Anda di halaman 1dari 28

STASE REMAJA DAN PRANIKAH FISIOLOGIS HOLISTIK

DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

NAMA MAHASISWA : ELIYA


NIM :
TEMPAT PRAKTIK :
TANGGAL PRAKTIK :
PEMBIMBING :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

i
STASE REMAJA DAN PRANIKAH FISIOLOGIS HOLISTIK
DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

Diusulkan Oleh:

ELIYA
NIM

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing


Di Pontianak pada tanggal Mei 2021

Pembimbing Institusi Ketua Program Profesi Bidan

............................................. ......................................................
NIDN: 4007078401 NIDN. 4022088501

KATA PENGANTAR

ii
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanallahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya peneliti
dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan stase Remaja dan Pranikah yaitu Pemeriksaan Sadari dalam
kegiatan praktik klinik Program Profesi Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Pontianak. Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis ingin
mengucapakan terima kasih kepada :
1. ................................. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
2. Ibu Dini Fitri Damayanti, S.Si.T, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Riska Regia Catur Putri, S.S.T, M.K.M selaku Ketua Program
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. ................................... selaku Pembimbing yang telah memberikan
arahan, perhatian serta masukan kepada penulis laporan pendahuluan
yang berjudul Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Penulis menyadari, bahwa laporan yang di buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang. Semoga laporan pendahuluan ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pontianak, Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1. Latar Belakang ........................................................................... 1
2. Rumusan Masalah....................................................................... 2
3. Tujuan......................................................................................... 3
4. Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5


1) Tinjauan Teori Remaja................................................................ 5
a. Pengertian Remaja........................................................... 5
b. Tahapan Remaja.............................................................. 5
c. Karakteristik Perkembangan Remaja.............................. 8
d. Perkembangan Remaja.................................................... 9
e. Masa Pubertas pada Remaja............................................ 13
2) Tinjauan Teori Kasus................................................................. 14
a. Pengertian Sadari............................................................. 14
b. Waktu dan Frekuensi....................................................... 17
c. Pentingnya Sadari........................................................... 18
d. Hal yang Harus Diperhatikan Sadari............................... 19
e. Cara Melakukan Sadari................................................... 19
f. Faktor Resiko Kanker Payudara...................................... 21
g. Kelainan Pada Payudara.................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SADARI merupakan serangkaian prosedur untuk mengetahui
adanya benjolan atau keabnormalan pada payudara sejak dini. SADARI
penting untuk dilakukan dan dikuasai oleh setiap wanita, terlebih oleh
remaja, karena dengan melakukan SADARI pada usia remaja dan
menemukan keabnormalan sejak dini dapat memberikan prognosis yang
lebih baik. Banyak keuntungan melakukan SADARI pada usia remaja,
karena hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan sendiri oleh
penderita melalui SADARI. Sekitar 95% wanita yang terdiagnosis
kanker payudara pada tahap awal dapat bertahan hidup lebih dari 5
tahun setelah terdiagnosis (Nabila, 2010) dalam Tarmi (2013).
Deteksi dini adanya kelainan pada payudara dalam
perkembangan teknologi di dunia kedokteran dapat dilakukan dengan
thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara.
Cara yang lebih sederhana untuk mendeteksi kelainan payudara yang
dapat dilakukan oleh diri sendiri dikenal dengan Pemeriksaan Payudara
Sendiri (Sadari). Sadari merupakan salah satu langkah deteksi dini
untuk mencegah terjadinya kanker payudara dan lebih efektif jika
dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi,
dikarenakan sekitar 85% kelainan di payudara pertama kali dikenali
oleh penderita itu sendiri (Widiyaningrum, 2017).
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan
SADARI merupakan suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini
mungkin adanya benjolan pada payudara. Terbukti 95% wanita yang
terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup
lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang
merekomendasikan agar para wanita untuk melakukan SADARI
(Handayani, 2016). SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang
perempuan terhadap kondisi payudaranya sendiri, tindakan ini
dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara

1
2

awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui perubahan-perubahan


yang terjadi pada payudara (Kemenkes RI, 2016).
Keterlambatan ini seharusnya bisa ditekan karena kanker
payudara merupakan kanker yang bisa di deteksi sejak dini salah
satunya yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Ini penting
dilakukan karena 85% 3 benjolan di payudara ditemukan oleh penderita
sendiri secara kebetulan saat memeriksa payudara sendiri (Handayani,
2016).
Melakukan pemeriksaan SADARI dapat menekan angka
kematian sebesar 25-30% (Handayani, 2016). Dengan meningkatkan
pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI, maka akan mempengaruhi
sikap wanita untuk menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan
SADARI sehingga menekan resiko kanker payudara.
SADARI sangat penting sebagai langkah awal untuk
mengetahui apakah menderita kanker payudara atau tidak. Adanya
informasi tentang SADARI serta kanker payudara menjadi motivasi
para wanita untuk menambah pengetahuaan tentang area payudara. Hal
ini menjadi dasar utama untuk menambah pengetahuan tentang
pemeriksaan payudara. Semakin meningkatnya tingkat pengetahuan
tentang pemeriksaan payudara sendiri maka akan mempengaruhi sikap
dan prilaku para wanita untuk menyadari pentingnya pemeriksaan
payudara sendiri untuk mencegah resiko kanker payudara. Hal tersebut
meningkatkan kesadaran para wanita khususnya usia dewasa awal
untuk memotivasi diri sendiri mempraktekkan secara langsung
pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengetahui kondisi
payudaranya (Pamungkas, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik mengambil
kasus tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Diharapkan
menjadi salah satu upaya pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang kesehatan dalam mengkaji deteksi dini kanker payudara
dengan pelaksanaan SADARI.
3

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan secara koperehensif menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan terhadap pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI)?
C. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang
pemeriksaan sadari.
D. Manfaat
1) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan sebagai refrensi untuk meningkatkan pendidikan
kesehatan tentang sadari dan juga sarana untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat dan sekaligus menambah wawasan
mengenai sadari agar mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari pada wanita.
2) Bagi instansi
Diharapkan menjadi salah satu upaya pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan dalam mengkaji
deteksi dini kanker payudara dengan pelaksanaan SADARI.
3) Bagi Remaja Putri
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi remaja
putri tentang pemeriksaan payudara sendiri, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuannya dan merangsang keingintahuan
mengenai sadari sehingga dapat melakukan sadari rutin dengan cara
yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).
Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi
perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012).
Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak
perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu
remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan
usia
remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,
2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa
remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa
remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas
dan mulai berfikir abstrak.
b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun

4
5

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.


Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya.
Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang
sama pada dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana.
Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk
berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas
seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas
seksual yang mereka inginkan.
c. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-
orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan publik.
3. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja
Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
a) Kegelisahan
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai
banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di
masa depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai angan-
angan yang sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki
remaja belum memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan
gelisah.
b) Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan
6

karena sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan


orang tua. Pertentangan yang sering terjadi ini akan
menimbulkan kebingungan dalam diri remaja tersebut.
c) Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan
menyalurkan khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak
semua khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan
remaja bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide
tertentu yang dapat direalisasikan.
d) Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman
sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi
bersama.
e) Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
(high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala
sesuatu, dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah
dialami sebelumnya.
4. Perkembangan Remaja
Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif
dan kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat progesif, teratur
berkesinambungan, serta akumulatif. Sedangkan pertumbuhan
adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai
dengan Peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur
(Kusmiran, 2011).
7

Kusmiran (2011) berpendapat, bahwa perkembangan remaja terlihat


pada:
a. Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas
hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik
yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik
dan pada perkembangan karakteristik seks sekunder.
b. Perkembangan psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya
identitas. Pada masa remaja mereka mulai terlihat dirinya
sebagai individu yang lain.
c. Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir
abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual
yang merupakan ciri periode berfikir konkret, remaja juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
d. Perkembangan moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau
sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja untuk
memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus
menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
e. Perkembangan spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpretasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka
mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
f. Perkembangan social
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus
membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga. Masa remaja
adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat
terhadap teman dekat dan teman sebaya.
5. Masa Pubertas Pada Remaja
8

