Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No.

3, 156 – 165

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PART BENING MENGGUNAKAN


PENDEKATAN METODE SIX SIGMA
(STUDI KASUS: DEPARTMENT INJECTION DI PT. KG)

Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya


Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
e-mail: laricha_salomon@yahoo.com

ABSTRAK
Produk part bening yang diproduksi oleh PT KG adalah barang yang rentan dengan reject (cacat) yang
tidak dapat diperbaiki sehingga produk cacat tersebut akan dihancurkan dan dijadikan bahan baku
ulang. Metode pendekatan Six Sigma digunakan untuk mengidentifikasikan dan mengurangi produk
cacat. Penelitian ini fokus pada produksi part bening Big Container 211 PLY dan Big Container 1L AS.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapat DPMO untuk part bening Big Container 211 PLY sebesar
0,0357 dan tingkat Sigma sebesar 4,015 sigma dan 3,57% cacat, dilanjutkan untuk part Big Container 1L
AS diperoleh DPMO sebesar 0,02088 dengan tingkat sigma sebesar 4,199 sigma dan 2,08% cacat.
Berdasarkan hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) rangking tertinggi adakah cacat silver dan
retak. Berdasarkan analisis penyebab cacat yang terjadi kemudian dilakukan langkah perbaikan dan
implementasi pada proses produksi injeksi part bening didapat nilai sigma sebesar 4,28 sigma dan 1,61%
cacat pada Big Containter 211 PLY, lalu nilai sigma sebesar 4,40 sigma dan 1,09% cacat pada Big
Container 1L AS.

Kata Kunci: Six Sigma, Reject , DPMO, FMEA (Failure Mode and Effects Analysis).

ABSTRACT
The products manufactured by the translucent part PT KG is susceptible to reject the goods (defects) that
can not be repaired so that the defective product will be destroyed and re-used as raw materials. Six
Sigma method approach is used to identify and reduce product defects. This study focuses on the
production of spare nodes 211 Big Container Container 1L Big PLY and the US. Based on the results
obtained DPMO data processing for clear part PLY Big Container 211 by 0.0357 and Sigma level of
4.015 and 3.57% sigma defects, proceed to spare US Big Container 1L obtained DPMO sigma level of
0.02088 with 4,199 of sigma and 2.08% disability. Based on the results of Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) The highest rank is there a silver defects and cracks. Based on the analysis of the
causes of defects that occur later performed corrective measures and implementation of the production
process transparent part injection obtained sigma value of 4.28 and 1.61% sigma defects in Big
Containter 211 PLY, then sigma sigma value of 4.40 and 1.09 % disability in the US Big Container 1L.

Keywords: Six Sigma, Reject, DPMO, FMEA (Failure Mode and Effects Analysis).

PENDAHULUAN konsumen. produk tersebut harus memiliki


Perkembangan Industri semakin hari standar kualitas yang sesuai dengan keinginan
semakin meningkat. Banyak hasil produk yang konsumen. Tetapi diperlukan juga kebijakan
dihasilkan dalam industri untuk memenuhi perusahaan untuk mempertimbangkan apa yang
kebutuhan yang diinginkan. Tidak hanya satu diminta oleh konsumen dengan begitu dapat
industri saja yang menawarkan satu jenis terjadi kesepakatan untuk kepuasaan bersama.
produk, semakin berkembangnya dunia industri PT. KG adalah salah satu industri alat
makan akan semakin banyak industri yang rumah tangga terbesar di Indonesia. Berbagai
memproduksi jenis produk yang sama. Dengan produk alat rumah tangga yang dihasilkan
adanya industri lain maka akan terjadi seperti rice cooker, blender, kipas angin,
persaingan untuk menarik pelanggan. Untuk setrika, dll yang memiliki brand MIYAKO
mempertahankan produk mereka agar tidak telah menjadi pilihan utama disetiap rumah
disaingi oleh industri lain maka diperlukan tangga. PT. KG selalu memberikan produk
standar kualitas. Mutu kualitas menarik yang terbaik dengan kualitas yang terjamin.
perhatian konsumen untuk membeli suatu Pada produk blender menggunakan part bening
produk. Dengan begitu untuk menarik dimana part bening tersebut rentan akan cacat.

156
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 3, 156 – 165

Produksi ini sering menghasilkan part reject. sistem. FTA menggunakan suatu pendekatan
Partreject yang dihasilkan tidak dapat dari atas ke bawah untuk menghasilkan suatu
diperbaiki, sehingga partreject yang dihasilkan model evaluasi keandalan sistem yang
akan dicrusher untuk dijadikan kematerial menyajikan baik data kualitatif dan kuantitatif.
semula. Maka diharapkan adanya perbaikan Tujuan dari FTA adalah untuk
untuk mengurangi produksi part bening yang mengidentifikasikan terjadinya suatu kegagalan
reject. Penelitian ini akan menggunakan metode dari berbagai cara, baik dari factor fisik maupun
pendekatan Six Sigma untuk mengurangi reject manusia, yang dapat mengarah pada penyebab
pada proses pembuatan part bening Big terjadinya kegagalan/kesalahan tersebut [3].
Container 211 PLY dan Big Container 1L AS.
Dengan metode Six Sigma dapat diketahui Failure Mode and Effect Analysis(FMEA)
apa penyebab dan faktor-faktor yang FMEA merupakan salah satu alat six
mempengaruhi terjadinya produk reject dengan sigma yang sering dipergunakan untuk
tujuan untuk mengurangi produksi yang cacat mengidentifikasi sumber-sumber dan akar
menggunakan fish bone, FTA, FMEA akan penyebab dari suatu masalah kualitas.
memberikan informasi berupa jenis cacat
terbesar yang dihasilkan pada proses injeksi PetaKendali
part bening dan memberikan usulan perbaikan Peta kendali merupakan suatu diagram
dengan metode Six Sigma. yang menunjukan batas-batas dimana suatu
hasil pengamatan masih dapat ditolerir dengan
TINJAUAN PUSTAKA risiko tertentu yang menjamin bahwa proses
Six Sigma produksi berada dalam keadaan terkendali. Ada
Tujuan dari program peningkatan 2 macam peta kendali yaitu peta kendali
kualitas Six Sigma ialah untuk memperbaiki variabel dan peta kendali atribut. Peta kendali
sistem manajemen suatu perusahaan atau dalam penelitian ini akan menggunakan peta
instansi lain yang terkait dengan pelanggan. kendali P [4].
Lalu digunakan untuk memperbaiki proses
produksi yang difokuskan pada usaha untuk DPMO
mengurangi varian proses sekaligus mengurangi Perhitungan DPMO dan level sigma
cacat, sedemikian hingga dapat mencapai 3,4 bertujuan untuk mengukur kemampuan dan
DPMO. Potensi timbulnya kecacatan memang kapabilitas sigma pada saat ini. Adapun nilai-
akan selalu ada, karena tidak ada proses nilai yang diperlukan untuk menghitung nilai
sekalipun sempurna, walaupun proses DPMO yang perlu diketahui adalah Unit (U)
berlangsung dengan baik dan benar, sesuai yang menyatakan jumlah produk yang diperiksa
dengan yang diharuskan. Pada Six Sigma dalam inspeksi, selama waktu pengamatan.
memiliki tahapan DMAIC [1]. Defect (D) yang menyatakan jumlah produk
cacat yang terjadi selama waktu pengamatan.
Metode DMAIC Opportunity (OP) menyatakan karakteristik
DMAIC merupakan model yang memiliki yang berpotensi menyebabkan cacat.
5 fase siklus perbaikan yaitu Define Langkah-langkah yang diperlukan dalam
(mendefenisikan), Measure (mengukur), perhitungan DPMOadalah sebagai berikut [4]:
Analyze (menganalisis), Improve 1. Defect per Unit
(memperbaiki), Control (mengendalikan) Perhitungan nilai 𝐷𝑃𝑈 dapat dilihat di
sebagai metode untuk memecahkan permasalah bawah ini yaitu:
produk atau proses [2]. 𝐷
𝐷𝑃𝑈 = (1)
𝑈
2. Total Opportunities (TOP)
FTA (Fault Tree Analysis)
Perhitungan nilai 𝑇𝑂𝑃 dapat dilihat di
FTA merupakan alat penting untuk
bawah ini yaitu:
mengevaluasi keselamatan dan kehandalan
𝑇𝑂𝑃 = 𝑈 × 𝑂𝑃 (2)
dalam desain, pengembangan, dan operasi

