Anda di halaman 1dari 27

PSB 2018

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

Oleh :

Kelompok 2

Pendidikan Sains 2018 B

Marisa Cantika Putri ( 18030654018 )

Mega Lestari Putri ( 18030654047 )

Laely Faizati Al Hidayah ( 18030654064 )

A.H Diton Hermana ( 18030654082 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI S1 PENDIDIKAN SAINS

2019

i
ABSTRAK

Praktikum yang berjudul “Potensial air jaringan tumbuhan” ini dilaksanakan


pada hari kamis, 17 Oktober 2019 pukul 13.00 WIB bertempat di laboratorium
IPA Gedung C12 FMIPA UNESA. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan
jaringan umbi kentang dan terhadap besar nilai potensial air pada jaringan umbi
kentang. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu dengan
memanipulasi besar konsentrasi larutan sukrosa. Hasil yang didapatkan dalam
praktikum ini sesuai dengan hipotesis dan teori. Kesimpulan dari praktikum ini
yakni bahwa semakin besar konsentrasi larutan sukrosa maka semakin berkurang
panjang potongan jaringan umbi kentang dan nilai potensial air nya juga semakin
kecil.

Kata Kunci: potensial air, konsentrasi larutan, perubahan panjang.

ii
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………... i

Abstrak……………………………………………………………………. ii

Daftar Isi………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………. 1
C. Tujuan…………………………………………………………… 1
BAB II KAJIAN TEORI
A. Potensial Air……………………………………………………. 3
B. Difusi…………………………………………………………… 4
C. Osmosis………………………………………………………… 6
D. Hipotesis………………………………………………………... 7

BAB III METODE PERCOBAAN

A. Metode Percobaan………………………………………………. 8
B. Waktu dan Tempat Percobaan………………………………….. 8
C. Alat dan Bahan…………………………………………………. 8
D. Variabel Percobaan dan Definisi Operasional………………….. 9
E. Rancangan Percobaan…………………………………………… 9
F. Langkah Kerja…………………………………………………... 10
G. Alur Percobaan………………………………………………….. 11

BAB IV DATA DAN ANALISIS

A. Data …………………………………………………………… 12
B. Analisis Hasil Percobaan…………………………….………… 13
C. Pembahasan……………………………………………………… 14

iii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………….. 17
C. Hikmah Kegiatan……………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………19

