Perbaikan Proposal Erlando
Perbaikan Proposal Erlando
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2020
RINGKASAN
PENDAHULUAN
Menurut (Tol, 2009) Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC- Base)
merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal
dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
Lapisan ini terletak di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut
tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas
untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Lapis
Pondasi (AC- Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis permukaan,
mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan beban
konstruksi jalan di bawahnya (sub grade).(Surat, 2012)
1
Material berupa agregat kasar dan agregat halus pada Quary Wai Lafa
merupakan tempat pengambilan sampel yang berada di sekitar area desa Lafa,
kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah. Agregat yang berada pada
Quary tersebut berupa material yang diambil dari hasil galian material pada
aliran sungai Lafa, dengan luasan Quary mencapai sekitar 75 Ha. Agregat pada
Quary Wai Lafa telah banyak digunakan sebagai bahan perkerasan jalan baik
itu disekitar kabupaten Maluku Tengah bahkan di daerah lain di Maluku seperti
daerah Saumlaki.
2
2. Menganalisis karaktekristik campuran aspal AC-BASE dengan
menggunakan aspal pertamina pada material Quary Wai lafa
Kabupaten Maluku Tengah.
1. Dari hasil penelitian dapat di peroleh suatu hasil penelitian yang dapat
menambah wawasan mengenai kelayakan material yang digunakan
sebagai campuran aspal beton (AC-BASE)
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan instasi terkait
terutama tentang desain campuran aspal beton (AC-BASE)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel 2.1. Ketentuan sifat campuran laston yang dimodifikasi (AC
Modified)
Sifat-sifat campuran Laston
Lapis Aus Lapis Antara Fondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112(3)
Rasio partikel lolos ayakan Min. 0,6
0.075 mm dengan kadar aspal
efektif Maks. 1,2
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat Min.
15 14 13
(VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%) Min. 6,5 6,5 6,5
Stabilitas marshall (kg) Min. 800 1800(3)
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6(3)
Stabilitas Marshall sisa (%) Min.
setelah perendaman selama 24 90
jam, 600 C
Rongga dalam campuran (%) Min.
pada kepadatan membal 2
(refusal)
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2018)
5
walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau viskositas
yang sama pada temperatur tertentu. Bersama dengan agregat,
aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan
(Achmad, 2010)
B. Agregat
Agregat atau batu atau granular material adalah material berbutir
yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu
bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir.
6
c. Material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan
sebagai komponen material Lapis Fondasi Agregat.
Agregat halus harus memenuhi persyaratan, Peresapan agregat terhadap
air maksimal 3%, Kadar debu maksimal 8%, Agregat lolos saringan no.4.
Fungsi agregat halus menambah stabilitas dari campuran dengan
memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk
mengurangi rongga udara agregat kasar. Selain itu, semakin kasar tekstur
permukaan agregat halus, maka dapat menambah kekasaran permukaan.
Agregat halus #30 s/d #200 penting untuk menaikkan kadar aspal sehingga
akan lebih awet.
Karakteristik agregat halus, mempunyai kekuatan atau kekerasan
mempunyai bentuk yang relatif kubus. Mempunyai bidang permukaan yang
relatif kasar. Agregat halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar,
bersudut tajam, dan bersih dari kotoran-kotoran. (bina marga, 2019) )
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Halus
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117: 2011 Maks. 10%
7
tahanan gesek lapis perkerasan. Tingginya kandungan agregat kasar membuat
lapis perkerasan lebih permeable. Hal ini menyebabkan rongga udara
meningkat sehingga air mudah masuk dan menurunnya daya lekat bitumen,
maka terjadinya pengelupasan aspal dari batuan. (manual pekerjaan campuran
beraspal panas)
Agregat kasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, Abrasi maksimal
40%, kelekatan terhadap aspal minimal 95%, bagian lunak maksimal 5%, berat
jenis semu minimal 2,5%, penyerapan air maksimal 3%, kadar lempung
maksimal 0,25%, Indeks kepecahan maksimal 25%, bidang pecah maksimal
50%, gradasi lolos saringan ¾”, dantertahan saringan No.4.
Fungsi agregat kasar memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling
mengunci (interlocking) dari masing-masing agregat kasar dan dari tahanan
gesek terhadap suatu aksi perpindahan. Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan
tekstur permukaan agregat kasar (kubus dan kasar).