157
Strategi Peningkatan Mutu Part Bening Menggunakan Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Department Injection di PT. KG)
Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya

3. Defect per Opportunities (DPO) ada di perusahaan. Langkah-langkah


Perhitungan nilai 𝐷𝑃𝑂 dapat dilihat di pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai
bawah ini yaitu: berikut:
𝐷 1. Memberikan informasi data reject yang
𝐷𝑃𝑂 = (3)
𝑇𝑂𝑃
diamati dan membuat diagram pareto untuk
4. Defectper Million Opportunities
mengklasifikan cacat dari cacat yang
Perhitungan nilai 𝐷𝑃𝑀𝑂 dapat dilihat di
tertinggi sampai yang terendah.
bawah ini yaitu:
2. Melakukan analisis Define-Measurement-
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 𝐷𝑃𝑂 × 1000000 (4)
Analyze-Improve-Control (DMAIC).
5. Tingkat Sigma
3. Pada tahap define, membuat diagram
Perhitungan konversi nilai DPMOmenjadi
Supplier-Input-Process-Output-Customer
nilai sigma dilakukan dengan menggunakan
(SIPOC)
microsoft excel dengan rumus perhitungan
4. Pada tahap measurement, menghitung nilai
Konversi Nilai DPMO = NORMSINV
sigma dengan perhitungan Defects Per
((1.000.000-DPMO)/1.000.000)+1.5. (5)
Million Opportunities (DPMO) dan
menghitung CL, UCL, dan LCL sesuai
METODOLOGI PENELITIAN
dengan rumus peta kendali P-chart.
Metodologi penelitian yang dilakukan
5. Membuat diagram peta kendali (berisikan
diawali dengan penelitian pendahuluan di
perhitungan CL, UCL, dan LCL) lalu
lapangan, ditemukan masalah pada department
menghitung % reject yang terjadi di
injection di PT. KG, yaitu terdapat banyak
lapangan.
rejectpart bening yang berasal dari hasil mold
6. Pada tahap analyze,membuatFault Tree
injection part bening. Oleh karena itu, PT. KG
Analysis (FTA) dan diagram tulang ikan
merasa perlu adanya perbaikan dalam proses
untuk mengetahui penyebab reject part
produksi sehingga jumlah reject yang
bening.
dihasilkan dapat berkurang. Adanya tujuan
7. Melakukan analisis Failure Mode and Effect
penelitian yang ingin dicapai, yakni sebagai
Analysis (FMEA) produksi part bening di
berikut:
bagian department Injection.
1. Menganalisis faktor-faktor yang
8. Pada tahap improve, memberikan usulan
berpengaruh terhadap reject di proses
cara-cara untuk mengurangi hasil reject .
injection part bening.
9. Pada tahap control, melakukan analisis data
2. Mengetahui jenis-jenis cacat reject yang
yaitu perhitungan DPMO dan pembuatan
paling banyak terjadi di proses injection
diagram peta kendali P-chart.
part bening.
3. Memberikan cara untuk meminimumkan
Setelah melakukan pengolahan data,
rejectyang paling banyak terjadi di proses
maka hasil dari pengolahan data tersebut di
injectionpart bening dengan metode Six
analisis. Analisis data berguna untuk
Sigma melihat apakah perbaikan dapat
mengetahui hasil apa yang didapat dari tahap
dilakukan.
pengolahan data. Berdasarkan analisis hasil
4. Melakukan implementasi dan menganalisis
yang telah dilakukan serta melihat kembali
penerapan solusi dari metode Six Sigma.
tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka
dapat ditarik kesimpulan dan saran yang
Pengumpulan data dilakukan secara
mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan
langsung dengan pengamatan di lapangan dan
dalam upaya pemecahan masalah yang sedang
melakukan wawancara langsung dengan
dihadapi.
operator mesin molding injection part bening
yang berkaitan langsung di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika data-data yang diperlukan terkumpul,
Permintaan produksi bagian departemen
tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan
injeksi part bening berasal dari departemen
data untuk menyelesaikan permasalahan yang

