3. KELAINAN PADA BIBIT (UMUR 3
BULAN)
3.1 Bibit Normal 3 Bulan
3.2
Collante
Bibit normal berumur
tiga bulan harus
memiliki minimal empat
helai daun yang hijau,
tinggi 25 cm, diameter
pangkal batang 14 mm
dan panjang helaian
daun 16 cm.
Persentase bibit dengan
gejala collante tinggi
biasanya disebabkan oleh
penyiraman yang kurang.
Karena gejala collante
bukan gejala abnormal
yang bersifat genetik,
bibit collante tersebut
tetap dipelihara dan
penyiraman ditambah.
Sumatra Bioscience, 12-243.3 Grass Leaf (Daun Rumput)
Daun berbentuk
seperti rumput,
kelainan ini akan
tampak pada masa
pre nursery. Bibit
kriteria ini harus
diafkir.
3.4 Rolled Leaf (Daun Menggulung)
Daun menggulung
sejajar tulang daun.
Bibit ini tidak akan
pulih (normal). Bibit
ini harus diafkir.
Sumatra Bioscience, 13 - 243.5 Twisted Shoot (Daun Berputar)
Pelepah daun tampak
menggulung dengan
arah tegak lurus
terhadap rachis/ tulang
daun, sehingga bibit
tampak seperti tidak
mampu berdiri tegak.
Selain kelainan genetik,
penanaman yang salah/
terbalik adalah
penyebab utama bibit
menjadi seperti ini. Bibit
harus diafkir.
3.6 Crinkled Leaf (Daun Keriting)
Penyebab utama
bibit crinkled adalah
kurangnya asupan
air/ penyiraman air.
Pada kasus ini daun
tampak keriting
seperti gejala
kekurangan hara
Boron. Bibit ini harus
diafkir jika daun yang
keriting >50%.
Sumatra Bioscience, 14-243.7 Chimaera
Bibit dengan kelainan pembentukan klorofil. Hal ini
menyebabkan sebagian helaian daun menjadi berwarna
kuning keputih-putihan tanpa klorofil. Bibit ini harus
diafkir (gambar sebelah kiri). Meski kasus ini sangat
jarang ditemukan, namun_ bisa saja pada saat di
pembibitan bibit tidak menunjukkan gejala chimaera,
namun saat sudah ditanam kelapangan, barulah tanda-
tanda chimaera itu muncul (lihat gambar sebelah kanan).
Sumatra Bioscience, 15-244. KELAINAN PADA BIBIT (UMUR 6 BULAN)
4.1 Bibit Normal 6 Bulan
Bibit normal
berumur enam
bulan harus
memiliki minimal 10
helai daun yang
hijau, tinggi 60 cm,
diameter pangkal
batang 42 mm dan
panjang helaian
daun 21cm.
Jarak anak daun yang
lebar merupakan
kelainan genetik
atau gejala etiolasi.
Sumatra Bioscience, 16 - 24Jarak antar anak
daun rapat dan bibit
tampak menjadi
kerdil hal ini
merupakan kelainan
genetik. Bibit ini
harus diafkir.
4.4 Flat Top (Kanopi Rata)
Bibit dengan bentuk
kanopi yang rata. Hal
ini disebabkan
pelepah baru yang
tumbuh lebih pendek
dibanding pelepah
lama. Bibit ini harus
diafkir.
Sumatra Bioscience, 17-244.5 Juvenile (Daun Tidak Pecah)
Daun tidak pecah sehingga tidak membentuk anak daun
(leaflet). Jika bibit juvenile tetap ditanam ke lapangan maka
sampai periode TM pun daun tidak akan pecah seperti
terlihat pada gambar sebelah kanan.
Sumatra Bioscience, 18 - 245.
BULAN)
KELAINAN PADA BIBIT (UMUR 9
5.1 Bibit Normal 9 Bulan
Bibit normal berumur
sembilan bulan harus
memiliki minimal 13
helai daun yang hijau,
tinggi 109 cm, diameter
pangkal batang 69 mm
dan panjang helaian
daun 52 cm.
5.2 Acute Pinnae (Daun Meruncing)
Daun berbentuk
meruncing dan
sangat tajam. Hal ini
disebabkan oleh
kelainan genetik.