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya


perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti
bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan
organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai dengan
perkembangan bertahap dan karakteristik seksual primer dan
karakteristik seksual sekunder (Kusmiran, 2011). Karakteristik
seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi,
sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan
dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, seperti pada
remaja putri yang ditandai dengan membesarnya buah dada dan
pinggul sedangkan pada remaja putra mengalami pembesaran suara,
tumbuh bulu dada, kaki, serta kumis. Karakteristik seksual sekunder
ini tidak berhubungan langsung dengan fungsi reproduksi, tetapi
perannya dalam kehidupan sosial tidak kalah pentingnya karena
berhubungan dengan sex appeal atau daya tarik seksual (Kusmiran,
2011).
Al-Migwar (2010) menjelaskan masa puber secara bertahap yaitu
a. Tahap Prapubertas
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau
dua terakhir masa kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap
sebagai “prapuber”, sehingga tidak disebut seorang anak dan
tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks sekunder
mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya berkembang
secara sempurna.
b. Tahap Puber
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis
antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada tahap ini,
kriteria kematangan seksual mulai muncul. Pada anak
perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki-laki terjadi
mimpi basah pertama kali dan mulai berkembang ciri-ciri seks
sekunder dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks.
c. Tahap Pascapuber
9

Pada tahap ini menyatu dengan pertama dan kedua masa remaja.
Pada tahap ini ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dengan
baik dan organ-organ seks juga berfungsi secara matang.
B. Tinjauan teori kasus
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu cara
untuk mengetahui bentuk normal payudara dan mendeteksi
perubahannya yang dilakukan setiap bulan. Banyak wanita yang
memiliki benjolan pada payudaranya. Tapi untuk mengetahui
gumpalan mana yang normal dan tidak normal, perlu melakukan
pemeriksaan teratur dan berulang untuk merasakan struktur
payudara (Brown Zora, 2011).
SADARI merupakan pemeriksaan payudara yang paling
mudah, sederhana, dan murah karena tidak membutuhkan biaya.
Berbeda dengan jenis-jenis pemeriksaan payudara lainnya seperti
mammografi, USG, MRI, PET scan dan biopsi, dimana melibatkan
tenaga medis dan peralatan canggih, dan membutuhkan biaya yang
mahal. Pada pelaksanaan SADARI yang perlu dilakukan hanya
meraba dan memeriksa payudara untuk memastikan tidak ada
benjolan atau kelainan apapun. Jika rutin dilakukan, dapat
mendeteksi secara lebih dini dan cepat mendapat penanganan jika
terdapat masalah atau kelainan pada payudara (Tim Naviri, 2016).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa
SADARI merupakan pemeriksaan payudara yang paling sederhana
untuk mendeteksi perubahan atau adanya kelainan pada payudara
yang dilakukan setiap bulan secara teratur.
2. Tujuan SADARI
Tujuan dilakukannya SADARI yaitu untuk mendeteksi dini jika
terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas,
sehingga dapat menurunkan angka kematian. Meskipun kejadian
kanker payudara pada wanita muda rendah, tetapi sangat penting
10

untuk diajarkan SADARI sehingga terbiasa melakukannya di kala


tua (Nugroho Taufan, 2011).
3. Waktu dan frekuensi
Waktu terbaik untuk melakukan sadari yaitu 2-3 hari setelah
menstruasi, ketika kelembutan atau pembengkakan payudara hilang.
Jika pada saat melakukan SADARI terdapat gumpalan atau
perubahan yang tidak normal pada payudara, maka lakukan
pemeriksaan pada ahli medik untuk mengevaluasi payudara klinis
(Brown Zora, 2011).
Menurut penelitian Sari Septiani (2013), Waktu melakukan
SADARI yaitu hari ke 7-10 terhitung saat hari pertama haid dan
tidak ada kata terlalu dini untuk memulai SADARI karena saat ini
ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan
dengan usia (15-20 tahun).
Dengan melakukan SADARI secara teratur, keberadaan
kanker bisa ditemukan ketika masih berdiameter 1,2 cm. Sementara
SADARI yang dilakukan tidak teratur, kanker biasanya baru
ditemukan ketika mencapai diameter 2,5 cm. Jika wanita tersebut
kurang terampil melakukannya, kanker yang ditemukan
diamaternya bisa lebih besar lagi sekitar 3,5cm (Tim Naviri, 2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa waktu dilakukannya SADARI yaitu
2-3 hari setelah menstruasi atau hari ke 7-10 terhitung dari haid
pertama yang dilakukan setiap bulan dan teratur agar dapat
mendeteksi dini kanker kelainan pada payudara atau dapat
menemukan kanker sebelum stadium lanjut.
4. Pentingnya SADARI dalam kesehatan payudara
Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum ditemukan
pada wanita setelah kanker kulit, tetapi Hal ini dapat dicegah
dengan melakukan SADARI dengan rutin dan teratur. Namun, yang
menjadi masalah selama ini deteksi dini yang sebenarnya relatif
mudah itu sering tidak dilakukan, dengan berbagai alasan. Padahal
cara tersebut sangat efektif dalam mandeteksi perkembangan
11

