Nim : 041305545
2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal menggunakan pengukuran ordinal (bertingkat) dalam menganalisis kepuasan
konsumen. Artinya kepuasan konsumen tidak dapat diukur dengan angka tetapi hanya dapat
diukur dengan peringkat, misalnya tidak puas, puas, lebih puas, sangat puas dan seterusnya.
Pendekatan ini juga sering disebut dengan pendekatan indeferens. Sebagaimana pendekatan
kardinal, pendekatan ordinal juga beranggapan bahwa tingkat utilitas total yang dicapai seorang
konsumen merupakan fungsi dari kuantitas barang yang dikonsumsi.
Di samping itu anggapan lain yang sama adalah konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan
kepuasannya sesuai dengan anggaran yang dimilikinya. Namun demikian pendekatan ini memiliki
anggapan yang berbeda dengan pendekatan kardinal. Pendekatan ordinal tidak menganggap
bahwa tingkat utilitas dapat diukur secara angka tetapi konsumen hanya memiliki skala
preferensi.
Skala preferensi adalah suatu kaidah dalam menentukan pilihan terhadap barang yang akan
dikonsumsi. Skala preferensi tersebut memiliki ciri sebagai berikut:
1| Konsumen mampu membuat peringkat kepuasan terhadap barang. Artinya konsumen mampu
membedakan tingkat kepuasan dalam pemenuhan barang, misalnya minum kopi lebih puas
dibandingkan minum es teh.
2| Peringkat kepuasan tersebut bersifat transitif artinya jika kopi lebih disukai dari pada es teh,
sedangkan es teh lebih disukai dari pada es jus, maka kopi lebih disukai daripada es jus, bukan
sebaliknya.
3| Konsumen akan selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih banyak karena
konsumen tidak pernah terpuaskan.
Sumber :
https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2018/06/teori-perilaku-konsumen-pendekatan-kardinal-
ordinal.html
http://blog.unnes.ac.id/supriyadi/?p=616