Bibit ini harus diafkir.
Sumatra Bioscience, 19-245.3 Short Internode (Buku Sempit)
Jarak antar anak
daun rapat dan
bibit menjadi
__ tampak pendek.
Hal ini merupakan
kelainan genetik.
Bibit ini harus
diafkir.
5.4 Runt (Kerdil)
Bibit kerdil
disebabkan oleh
genetik atau
kultur teknis yang
tidak sempurna
seperti kurangnya
asupan hara dan
airselama
perawatan. Bibit
ini harus diafkir.
Sumatra Bioscience, 20-245.5 Erect (Daun Kaku)
Daun bibit
tampak kaku
dan tegak. Hal
ini juga
disebabkan oleh
kelainan genetik.
Bibit jenis ini
harus diafkir.
5.6 Limp
Bibit tampak
terkulai lemas, hal
ini disebabkan
oleh tulang-tulang
daun yang tidak
kaku dan
merupakan gejala
kelainan genetik.
Bibit jenis
harus diafkir.
Sumatra Bioscience, 21-246. STANDAR JUMLAH BIBIT YANG DIAFKIR
PADA UMUR 3, 6 DAN 9 BULAN
7. STANDAR PERTUMBUHAN BIBIT DAN
CARA PENGUKURANNYA
7.1 Standar Pertumbuhan Bibit Lonsum
UJumlah daun hijau
Panjang pelepah (cm)
Sumatra Bioscience, 22 - 247.2 Alat Yang Digunakan
i
Alat yang dipal ai untuk mengukur pertumbuhan
bibit adalah meteran (panjang dan tinggi) dan
jangka sorong (diameter pangkal batang).
7.3 Cara Pengukuran
1, Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang ke
ujung daun terpanjang.
2. Panjang daun diukur dari pangkal ke ujung daun;
nomor daun yang diukur disesuaikan dengan
umur tanaman.
3. Besar pangkal batang diukur dengan jangka
sorong tepat di atas permukaan tanah.
Sumatra Bioscience, 23 - 248. REKOMENDASI UNTUK BIBIT TUA
(OVER GROWN)
[xa Tanam ke lapangan pada awal musimhujan. |
24-36
>36 Musnahkan bibit sebab biaya tanam tinggi.
Disamping itu bibit mengalami stres jika tetap
iditanam ke lapangan dan produksi rendah.
9. TIPS MEMILIH POLIBEG BERKUALITAS
BAIK
3 | ) & |
1. Elastisitas.
Kualitas baik: lembaran plastik elastis (tidak mudah
robek ketika ditarik/ direnggangkan).
Kualitas buruk: mudah robek.
2. Bau.
Kualitas baik: lembaran polibeg tidak berbau.
Kualitas buruk: berbau menyengat
3. Warna.
Kualitas baik: berwarna hitam pekat.
Kualitas buruk: warna hitam keabu-abuan.
Sumatra Bioscience, 24-24>
i
Jenis Buku Saku:
Buku Saku #1. Pemupukan Pada Kelapa Sawit
Buku Saku #2. Pengelolaan Pembibitan dan Mengenal Kelainan-Kelainan
Pada Bibit Kelapa Sawit
Buku Saku #3. Identifikasi dan Pengendalian Hama Pada Tanaman
Kelapa Sawit
Buku Saku #4. Penyakit Penting Kelapa Sawit dan Pengendaliannya
Buku Saku #5. Guima dan Pengendalian Pada Tanaman Kelapa Sawit
1. Benih Unggul Kelapa Sawit
2. Konsultasi Agronomi
‘Sumatra BioscienceLONSUM
Penyusun:
Taufik Satria Lubio
Mahadani Lubis
Muhammad Abror
Rizky Mardiana Nasution
Emma Suryani Siregar
AGRONOMY
Agronomy OP Section
Sumatra Bioscience Ee
PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk
SUMATRA ge 2018 IndoAgriKATA PENGANTAR
\ibit (seedling) kelapa sawit yang baik adalah
\ibit yang tumbuh subur, sehat dan seragam.
ibit. harus terbukti unggul dan berasal dari
umber benih terpercaya. Sebelum penanaman
li lapangan, bibit unggul harus sudah diseleksi.
sibit dengan kualitas terbaik tergantung pada
nutu. benih, perlakuan agronomi dan
yemeliharaan selama di pembibitan.
