Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA VI
HIBRIDASI TANAMAN MENYERBUK SILANG

Semester:
Genap 2015/2016

Oleh :
Nama : Dinda Nuril Hidayah S.
NIM : A1L114052
Rombongan : 13

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2016
ACARA IV. HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Tanggal praktikum : 13 Mei 2016

Nama : Dinda Nuril Hidayah Sudharma

NIM : A1L114052

Rombongan : 13

Asisten : Kasiyono
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman baik yang hidup di alam bebas atau biasa kita sebut dengan

tanaman liar maupun tanaman yang telah dibudidayakan oleh manusia pasti akan

cenderung mempertahankan eksistensinya. Hal ini dilakukan dengan cara

perbanyakan dirinya baik melalui perbanyakan vegetatif amupun perbanyakan

generatif. Perbanyakan vegetatif mungkin khusus dimiliki oleh tanaman saja dan

beberapa organisme bersel tunggal lainnya, akan tetapi untuk perbanyakan

generatif tanaman melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh makhluk hidup

lainnya seperti hewan dan manusia. Perbanyakan generatif tersebut melibatkan

proses penggabungan sel gamet betina dan sel gamet jantan sehingga terbentuklah

suatu biji sebagai calon pengganti tetuanya yang akan menjadi tanaman baru.

Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pengetahuan

manusia tanpa terkecuali tentang tanaman. Salah satu bentuk konkritnya adalah

mulai diperolehnya pengetahuan tentang bunga yang diketahui sebagai organ

seksual tanaman yang memiliki perbendaan antara suatu jenis tanaman dengan

jenis tanaman lain seperti bunga sempurna dan tidak sempurna, bunga lengkap

dan bunga tak lengkap, bunga monocious dan bunga diocious, dll. Pengetahuan

mengenai bunga inilah yang menjadi dasar pemikiran tentang macam-macam tipe

penyerbukan pada tanaman yang salah satunya adalah tipe tanaman menyerbuk

silang. Berdasarkan hal inilah, kami merasa sangat perlu melakukan praktikum
mnegenai hibridisasi tanaman menyerbuk silang untuk mengetahui manfaatnya di

bidang pertanian sebagai salah satu cabang ilmu pemuliaan tanaman.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali yakni untuk menghasilkan biji F1 dengan

kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam

upaya perakitan varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan

dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan

vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Susunan bunga

jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah

dalam satu tanaman (berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk,

bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk

tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi

oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh di

bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma wangi yang

khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di

antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan

bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari satu

tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung

cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya

(protandri) (Tanto, 2002).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales
Famili : Poaceae

Genus : Zea

Species : Zea mayz L.

Hibridisasi ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau

varietas tumbuhan yang bertujuan memperoleh organisme yang diinginkan.

Tujuan hibridisasi untuk menambah keragaman genetik melalui proses

pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda genotipnya. Dari tujuan tersebut

dapat diketahui bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan

tanaman, terutama dalam memperluas keragaman genetic (Sunart,. 1997).

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria

klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan

penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah

satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana

populasi dapat dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah

persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam

kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah persilangan

dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari

varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah

(Allard, 1998).

Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut

terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada

penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah baik atau
buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan. Akibatnya hasilnya seringkali

mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya

sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang

buatan (Wels, 1981).

Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga

tanaman lain ke kepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi

karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan

penyerbukan sendiri. Umumnya penyerbukan terjadi karena bantuan angin dan

serangga. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar

,dan lain-lain (Lubis, 2013).

Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan

tanaman menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam

populasi alami terdapat individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk

kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda dari satu individu ke individu

lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat besar. Fenomena lain

yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah ketegaran hibrida

atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor)

dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan

terjadi tekanan inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman

menyerbuk silang misalnya pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi

daur ulang, dan dilanjutkan dengan pembentukan varietas bersari bebas atau

varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak secara vegetaif dapat dilakukan

seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini dapat
digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara

vegetatif (Hakim, 2006).

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan:

1.     Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus

diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan.

2.     Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi

harus diperhatikan, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen

telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma

reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga

betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua

tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini

diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. (Syukur, 2009)


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu jagung tetua betina dan

malai tetua jantan. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kantong kertas besar,

kantong kertas sedang, benang pengikat, label, dan pensil.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum kali ini yaitu:

1. Tongkol bunga betina dipilih yang masih kecil dan dipilih pula bagian bunga

jantan yang serbuk sarinya telah siap yang berbentuk serbuk

2. Penyerbukan dilakukan dengan mengoyang-goyangkan malai pada kantong

penutup sehingga serbuk sari terkumpul

3. Kantong yang berisi serbuk sari dilepaskan dari malai secara hati-hati, agar

serbuk sari tidak keluar dan tidak terjadi kontaminasi, lalu didekatkan pada

ujung rambut tongkol bunga betina

4. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol dengan cepat untuk

menghindari kontaminasi

5. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup dengan kantong kertas dan

dikuatkan pada batang dengan menggunakan tali

6. Pada kantong dituliskan tanggal dan jenis persilangan

7. Jagung dipelihara dan diamati perkembangannya setelah 2 minggu dilakukan

persilangan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tetua Betina X Tetua Jantan

Varietas Jagung Manis X Varietas BIMA 1

F1

Varietas Jagung Manis

(Tongkol besar, rasa manis dan warna kuning)

Jumlah biji pada tongkol : 708 biji

Tanggal penyerbukan : 13 Mei 2016

Tanggal pengamatan : 24 Mei 2016

B. Pembahasan

Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga

tanaman lain ke kepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi

karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan

pembuahan. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat

baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik

tersebut dimiliki keturunannya. Hibridisasi merupakan metode pemuliaan

tanaman yang dilakukan pada tanaman yang dikembangbiakan secara vegetatif.

Sumber variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya dan

menjadi sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode

hibridisasi ini. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik
yang tinggi pada keturunannya, yang kemudian digunakan pemulia tanaman untuk

memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan.

(Sunarto, 1997).

Langkah-langkah Hibridasi menyerbuk silang yang kami lakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pemilihan tetua jantan dan tetua betina

Tetua betina yang dipilih adalah tongkol yang masih sangat muda dan

belum tersebuki sama sekali, sedangkan tetua jantan dipilih dari bunga yang

kantung serbuk sarinya sudah terbuka. Langkah ini bertujuan agar hasil dari

persilangan seperti yang kita inginkan.

2. Pengambilan serbuk sari

Pengambilang serbuk sari dilakukan secara acak dengan menepuk-nepuk

tangkai bunga agar sebuk sari jatuh pada kantong yang kami sediakan. Agar

serbuk sari terkumpul dan dapat di hibridasi buatan.

3. Hibridasi

Pada praktikum kali ini hibridisasi dilakukan dengan menaburkan benang

sari di atas kepala putik bunga yang sudah dipiih tersebut serata mungkin,

supaya penyatuan serbuk sari dan putik berjalan sempurna.

Sedangkan menurut literatur adalah sebagai berikut :

1.     Persiapan Pengamatan bunga :

Pembungaan, benang sari, putik. Mengumpulkan informasi mengenai : asal

usul dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik Pemilihan induk

jantan dan betinaPemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan.


2.      Isolasi kuncup terpilih

Merupakan suatu proses isolasi kucup bunga yang akan di gunakan dalam

proses persilangan harus memenuhi syarat dan kriteria dalam persilanag.

Sebagai contoh pada persilangan jagung kali ini tonggkol dari bunga betina

harus mempunyai rambut yang pendek supaya proses persilanganya

berhasil.

3.      Kastrasi/emaskulasi

Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga yang akan

dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang Dimaksudkan untuk

menghindarkan penyerbukan sendiriDilakukan sebelum bunga mekar (putik

dan benang sari belum masak)

4.      Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari.

Hal-hal yang harus diperhatikan :Serbuk sari tidak dapat disimpan terlalu

lama pada kelembaban relatif tinggi, Makin tua umur serbuk sari, makin

rendah kemampuan kecambahnya untuk membentuk tabung serbuk sari,

Serbuk sari membutuhkan penyimpanan dengan kelembaban rendah (10-

50%) dan suhu rendah (2-8ºC). Biasanya serbuk sari disimpan dalam

desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4 dengan konsentrasi tertentu.

5.      Melakukan penyerbukan silang.

Pada bunga hermafrodit, kastrasi harus dilakukan.Pada tanaman yang hanya

menghasilkan bunga betina (femineus), putik dapat langsung diserbuki

(tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga mekar.Waktu terbaik untuk

melakukan penyerbukan adalah pada saat tanaman berbunga lebat.Suhu


yang baik untuk melakukan penyerbukan adalah 20-25 ºC.Hindarkan

kompetisi nutrisi antar putik yang diserbuki (Dalam satu cabang, sebaiknya

jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu banyak).Kepala putik harus sudah

mencapai masa reseptif, dan serbuk sari sudah benar-benar masak.Materi

Penyerbukan dan Pembuahan pada Bunga ini merupakan materi yang patut

diperhatikan dan dipelajari dikarenakan tanpa penyerbukan dan pembuahan

tidak akan ada regenerasi dari suatu makhluk hidup (Yunianti dkk, 2011).