LAMPIRAN

A. Lampiran 1 Foto Kegiatan……………………………………… 20


B. Lampiran 2 Perhitungan………………………………………… 21
C. Lampiran 3 Laporan Sementara………………………………… 23
D. Lampiran 4 LKM ………………………………………………. 24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisiologi tumbuhan adalah ilmu tentang proses-proses yang berhubungan
dengan fungsi fisiologis pada tumbuhan. Ada banyak pembahasan dalam
fisiologi tumbuhan, salah satu diantaranya adalah tentang potensial air pada
jaringan tumbuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, air memiliki peran yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup pada makhluk hidup. Seperti
misalnya pada tumbuhan, air memiliki beberapa peran penting diantaranya
adalah sebagai bahan utama proses fotosintesis, sebagai pelarut zat hara,
sebagai pengatur suhu agar tetap stabil, dan lain-lainnya. Apabila suatu
tumbuhan mengalami kekurangan air maka proses pertumbuhan dan
perkembangannya akan terganggu dan tidak dapat berjalan normal.
Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya dalam
menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air dari lingkungan.
Pengambilan atau pengeluaran air oleh suatu sel terjadi melalui peristiwa
osmosis. Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut (air) melalui
membran semipermiabel. Perpindahan ini nantinya akan mengakibatkan
perubahan bentuk ukuran sel yang terjadi apabila terdapat perbedaan
konsentrasi pada suatu larutan. Perpindahan molekul dapat terjadi dikarenakan
adanya pergerakan dari air. Pergerakan air dipengaruhi oleh besarnya potensial
air di dalam sel tersebut. Air akan bergerak dari potensial tinggi ke potensial
rendah.
Potensial air merupakan jumlah air yang terkandung dalam suatu sel atau
jaringan tumbuhan. Potensial air sangat penting untuk diketahui agar dapat
mengerti seberapa besar tumbuhan tersebut memerlukan air sehingga
kebutuhan air yang diperlukan dapat terpenuhi dengan baik. Suatu sel atau
jaringan dikatakan memiliki potensial air tinggi jika memiliki kadar air yang
tinggi. Potensial air jaringan dapat diketahui dengan cara merendam potongan
dari suatu jaringan tumbuhan dalam larutan sukrosa atau larutan non elektrolit
yang telah diketahui konsentrasinya. Sehingga untuk dapat mengetahuinya
maka dilakukanlah percobaan ini.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan beberapa rumusan masalah
diantaranya adalah:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan pada umbi kentang?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap besar nilai
potensial air pada jaringan umbi kentang?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan dalam praktikum ini
diantaranya yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan jaringan pada umbi kentang.
2. Untuk mengidentifikasi pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap besar
nilai potensial air pada jaringan umbi kentang.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Potensial Air
Air merupakan 85 – 98% berat tumbuhan herbal yang hidup di air. Dalam
sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya. Selain itu, air juga diperlukan sebagai substrat atau reaktan
untuk berbagai reaksi kimia misalnya fotosintesis. Air juga dapat
menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat
digunakan untuk aktivitas katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan
menjadi layu, dan apabila tidak diberikan secepatnya akan terjadi layu
permanen yang dapat menyebabkan kematian. (syarif, 2009)
Potensial kimia adalah energi bebas per mol substansi didalam suatu
sistem kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu senyawa dibawah kondisi
tekanan dan temperatur konstan tergantung kepada jumlah mol substansi
tekanan dan temperatur yang ada. (Anonim, 2010)
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian
sistem. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial
kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada
suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol.
Faktor – faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktivitas, suhu,
tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur
metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan
uap. (Salisbury dan ross, 1995)
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut
didalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air
dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Definisi ini hanya berlaku pada
tekanan atmosfer. Apabila tekanan disekitar sistem ditingkatkan atau
diturunkan maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai
dengan perubahan tekanan tersebut. (Anonim, 2011)
Terdapat lima mekanisme utama yang dapat menggerakkan air dari suatu
tempat ketempat lain melalui proses :

3
1. Difusi adalah pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah
2. Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya
larutan kedalam sel – sel endodermis merupakan contoh proses osmosis.
Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel
lainnya dengan leluasa. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke
organel – organel bermembran.(Anonim, 2011)
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan
mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menentukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi
menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan
potensial tekanan. Nilai potensial air dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
PA = PO + PT dan PA = - TO
Dimana :
PO = Potensial osmotik
PA= Potensial Air
Untuk mencari nilai tekanan osmotik (TO) menggunakan
rumus :

TO sel =

Dimana :
TO = Tekanan Osmotik
M = Molaritas
T = Temperatur mutlak (273+ to)
B. Difusi
Difusi merupakan penyebaran zat yang ditimbulkan oleh energi kinetik
dimana molekul-molekul tersebut cenderung menyebar ke segala arah sampai
terdapat suatu konsentrasi yang sama. Difusi merupakan proses
penyeimbangan konsentrasi antara dua zat atau larutan yang berbeda

4
konsentrasinya. Partikel-partikel dalam zat berpindah dari zat atau larutan
yang pekat menuju larutan yang lebih encer. Sehingga, ketika kedua zat atau
larutan tersebut telah mencapai keseimbangan konsentrasinya, maka tidak
akan terjadi perpindahan molekul lagi antara satu zat dengan zat lainnya.
(Yahya, 2015)
Menurut Trihandaru (2012) difusi adalah pergerakan molekul suatu zat
secara random yang menghasilkan pergerakan molekul efektif dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi adalah pergerakan air
melintasi membran permeable yang selektif. Contohnya adalah difusi zat
warna dalam air tenang dan difusi zat melalui membran sel. Difusi larutan
gula sangat penting dalam dunia biologi, contohnya adalah fenomena
transport gula dalam tanaman.
Gerakan – gerakan molekul ion cenderung mengisi seluruh ruangan yang
tersedia. Molekul air yang larut dalam larutan selalu berada dalam gerakan
yang acak – acakan dimana molekul air padat itu banyak mengalami
tubrukan. Dalam tubuh, difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair tetapi
terjadi dari satu ruangan ke ruangan lain yang mempunyai sekat yang diantara
ruangan tersebut terdapat permeabel untuk zat yang berdifusi. Kecepatan
difusi sekat lebih lambat daripada kecepatan difusi dalam air. (Syaifuddin,
2002)
Pada tumbuhan, air dan garam mineral masuk ke dalam tumbuhan melalui
epidermis akar, dimana terdapat perbedaan konsentrasi antara sel-sel akar
dengan cairan yang ada di sekeliling akar (Yahya,2015). Berikut gambar
mengenai difusi zat :

Gambar 2.1. Proses Difusi

5
Sumber :www.bisakimia.com

C. Osmosis
Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membran sebagai akibat
perbedaan tekanan osmosi. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati suatu
membran dari larutan yang berkadar rendah kedalam larutan yang berkadar
tinggi sehingga tercapai suatu keseimbangan. Hal inilah yang terjadi dalam
transportasi air dari sel kedalam rongga antar sel dan dari sel yang satu
kedalam sel yang lain. (Juwono, 2000)
Menurut Lakitan, B. (1993) osmosis adalah proses perpindahan air dari zat
yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi
(hipertonis). Proses ini biasa melalui membran  selektif permeabel dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air
melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak air ke larutan
yang sedikit air. Pelarut bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah
(hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih tinggi (hipertonik) yang bertujuan
menyamakan konsentrasi kedua larutan. Efek ini dapat dilihat dari
bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan
hipotonik
Air memasuki dan meninggalkan sel-sel melalui osmosis. Osmosis terjadi
ketika dua larutan memiliki perbedaan tekanan osmotik, atau osmolaritas.
Dalam kondisi isoosmotik molekul air terus menerus melintasi membran,
namun dengan laju yang sama ke kedua arah. Dengan kata lain, tidak ada
pergerakan netto air melalui osmosis diantara larutan-larutan isoosmotik.
Ketika dua larutan memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi
zat-zat terlarut yang lebih besar disebut hiperosmotik. Air mengalir melalui
osmosis dari larutan hipoosmotik ke larutan hiperosmotik (Campbell, 2010 :
118).
Contoh proses osmosis yang terjadi misalnya, masuk dan naiknya air
mineral ke dalam tumbuhan merupakan proses osmosis. Air dalam tanah
memiliki kandungan solvent lebihbesar (hipotonik) disbanding dalam
pembuluh, sehingga air masuk menuju xylem atau jaringan tumbuhan. Jika

6
jaringan tumbuhan diletakkan dalam kondisi hipertonik (solute tinggi atau
solvent rendah), maka jaringan tumbuhan akan menyusut karena cairan keluar
menuju larutan hipertonik. Kentang atau umbi-umbian yang dimasukkan
kedalam air garam atau air gula akan mengalami penyusutan (Pratiwi, 2004).

Gambar 2.2. Proses Osmosis


Sumber :www.googlegambar.com

E. Hipotesis
1. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin berkurang
panjangnya dan perubahan panjangnya semakin besar.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka nilai potensial air nya
semakin kecil.

7
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Metode Percobaan
Pada praktikum yang berjudul “Potensial Air Jaringan Tumbuhan” ini
menggunakan metode eksperimen, karena terdapat variabel manipulasi yaitu
konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan sebesar 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M;
0,8 M; 1 M.