kanker, sekaligus memperbesar tingkat kesembuhan seseorang jika


sel kanker ditemukan sejak stadium dini (Tim Naviri, 2016).
5. Hal yang perlu di perhatikan saat melakukan SADARI
Dalam melakukan SADARI, berikut ini adalah hal-hal yang perlu
Diperhatikan adalah
a. Teraba benjolan
b. Penebalan kulit.
c. Perubahan bentuk dan ukuran.
d. Pengerutan kulit.
e. Keluar cairan dari puting susu padahal tidak sedang menyusui.
f. Ada rasa nyeri pada payudara tanpa penyebab jelas.
g. Pembengkakan lengan atas.
h. Teraba benjolan diketiak.
Jika terdapat kelainan seperti yang disebutkan diatas maka
segera
memeriksakan diri kedokter agar dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut (Tim Naviri, 2016).
6. Cara pemeriksaan payudara sendiri
a. Buka seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri didepan
cermin dengan kedua lengan tergantung lepas didalam ruangan
yang terang. Perhatikan payudara:
1) Bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri apakah simetris
2) Bentuknya membesar atau mengeras
3) Puting lurus kedepan atau berubah arah atau puting tertarik
ke dalam
4) Puting atau kulitnya ada yang lecet
5) Kulit tampak kemerahan, kebiruan atau kehitaman
6) Kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk),
permukaan kulit mulus, tidak ada kerutan atau cekungan
b. Ulangi pengamatan pada langkah satu dengan posisi kedua
tangan lurus keatas.
12

c. Ulang kembali pengamatan pada langkah satu dengan posisi


tangan di pinggang
d. Gunakan keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan
untuk meraba payudara dengan gerakan keatas dan kebawah
mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling kanan lalu
rasakan apakah terdapat benjolan.
e. Berbaring di tempat tidur dan letakkan bantal tipis dibawah
bahu kiri dan lengan kiri direntangkan keatas samping kepala
kemudian gunakan keempat jari tangan kanan yang saling
dirapatkan untuk meraba payudara dengan gerakan memutar
(seperti membuat lingkaran kecil-kecil) mulai dari tepi payudara
hingga ke puting susu. Kemudian rasakan apakah terdapat
benjolan.
f. Kemudian ulang langkah kelima dengan posisi berdiri
g. Gunakan kedua tangan, secara lembut pijat payudara dari tepi
hingga ke puting untuk mengetahui ada tidaknya cairan yang
keluar dari puting payudara
h. Meraba ketiak dan area sekitar payudara untuk mengetahui
adanya benjolan (Syafrudin. Dkk, 2011), (Tim Naviri, 2016)
dan (Brown Zora, 2011).
7. Faktor resiko kanker payudara
a. Tidak menikah
b. Tidak pernah melahirkan
c. Tidak pernah menyusui
d. Pernah operasi payudara karena tumor ganas payudara
e. Terdapat riwayat kanker dalan keluarga
f. Usia haid pertama kurang dari 12 tahun
g. Usia menopause setelah umur 55 tahun
h. Melahirkan anak pertama setelah 30 tahun
i. Terkena radiasi pada bagian dada
j. Penggunaan hormon
k. Obesitas setelah menopause
13

l. Malas bergerak
m. Konsumsi alkohol
n. Pola makan yang buruk
o. Merokok (Tim Naviri, 2016 dan Syafrudin dkk, 2011)
8. Kelainan pada payudara yang perlu di waspadai
Kelainan yang perlu diwaspadai sebagai gejala kanker payudara:
a. Benjolan
Gejala kanker payudara paling mudah dikenali yaitu munculnya
benjolan yang tidak normal. Umumnya, benjolan tersebut bisa
diraba sendiri, meski kadang hanya bisa diketahui
keberadaaannya melalui pemeriksaan mammograf. Benjolan
keras dengan bentuk yang tidak teratur perlu diwaspadai,
dibandingkan dengan benjolan yang lunak dan bulat. Benjolan
lunak biasanya dipicu oleh kista, meski kista juga bisa mengeras
jika mengalami pengapuran.
b. Pembengkakan
Payudara bisa membengkak karena kehamilan atau karena
adanya retensi (penumpukan) cairan akibat terlalu banyak
mengkonsumsi garam. Namun, pembengkakan akibat kanker
biasanya tidak simetris antara payudara kiri dan kanan.
c. Iritasi kulit
Kanker payudara juga bisa ditandai dengan kulit atau puting
yang
memerah, tebal dan bersisik. Jika tanda-tanda itu muncul, meski
tidak sedang mengalami infeksi kulit dan tidak memiliki alergi
terhadap bahan kimia pada pakaian, sabun, dan lotion,
sebaiknya segera periksakan diri ke dokter
d. Nyeri dibagian putting
Munculnya nyeri dibagian puting bisa disebabkan oleh kista,
namun juga bisa disebabkan oleh sel kanker. Untuk dapat
membedakannya, perlu memeriksakan segera ke dokter
e. Puting tenggelam
14

Meski jarang, pertumbuhan sel kanker payudara disekitar aerola


juga bisa menyebabkan puting tenggelam (nipple retraction).
Gejala tersebut bertahan hingga beberapa pekan, ada
kemungkinan terjadi traksi atau pengencengan kelenjar susu,
yang terjadi karena terdesak oleh sel tumor
f. Cairan aneh di putting
Selain susu, cairan apapun yang keluar dari puting patut
diwaspadai, terutama jika berwarna merah atau coklat.
Biasanya, dokter akan melakukan ductogam, yaitu pemeriksaan
sejenis mammograf untuk memeriksa kelainan kelenjar susu,
lalu mengamati cairan yang keluar dibawah mikrosop untuk
mengetahui adanya sel kanker didalamnya
g. Pembengkakan kelenjar getah bening
Kanker payudara selalu ditandai dengan pembengkakan kelenjar
getah bening didaerah ketiak. Jika mendapat hal tersebut, segera
periksakan diri untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi,
meski kadang-kadang infeksi juga bisa menyebabkan bagian ini
membengkak (Tim Navari, 2016).
15

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Kunjungan :
Nomor Register :
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Nama :
Umur : Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat rumah :
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan kunjungan : Ingin konsultasi tentang cara melakukan pemeriksaan
payudara sendiri
1. Riwayat Menstruasi Menarche: 12 Tahun
Siklus : Teratur / Tidak, 28 hari
Lamanya : 7 hari
Sifat Darah : Encer / Beku Fluor
Albus : Ya / Tidak
Dismenorhoe : Ya / Tidak
Masalah Lain : Tidak Ada
Haid terakhir :
2. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi Frekuensi : Makan 3 kali sehari , minum 5-7
kali sehari
Macam : Makan sepiring nasi ditambah cemilan
Jumlah : Tidak tentu
Keluhan : Tidak ada
16

b. Pola eliminasi Frekuensi : BAB 1 kali sehari, BAK 3-5 kali


sehari
Warna : Tergantung makanan dan minuman
Bau : Seperti biasa
Konsistensi : BAB Lunak , BAK jernih
Jumlah : Sesuai kondisi
c. Pola aktivitas Kegiatan sehari-hari : Seperti biasa, bekerja dari
jam 07 - 16.00 WIB
Istirahat / tidur : 6 -7 jam sehari
d. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : dibersihkan
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setiap habis mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan : biasa
3. Pengetahuan Ibu tentang kebersihan organ reproduksi : tidak tau
4. Riwayat Kesehatan
a. Status vaksinasi
Tetanus Toxoid : Sudah pernah saat SD kelas 6
Hepatitis : Belum pernah
HPV : Belum pernah
TORCH : Belum pernah
Rubella : Belum pernah xxviii
b. Riwayat penyakit Diabetes Melitus : Tidak ada
Lupus : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Renal Disease : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
Kelainan Jantung : Tidak ada
c. Riwayat bedah Tidak Pernah
d. Riwayat Penyakit Keluarga Asma
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
17

1. Keadaan umum : Baik,


Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 Kali per menit
Pernafasan : 20 Kali per menit
Suhu : 36,8 0C
3. TB : 150 cm
BB : 50 kg
4. Kepala dan leher Hiperpigmentasi : Tidak ada
Mata : Tidak anemis/ tidak ikterik
Mulut : Bersih/ tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada benjolan
5. Payudara Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Massa/tumor : Tidak ada
6. Abdomen Bentuk : Normal
Bekas luka : Tidak Ada
Massa/tumor : Tidak Ada
7. Ekstremitas Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patela : (+)
C. Pemeriksaan Penunjang Urin Lengkap : tidak dilakukan pemeriksaan
II. ANALISIS
Ny “ “ umur .....tahun dengan pemeriksaan sadari
III. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu hasil pemeriksaan.
Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan yaitu secara
keseluruhan keadaan klien baik, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78
x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,7℃.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang SADARI
18

Menjelaskan tentang SADARI yaitu (Periksa Payudara Sendiri) saat


menstruasi pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari
pertama haid) di rumah secara rutin. Langkah- langkah melakukan
SADARI yaitu
a. Buka seluruh pakaian bagian atas kemudian
berdiri didepan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas
didalam ruangan yang terang. Perhatikan payudara:
1) Bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri apakah simetris
2) Bentuknya membesar atau mengeras
3) Puting lurus kedepan atau berubah arah atau puting tertarik
ke dalam
4) Puting atau kulitnya ada yang lecet
5) Kulit tampak kemerahan, kebiruan atau kehitaman
6) Kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk),
7) permukaan kulit mulus, tidak ada kerutan atau cekungan
b. Ulangi pengamatan pada langkah satu
dengan posisi kedua tangan lurus keatas.
c. Ulang kembali pengamatan pada langkah
satu dengan posisi tangan di pinggang
d. Gunakan keempat jari tangan kanan yang
saling dirapatkan untuk meraba payudara dengan gerakan keatas
dan kebawah mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling
kanan lalu rasakan apakah terdapat benjolan.
e. Berbaring di tempat tidur dan letakkan
bantal tipis dibawah bahu kiri dan lengan kiri direntangkan keatas
samping kepala kemudian gunakan keempat jari tangan kanan
yang saling dirapatkan untuk meraba payudara dengan gerakan
memutar (seperti membuat lingkaran kecil-kecil) mulai dari tepi
payudara hingga ke puting susu. Kemudian rasakan apakah
terdapat benjolan.
f. Kemudian ulang langkah kelima dengan
posisi berdiri
19

g. Gunakan kedua tangan, secara lembut pijat


payudara dari tepi hingga ke puting untuk mengetahui ada
tidaknya cairan yang keluar dari puting payudara
h. Meraba ketiak dan area sekitar payudara
untuk mengetahui adanya benjolan
(Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
3. Menganjurkan klien menerapkannya di rumah
(klien bersedia menerapkan SADARI di rumah)
BAB IV
PEMBAHASAN

SADARI merupakan serangkaian prosedur untuk mengetahui


adanya benjolan atau keabnormalan pada payudara sejak dini. SADARI
penting untuk dilakukan dan dikuasai oleh setiap wanita, terlebih oleh
remaja, karena dengan melakukan SADARI pada usia remaja dan
menemukan keabnormalan sejak dini dapat memberikan prognosis yang
lebih baik. Banyak keuntungan melakukan SADARI pada usia remaja,
karena hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan sendiri oleh
penderita melalui SADARI. Sekitar 95% wanita yang terdiagnosis kanker
payudara pada tahap awal dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun setelah
terdiagnosis (Nabila, 2010) dalam Tarmi (2013).
Kanker payudara dapat dideteksi lebih dini dengan cara pemeriksaan
payudara sendiri untuk mengetahui stadium awal, sehingga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bisa diterapkan pada remaja putri
yang mengalami perubahan fisik dan perkembangan. Semua wanita perlu
diberikan informasi mengenai kanker payudara dan cara deteksi yaitu
SADARI pada usia remaja. Hal ini merupakan elemen penting untuk
meningkatkan kesadaran dalam melakukan SADARI sejak dini sehingga
mereka dapat memberikan edukasi mengenai kanker payudara dan cara
deteksi kepada lingkungan sosialnya agar para wanita waspada terhadap
resiko-resiko yang berkaitan dengan penyakit tersebut dan kejadian kanker
payudara dapat diketahui lebih awal sehingga manifestasi kanker payudara
lebih lanjut dapat diatasi (Alini, 2018).
Untuk Klien Nn YS yang datang ke Puskesmas Semparuk ingin
bertanya tentang cara melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
untuk mendeteksi kanker payudara hal ini terdapat kesenjangan dari EBM
dibawah ini.
Handayani, Sri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengetahuan Remaja Putritentang Cara Melakukan SADARI. Menunjukkan

15
16

bahwa sebanyak 133 responden (65,8%) memiliki pengetahuan kurang


tentang cara melakukan SADARI, 92 responden (45,5%) memiliki
pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI, 95 responden (47%)
memiliki pengetahuan kurang tentang waktu SADARI, dan 94 responden
(46,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang hasil SADARI. Pihak Dinkes
Sukoharjo dan puskesmas setempat diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan remaja putri melalui program sosialisasi sejak dini.
Dengan melakukan SADARI secara teratur, keberadaan kanker bisa
ditemukan ketika masih berdiameter 1,2 cm. Sementara SADARI yang
dilakukan tidak teratur, kanker biasanya baru ditemukan ketika mencapai
diameter 2,5 cm. Jika wanita tersebut kurang terampil melakukannya,
kanker yang ditemukan diamaternya bisa lebih besar lagi sekitar 3,5cm (Tim
Naviri, 2016).
Handayani, Eka (2016) Perilaku SADARI pada 196 mahasiswi
Akademi kebidanan Banua Bina Husada terdapat 139 (70,9%) responden
yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan 57 (13,9%)
responden yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Ada hubungan
antara variabel pengetahuan dan riwayat penyakit keluarga dengan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri di AKBID Banua Bina Husada
Banjar baru Kalimantan Selatan.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat
inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%). Angka kejadian kanker
payudara adalah sebesar 26 per 100.000 perempuan. Oleh karena itu para
wanita diharapkan bisa mencegah terjadi kanker payudara dengan
melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk deteksi awal. Ini
penting dilakukan karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh
penderita sendiri secara kebetulan saat memeriksa payudara sendiri
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI
merupakan suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin
adanya benjolan pada payudara. (Handayani 2016)
17

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mengenai asuhan
kebidanan pada usia pranikah yaitu:
1. Berdasarkan data subjektif Nn “Y” datang ke Puskesmas Semparuk
alasan ingin konseling tetang cara melakukan SADARI.
2. Berdasarkan data subjektif dan data objektif dapat dirumuskan
diagnosa Nn” Y” usia remaja .
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada usia remaja yang
berdasarkan manajemen asuhan kebidanan mengenai pada Nn”Y” di
Puskesmas Semparuk yang tidak sesuai dengan Evidence Based
Midwifery
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penulis dapat mengerti mengenai asuhan kebidanan usia
remaja tentang pentingnya SADARI dan cara melakukannya.
2. Bagi Lahan Praktek Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
lahan praktek dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan pelaksanan Asuhan kebidanan remaja tentang SADARI
sesuai standar pelayanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai sumber
referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada remaja tentang SADARI.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, dkk. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Al-Migwar, M. 2010. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia.

Brown, Zora K. 2011. 100 Tanya Jawab Mengenai Kanker.


Jakarta. : Indeks

Handayani, Eka. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Riwayat


Penyakit Keluarga Dengan Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri (Sadari) pada Mahasiswi Di Akademi
Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru Kalimantan
Selatan Tahun 2016. Jurkessia vol 4 no 3.
Handayani, Sri. 2012. Pengetahuan Remaja Putri tentang Cara
Melakukan SADARI. Jurnal Nursing Studies vol 1 no 1.

Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu


Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Info Datin Bulan


Peduli Kanker Payudara 2016. http://www.depkes.go.id

Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.


Jakarta:Salemba Medika.

Nugroho, Taufan. 2017. Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta :


Nuha Medika

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali


Pers.

Septiani, S. & Suara, M. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan


Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Pada Siswa SMAN 62 Jakarta. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(1), 31.

Syafrudin. 2011. Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga,


Lansia dan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.

Tarmi, Ws, Kholidatul. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja


Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di
Muhammadiyah 10 Palirangan Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan.
Jurnal.http://stikesmuhla.ac.id/v2/wpcontent/uploads/jurna
19

lsurya/noXVI/9.pdf

Tim Naviri. 2016. Buku Pintar Kesehatan dan Kecantikan


Payudara. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Widiyaningrum, A. N. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Tentang Kanker Payudara Terhadap Sikap Melakukan
SADARI Siswi SMAN 1 Turi Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah.

Anda mungkin juga menyukai