Dianjurkan Sebagai :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam
pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi
kesehatan merupakan cara yang cukup ampuh untuk meningkatkan sumber daya
perlindungan kesehatan, meningkatkan akses kesehatan bagi orang miskin dan
mendorong penyedia jasa kesehatan untuk menjadi lebih bertanggung jawab
(accountable). Akan tetapi UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
baru masih belum mampu memberikan kerangka yang menyeluruh bagi reformasi
pembiayaan sektor kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan. Pemerintahan harus segera
membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk merancang strategi pembiayaan
kesehatan yang menyeluruh, dimana asuransi kesehatan termasuk didalamnya dan juga
mengamandemen undang-undang tersebut (Depkes RI, 2009).
Strategi Pembiayaan Kesehatan
Strategi pembiayaan kesehatan dapat ditempuh dengan:
(a) menentukan kombinasi pembiayaan kesehatan (asuransi pemerintah, asuransi swasta
dan dana pribadi) yang dapat dengan baik memenuhi tujuan pemerintah, yaitu
menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau dan dapat
diakses oleh orang miskin,
(b) menganalisa dampak anggaran dari strategi kesehatan yang diajukan,
(c) mempelajari pengalaman di negara tetangga mengenai asuransi
Cakupan asuransi amat terbatas, hanya mencakup pekerja di sektor formal dan
keluarga mereka saja, atau hanya sekitar sepertiga penduduk dilindungi oleh asuransi
kesehatan formal. Meski demikian mereka yang telah diasuransikan pun masih harus
mengeluarkan sejumlah dana pribadi yang cukup tinggi untuk sebagian besar pelayanan
kesehatan (Depkes RI, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Pembiayaan Asuransi Kesehaan
2. Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan
3. Pembiayaan Kesehatan Indonesia
4. Pembiayaan Kesehatan di Negara Maju dan Berkembang
C. Tujuan
1. TujuanUmum
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Ketepatan menjelaskan
pembiayaan/asuansi Kesehatan di Indonesia dan negara lain
2. Tujuan Khusus
a. Dapat Menjelaskan Pengertian Pembiayaan Asuransi Kesehaan
b. Dapat Mengetahui Pelayanan Kesehaan dibedakan dalam dua Golongan
c. Dapat Mengetahui Pembiayaan Kesehatan Indonesia
d. Dapat Menyebutkan Pembiayaan Kesehatan di Negara maju dan Berkembang
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan di atas dapat diambil sebagai manfaatnya yaitu dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang Asuransi Kesehatan
E. Metode Penyelesaian
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan pengkajian
literatur baik dari buku, internet, dan berbagai sumber lain nya yang relavan dengan tofik
kajian yang kami bahas, sehingga diharapkan bisa memperkaya isi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah
rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut atau rujukan. Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai
dengan Rumah sakit kelas A. (Juanita, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat terhadap kesehatan banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum dapat dibedakan 9 (sembilan)
syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (countinues), terpadu (integrated),
wajar (appropiate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality), tercapai (accessible)
serta terjangkau (affordable). (Azwar Azrul ,1999).
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut
yaitu berdasarkan:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat pengertian ini
bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama pemerintah
dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada
seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational
cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya kesehatan
menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu
pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan. (Azwar, A. 1999).
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara
diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health
care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi
kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada
kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan
(adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri. (Departemen Kesehatan RI, 2004).
1) Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat diprediksikan,
sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap individu mempunyai cukup uang
ketika memerlukan pelayanan kesehatan.
2) Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal, misalnya
pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dan tindakan
khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan sakit jangka panjang yang tidak akan
mampu ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.
3) Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan, tetapi juga lebih
membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagai permasalahan
kesehatan karena buruknya kondisi gizi, perumahan.
4. India
Kualitas pembiayaan kesehatan memang menjadi satu hal penting bagi
negara berkembang, tak terkecuali India. Negeri cantik pemilik istana Taj Mahal
ini menganggarkan Rs 103.000 atau sekitar 5,2% dari GDP. Di sana, terdapat lima
bentuk pembiayaan kesehatan yaitu private insurance, social insurance, employer-
provider cover, community insurance schemes dan government healthcare spend.
Namun pada kenyataannya, lebih dari 60% masyarakat India yang masih
tergolong miskin menerapkan sistem out of pocket spending , di mana
pembiayaan kesehatan tidak dianggarkan sebelumnya dan menjadikannya tidak
efisien.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan