Anda di halaman 1dari 6

9

Manisnya Patah Hati

Di Milan, Italia, ada Pasar Ex dan the City yang khusus menampung dan menjual
barang-barang bekas pemberian mantan kekasih. Seorang Annabel Acton mampu
menggarap lahan bisnis baru dengan menjual barang-barang pemberian sang mantan.
Usaha yang dirintisnya ini terinspirasi dari kebiasaan remaja membakar barang-
barang peninggalan sang mantan dengan harapan ingin segera melupakan segala
kenangan bersamanya.
Berbagai cara orang mengatasi patah hati, ada yang memilih mengakhiri hidup
dengan meminum racun serangga atau mengonsumsi zat adiktif untuk melupakan
kesedihan. Namun setelah sadar, bayangan dan cerita duka tetap saja menghantui
setiap langkah hidupnya. Pergi ke tempat hiburan dan rela menghabiskan uang hanya
demi menghilangkan bayangan si dia yang terus berlangsung.
Ini semua karena niat serta proses perjalanan cinta yang salah kaprah. Mulai
cara kita memandang cinta, menjaga pandangan mata, mengorbankan sesuatu yang
memang tak pantas kita korbankan, sampai pada rasa menghamba selain kepada-Nya.
Kita lebih memilih memuja dia yang wujudnya tampak jelas terlihat dibandingkan
dengan Tuhan yang keberadaan-Nya terkadang tidak pernah kita anggap. Tetapi
saat kesedihan datang, barulah kita merasa perlu mengingat-Nya kembali.
Sahabat, jangan biarkan kemurnian cinta yang menjadi anugerah-Nya, kita
nodai dengan buruknya niat yang merusak keimanan.
Kenali Dia sebelum kita terjebak mengenal dia yang cintanya hanya sesaat.
Jangan salahkan takdir. Jangan pula menghujat langit. Berprasangka baiklah kepada
Allah karena Dialah sebenar-benarnya tempat kita bersandar. Saat keresahan
mendera, pelukan-Nya yang hangat masih dapat kita rasakan.