Jntuk menjamin bibit yang akan ditanam ke
apangan adalah bibit sehat dan seragam, maka
yerlu dibuat suatu standar dan contoh untuk
dara pekebun.
nformasi mengenai manajemen umum dan
celainan pada bibit kelapa sawit di buku saku ini
diharapkan bisa membantu_ kita untuk
mendapatkan kualitas bibit terbaik.
Pocket Guide Editor
Agronomy-OP
Sumatra Bioscience, 2018KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
SECARA UMUM
1.1 Persiapan Bibitan
1.2 Tanah
1.3 Dampak Lingkungan
1.4 Pembibitan Satu tahap
1.5 Pembibitan Dua Tahap
1.6 Pengambilan Benih
1.7 Penanaman Benih
1.8 Pencatatan di Pembibitan
1.9 Naungan
1.10 Mulsa
1.11 Penyiraman
1.12 Jadwal Pemupukan
1.13 Penyiangan Gulma
1.14 Pertumbuhan Ganda/ Triple
1.15 Seleksi/ Pemusnahan
1.16 Hama dan Penyakit
OWUOONN NOUN FF WNP RPE
101.17 Pemangkasan Bibit >2 tahun
. KECAMBAH
21
22
KELAINAN PADA BIBIT UMUR 3 BULAN
Bil
32
33
3.4
ao
3.6
37
KELAINAN PADA BIBIT UMUR 6 BULAN
4.1
4.2
43
44
45
Kecambah Sehat dan Normal
Kecambah Afkir
Bibit Normal 3 Bulan
Collante
Grass Leaf (Daun Rumput)
Rolled Leaf (Daun Menggulung)
Twisted Shoot (Daun Berputar)
Crinkled Leaf (Daun Keriting)
Chimaera
Bibit Normal 6 Bulan
Wide Internode (Buku Lebar)
Short Internode (Buku Sempit)
Flat Top (Kanopi Rata)
Juvenile (daun tidak pecah)
165.
KELAINAN PADA BIBIT UMUR 9 BULAN
5.1 Bibit Normal 9 Bulan
5.2 Acute Pinnae (Daun Runcing)
5.3 Short Internode (Buku Sempit)
5.4 Runt (Kerdil)
5.5 Erect (Daun Kaku)
5.6 Limp (Daun Lemas)
STANDAR JUMLAH BIBIT DIAFKIR PADA
UMUR 3, 6 DAN 9 BULAN
. STANDAR PERTUMBUHAN BIBIT DAN
CARA PENGUKURANNYA
7.1 Standar Pertumbuhan Bibit
7.2 Alat Yang Digunakan
7.3. Cara Pengukuran
- REKOMENDASI UNTUK BIBIT TUA
(OVER GROWN)
- TIPS MEMILIH POLIBEG
BERKUALITAS BAIK
19
19
20
20
21
ai:
22
22
23
23
24
241. MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA
SAWIT SECARA UMUM
1.1 Persiapan Bibitan
Semprot lahan dengan herbisida glifosat
dosis 1,5-2,0 L/ Ha atau dicampur dengan
2,4-Diamine 0,5 L/ Ha sebelum pengiriman
tanah ke pembibitan.
1.2 Tanah
Ambil dari area non-kelapa sawit; hindari
tanah yang berasal dari open-space akibat
Ganoderma. Top soil diambil dari
permukaan tanah yang berstruktur baik
sedalam 0-20 cm yang bebas dari hama
dan penyakit (misal bukan dari areal
Ganoderma).
Tanah harus subur ditandai dengan
adanya pertumbuhan tanaman penutup
tanah yang bagus. Tanah harus
mempunyai drainase yang baik (misalnya
tanah bebas dari genangan air setelah
Sumatra Bioscience, 1 - 24penyiraman). Jika hanya tanah liat yang
tersedia, campur dengan 20% pasir kasar.
1.3 Dampak Lingkungan
Dikarenakan pengambilan lapisan atas
tanah mempunyai dampak lingkungan
yang penting, tambahkan tanah dengan
mulsa_ organik atau kompos (untuk
pembibitan dekat _fasilitas pabrik/
kompos) jika memungkinkan. Kompos
yang berasal dari pengomposan janjangan
kosong dan POME merupakan sumber
hara yang baik. Kita dapat memanfaatkan
antara 50% sampai 100% dari kompos
tersebut. Jika kompos ditambahkan ke
dalam tanah polibeg, maka keduanya
harus dicampurkan.
Jika kita telah mencampurkan kompos
dengan tanah polibeg, pastikan untuk
merevisi pemakaian/ pemberian pupuk.
Bila lapisan top soil sudah diambil untuk
digunakan sebagai media pembibitan,
areal tersebut harus diaplikasikan dengan
Sumatra Bioscience, 2 - 24janjangan kosong paling sedikit dengan
ketebalan dua lapis janjangan.
1.4 Pembibitan Satu Tahap
Campurkan 1 ton tanah ayakan dengan 3
kg Fosfat batuan (RP) dan 10 kg
Trichoderma secara merata untuk
pengisian 50 polibeg besar ukuran 51 cm x
38 cm x 0,18 mm (setara 60 g RP dan 200 g
Trichoderma per polibeg besar).
Bila solid (POME kering) tersedia
campurkan 1 ton tanah ayakan dengan 50
kg POME kering dan 10 kg Trichoderma
secara merata untuk pengisian 50 polibeg
besar ukuran 51 cm x 38 cm x 0,18 mm
(setara 1 kg POME kering dan 200 g
Trichoderma per polibeg besar)
Isi polibeg dengan + 20 kg tanah. Susun
barisan yang terdiri dari 4 polibeg per baris
dengan jarak 10 m diantara barisan. Siram
selama 1 minggu dan jika perlu tanah
ditambah lagi sampai berkisar 2 cm di
bawah permukaan plastik polibeg.
Sumatra Bioscience, 3 - 24Penjarangan setelah 3 bulan dengan jarak
antar polibeg 90 cm segitiga sama sisi
(12.820 polibeg/ ha).
1.5 Pembibitan Dua Tahap
Campurkan 1 ton tanah ayakan dengan
30 kg Fosfat batuan (RP) dan 10 kg
Trichoderma secara merata untuk
pengisian 500 polibeg kecil ukuran 25 cm x
14 cm x 0,07 mm. (setara 60 g RP dan 20g
Trichoderma lalu isi polibeg dengan + 2 kg
tanah. Polibeg disusun rapat 10 baris
dalam petak panjang 10 m x 0,8 m berisi
1.200 polibeg. Jarak antara petak bibit
adalah 0,8 m. Bibit dipindahkan ke polibeg
besar pada umur 13 minggu.
1.6 Pengambilan Benih
Di Sumatera Utara, benih harus diambil
langsung dari BLRS oleh staf kebun untuk
memastikan kualitas benih sebelum
dikemas. Staf | pembibitan —_harus
memastikan bahwa tali pengikat pada
kotak masih utuh ketika tiba di
pembibitan. Jumlah benih yang diminta
Sumatra Bioscience, 4-24adalah = Luas tanam (Ha) x stand per
hectare (SPH) x 125%.
1.7. Penanaman Benih
Plumula (ujung yang lebih halus/_licin)
harus diatas dan ditutup dengan tanah 1
cm. Jangan keluarkan benih dari kotak
sebelum siap tanam dan letakkan kotak di
tempat teduh atau di ruangan ber-AC.
Penanaman berdasarkan nomor “bref”
(Nomor Referensi Penyerbukan).
Kecambah ditanam 1 cm di bawah permukaan tanah.
Sumatra Bioscience, 5-241.8 Pencatatan di Pembibitan.
Sebelum dan sesudah penanaman, hal-hal
tersebut di bawah ini harus dicatat:
- jumlah benih yang diterima
- jumlah benih yang rusak
- jumlah benih yang terinfeksi jamur
Jika benih yang rusak/ berjamur lebih dari
0,5%, laporkan ke BLRS sesegera mungkin
dan benih-benih tersebut harus disimpan
untuk diperiksa.
Benih yang terinfeksi jamur, diberi
perlakuan dengan Dithane 0,2% selama
2 menit dan ditanam di tempat
terpisah. Benih-benih ini dicatat ketika
ditanam.
Setelah 2 minggu - 1 bulan ditanam,
hitung benih yang tidak tumbuh. Laporkan
ke BLRS jumlah yang gagal tumbuh dan
simpan untuk diperiksa.
Sumatra Bioscience, 6 - 241.9 Naungan
Tidak diperlukan. Namun demikian, bila
temperatur sangat tinggi dan kelembaban
rendah, letakkan mulsa “lalang/ jerami
kering” di permukaan polibeg dan dibuang
setelah 2 minggu.
1.10 Mulsa
Jika tersedia, tambahkan potongan
cangkang sawit atau jerami/ lalang kering
di polibeg untuk mengurangi penguapan,
menghalangi tumbuhnya gulma_ dan
mencegah erosi tanah saat penyiraman.
1.11 Penyiraman
Pada pagi dan sore hari, siram +1 L air
untuk polibeg besar (atau 150 mL untuk
polibeg kecil) jika curah hujan_ hari
sebelumnya kurang dari 8 mm.
Sumatra Bioscience, 7- 241.12 Jadwal Pemupukan
Standar pemupukan pembibitan adalah
0 60g RP Dicampurkan dengan
tanah
4 8g/5 1. 15/15/6/4 Aplikasi 5 L untuk 100
5 8g/5115/15/6/4 bibit dan disiram 1 jam
6 8g/5 1 15/15/6/4 kemudian.
7 8g/5 L15/15/6/4
8 2g 15/15/6/4
10 2g 15/15/6/4
12 3g 15/15/6/4
14 3g 15/15/6/4
16 4g 15/15/6/4
18 4g 15/15/6/4
21 10g 12/12/17/2
23 10g Kieserite 2
5 15g 12/12/17/2 Ditabur di ae polibeg
29 15g 12/12/17/2 2 eee
ues batang
31 15g Kieserite
33 30g 12/12/17/2
37 30g 12/12/17/2
39 20g Kieserite
41 35g 12/12/17/2
45 35g 12/12/17/2
47 20g Kieserite
49 | 35g 12/12/17/2
Sumatra Bioscience, 8-241.13 Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma di luar dan di dalam
polibeg dilakukan secara manual.
1.14 Pertumbuhan Ganda/ Triple
Tinggalkan bibit yang terbaik
pertumbuhannya dan musnahkan sisanya.
1.15 Seleksi/ Pemusnahan
a. Dilakukan oleh staf BLRS.
b. Setelah culling pertama (3 bulan) pada
bibitan satu tahap, _ dilakukan
penjarangan polibeg menjadi 90 cm x
90 cm segitiga sama sisi (78 cm di
antara barisan).
c. Untuk bibitan 2 tahap, bibit dari
polibeg kecil dipindahkan ke polibeg
besar dan disusun 90 cm x 90 cm
berbentuk segitiga sama sisi.
d. Bibit untuk percobaan Breeding
diculling oleh staff bersangkutan.
e. Ada kriteria ‘reject oleh customer’
untuk bibit SPS di BLRS.
Sumatra Bioscience, 9- 241.16 Hama dan Penyakit
Jika ada serangan hama atau penyakit,
segera hubungi BLRS (lihat SOP Hama dan
Penyakit).
1.17. Pemangkasan Bibit Umur >2
Tahun
Dilaksanakan dengan memotong pelepah
bibit pada ketinggian 1,5 m_ dari
permukaan polibeg untuk memelihara
kelembaban iklim mikro di pembibitan.
Sumatra Bioscience, 10-242. KECAMBAH
2.1 Kecambah Sehat dan Normal
Kecambah sehat
dan normal
dapat jelas
dilihat dengan
mengenali
bentuk plumula
(berwarna
putih) dan
radikula (agak
gelap).
2.2 Kecambah Afkir
Berbagai bentuk
plumula dan
radikula yang
tidak normal dan
berjamur;
kecambah-
kecambah
tersebut harus
diafkir.
Sumatra Bioscience, 11-24