B. Waktu dan Tempat Percobaan


Praktikum yang berjudul “Potensial Air Jaringan Tumbuhan” ini
dilaksanakan pada:
Waktu : Kamis, 17 Oktober 2019 pukul 13.00 – 15.30 WIB.
Tempat : Ruang laboratorium jurusan IPA lantai 2 gedung C12 FMIPA
UNESA.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas plastik (6 buah)
b. Alat pengebor gabus (1 buah)
c. Pisau (1 buah)
d. Gelas ukur 50 ml (1 buah)
e. Pinset (1 buah )
f. Pipet tetes (1 buah)
g. Penggaris (1 buah)
h. Plastik (6 buah)
i. Karet gelang (6 buah)
2. Bahan
a. Umbi kentang (4 buah)
b. Kertas Label (6 buah)
c. Larutan Sukrosa 0 M (25 ml)
d. Larutan Sukrosa 0,2 M (25 ml)
e. Larutan Sukrosa 0,4 M (25 ml)

8
f. Larutan Sukrosa 0,6 M (25 ml)
g. Larutan Sukrosa 0,8 M (25 ml)
h. Larutan Sukrosa 1 M (25 ml)
D. Variabel Percobaan dan Definisi Operasional
1. Variabel Manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa
Definisi Operasional : Pada percobaan ini konsentrasi larutan sukrosa
yang digunakan adalah larutan sukrosa dengan
molaritas 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M.
2. Variabel Kontrol : Jenis umbi, panjang awal umbi, volume larutan
sukrosa, waktu perendaman umbi.
Definisi Operasional : Pada percobaan ini jenis umbi yang digunakan
adalah umbi kentang. Panjang awal umbi sebesar 3
cm. Volume larutan sukrosa yang digunakan untuk
merendam potongan umbi kentang yaitu sebesar 25
ml. Dan waktu perendaman umbi kentang pada
larutan sukrosa yaitu 2 jam.
2. Variabel Respon : Panjang akhir umbi kentang dan nilai potensial air
Definisi Operasional : Pada percobaan ini, akan didapatkan hasil berupa
panjang akhir umbi kentang dan nilai dari potensial
air umbi.
E. Rancangan Percobaan

Gambar 3.1. Rancangan Percobaan Potensial Air pada umbi kentang

9
F. Langkah Kerja
1. Menyiapkan 6 buah gelas plastik.
2. Mengisi masing-masing gelas dengan 25 ml larutan sukrosa yang memiliki
konsentrasi berbeda , kemudian memberinya label pada masing-masing
gelas berdasarkan konsentrasi larutan yaitu 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8
M dan 1 M.
3. Memilih umbi kentang yang cukup besar dan baik.
4. Mengupas kulit kentang dengan pisau.
5. Membuat silinder pada umbi kentang menggunakan alat pengebor gabus.
6. Memotong silinder umbi sepanjang 3 cm sebanyak 24 potong.
7. Memasukkan masing-masing 4 potong umbi kentang kedalam gelas plastik
yang berisi larutan sukrosa dengan masing-masing konsentrasi.
8. Menutup gelas plastik menggunakan plastik dan karet gelang selama
perendaman 2 jam
9. Setelah 2 jam, mengeluarkan setiap potongan umbi dari gelas plastik
kemudian mengukur kembali panjangnya.
10. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa.
11. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi pada setiap
konsentrasi larutan sukrosa.
12. Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan umbi kentang tersebut.

10
G. Alur

Larutan Sukrosa

- Dimasukkan kedalam 6 gelas plastik, masing-masing 25


ml dengan konsentrasi larutan 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6
M ; 0,8 M dan 1 M.
- Diberi label sesuai konsentrasi larutan.

Umbi Kentang

- Dipilih yang cukup besar danbaik.


- Dikupas dengan pisau kulit kentangnya.
- Dibuat silinder dengan menggunakan alat pengebor
gabus.
- Dipotong sepanjang 3 cm sebanyak 24 potong
- Dimasukkan ke dalam gelaslastik yang berisi
konsentrasi larutan sukrosa berbeda-beda masing-
masing 4 potongan.
- Ditutup dengan plastic dan karet.
- Direndam selama 2 jam
- Dikeluarkan setiap potongan umbi setelah 2 jam
- Diukur kembali panjangnya
- Dihitung nilai rata-rata pertambahan panjang untuk
setiap konsentrassi larutan sukrosa dan nilai potensial
air nya

Perubahan
Panjang dan Nilai
Potensial Air

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data
Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan Potensial Air Pada Umbi Kentang
Konsentrasi Panjang Umbi Perubahan Rata-rata
Potensial
No. Larutan (cm) Panjang Perubahan
Air
Sukrosa Awal Akhir (cm) Panjang
3,0 3,0 0
3,0 3,0 0
1. 0M 0 0
3,0 3,0 0
3,0 3,0 0
3,0 2,9 0,1
3,0 3,0 0
2. 0,2 M 0,025 -4,94
3,0 3,0 0
3,0 3,0 0
3,0 2,9 0,1
3,0 3,0 0
3. 0,4 M 0,05 -9,87
3,0 3,0 0
3,0 2,9 0,1
3,0 2,9 0,1
3,0 3,0 0
4. 0,6 M 0,10 -14,81
3,0 2,9 0,1
3,0 2,8 0,2
3,0 2,8 0,2
3,0 2,7 0,3
5. 0,8 M 0,25 -19,75
3,0 2,7 0,3
3,0 2,8 0,2
3,0 2,8 0,2
3,0 2,6 0,4
6. 1M 0,30 -24,96
3,0 2,8 0,2
3,0 2,6 0,4

B. Analisis Hasil Percobaan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
seperti pada tabel 4.1. antara lain yaitu panjang awal sebesar 3 cm dan
akhir potongan umbi kentang, perubahan panjang potongan umbi kentang,
rata-rata perubahan panjang, serta nilai potensial pada umbi kentang.
Pada percobaan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi
sebesar 0 M, tidak terjadi perubahan panjang pada potongan umbi kentang

12
sehingga nilai perubahan panjangnya sama dengan nol. Nilai potensial air
pada saat konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0 M adalah 0.
Pada percobaan menggunakan konsentrasi larutan sebesar 0,2 M
diperoleh panjang akhir potongan umbi kentang sebesar 2,9 cm, 3 cm, 3
cm, dan 3 cm. Sehingga terjadi perubahan panjang sebesar 0,1 cm, 0 cm, 0
cm, dan 0 cm. Rata-rata perubahan panjangnya yaitu sebesar 0,025 cm dan
nilai potensial air pada saat konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,2 M
adalah sebesar -4,94.
Pada percobaan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi
sebesar 0,4 M diperoleh panjang akhir potongan umbi kentang sebesar
berturut-turut yaitu 2,9 cm, 3 cm, 3 cm, dan 2,9 cm. Sehingga terjadi
perubahan panjang sebesar 0,1 cm, 0 cm, 0 cm, dan 0,1 cm. Rata-rata
perubahan panjang potongan umbi kentang sebesar 0,05 cm dan nilai
potensial air pada saat konsentrasi larutan yaitu sebesar 0,4 M adalah
-9,87.
Pada percobaan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi
sebesar 0,6 M diperoleh panjang akhir masing-masing potongan umbi
kentang sebesar 2,9 cm, 3 cm, 2,8 cm, dan 2,9 cm. Sehingga terjadi
perubahan panjang sebesar 0,1 cm, 0 cm, 0,2 cm, dan 0,1 cm. Rata-rata
perubahan panjang potongan umbi kentang sebesar 0,10 cm dan nilai
potensial air pada saat konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M adalah -14,81.
Pada percobaan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi
sebesar 0,8 M diperoleh panjang akhir masing-masing potongan umbi
kentang sebesar 2,8 cm, 2,7 cm, 2,7 cm, dan 2,8 cm. Sehingga terjadi
perubahan panjang sebesar 0,2 cm, 0,3 cm, 0,3 cm, dan 0,2 cm. Rata-rata
perubahan panjang potongan umbi kentang yaitu 0,25 cm serta nilai
potensial air pada saat konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M adalah -19,75.
Pada percobaan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi
sebesar 1 M diperoleh panjang akhir sebesar 2,8 cm, 2,6 cm, 2,8 cm, dan
2,6 cm. Sehingga terjadi perubahan panjang sebesar 0,2 cm, 0,4 cm, 0,2
cm, dan 0,4 cm. Rata-rata perubahan panjang potongan umbi kentang

13
adalah 0,30 cm. Nilai potensial air pada saat berada dalam larutan sukrosa
dengan konsentrasi sebesar 1 M adalah sebesar -24,96.

C. Pembahasan
Potensial air merupakan ukuran dari energi yang dimiliki oleh air
untuk bergerak. Potensial air pada suatu tumbuhan dapat diketahui dengan
memasukkannya ke dalam sebuah larutan. Pada percobaan ini potongan
umbi kentang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa. Penggunaan larutan
sukrosa bertujuan agar tidak merusak sel yang ada pada jaringan tumbuhan
(potongan umbi kentang) dan digunakan sebagai nutrisi oleh sel yang ada
pada potongan umbi kentang tersebut.
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diperoleh grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Perubahan
Panjang Kentang.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi


larutan sukrosa maka perubahan panjangnya juga semakin besar. Jika
semakin besar konsentrasi larutan sukrosa maka lebih besar pula terjadi
proses plasmolisis yang dialami oleh suatu sel, karena larutan sukrosa
bersifat hipertonik terhadap sel sehingga menyebabkan perubahan panjang
yang semakin besar pula. Potongan kentang tersebut mengalami
penyusutan panjang karena terjadi proses plasmolisis yaitu air keluar dari
dalam sel menuju ke larutan sukrosa (lingkungannya). Sel dari potongan
umbi kentang dimasukkan ke dalam masing-masing larutan sukrosa

14
mengalami perubahan panjang yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi
larutan menyebabkan perubahan panjang yang berbeda-beda pula pada
setiap potongan umbi kentang, yang bergantung pada pergerakan air yang
berada di dalam sel umbi kentang tersebut terhadap lingkungannya
(larutan sukrosa).
Pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0 M potongan kentang
tidak mengalami perubahan panjang atau panjangnya tetap, karena larutan
sukrosa 0 M memiliki sifat yang isotonis terhadap sel yang terdapat di
dalam kentang sehingga tidak terjadi proses berpindahnya zat pelarut
maupun terlarut antara larutan sukrosa dan sel di dalam kentang.
Sedangkan pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 1 M, terjadi
perubahan panjang yang besar dari kentang. Kentang semakin menyusut
karena kehilangan banyak air yang keluar menuju ke larutan sukrosa yang
bersifat hipertonik terhadap sel kentang tersebut. Sehingga mengakibatkan
sel kentang mengalami plasmolisis yang mengakibatkan panjangnya
berkurang.
Berdasarkan tabel 4.1 pula dapat dibuat grafik hubungan antara
konsentrasi larutan dengan potensial air sebagai berikut :
Grafik 4.2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Potensial Air
pada Kentang

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi


larutan sukrosa, maka nilai potensial air semakin kecil. Potensial air
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi larutan,
potensial osmotik, dan potensial tekanan. Konsentrasi larutan berpengaruh
pada terjadinya peristiwa plasmolisis yang dapat menentukan nilai
15
potensial air suatu jaringan. Potensial osmotik adalah status yang
ditunjukkan oleh larutan di dalam suatu sel, dan potensial tekanan dapat
mengurangi atau menambah nilai dari potensial air. Semakin kecil nilai
potensial air (PA) maka semakin baik pula kemampuan penyerapan airnya.
Potensial air berhubungan dengan konsentrasi larutan. Apabila konsentrasi
di dalam sel lebih hipertonik terhadap lingkungannya maka kemampuan
menyerap air dari lingkungan semakin besar. Perbedaan konsentrasi
menyebabkan perbedaan potensial air di dalam sel dan potensial air di
lingkungan jaringan sel sehingga dapat menyebabkan terjadinya peristiwa
difusi maupun osmosis.
Pada potongan kentang sendiri mengalami peristiwa plasmolisis
karena direndam di dalam larutan sukrosa yang bersifat hipertonik dari sel
yang ada di dalam potongan kentang, sehingga air di dalam kentang akan
keluar menuju lingkungannya yaitu larutan sukrosa sehingga
menyebabkan kentang menyusut dan berkurang panjangnya daripada
sebelum direndam dengan larutan sukrosa.

16
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, simpulan yang dapat
diambil yaitu :
1. Konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan. Larutan sukrosa bersifat hipertonik
terhadap sel kentang sehingga mengakibatkan kentang mengalami
plasmolisis sehingga kentang akan menyusut dan panjangnya akan
berubah setelah dilakukan perendaman dengan larutan sukrosa.
2. Konsentrasi larutan berpengaruh terhadap nilai potensial air jaringan
tumbuhan. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka nilai
potensial air semakin kecil.

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Memastikan bahwa saat merendam potongan kentang secara
bersamaan
2. Disarankan saat memotong kentang, ukurannya semuanya sama dan
dilakukan secara cepat dan efisien
3. Disarankan lebih teliti saat melakukan pengukuran panjang kentang
sebelum dan sesudah dilakukan perendaman dengan larutan sukrosa.

C. Hikmah Kegiatan
Dari praktikum yang telah dilakukan, hikmah yang dapat diambil
antara lain yaitu :
1. Semakin banyak pengalaman, maka semakin sedikit kesalahan yang
akan dilakukan.
2. Semakin kita berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan,
maka semakin dekat kita dengan keberhasilan.

17
3. Semakin sabar ketika menghadapi segala hal, semakin berkurang pula
rasa kecewa yang ada
4. Semakin besar keinginan belajar, maka semakin dekat dengan semua
pengetahuan yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Laporan Sementara Fisiologi Tumbuhan.


http://forestum.untad.blogspot.com. Diakses pada 23 oktober 2019

Anonim. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan.


http://ekaboymaster.blogspot.com. Diakses pada 23 oktober 2019

Campbell. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, Syarif A. 2009. Laporan pengukuran potensial air jaringan tumbuhan.


Universitas Negeri Makassar : Makassar.

Juwono, Achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. EGC : Jakarta

Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Biologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.
Pratiwi, D.A. 2004. Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung : ITB
Syaifuddin, Drs. H. 2002. Fungsi sistem tubuh manusia. EGC : Jakarta
Trihandaru S. 2012. Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan
Lintasan Cahaya Laser. Yogyakarta : Prosiding Pertemuan Ilmiah
XXVI HFI Jateng & DIY.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum
Tuberostum dan Doucus carota. Jurnal Biologi Education, Volume 4.

19
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

Gambar 1. Gambar 2.
Menyiapkan alat dan bahan. Membuat silinder kentang
menggunakan alat pengebor.

Gambar 3. Gambar 4.
Mengukur panjang kentang awal Meletakkan 4 silinder kentang
yang dikontrol sepanjang 3 cm. pada 6 gelas dengan konsentrasi
larutan yang dimanipulasi .

Gambar 5.
Panjang kentang akhir setelah 2 jam
pada masing-masing konsentrasi.
larutan.sukrosa.

20
LAMPIRAN

B. Perhitungan

TO = - PA

Rumus : TO =

Keterangan :
PA = Potensial Air
TO = Tekanan Osmotik
M = Molaritas Konsentrasi Larutan
T = Suhu Mutlak Ruang (273 + suhu ruang)

1. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M


Suhu ruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

=0
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M
Suhu ruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

= - 4,94

21
3. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M
Suhu ruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

= - 9.87

22
4. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M
Suhu ruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

= - 14,81

5. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M


Suhu ruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

= - 19,75
6. Padakonsentrasilarutansukrosa1 M
Suhuruang = 28° C
T = 273 + 28 = 301° C

TO =

= - 24,69

23

Anda mungkin juga menyukai