Sadari Sebelum Datangnya


Tak ada yang abadi. Namun di celah ketidakabadian itu ada keindahan.
Bagaimana kita tahu jamu itu pahit tanpa tahu manisnya gula.
Kalau mau melihat indahnya bulan, jangan pada siang hari karena kita tak akan
pernah menemukannya. Kita tahu kalau hujan turun deras dan kita tanpa pelindung,
pasti akan terkena hujan. Untuk itulah, kita menyiapkan payung.
Begitu pun pahitnya patah hati, kita harus bersiap dengan segala kemungkinan
meski ada patah hati jika semuanya kita jalani sesuai dengan yang telah Allah dan
Rasul-Nya tuntunkan.
Pahitnya patah hati akan kita rasakan manis andai kita tahu bagaimamana
dahsyatnya patah hati. Dia memberikan satu energi yang sama dengan jatuh hati.
Patah hati akan terasa manisnya jika kita menyikapi dan sadar tentang tidak adanya
keabadian. Kondisi seperti ini mampu memancarkan optimisme kita dalam
membangun karakter dan kepribadian yang tangguh. Jatuh cinta mampu memberikan
sentuhan positif. Si malas bisa menjadi rajin, si miskin akan lebih giat bekerja.
Bahkan cinta itu mampu mengubah seorang preman menjadi laki-laki yang
bertanggung jawab. Ini terbukti saat seseorang sedang mendatakan diri di salah
satu instansi pemerintahan. Di samping seseorang tersebut duduk lelaki bertato
dengan wajah garang. Tangannya memegang secarik kertas Surat Pengantar
Kependudukan dan fotokopi KTP yang sudah kusam. Terjadilah dialog singkat.
Seseorang tersebut memberanikan diri bertanya. “Mau buat apa, Mas?”
“Ini ngurus akte kelahiran anak. Saya benar-benar tidak paham sama sekali
tentang administrasi.” Kata lelaki yang mengenakan kalung dan kacamata hitam
tergantung di kerah bajunya.
Setelah seseorang itu jelaskan secara terperinci persyaratan yang diminta,
lelaki itu tampak menyembunyikan kesedihan. Tampak dari cara dia memegang surat
keterangan kelahiran buah hatinya.
“Kira-kira mahal nggak, ya, mengurus akte ini?
“Kalau itu, saya kurang paham, Mas. Memang Mas bawa uang berapa?”
Seseorang tersebut mendekatinya dengan sedikit waswas, takut ia tersinggung.
“Ini hasil saya ngojek motor, ada empat puluh ribu.”
Pelan-pelan ia membuka diri dan menjelaskan identitasnya. Ayah satu orang
anak ini berhenti dari aktivitas dunia hitam setelah menikah dan anak pertamanya
lahir. Dia memilih mengojek antar-jemput anak sekolah demi memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Patah hatipun bisa menumbuhkan kekuatan tersendiri bergantung pada
bagaimana kita menyikapinya. Banyak yang berhasil menjadi pribadi tangguh saat
terhimpit dalam satu dilema besar. Membalut luka hati dengan ketegaran dan
menatap masa depan dengan optimis.
Saatnya Cinta “Melek Mata”
Seorang sahabat datang dan bercerita tentang kegagalan pernikahannya,
setelah segala sesuatunya sudah dipersiapkan. Seminggu menjelang lamaran, tiba-
tiba saja pihak keluarga perempuan membatalkan dan memilih menikahkan putrinya
dengan laki-laki yang lebih mapan. Begitu terpukulnya hingga butuh waktu seumur
hidup untuk menghilangkan rasa sakit dan trauma itu. Memaki atau menjerit
bukanlah jalan keluar.
Seseorang mencoba membantunya mengembalikan semangat hidup yang
separuhnya sudah hilang bersama harapan semu. Caranya dengan mengenalkan
sahabat itu dengan seorang perempuan yang setidaknya memenuhi persyaratan yang
dianjurkan Rasulullah Saw., perempuan yang beriman. Dengan perayaan resepsi yang
begitu sederhana, perempuan itu mau dan menerima pinangan lelaki yang baru saja
patah hati.
Hikmah cerita tadi menjadi satu pembelajaran. Terkadang kita terlebih dahulu
menghakimi Allah tidak adil dalam keterpurukan yang kita alami. Sesungguhnya Dia
Mahatahu apa yang kelak terjadi pada diri kita. Terkadang kita tidak sadar dikurung
oleh perasaan yang begitu dibuat-buat. Patah hati seakan menjadi pertanda Kiamat.
Yang lucunya kita rela menyiksa diri, membunuh hati, dan merampas kebebasan jiwa
hanya untuk memikirkan orang yang jelas-jelas tidak memikirkan kita. Apakah dia
tahu bagaimana perasaan kita? Sungguh menyiksa diri. Membuang waktu dan air
mata, merusak hati dengan sesuatu yang sama sekali tidak berguna. Kini sudah
waktunya cinta itu tak lagi buta. Bukalah mata dan pandanglah jauh ke depan. Masih
banyak cita-cita yang harus dicapai. Masih ada harapan yang mesti kita raih dan
masih ada pelukan hangat dari-Nya yang senantiasa menjaga serta menanti
kedatangan kita.
Sahabatku, kasihanilah diri ini yang begitu letih dengan segala beban hidup
yang dipikulnya. Jangan ditambah lagi dengan beban-beban lain yang menyiksa. Allah
saja sayang kepada umat-Nya, mengapa kita yang disayang-Nya malah menyiksa diri
sendiri. Waktunya cinta melek mata, bukan menghamba pada cinta buta.
Sirkulasi Cinta yang Itu-Itu Saja
Love at first sight. Mungkin sebagian kita memercayai hal itu, bahwa cinta
datang pada pandangan pertama. Atau ada pula yang baru pertama kali bertemu
sudah menanam kebencian, tetapi malah bisa sampai ke jenjang pernikahan.
Seberapa sering kita tertipu pada pandangan pertama?!
Mungkin kita terbius saat melihat keindahan parasnya, namun tidak demikian
dengan watak dan etikanya. Atau sebaliknya, kita menutup mata dengan keindahan
wajah dan ragam bentuk tubuh, namun ternyata dia memiliki sisi kebaikan dalam
sifat-sifatnya. Selanjutnya, silakan Anda yang menentukan...
Mungkin wanita memang senang dibuai rayuan. Tapi jangan sampai menilai dan
memandang harga seorang lelaki dari kendaraan atau jabatan yang disandangnya
atau juga aksesoris palsu yang dikenakan, tanpa kita pikirkan ketulusan cintanya.
Alhasil, wanita sering menjadi pihak yang dikecewakan.
Begitu pula lelaki yang tergoda kecantikan seorang wanita yang menusuk tepat
di hatinya. Dengan bangga si wanita dituntun ke sana-kemari seolah menunjukkan,
“Ini lho, gadis cantik yang berhasil aku taklukkan.” Padahal wanita bisa menjadi
dinamit dari keresahan hati yang nantinya akan terjadi. Mulailah api cemburu
menggelabui pikirannya. Setiap ada yang dekat dengan si wanita, menjadi catatan
merah untuk layak dimata-matai. Pikiran menerawang jauh dari keadaan yang
sesungguhnya terjadi. Apapun akses komunikasi yang dimiliki mulai digeledah satu
per satu, dari akun Facebook, Twitter, dan ponsel. Interogasi dimulai, sejuta
pertanyaan diberondong habis, dari nama lelaki lain yang tidak jelas atau nama akun
yang dicurigai. Perang argumen pun terjadi akibat krisis kepercayaan yang mulai
terkikis hilang. Mulailah hari-hari diburu rasa gelisah, hati penuh pertanyaan yang
ngawur alias mengada-ada.
Inilah titik awal terjebaknya kita dalam nuansa cinta pada pandangan pertama.
Hati-hatilah dalam memilih pasangan yang memang layak untuk disunting menjadi
pendamping kita hingga ujung waktu. Kenali terlebih dahulu orang yang benar-benar
ingin kita sayang serta kita junjung kehormatannya. Jangan sampai menyesal di
kemudian hari yang dipenuhi rasa curiga yang berujung pada air mata. Sungguh,
betapa sakitnya hati andai hubungan yang dibalut kepalsuan atas nama CINTA,
akhirnya hanya membawa luka. Mari sejenak kita berpikir.
 Pernahkah Anda jatuh cinta?
 Pernahkah Anda rindu?
 Lalu, pernahkah Anda cemburu?
 Dan, pernahkah Anda merasa PATAH HATI?
Jawabnya pasti pernah. Pahamilah, datang dan pergi dalam kehidupan ini adalah
wajar. Lalu, mengapa kita tidak sadar dan tak menghentikan perburuan cinta yang
begitu melelahkan? Apakah takut untuk meng-HALAL-kan cinta atau selalu mencari
alasan ini dan itu demi mencegah pernikahan? Banyak yang menunda pernikahan
dengan alasan masih terlalu muda, mau membahagiakan orang tua dahulu,
mementingkan karier dan pekerjaan, dan masih banyak yang harus ditanggung.
Firman Allah inilah jawabannya.
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kamu dan orang-
orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (QS An-Nur [24]: 32)
Apa dengan jawaban ini Anda masih belum yakin dengan janji Allah? Coba lihat
bagaimana orang tua membesarkan kita? Silakan Anda kalkulasikan! Bisa ratusan
juta, miliaran, bahkan triliunan biaya yang mereka keluarkan demi membesarkan
kita. Adakah keduanya meminta balasan? Dan apakah Allah menagih segala nikmat
yang sudah Dia berikan? Jadi, masih takutkah Anda untuk menikah? Atau terus
membiarkan diri ini dipenuhi dosa yang disengaja ataupun tidak disengaja.
Ya Allah...
Hantarkan kami pada tepian cinta yang menyejukkan hati, pelipur saat lara,
penyekat air mata, dan yang memeluk hangat ketika sesaknya hidup kurasa.
Pendamping hidup yang yakin akan janji-Mu dan malu ketika berbuat kesalahan.
Ya Rabb...
Yakinkan hati ini. Tetapkan kepada kami teman seiya dan serasa untuk saat ini
dan selamanya, yang cintanya tak pernah usang walau rambut berganti warna,
kulit kian rapuh, dan usia telah senja.
Ilahi...
Kami sadar ada dosa meski ada pula keindahan dalam kesendirian. Nabi Adam pun
tak sanggup untuk terus sendiri, Zulaikha yang merindukan Yusuf. Terlebih hamba
yang hanya manusia biasa. Satukan kami dalam ikatan cinta yang menguatkan hati
dan ketakwaan kepada-Mu.

Anda mungkin juga menyukai