158
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 3, 156 – 165

PPIC Data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 akan dilepas material tersebut lengket dan
dan 2. tertahan pada mold menyebabkan retak,
faktor lainnya juga dapat disebabkan oleh
Tabel 1. Data Reject Big Container 211 PLY material plastik yang mudah pecah dan
Banyak Reject permukaan mold yang kasar sehingga saat
Produksi Cacat Produksi (%) dilakukan pelepasan material tersebut
Produksi 1 69 1783 3,87
menempel pada mold.
Produksi 2 99 2538 3,90
Produksi 3 102 2283 4,47 3. Bercak
Produksi 4 48 1088 4,41 Bercak merupakan terdapatnya bekas
Produksi 5 55 1590 3,46 embunan mold yang menempel pada
Produksi 6 183 4993 3,67 permukaan dimana suhu mold terlalu
Produksi 7 70 2318 3,02
dingin. Hal ini disebabkan ketika proses
Produksi 8 73 1892 3,86
Produksi 9 159 5540 2,87 pendingan dengan oleh air, temperatur mold
Total 858 24025 3,57 terlalu dingin
4. Buram
Tabel 2. Data Reject Big Container 1L AS Buram pada permukaaandisebabkan adanya
Banyak Reject debu dalam materia. Material yang kurang
Produksi Cacat Produksi (%) disaring akan menyebabkan cacat tersebut.
Produksi 1 111 5508 2,02 Pada cacat ini dapat disebabkan oleh
Produksi 2 139 7441 1,87
Produksi 3 412 16527 2,49
pemberian silicon pada mold yang
Produksi 4 678 29423 2,30 berlebihan dan menempel pada permukaan
Produksi 5 284 14850 1,91 mold.
Produksi 6 420 19432 2,16 5. Kempot
Produksi 7 314 16015 1,96 Kempot kondisi dimana adanya cekungan
Produksi 8 191 9835 1,94
Produksi 9 366 19520 1,88
pada suatu permukaan. Hal ini biasa
Produksi 10 355 16608 2,14 disebabkan oleh setingan mesin pada saat
Produksi 11 216 11850 1,82 injeksi yang kurang padat dimana adanya
Produksi 12 240 11421 2,10 ketidakrataan tekanan dan pendinginan yang
Total 3726 178430 2,09 tidak sempurna.
6. Short.
Jenis Reject yang ada diklasifikasikan Short, kondisi dimana plastik leleh yang
menjadi 6 bagian yaitu: akan diinjeksikan kedalam cavity tidak
1. Silver mencapai kapasitas yang ideal atau sesuai
Silver merupakan dimana permukaan part setingan mesin. Dikarenakan kecepatan
bening terdapat tanda atau garis-garis putih injeksi yang terlalu rendah sehinggga plastik
yang muncul searah dengan aliran injection. yang diinjeksikan kedalam cavity dan
Penyebab terjadinya hal tersebut temperatur mold yang rendah sehingga
dikarenakan kelembaban material resin plastik mengeras terlebih dahulu sebelum
yang masih tinggi, kandungan kelembaban memenuhi cavity. Hal ini juga dapat
ini berubah menjadi gas yang tercampur disebabkan karena adanya kotoran pada
dengan material cair didalam proses injeksi. nozzle sehingga injeksi tidak berjalan
Hal ini juga dapat disebabkan karena dengan lancar
menggunakan material recylce.
2. Retak Diagram pareto untuk % Reject dapat
Retak pada permukaan part bening. Jenis dilihat pada Gambar 2 dan 3.
cacat ini dapat disebabkan karena pada saat Langkah selanjutnya adalah melakukan
pelepasan mold dimana part bening tersebut analisis dengan menggunakan metode Six Sigma
sudah selesai dibentuk sesuai bentuk mold, melalui tahapan Define-Measure-Analyze-
pendinginan yang terjadi kurang sempurna Improve-Control agar dapat mengurangi reject
sehingga ketika saat part bening tersebut part bening. Setelah dilakukan analisis, akan

159
Strategi Peningkatan Mutu Part Bening Menggunakan Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Department Injection di PT. KG)
Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya

% Pareto Big Container 211 PLY


SILVER RETAK BURAM BERCAK KEMPOT SHORT
45,34%
31,82%
10,37% 6,18% 3,50% 2,80%

Gambar 2. Diagram Pareto Persentase Big Container 211 PLY

% Pareto Big Container 1L AS


SILVER RETAK SHORT BURAM BERCAK KEMPOT

47,69%
28,57%
7,78% 7,27% 5,60% 3,08%

Gambar 3. Diagram Pareto Persentase Big Container 1 L AS

dibuat langkah-langkah perbaikan untuk tertinggi. Dikarenakan adanya part reject, hasil
mengurangi reject tersebut. produksi tidaklah sesuai dengan pencapaian
target planning yang sudah diminta. Walaupun
A. Define hasil cacat dapat direcycle ulang, penggunaan
Define atau pengidentifikasian tentang bahan recycle tidak menjamin bawah cacat
produksi part bening serta menggunakan tersebut tidak hilang.
diagram SIPOC untuk menentukan yang
digunakan untuk mengetahui jalannya proses Diagram SIPOC
kerja yang ada di perusahaan mulai dari awal Diagram SIPOC merupakan alat yang
hingga akhir dari produk tersebut. digunakan dalam peningkatan proses, sehingga
dapat dilakukan perbaikan terhadap masalah
Penentuan Prioritas Penanganan Masalah yang ada di dalam proses. Diagram SIPOC
Dalam menentukan produk apa yang akan menyajikan tampilan singkat dari aliran kerja.
menjadi prioritas utama dalam penangan Berikut ini merupakan diagram SIPOC proses
masalah, pada bagian departemen injeksi produksi part bening di PT. KG dapat dilihat
memiliki 2 produksi yaitu part bening dan part pada Gambar 4.
PP. Pada produksi part PP sudah memiliki
tingkat produksi yang stabil dimana tingkat DPMO
produksi reject lebih rendah dibandingkan Berikut merupakan perhitungan DPMO
produksi part bening, dikarenakan part bening untuk menentukan Sigma pada PT. KG dengan
rentan akan mengalami kecacatan. Pada part penilaian opportunities yang berdasarkan hasil
bening terjadi banyak hasil part yang cacat. wawancara dengan pihak perusahaan pada
Cacat yang dihasilkan merupakan part yang Tabel 3 dan Tabel 4 di bawah ini.
tidak dapat diperbaiki. Fokus penelitian terdapat
pada Big Container 211 PLY dan Big Container B. Measurement
1L AS. Diketahui pada departmen injeksi Tahap pengukuran atau measurement
terjadi banyak produksi cacat pada Big yang dilakukan adalah pengukuran terhadap
Container 211PLY dan Big Container 1L AS variabel setiap produksi reject dan jenisnya
yang memiliki kapasitas jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan PT. Kencana

160
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 3, 156 – 165

Gemilang pada part bening Big Container 211 Tabel 4. Perhitungan DPMO Big Container
PLY dan Big Container 1L AS yang 1L AS
digolongkan cacat sampel variable dan Keterangan Januari-Maret 2015
pengolahan dengan P-Chart sampel variabel Unit 178.430unit
Oportunities 6
individu. Dapat dilihat pada Gambar 5 dan
Defect 3.726unit
Gambar 6 dan Tabel 5. Defect per unit 0,020882139
Total Opportunities 1.070.580 unit
Tabel 3. Perhitungan DPMO Big Container 211 Defect Per opportunities 0,0034803564
PLY DPMO 3480.3564
Keterangan Januari-Maret 2015 Tingkat Sigma 4,199Sigma
Unit 24.025unit
Oportunities 6 Tabel 5. Total Reject
Defect 858unit Jenis Part Total Total Reject
Defect per unit 0,035712799 Produksi Reject (%)
Total Opportunities 144.150 unit Big Container 211 PLY 24.025 858 3,57
Defect Per opportunities 0,00595213319 Big Container 1L 178.430 3.726 2,09
DPMO 5.952,13319
Tingkat Sigma 4,015Sigma

Supplier Input Process Output Customer

Material
Storage

storage
Injection
PT Chandra Asri part bening
Petrochemical Tbk

PT Halim Samudra Resin Blender


Interutama ABS Storage
Assembly
Chi Mei Corporation blender

Assembly

Gudang
Barang Jadi

Gambar 4. Diagram SIPOC

P-Chart Big Container 211 PLY


0,06
LCL
0,04
CL
0,02
UCL
0 cacat/produksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 5. Grafik Peta Kendali P Big Container 211 PLY

161
Strategi Peningkatan Mutu Part Bening Menggunakan Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Department Injection di PT. KG)
Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya

P-Chart Big Container 1L AS


0,03
CL
0,02
UCL
0,01
LCL
0 cacat/produksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 6. Grafik Peta Kendali np

C. Analyze
Fishbone Diagram
Metode Mesin
Mold kurang
maintenece
Terlalu banyak
Terlalu banyak bahan material recycle
material recycle Permukaan
mold kasar
Penyesuain
settingan mesin Settingan mesin tidak optimal

Reject
(Silver, Retak, Buram,
Bercak, Kempot, Short)
Adanya debu Penyemprotan silicone
atau kotoran yang kurang atau berlebih Kondisi tubuh
tidak sehat
Terlalu banyak Pengeringan
Material recycle tidak optimal
Lalai dalam
Komposisi material mengoprasikan mesin
tidak sesuai
Suhu material
tidak sesuai/lembab
Kerja shift malam

Lingkungan Operator
yang lembab
Material

Gambar 7. Fishbone Diagram Big Container 211 PLY dan 1L AS

Diagram yang digunakan untuk produk yang bebas dari cacat pada saat proses
mengindentifikasi segala penyebab terjadinya injeksi.
reject pada proses injeksi part bening dari sudut
pandang operator, mesin, material, metode. Tabel 6. Basic Event FTA
Tujuan dari fishbone untuk mencegah terjadinya Cacat Basic Event
kesalahan yang sama di masa mendatang. Dapat Permukaan mold kasar
dilihat pada Gambar 7. Retak Mold menjadi dingin
Tidak presisi
Material lembab
Fault Tree Analysis silver
Sisa material yang muncul
Dari hasil FTA didapatkan basic event Silicone menempel pada permukaan part
sebagai dapat dilihat pada Tabel 6. Buram bening
Adanya debu sisa crusher (ampas)
Bercak Air chiller tertinggal pada permukaan mold
Failure Mode and Effect Analysis Untuk
Kempot Injeksi kurang padat
Proses Injeksi Part Bening Aliran material tersumbat
FMEA berguna untuk menganalisis serta Short
Pendinginan terlalu cepat
memberi nilai rating bagi kegagalan yang
sering terjadi untuk lebih ditangani lebih lanjut D. Improve
guna mengurangi kemungkinan reject yang Berdasarkan analisis data di atas maka
terjadi. Dapat dilihat pada Tabel 7. Dan perlu dilakukan perbaikan pada saat material
karakteristik produk yang diharapkan adalah akan digunakan untuk menghasilkan produksi

162
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 3, 156 – 165

Tabel 7. FMEA Reject Part Bening


Mode Rang
Efek kegagalan Sev Penyebab kegagalan Occ Kontrol yang dilakukan Det RPN
kegagalan king
Permukaan mold Kurangnya Memberi arahan pada
8 7 7 392 2
kasar penyemprotan silicone operator
Melakukan pengambilan
Mold menjadi Pengambilan produk
Retak 9 9 produk dengan 1 81 7
dingin yang tidak berkelanjutan
continuous
Setingan injeksi terlalu Mengurangi setingan
Tidak presisi 9 7 5 315 4
padat injeksi
Menunggu material
Pengeringan material
Material lembab 6 8 dikeringkan dalam 9 432 1
tidak optimal
hopper
Silver
Masih ada sisa material Membersihkan dan
Sisa material
8 produksi yang mengeras 6 mengeluarkan sisa-sisa 8 384 3
yang muncul
tertinggal material yang tertinggal
Silicone
menempel pada Penyemprotan silicone Memberi arahan pada
3 3 1 9 11
permukaan part yang berlebihan operator
Buram bening
Adanya debu
Penggunaan material Meganyak material
sisa crusher 3 6 3 54 9
recycle recycle
(ampas)
Air chiller
Saluran pendinginan Menghubungi bagian
Bercak tertinggal pada 6 4 3 72 8
molding bocor maintanance
permukaan mold
Injeksi kurang Settingan injeksi mesin Menambah setingan
Kempot 2 3 3 12 10
padat kurang injeksi
Aliran material Adanya kotoran pada
10 3 Membersihkan nozzle 8 240 5
tersumbat nozzle
Short
Pendinginan Menambah kecepatan
10 Kecepatan injeksi kurang 6 4 240 6
terlalu cepat injeksi

part bening. Tabel 8 dan 9 adalah total reject Tabel 8. Hasil Implementasi Big Container
setelah dilakukan berbagai langkah perbaikan 211 PLY
yaitu dengan: Banyak Reject
1. Material dipanaskan/dikeringkan terlebih Produksi Cacat Produksi (%)
dahulu sebelum dilanjutkan ke proses Produksi 1 28 2.392 1,17
injeksi dengan cara menggunakan oven Produksi 2 35 1.783 1,96
Produksi 3 45 2.538 1,77
cadangan selama 4 jam dengan temperatur Produksi 4 49 2.283 2,15
optimal untuk pengeringan bahan material Produksi 5 46 3.578 1,29
yang akan digunakan yaitu 80-85oC. Produksi 6 44 2.566 1,71
2. Pada komposisi material yang digunakan Produksi 7 29 2.313 1,25
menurunkan banyaknya material recycle Produksi 8 31 1.578 1,96
Total 307 19.031 1,61
yang digunakan. Komposisi material recycle
dari 50% menjadi 35%.
3. Pada produksi part Big Container 211PLY Tabel 9. Hasil Implementasi Big Container
penyebab terjadinya retak dikarenakan 1 L AS
pemberian pelumas yang kurang dengan itu Banyak Reject
Produksi Cacat Produksi (%)
melakukan pemberian pelumas setiap 2 kali
Produksi 1 174 15.662 1,11
mesin berproduksi untuk meminimalkan Produksi 2 107 9.856 1,09
terjadinya cacat retak . Produksi 3 88 7.892 1,12
4. Melakukan pengecekan berkala apakah agar Produksi 4 199 15.874 1,25
tidak ada operator yang lalai dalam Produksi 5 86 9.326 0,92
mengoperasikan proses produksi. Produksi 6 185 17.330 1,07
Produksi 7 89 8.896 1,00
Produksi 8 86 7.895 1,09
Total 1.014 92.731 1,09

163
Strategi Peningkatan Mutu Part Bening Menggunakan Pendekatan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Department Injection di PT. KG)
Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya

E. Control
Berdasarkan hasil implementasi diatas Tabel 11. Hasil DPMO Implementasi Big
maka, dilakukan kembali perhitungan DPMO Container 1L AS
dan peta kendali P untuk membuktikan apakah Keterangan
terjadi penurunan waste dan peningkatan nilai Unit 92.731
Oportunities 6
sigma.
Defect 1.014
Defect per unit 0,010934855
Tabel 10. Hasil DPMO Implementasi Big Total Opportunities 556.386
Container 211 PLY Defect Per opportunities 0,001822476
Keterangan DPMO 1.822,475763
Unit 19.031 Tingkat Sigma 4,407358546
Oportunities 6
Defect 307 KESIMPULAN
Defect per unit 0,016131575 Berdasarkan analisis dan pengolahan data
Total Opportunities 114.186
Defect Per opportunities 0,002688596 dapat disimpulkan bahwa: jenis cacat yang
DPMO 2.688,5958 paling banyak terjadi pada kedua part Big
Tingkat Sigma 4,283523807 Container 211 PLY dan 1L AS adalah jenis
cacat silver dan retak. ebelum dilakukan
Dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11, dapat perbaikan nilai sigma untuk part Big Container
disimpulkan bahwa terjadi penurunan % reject 211 PLY dan 1L AS adalah 4,015 dan 4,199
menjadi 1,61% dan 1,09%, sedangkan dengan tingkat presentase reject 3,57% dan
peningkatan sigma menjadi level 4,28 dan 2,09%. Sesudah implementasi nilai sigma
4,40 pada part bening Big Container 211 PLY untuk part Big Container 211 PLY dan 1L AS
dan Big Container 1L AS. Peta kendali P untuk adalah 4,28 dan 4,40 dengan tingkat presentase
hasil implementasi dapat dilihat pada Gambar 8 reject 1,61% dan 1,09%. Penyebab utama dari
dan 9. reject part bening ialah kurangnya pengeringan

P-Chart Big Container 211 PLY (Implementasi)


0,03
CL
0,02
UCL
0,01 LCL

0 cacat/produksi
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 8. Peta Kendali P Untuk Hasil Implementasi Big Container 211 PLY

P-Chart Big Container 1L AS (Implementasi)


0,02

0,015 CL

0,01 UCL
LCL
0,005
cacat/produksi
0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 9. Peta Kendali P Untuk Hasil Implementasi Big Container 1 L AS

164
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 3, 156 – 165

material dan banyaknya bahan material [3] Krishnamoorthi, K. S., 2006, A First
recycle.Terjadi perubahan yang mengarah Course in Quality Engineering, Pearson
kepada perbaikan kualitas setelah dilakukan Prentice Hall, United State of America.
implementasi pada proses injeksi part bening. [4] Montgomery, Douglas C., 2004,
Introduction to Statical Quality Control
DAFTAR PUSTAKA 4th Edition, John Wiley& Sons (ASIA)
[1] Fitriati, Afia R., 2007, Pengantar Six Pte Ltd. Singapore.
Sigma. Salemba Empat, Jakarta.
[2] Gazperz, Vincent, 2007, Lean Six
Sigmafor Manufacturing and Service
Industries, Gramedia, Jakarta.

165

Anda mungkin juga menyukai