Menurut R. W. Allard (1992), metode penting yang sesuai dengan

penyerbukan silang antara lain :

1. Seleksi massal

Seleksi ini merupakan cara yang penting dalam pengembanan macam-

macam varietas yang disilangkan. Dalam seleksi ini jumlah yang dipilih

banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya.

2. Pemuliaan persilangan kembali

Metode ini digunakan untuk spesies persilangan luar yang nilainya sama

baiknya dengan spesies yang berpolinasi sendiri.

3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkan

Varietas hibrida tergantung dari keunggulan keragaman yang mencirikan

hibrid F1 diantara genotipe tertentu. Tipe genotipe yang disilangkan

melahirkan galur-galur, klon, strain dan varietas.

4. Seleksi berulang

Seleksi yang diulang, genotipe yang diinginkan dipilih atau turunan

sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi yang menghasilkan


populasi untuk disilangkan.

5. Pengembangan varietas buatan

Benih jagung hibrida dihasilkan dengan cara pesilangan galur – galur murni

yang telah dikembangkan dengan cara inbreeding dan seleksi selama

sedikitnya 5 generasi.

1. Padi

            Kultur anter (KA) merupakan salah satu metode kultur in-vitro yang dapat

menghasilkan galur murni haploid ganda. Mulai tahun 2004 metode seleksi silang

berulang dan kultur anter telah digunakan untuk lebih mempercepat pembentukan

galur padi tipe baru (PTB) dengan sifatsifat yang diharapkan dari sejumlah

tetuanya. Seratus delapan belas populasi elit telah dihasilkan dari seleksi silang

berulang yang terdiri dari populasi siklus pertama, kedua, dan ketiga. Lebih dari

500 galur yang mempunyai potensi hasil tinggi telah dihasilkan dari seleksi silang

berulang dan dievaluasi pada pertanaman pedigree. Dua puluh empat galur telah

menunjukkan keseragaman dan 21 diantaranya berumur genjah (95-105 hari) dan

dipilih untuk dievaluasi daya hasilnya pada pertanaman obervasi. Keberhasilan

kultur anter bergantung pada banyak hal, seperti populasi/genotipe, dan

fisiologistanaman. Jumlah induksi kalus, regenerasi tanaman, dan tanaman hijau

berturut-turut adalah 1-30%; 10-15%; dan 6-18%. Sejumlah galur haploid ganda

telah dihasilkan dari populasi segregasi dan populasi elit hasil seleksi silang

berulang. Penggunaan kombinasi seleksi silang berulang dan kultur anter dalam

program pemuliaan dapat mempercepat pembentukan galur PTB, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi program pemuliaan padi (Poehlman, 1985).


2. Kakao

Sebagian besar kakao yang dibudidayakan bersifat menyerbuk silang, karena

adanya sifat self-incompatible (ketidak kemampuan menyerbuk sendiri) dan

kemungkinan juga kemampuan menyerbuk terhadap klon yang lain. Kekurangan ini

diduga menjadi penyebab rendahnya jumlah buah yang berhasil selamat hingga dapat

dipanen serta beragamnya jumlahbiji per buah. Kesesuaian ibu (induk betina)-bapak

(induk jantan) dan tampaknya menjadi bagian yang penting dalam budidaya tanaman

pohon penyerbuk silang, oleh karena itu dalam penelitian ini dicoba tingkat

kesesuaian ibu- bapak dalam program persilangan koleksi klon kakao yang dimiliki

oleh kebun produksi Unit Produksi Samigaluh PT. Pagilaran, di Pagerharjo,

Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, yaitu klon KKM4, RB, RCC70,

RCC72 dan RCC73. Uji kesesuaian dilaksanakan dengan melakukan persilangan

dialel penuh menggunakan 5 klon koleksi.Uji kesesuaian dilaksanakan dengan

membandingkan tingkat keberhasilan persilangan 5 klon yang dikaji serta jumlah biji

dari masing-masing buah hasil persilangan.Dengan menggunakan persentase

keberhasilan persilangan, kelima klon tidak memiliki kemampuan menyerbuk sendiri

atau bersifat self-incompatible.Klon RB, RCC70, dan RCC73 menjadi ibu yang baik

apabila disilangkan menggunakan donor serbuk sari KKM4.Klon RB dapat menjadi

donor serbuksari Klon KKM4, RCC70, dan RCC73. Serbuk sari klon RCC70 mampu

digunakan sebagai donor jantan klon KKM4, RB, dan RCC73, sedangkan serbuk sari

klon RCC72 dapat membuahi klon KKM4, RB, RCC70, dan RCC73. Serbuk sari

klon RCC73 menghasilkan buah apabila digunakan sebagai donor jantan untuk semua

klon yang duji.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan

kebun komersial kakao secara poliklonal, pemilihan klon penyusun kebun poliklonal
tersebut merupakan tahapan sangat penting agar dihasilkan buah yang banyak dengan

jumlah biji/buah dan berat biji yang memenuhi syarat mutu (Baker, 1997).

3. Terung

Terung adalah tanaman menyerbuk sendiri sehingga keragaman genetiknya

tidak beragam karena bunganya memiliki morfologi yang menyebabkan hanya

bunga jantan itu yang dapat meyerbuki betina, putik terung tertutupi oleh kelopak

bunga. Penyerbukan silang dapat dilakukan dengan cara peyerbukan silang buatan

(hibridisasi). Teknik menyerbuk silang pada tanaman menyerbuk sendiri berbeda

dengan tanaman menyerbuk silang. Memilih 2 varitas tanaman yang ingin

disilangkan, pemilihan bunga yang telah matang dan menentukan bunga sebagai

bunga jantan dan betina, melakukan kastrasi pada salah satu bunga yang telah

ditentukan sebagai tetua betina dengan pinset atau alat penghisap sampai benang

sari tidak terdapat pada bunga itu supaya tidak terjadi penyerbukan sendiri, bunga

jantan yaitu serbuk sari dioleskan ke kepala putik supaya terjadi penyerbukan.

Kemudian bunga ditutup dengan bungkus anti air (Greenleaf, 1986).

Praktikum yang kami lakukan pada persilangan tanaman jagung varietas

jagung manis berhasil. Indikasi keberhasilan bisa dilihat dari tongkol yang

dihasilkan besar, biji jagung berwarna kuning dan jumlah biji sebanyak 708.

Persilangan yang kami lakukan kali ini

berhasil karena pemilihan polen maupun

tongkol jagung tepat. Bisa dikatakan

tepat karena pemilihan rambut tongkol

jagung masih berlum tersebuki, yaitu


tongkol yang masih muda, rambut tongkolnya masih hijau kekuningan. Serbuksari

yang kami kumpulkanpun cukup banyak. Selain itu juga penyungkupan yang

kami lakukan pada tongkol jagung yang telah diserbuki membantu dalam

keberhasilan penyerbukan kali ini.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum kali ini yaitu:

1. Hibridisasi merupakan suatu perwakilan silang antara berbagai jenis spesies

pada setiap tanaman.

2. Dalam praktikum penyerbukan silang antara tetua jagung varietas jagung manis

dan BIMA 1 ini berhasil karena tongkol jagung F1 membesar dan berisi

dengan jumlah biji sebanyak 708 biji.

B. Saran

Sebaiknya praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk silang ini lebih

diperhatikan oleh asisten demi kelancaran praktikum dan meminimalisir

kegagalan khususnya dalam memilih polen tanaman jagung.


DAFTAR PUSTAKA

Allard, R, W. 1992. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

Baker RP, Hasenstein KH. 1997. Hormonal changes after compatible and
incompatible pollination in Theobroma cacao L. Hort Science 32 (7): 1231-
1234.

Greenleaf, W.H. 1986. Pepper breeding, In : Mark J. Basset (ed) Breeding


Vegetable Crops. AVI Publishing Co.p. 67-134.

Hakim, L. 2006. Pemanfaatan Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kacang Hijau


Asal Introduksi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 25 (3): 176-
180.

Lubis, Y, A., Lollie, A, P., dkk. 2013. Pengaruh Selfing Terhadap Karakter
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Generasi F4 Selfing. Jurnal Pertanian
Terpadu. Vol 1 (2).

Poehlman, J.M. 1985. Breeding field crop. An AviBook van Nostrand


Reinhold, New York, Third Edition. p.71

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman.


Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB, Bogor.

Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi. PT. Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Wels, James R. 1981. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga,


Jakarta.

Yunianti, Rahmi., Sriani Sujiprihati., dan Muhamad Syukur. 2011. Teknik


Persilangan Buatan. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai