 hari, penyimpanan 30 hari
pembuahan panili. Penyerbukan yang dilakukan menghasilkan buah dengan kadar vanillin 2,69%
pada pukul 09.00 WIB menghasilkan persentase (Risfaheri dan Rusli, 1995).
pembuahan yang lebih tinggi dari waktu Hasil penelitian analisis pemasaran di Bali
penyerbukan lainnya, walaupun tidak berbeda didapatkan bahwa pemasaran panili di Bali
nyata dengan penyerbukan yang dilakukan pada cukup efisien. Analisis marketing margin menun-
pukul 06.00 dan 12.00 WIB. Penyerbukan yang jukkan bahwa kegiatan pemasaran hanya
dilakukan pada pukul 18.00 WIB tidak menyerap biaya sebesar 20,8% dan tingkat
menghasilkan pembuahan panili dikarenakan keuntungan mencapai 56,7% yang sebagian besar
bunga tidak resesif lagi. Panili tipe Anggrek (27,1%) diserap sebagai keuntungan petani atau
cenderung menghasilkan persentase pembuahan Rp 442,-/pohon produktif. Prospek pemasaran
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dan pengembangan panili di Bali juga sangat baik
lainnya. (Mamat, 1985). Menurut Mauludi (1994) marjin
Penelitian di bidang teknologi pemanenan pemasaran panili di Propinsi Bali dipengaruhi
sebagai upaya meningkatkan mutu hasil telah secara bersama-sama oleh harga beli, volume
dilakukan. Penelitian pengaruh umur panen penjualan, biaya angkutan dan biaya susut. Secara
terhadap kualitas panili menunjukkan bahwa parsial ke empat faktor tersebut memberikan
panen umur buah atau polong 240 hari setelah pengaruh atau peranan yang berbeda pada
penyerbukan menghasilkan panili kering dengan masing-masing tingkat pedagang. Pada tingkat
kadar vanillin 2,95%, kadar abu 3,59%, dengan pedagang I yang nyata mempengaruhi marjin
rendemen 25,49% dan kadar air cukup aman pemasaran adalah volume jual dan biaya
yaitu 17,52% (Darmono et al., 1987). Metode angkutan; pada pedagang II, volume jual dan
penanganan buah panili agar didapatkan mutu biaya susut yang berpengaruh nyata; sedangkan
yang baik juga telah dilakukan. untuk pedagang III yang mempengaruhi secara
nyata adalah harga beli dan volume penjualan
Pasca Panen dan biaya susut. Marjin pemasaran sangat
ditentukan terutama oleh harga beli dan volume
Penanganan pasca panen mulai sejak dipetik penjualan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hingga menjadi buah kering yang siap dijual pasar panili pada tingkat pedagang besar kurang
(diekspor) telah dilakukan. Pengolahan panili bersaing atau kurang efisien (cenderung
meliputi pelayuan, fermentasi, pengeringan dan oligopsonistik).
penyimpanan (conditioning) berpengaruh ter-

50 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54


STRATEGI PENGEMBANGAN PANILI DI giat lagi menginformasikan berbagai hal
INDONESIA mengenai panili melalui berbagai penyuluhan
atau pertemuan-pertemuan. Begitu pula hasil
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa penelitian yang sudah cukup banyak dilakukan
permasalahan utama pada panili adalah adanya selama ini yang tampaknya masih belum
penyakit busuk pangkal batang (BBP), sedangkan tersosialisasikan secara luas, perlu lebih disebar
hama yang muncul pada tanaman panili seperti luaskan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya
bekicot dan ulat hitam, tidak terlalu bermasalah, hasil rata-rata pertanaman, karena banyak
karena hama ini dapat dikendalikan secara tanaman yang tidak terpelihara dengan baik.
mekanis. Untuk memecahkan masalah BBP ini
sebaiknya arah dan strategi pengembangan panili KESIMPULAN
perlu dipertajam. Teknologi yang telah ditemu-
kan mulai dari kesesuaian lahan dan iklim, bahan Mengingat panili merupakan komoditi yang
tanaman, teknologi budidaya perlu diarahkan cukup besar perannya dalam menghasilkan
pada pencegahan dan pengendalian BBP. devisa bagi negara, maka seyogyanya perlu
Dalam upaya pengendalian BBP ini, mendapat perhatian dalam pengembangannya.
pertanaman panili sebaiknya dikembangkan di Adanya permasalahan penyakit BBP yang hingga
daerah yang sesuai, bibit dapat diinduksi dengan saat ini masih mengemuka maka pengembangan-
FoNP. Selain itu dapat dengan bahan yang nya perlu diarahkan melalui berbagai strategi
mengandung agen hayati Bacillus dan Trichoderma yang dapat mengendalikan BBP. Untuk itu
yang merupakan musuh alami penyakit BBP. strategi pengembangan yang tepat perlu menjadi
Sedang fungisida nabati mengandung eugenol perhatian, yaitu pengembangan ke lokasi yang
sesuai, adopsi teknologi budidaya yang mampu
yang di formulasi dari minyak cengkeh yang
meningkatkan produktivitas dan efisien, pola
toksik terhadap beberapa patogen termasuk
tanam serta upaya mendapatkan varietas yang
penyakit BBP (Hadipoentyanti et al., 2004).
tahan penyakit busuk batang panili perlu
Penelitian untuk memperoleh varietas
mendapat perhatian.
unggul baik produksi maupun ketahanan
Berdasarkan hasil penelitian daerah-daerah
terhadap penyakit BBP (Busuk Pangkal Batang)
yang sesuai cukup banyak tersebar di Indonesia.
sangat diperlukan. Balittro telah mengumpulkan
Untuk itu pengembangan sebaiknya diarahkan
22 nomor panili yang dibudidayakan, 7 panili liar,
kepada daerah-daerah yang sesuai. Dengan
dan 34 nomor somaklon, 9 nomor hibrida, serta 4
memilih daerah yang sesuai, resiko kegagalan
nomor mutan. Penelitian untuk merakit varietas
dapat dihindari.
tahan penyakit BBP yang telah dimulai tahun
Masih adanya serangan penyakit busuk
1996 melalui persilangan (hibridisasi) dan Mutasi
batang panili yang cukup merugikan dan
(invitro dan radiasi) perlu terus dilanjutkan.
berakibat rendahnya produktivitas tanaman dan
Untuk meningkatkan daya saing petani,
pada akhirnya menurunkan tingkat pendapatan
terutama ketika harga pasar menurun maka perlu petani, maka upaya penemuan varietas perlu
diteliti kombinasi dengan tanaman apa agar terus dilakukan melalui penelitian dan kajian
panili dapat di pola tanamkan. Tentunya juga yang sesuai agroekologi.
lebih mengarah dalam upaya pengendalian BBP. Peran serta pemerintah khususnya instansi
Dengan demikian petani selain mampu bersaing terkait harus lebih giat lagi menginformasikan
juga tanaman akan terhindar dari BBP. berbagai hal mengenai panili melalui berbagai
Penanaman dengan sistim pola tanam, selain penyuluhan atau pertemuan-pertemuan. Begitu
mendapatkan hasil dari panili (bila panili sebagai pula hasil penelitian yang sudah cukup banyak
komoditi utama) juga akan mendapatkan dilakukan selama ini yang tampaknya masih
tambahan pendapatan dari komoditi lainnya. belum tersosialisasikan secara luas, perlu lebih
Begitu pula bila panili sebagai tanaman sela disebar luaskan.
diantara tanaman berupa pohon. Hal ini
dikarenakan masih luasnya lahan-lahan yang
belum termanfaatkan, terutama tanaman
perkebunan yang berupa pohon, seperti kelapa. DAFTAR PUSTAKA
Harga panili yang cukup tinggi dan peluang
pasarnya yang masih terbuka luas, perlu peran Asnawi, R., M. P. Yufdi, dan M. T. Soemantri.
serta pemerintah khususnya instansi terkait lebih 1989. Pengaruh air kelapa terhadap

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 51


pertumbuhan setek panili. Pemb. Littri. rolfsii on vanilla cuttings. Journal of spice
Puslitbangtri, Bogor 15 (2) : 79-83. and medicinal crops. Research Institute
Asnawi, R. 1990. Pengaruh torehan dan sitozim For Spice and Medicinal Crops, Bogor 2
seed plus terhadap pertumbuhan setek (1) : 1-4.
tiga tipe panili (Vanilla planifolia Mamat H. S. 1985. Analisis pemasaran panili di
Andrews). Bul. Littro, Balittro. Bogor 5 (1) Bali. Pemb. Littri. Puslitbangtri, Bogor. 11
: 38-45. (1-2) : 20-23.
Asnawi, R. 1991a. Pengaruh protein hidrolisat Mariska, I. dan D. Sukmajaya 1987. Perbanyakan
dan isomer natrium nitrofenol terhadap tanaman panili melalui kultur in vitro.
pertumbuhan bibit panili. Pemb. Littri. Edsus. Littro. Balai Penelitian Tanaman
Puslitbangtri, Bogor 16 (3) : 95-98. Rempah dan Obat, Bogor. 3 (2) : 84-88.
Asnawi, R. 1991b. Pengaruh jenis dan waktu Mariska, I., I. Darwati, dan H. Moko. 1987.
pemupukan terhadap pertumbuhan setek Perbanyakan setek panili (Vanilla
panili. Pemb. Littri. Puslitbangtri, Bogor. planifolia) dengan zat pengatur tumbuh
13 (3-4) : 91-95. pada berbagai media tumbuh. Edsus.
Asnawi, R. 1992. Indeks perhitungan luas daun Littro. Balai Penelitian Tanaman Rempah
beberapa tipe panili. Bul. Littro. Balittro, dan Obat, Bogor. 3 (2) : 89-94.
Bogor. 7 (1) : 34-36. Mauludi, L. 1994. Faktor-faktor yang mempenga-
Asnawi, R. 1993. Produksi beberapa tipe panili ruhi efisiensi pemasaran panili di
(Vanilla planifolia Andrews). Bul Littro. Propinsi Bali. Bul. Littro. Balittro, Bogor 9
Balittro, Bogor. 8 (1) : 52-55. (1) : 10-15.
Asnawi, R. 1994. Pengaruh waktu penyerbukan Nuryani, Y. 1998. Plasma nutfah panili. Monograf
terhadap pembuahan empat tipe panili. panili. Balai Penelitian Tanaman Rempah
Bul. Littro. Balittro, Bogor 9 (2) : 92-97. dan Obat Bogor. 4 : 6-13.
Darmono, B. Saroso, W. B. Wahyunto, S. Pujiharti, Y., R. Faodji, dan I. setyawan. 1992.
Tirtosastro. 1987. Pengaruh umur panen Pengaruh pemberian isomer natrium
terhadap kualitas panili. Edsus. Littro. nitrofenol dan pupuk daun terhadap
Balittro. 3 (2) : 108-112. pertumbuhan setek panili. Pemb. Littri.
Departemen Perdagangan. 1999. Standar panili. Puslitbangtri, Bogor. Indonesia. 17 (3) :
Direktorat Standarisasi dan Pengendalian 100-104.
Mutu. Jakarta. Risfaheri. 1990. Standar mutu panili. Monograf
Dirjenbun. 2000. Statistik perkebunan Indonesia panili. Balai Penelitian Tanaman Rempah
1998-2000. Panili. Dephutbun. Jakarta. dan Obat, Bogor. 4 : 121-129.
Dhalimi, A. 2003. Pengaruh sekam dan Abu Risfaheri dan S. Rusli. 1995. Pengolahan hasil dan
sekam terhadap pertumbuhan dan perbaikan mutu panili. Prosiding Temu
kematian tanaman panili (Vanilla planifolia tugas pemantapan budidaya dan peng-
Andrews) di Pembibitan. Bul. Littro. olahan panili. Bandar Lampung. Balai
Balittro, Bogor 14 (2) : 46-57. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Dwiwarni, I. 1989. Pengaruh penggunaan urin Pp.93-108.
sapi dan pupuk daun terhadap pertum- Rosman, R. 1985. Kemungkinan pengembangan
buhan setek panili. Pemb. Littri. Puslit- tanaman panili di Pulau Sumatera
bangtri, Bogor 15 (1) : 36-41. ditinjau dari segi kesesuaian lahan dan
Dwiwarni, I. dan R Asnawi. 1994. Pengaruh cara iklim. Balai Penelitian Tanaman Rempah
pemberian dan konsentrasi pupuk NPK dan Obat, Bogor.
terhadap pertumbuhan bibit panili. Pemb. Rosman, R. 1986a. Kemungkinan pengembangan
Littri. Puslitbangtri, Bogor. 20 (1-2) : 30- tanaman panili di Pulau Jawa dan
34. Madura ditinjau dari segi kesesuaian
Hadipoentyanti E., A. Ruhnayat, M. Tombe, L. lahan dan iklim. Balai Penelitian Tanaman
Mauludi, D. Manohara, dan M. Rizal. Rempah dan Obat, Bogor.
2004. Hasil-hasil penelitian mendukung Rosman, R. 1986b. Kemungkinan pengembangan
agribisnis panili. Makalah Simposium IV tanaman panili di Pulau Bali ditinjau dari
Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan. segi kesesuaian lahan dan iklim. Balai
28-29 September 2004 di Bogor. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
Kasim R. dan Prayitno S. 1993. Effects of Bogor.
application methods and rates of Rosman, R., P. Wahid, dan S. Rusli. 1986.
Trichoderma spp on infection of Sclerotium Budidaya tanaman panili dan perbaikan

52 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54


mutunya. Jurnal Litbang Pertanian 5 (3) : panili. Balai Penelitian Tanaman Rempah
79-88. dan Obat, Bogor (4) : 55-62.
Rosman, R. 1987. Kemungkinan pengembangan Rosman, R. dan Emyzar. 1998. Jenis pohon panjat
tanaman panili di Pulau Sulawesi ditinjau dan tehnik perambatan tanaman panili.
dari segi kesesuaian lahan dan iklim. Monograf panili. Balai Penelitian
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. (4) :
Obat, Bogor. 49-54.
Rosman, R. dan I. M. Tasma. 1988. Pengaruh Rosman, R. 2004. Pengaruh konsentrasi NaCl dan
berbagai dosis pupuk kandang terhadap pemberian air terhadap pertumbuhan
pertumbuhan setek panili. Pemb. Littri panili (Vanilla planifolia Andrews).
12 (3-4) : 65-68. Makalah Simposium IV Hasil penelitian
Rosman, R., O. Trisilawati, Emmyzar dan R. Tanaman Perkebunan, Bogor 28-30
Asnawi. 1989. Tanaman panili. Edsus. September 2004.
Littro. Balai Penelitian Tanaman Rempah Rosman, R., S. Soemono, dan B.C. Pasaribu. 2004.
dan Obat, Bogor 5 (1) : 61-70. Pengaruh dosis dan waktu pemberian
Rosman, R. dan S. Rusli. 1989. Upaya memper- pupuk NPK terhadap pertumbuhan
tahankan mutu panili. Jurnal Litbangtan 8 panili (Vanilla planifolia Andrews).
(1) : 1-4. Makalah disampaikan pada Simposium
Rosman, R., M. H. Bintoro dan R. Sosgo. 1991. Rempah Indonesia II, 8 Oktober 2004 di
Pengaruh nitroaromatik, pupuk nitrogen, Jakarta. 7 h.
dan kalium terhadap pertumbuhan setek Rosmeilisa, P., J.T. Yuhono dan R. Rosman. 1987.
panili. Pemb Littri. Puslibangtri. Bogor. 16 Kemungkinan pengembangan tanaman
(4) : 148-153. panili di KP Sukamulya Sukabumi dan
Rosman, R., Hariyadi, M.H.B. Djoefrie, E. Sadjadi. KP Citayam, Bogor, Jawa Barat. Edsus.
1992. Pengaruh pupuk organik dan media Littro 3 (2) : 79-83.
tumbuh terhadap pertumbuhan setek Rosita S. M. D., S. Solahudin, Q Mutaqin. 1991.
batang panili. Pemb. Littri. Pusat Pengaruh air kelapa dan triakontanol
Penelitian dan Pengembangan Tanaman terhadap pertumbuhan dan perkem-
Industri, Bogor. Indonesia. 17 (3) : 81-85. bangan setek panili. Pemb. Littri.
Rosman, R. 1995. Kemungkinan pengembangan Puslitbangtri, Bogor 16 (3) : 123-127.
tanaman panili di antara kelapa dalam Ruhnayat, A. dan Rosman R. 1993. Respon setek
upaya memanfaatkan perubahan panili terhadap pemberian pupuk N, P
temperatur dan kelembaban di bawah dan K. Bul. Penel Tan. Rempah dan Obat.
kelapa dan meningkatkan pendapatan. 8 (2) : 70-74.
Makalah Kongres III PERHIMPI dan Rusli, S., N. Nurdjanah. 1987. Masalah mutu