Tabel 2.3 Ketentuan Agregat Kasar
8
2012 Maks. 1%
(Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2018)
Catatan :
*) 100/90 menunjukan bahwa 100% agregat kasar mempunyai mukabidan pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
**) 95/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
9
Stone Matrix Asphalt Lataston
Ukuran Ayakan Laston (AC)
( SMA) (HRS)
1 ½” 37,5 100
90-
¾” 19 100 90-100 100 100 100 76-90
100
90-
½” 12,5 100 90-100 50-88 90-100 90-100 75-90 60-78
100
3/8” 9,5 70-95 50-80 25-60 75-85 65-90 77-90 66-82 52-71
No.8 2,36 20-30 16-24 16-24 50-72 35-55 33-53 30-49 23-41
No.200 0,075 8-12 8-11 8-11 6-10 2-9 4-9 4-8 3-7
10
Ketetapan standar modulus kehalusan untuk agregat halus berkisar
antar 1,5 – 3,8 % dan modulus kehalusan untuk agregat kasar berkisar
antara 6,0 – 7,1. (Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas)
B. Pengujian Keausan (Abrasi)
Pengujian Abrasi adalah Pengujian dengan menggunakan mesin los
angeles dengan tujuan untuk menghitung presentase perubahan gradasi
agregat. Keausan rata- rata didapat dari jumlah hasil tiap pengujian
dibagi dengan banyaknya pengujian dilakukan. (Manual Pekerjaan
Campuran Beraspal Panas)
Nilai Keausan atau Abrasi dapat ditentukan dengan rumus yaitu :
a−b
Keausan¿ ×100 % ............................................................. (2.1)
a
Keterangan :
a : Berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram
b : Berat benda uji tertahan saringan No. 12 (1,70 mm)
dinyatakan dalam gram.
C. Sand Equivalent (Setara Pasir)
Tujuan pengujian untuk mengetahui kualitas pasir yang lolos saringan
No.4 (4,76 mm) terhadap kandungan bahan plastis (lempung atau
lanau), yaitu perbandingan anatara pembacaan skala pembacaan pasir
terhadap skala pembacaan lumpur pada alat uji setara pasir dan
dinyatakan dalam persen.
Bahan unutuk benda uji dapat berupa pasir alam, abu batu atau pasir
hasil mesin pemecah batu disaring dengan saringan No.4 (4.76 mm)
sebanyak ± 1500 gram. (manual pekerjaan campuran beraspal panas)
Nilai setara pasir atau Sand Equivalent dapat ditentukan dengan
rumus yaitu
B
SE¿ ×100 % ...………………...……………………...…... (2.2)
A
Keterangan :
11
A : Skala pembaca permukaan lumpur
B : Skala pembacaan pasir
D. Pengujian Berat jenis Volume Agregat
Berat jenis volume agregat dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Wv= (Wi–Wk)/V ..........................................................................(2.3)
Dimana :
Wi : Berat tabung berisi agregat (gr)
Wk : Berat tabung dalam keadaan kosong (gr)
V : Volume Tabung (cm3)
a. Pengujian Kadar Air Agregat
Berdasarkan SNI 03-1971-1990, Penentuan kadar air agregat dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ww
Wc= × 100..............................................................................(2.4)
Ws
Dimana :
Ww : adalah berat cawan (gr)
Ws : adalah berat kering (gr)
Wc : adalah Kadar air (gr)
b. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat kasar dan Halus
Berdasarkan SNI 03-1970-1990 berat jenis dan penyerapan agregat
kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bk
Berat Jenis curah (bulk specific grafity ) = ..........................
Bj−Ba
(2.5)
Bj
Berat jenis permukaan jenuh ( saurated )= ..........................
Bj−B
(2.6)
Bk
Berat jenis semu ( apparent ) = ….....................
Bk−Ba
(2.7)
12
Bj−Bk
Penyerapan = .................................................................
Bk
(2.8)
Dimana:
Bk : berat benda uji kering oven (gr)
Bj : berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)
Ba : berat benda uji kering dalam permukaan jenuh dalam air
(gr)
Berdasarkan SNI 03-1970-1990 berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Bk
Berat Jenis = ...................................................
(B+W 2−Bt )
(2.9)
BK
Berat jenis semu = ....................................................
(B+ BK −Bt )
(2.10)
W2
Berat jenis SSD = .................................................
(B+W 2−Bt )
(2.11)
(W 2−Bk )
Penyerapan = ×100 % ........................................
Bk
(2.12)
Dimana:
W1 : adalah berat pikno
W2 : adalah berat benda uji dalam keadaan SSD
W3 : adalah berat pikno + agregat
Bk : adalah berat benda uji kering oven (gr)
B : adalah Berat piknometer + air (gr)
Bt : adalah berat pikno + pasir + air (gr)
13
Pada manual pekerjaan campuran beraspal maka didapatkan pengujian
Aspal sebagai berikut :
A. Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal
yang akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.
B. Uji Berat Jenis Aspal
Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan
digunakan dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis
maksimum campuran dan presentase rongga terisi aspal.
C. Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau daktilitas
aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang
memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktilitas yang tinggi.
D. Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur
maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan
pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya.
Dalam percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala
karena bila dipanaskan melebihi titik nyala, aspal dapat menjadi keras
dan getas.
E. Uji Titik Lembek Aspal
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu di mana
aspal mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan jalan
dapat diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan
suhu di lokasi perencanaan jalan tersebut.
F. Kelekatan aspal terhadap agregat adalah angka yang menunjukan
persentase luasan permukaan agregat yang masih terselimuti oleh aspal
setelah agregat tersebut direndam selama 24 jam. pengujian ini dapat
14
dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat
bahan jalan dan campuran aspal. Kelekatan aspal terhadap agregat
dinyatakan dalam persen (%). Menurut standar SNI-03-2439-1991, atau
AASTHO 182-84 , nilai kelekatan aspal baik minimal 95%. Keletekan
aspal yang tinggi dapat di artikan bahwa aspal tersebut memiliki
kemampuan yang tinggi untuk meletakan agregat sehingga semakin baik
digunakan sebagai bahan ikat ikat perkerasan.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
START
PENGUJIAN BAHAN
RANCANGAN
CAMPURAN AGREGAT
UJI MARSHALL
MENDEKATI
KADAR ASPAL
OPTIMUM
UJI MARSHALL
17
ANALISIS
KESIMPULAN
PENUTUP
18
Sumber: Google Earth
19
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik,
Universitas Kristen Indonesia Maluku, jalan OT.Patimaipauw
Talake,Ambon dengan menggunakan standar SNI dan spesifikasi Bina
Marga Revisi 2018 dengan Metode Marshall. Seperti telah disampaikan di
bab I bahwa jenis campuran beraspal panas yang dipilih untuk penelitian ini
adalah Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston). Pengujian-pengujian yang
dilakukan meliputi:
a. Pengujian agregat meliputi : Gradasi, Berat Jenis, Analisa Saringan
b. Pengujian aspal baik itu aspal Pertamina maupun Aspal Buton
(Asbuton) meliputi : Penetrasi, Titik Lembek, Titik Nyala,
Daktilitas,Kehilangan berat, Penetrasi setelah kehilangan berat, dan
Berat Jenis serta uji kelekatan terhadap agregat
c. Selanjutkan mempersiapkan bahan, yaitu menyaring agregat untuk
kebutuhan perencanaan campuran rencana (Job Mix Formula)
d. Membuat benda uji Marshall
e. Pengujian benda uji Marshall dengan tujuan mendapatkan sifat-sifat
seperti : Stabilitas, Flow, VIM (Void In The Mix), VFA (Void Filled
With Asphalt), VMA (Void Mix Aggregate) dan Marshall Quotient
(MQ)
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Peraturan Menteri PUPR NOMOR 18/PRT/M/2018 Tentang Penggunaan
Aspal Buton untuk Pembangunan Dan Preservasi Jalan
Surat. (2012). Pengujian Kadar Aspal Campuran Beton Aspal. Jurnal Intekna.
Tol, S. G. J. B. H. Untuk J. (2009). Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga. Standar Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk
Jalan Tol.
DOKUMENTASI
22
Proses pengambilan material di Quarry Wai Lafa, kabupaten Maluku
Tengah.
DOKUMENTASI
23
Proses pengambilan material di Quarry Wai Lafa, kabupaten Maluku
Tengah.
24