Simposium Meteorologi Pertanian IV panili Indonesia. Edsus. Littro. Balittro,
Yogyakarta, tanggal 26-28 Januari 1995 : Bogor. 3 (2) : 124-130.
317-323. Seswita, D., Amalia, E. Hadipoentyanti. 2003.
Rosman, R. dan R. Asnawi. 1995. Keragaan Konservasi in vitro panili (Vanilla plani-
penelitian budidaya panili di Jabung folia Andrews) melalui pertumbuhan
Lampung Tengah. Prosiding temu tugas minimal. Bul. Littri. Balittro, Bogor. 16 (1)
pemantapan budidaya dan pengolahan : 1-7.
panili. Balai Penelitian Tanaman Rempah Slamet, A. R. 1991. Uji patogenisitas tiga isolat
dan Obat, Bogor. Pp. 86-92. Phytophthora palmivora pada tanaman
Rosman, R., S. Soemono, dan T. Rusmana. 1995a. lada, kelapa kakao dan panili. Bul. Littro.
Pengaruh dolomit dan Pupuk P terhadap Balittro, Bogor. 6 (1) : 33-38.
pertumbuhan tanaman panili di pembibit- Soenardi, S. dan Rakhmadiono. 1985. Pemupukan
an. Bul. Peragi 3 (1-2) : 27-33. panili dengan pupuk kandang dan pupuk
Rosman, R., S. Yahya, and I. Marpaung. 1995b. buatan. Pemb. Littri 10 (3-4) : 67-71.
The effect of the ash from oil palm fruit Soemantri, T. dan R. Evizal. 1987a. Pengaruh zat
bunch and micro foliar fertilizer on the tumbuh terhadap pertumbuhan setek
growth of vanilla stem cutting. Jurnal pendek panili. Edsus. Littro. Balittro. 3 (2)
Littri 1 (3) : 136-144. : 95-99.
Rosman, R. 1998. Pewilayahan dan pengembang- Soemantri T. dan R. Evizal. 1987b. Pemotongan
an tanaman panili di Indonesia. Monograf pucuk sebelum pengambilan bahan setek

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia (Rosihan Rosman) 53


panili. Edsus Littro. Balittro. 3 ( 2) : 100- panili di Indonesia. Edsus. Littri, Balittro.
102. 3 (2) : 103-108.
Sujindro, S. dan Rachmadiono. 1983. Pengaruh zat Tombe, M., Sukamto, dan A. Asman. 1998. Status
pengatur tumbuh dan jumlah ruas ter- penyakit busuk batang dan usaha
hadap pertumbuhan setek panili. Pemb. penangulangannya. Monograf panili.
Littro. Puslitbangtri Bogor. 8 (47-48) : 1-5. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Tombe. 1986. Hubungan beberapa faktor abiotik Obat, Bogor. (4) : 83-95
tanah dengan populasi jamur Fusarium Trisilawati, O. dan R. Zaubin. 2002. Respon bibit
batatatis dalam beberapa panili. Pemb. tanaman panili (Vanilla planifolia)
Littri. Puslitbangtri, Bogor. 11 (3-4) : 67-73. terhadap mikoriza. Bul. Littro. Balittro,
Tombe, M. dan D. Sitepu. 1987. Penyakit tanaman Bogor. 13 (1) : 53-58.

54 – Volume 4 Nomor 2, Desember 2005 : 43 - 54

Anda mungkin juga menyukai