Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS (RA)

OLEH
Komang Sri Purnama Dewi
209012429

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
RHEUMATOID ARTHRITIS (RA)

1.1. Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non bacterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Nurarif & Kusuma, 2015).

1.1.2 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Infeksi
Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr virus (EBV) karena
virus tersebut sering ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien RA. Selain itu
juga adanya parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan
Chlamydia juga memingkatkan risiko RA.
2. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan
Faktor genetic berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan RA. Gen yang
berkaitan kuat adalah HLA-DRB1.
3. Usia
Rhematoid arthritis (RA) biasanya timbul antara usia 40-60 tahun, namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (Rheumatoid Arthritis Juvenil). Dari
semua faktor risiko untuk timbulnya RA, Faktor lanjut usia (lansia) adalah yang
terkuat. Prevalensi beratnya RA semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
1.1.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan bahwa 335 juta
penduduk seluruh dunia mengalami RA. Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi
antara populasi satu dengan lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa
prevalensi RA sekitar 1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%.
Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-
50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar Nasional tahun 2018 proporsi tingkat ketergantungan lansia usia 60 tahun ke atas
dengan penyakit RA di Indonesia sebanyak 67,4% lansia mandiri, 28,4% lansia
ketergantungan ringan, 1,5% lansia ketergantungan sedang, 1,1% lansia ketergantungan
berat dan 1,5% lansia ketergantungan total (Daryanti, 2020)

1.1.4 Patofisiologi
Pada Rhematoid arthritis (RA) reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus merupakan jaringan ikat yang terbentuk di dalam
membrane sinovial sendi. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot. Pada RA kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari
tulang rawan, ligament, tendon dan tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu
kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat penghancur dan akibat jaringan
granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra, 2013).
Pathway (terlampir)

1.1.5 Manifestasi Klinis


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi
lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat
bilateral/simetris. Tetapi kadang – kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut atritis
rheumatoid mono-artikular (Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Stadium awal
Nyeri persendian, bengkak (rheumatoid nodul), kaku pada sendi, terbatasnya
pergerakan, sendi terasa panas, kekuatan berkurang.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendon/ligament yang menyebabkan
deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari, deviasi radial/volar
pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
1) Penanda inflamasi: Laju Endap Darah umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat
2) Rheumatoid Facor (RF): 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
3) Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP): biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifitas 95-98% dan sensitivitas
70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak
konsisten.
2. Radiologi
Terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,
demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau sublukasi sendi.

1.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan
pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas, mengembalikan
fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut (Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014).
1. Edukasi
1) Penjelasan penyakit
Hal yang penting dalam pengobatan RA adalah perlunya penjelasan kepada pasien
tentang penyakitnya, apa itu RA, bagaimana perjalanan penyakitnya, kondisi
pasien saat ini dan bila perlu penjelasan tentang prognosis penyakitnya. Pasien
harus diberitahu tentang program pengobatan, risiko dan keuntungan pemberian
obat dan modalitas pengobatan yang lain. Pasien RA dianjurkan untuk
mempertahankan berat badan ideal, karena obesitas akan memberi stress tambahan
terhadap persendian, mengeksaserbasi inflamasi dan berperan pada risiko
terjadinya osteoartritis.
2) Penjelasan tentang diet dan terapi komplementer
Jelaskan pada pasien RA bahwa tidak ada bukti yang nyata tentang pengaruh diet
pada perjalanan penyakitnya, namun beberapa ahli menyarankan diet untuk
banyak makan sayuran, buah dan ikan serta mengurangi konsumsi lemak/daging
merah. Terapi komplementer juga belum ada bukti yang adekuat untuk
mendukung pemakaiannya dalam pengeloalaan RA.
2. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang
dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi.
3. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan
tunggal maupun kombinasi (Putra dkk,2013).
4. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge”
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
muncul setelah 4-16 minggu.
5. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan
bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan
fisioterapi. Upaya terapi psikologis (misalnya relaksasi, mengatasi stress dan
memperbaiki pandangan hidup yang positif) dapat membantu pasien RA
menyesuaikan hidup dengan kondisi mereka
6. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi,
arthrodesis, total hip replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014).

1.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Rhematoid arthritis (RA) biasanya timbul antara usia 40-60 tahun
2. Keluhan utama
Keluhan berupa Nyeri persendian, bengkak (rheumatoid nodul), kaku pada sendi,
terbatasnya pergerakan, sendi terasa panas, kekuatan berkurang.
3. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien menderita rheumatoid arthritis sejak lama. Nyeri pada persendian tangan
dan kaki dirasakan semakin parah selama beberapa hari terakhir. Klien juga sulit
melakukan gerakan-gerakan tertentu, seperti sujud dll.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien biasanya pernah mengalami nyeri sendi pada bagian yang sama sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena reumatoid artritis, maka risiko
terjadinya penyakit lebih tinggi.
6. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (lemah)
2) Tingkat kesadaran (composmentis)
3) Glasgow Coma Scale (GCS)
4) Tanda-Tanda Vital
5) Tinggi badan, Berat badan, IMT (Indeks Massa Tubuh)
6) Sistem Kardiovaskuler
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan pada sistem kardiovaskular
7) Sistem Pernafasan
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem pernapasan
8) Sistem Integumen
Terdapat nodul subukutan (nodul rematoid). Nodul rematoid merupakan
benjolan keras yang muncul pada bagian subkutan (dibawah kulit), sekitar 20%
pasien dengan RA mengalaminya. Nodul ini biasanya terjadi pada sendi yang
mengalami trauma seperti sendi jari dan siku.
9) Sistem Perkemihan
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem perkemihan.
10) Sistem Musculoskeletal
- Look 
Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal), deformitas
pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki dan sendi besar
lutut, panggul dan pergelangan tangan. Adanya degenerasi serabut otot
memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh
tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi. Sering ditemukan nodul
subkutan multiple
- Feel 
Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
- Move 
Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan manifestasi nyeri
bila menggerakan sendi yang sakit. Klien  sering mengalami kelemahan
fisik sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari.
- Pengukuran Kekuatan Otot
0: Lumpuh total
1: Terdapat sedikit kontraksi otot namun tidak dapat menggerakkan
persendian
2: Pasien mampu menggerakkan ekstremitas, tidak dapat melawan
gravitasi (menggeser lengan tidak dapat mengangkat lengan)
3: Kekuatan otot lemah namun mampu melawan gravitasi tetapi tidak
mampu melawan tahanan minimal dari pemeriksa
4: Kekuatan otot lemah, mampu melawan gravitasi, mampu melawan
tahanan minimal
5: Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal,
normal
11) Sistem Endokrin
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem endokrin
12) Sistem Immun Hematologi
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem imun hematologi
13) Sistem Gastrointestinal
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem gastrointestinal
14) Sistem Reproduksi
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem reproduksi
15) Sistem Neurosensori
Pasien RA tidak menunjukkan kelainan sistem neurosensori
7. Pengkajian fungsional
1) ADL (Activity Daily Living)
- Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas kehdupan sehari-hari/Activity Daily Living (ADL)
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
D
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
E
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
F
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu

- Barthel Indeks
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bladder) tidak terkontrol
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bowel) perlu enema)
1 = Kadang inkotinensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

2) Pengkajian kognitif
- Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- KKeterangan
- Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
- Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat

- Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini


Mental Status Exam (MMSE)

Nilai Nilai Pertanyaan


maksimum pasien
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau
tetapi (1 poin)
Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

3) Pengkajian Status Emosional


- Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
b. Ada atau banyak pikiran?
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya” MASALAH
EMOSIONAL POSITIF (+)

4) Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada
orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
5) Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien, dan lain-lain.
6) Pengkajian Depresi
Pengkajian depresi menggunakan Geriatric Depression Scale)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa TIDAK
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan YA
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ YA
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? YA

5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai TIDAK


harapan yang baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai YA
pikiran jelek yang mengganggu terus
menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat TIDAK
yang baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu YA
yang buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia TIDAK
sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak YA
mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah YA
dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal YA
dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir YA
tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini YA
sering pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup TIDAK
Bapak/ Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih YA
dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga YA
akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir YA
tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini TIDAK
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk YA
memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh TIDAK
semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi YA
sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang YA
lain lebih baik keadaanya daripada Bapak/
Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena YA
hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin TIDAK
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? YA
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu TIDAK
bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul YA
di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat TIDAK
suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap YA
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat

7) Pengkajian Risiko Jatuh


- Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale

Tgl
Jam
No Item Penilaian
I 1 2 3 4
Skor
A
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ 2
ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 3
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf

- Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)

NO LANGKAH

1 Posisi pasien duduk di kursi

2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke


kursi, ukur waktu dalam detik

8) APGAR KELUARGA
NO ITEMS PENILAIAN SELALU (2) KADANG TIDAK
-KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)

2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)

3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman)
saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas
(pertumbuhan)

4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai

5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama mengekspresikan afek dan
berespon

JUMLAH

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi) ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
sulit tidur, tekanan darah dan nadi meningkat.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuluskeletal ditandai dengan nyeri saat bergerak, sendi kaku,
mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan


muskuluskeletal, kelemahan ditandai dengan tidak mampu mandi,
menggenakan pakian, makan, toileting, berhiaas secara mandiri.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi


tubuh ditandai dengan perubahan fungsi atau struktur tubuh

e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai


dengan merasa bingung, tampak gelisah dan tegang, sulit tidur, merasa
khawatir dengan kondisi yang dihadapi.

F. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun.


3. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:


selama … x 24 jam, diharapkan nyeri
yang dirasakan pasien dapat dikontrol. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Dengan kriteria hasil: nyeri
a. Melaporkan nyeri berkurang atau 2. Identifikasi skala nyeri
dapat dikontrol 3. Identifikasi faktor yang
b. Tekanan darah dalam batas memperberat dan memperingan
normal nyeri
(120/80 mmHg) Terapeutik:
c. Nadi pada rentang normal (60 –
100x/menit) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
d. Pola nafas pasien teratur dan untuk mengurangi rasa nyeri
dalam rentang normal (12 – (kompres bawang merah)
20x/menit)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

3. Fasilitasi istirahat dan tidur edukasi:

1. Jelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(pengalihan dari rasa nyeri)
4. Anjurkan pasien untuk
menggunakan kaos kaki atau
menggunakan selimut saat tidur
untuk menghindari sensasi dingin

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
fisik selama … x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
kemampuan dalam gerak fisik keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik
membaik. Dengan kriteria hasil:
melakukan pergerakan
a. Kekuatan otot dalam 3. Monitor kondisi umum selama
rentang normal melakukan mobilisasi
b. Rentang gerak membaik
c. Tidak ada keluhan nyeri, Terapeutik :
kaku sendi dan kelemahan fisik
1. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (duduk di
tempat tidur, pindah tempat)
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
selama … x 24 jam, diharapkan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri sesuai usia
perawatan diri secara mandiri. Dengan 2. Monitor tingkat kemandirian
kriteria hasil:
Terapeutik :
a. Kemampuan mandi pada
skor 5
b. Kemampuan makan pada 1. Sediakan keperluan pribadi
skor 5 2. Sediakan lingkungan terapeutik
c. Kemampuan pemenuhan 3. Dampingi dalam melakukan
toileting pada skor 5 perawatan diri sampai mandir
d. Minat melakukan
kebersihan diri meningkat Edukasi :

1. Anjurkan melakukan perawatan


diri secara konsisten sesuai
kemampuan

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi


selama … x 24 jam, diharapkan
persepsi tentang struktur, fungsi dan 1. Identifikasi perubahan citra
tubuh
penampilan fisik pasein meningkat.
2. Monitor apakah pasien bisa
Dengan kriteria hasil: melihat bagian tubuh yang
a. Memberi penilaian positif pada berubah
diri Terapeutik
b. Mau melihat dan menyentuh 1. Dikusikan perubahan tubuh dan
bagian tubuh yang sakit. fungsinya
c. Pasien tidak rendah diri atau 2. Diskusikan perbedaan
merasa malu dengan kondisi penampialn fisik terhadap harga
fisiknya. diri
3. Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh.
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
2. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
selama … x 24 jam, diharapkan tingkat 1. Monitor tanda – tanda ansietas
ansietas pasien dapat menurun. Dengan 2. Identifikasi saat tingkat ansietas
kriteria hasil: berubah (waktu, kondisi, stresor)
3. Identifikasi kemampuan
a. Perasaan khawatir akibat
kondisi yang dihadapi dapat pengambilan keputusan
menurun
b. Perilaku gelisah dan Terapeutik :
tegang berkurang
c. Pola tidur dapat kembali 1. Temani pasien untuk
normal mengurangi kecemasan, bila perlu
2. Pahami situasi yang membuat
ansietas
3. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
Edukasi :
1. Informasikan secara faktual
menganai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
2. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4. Latih teknik relaksasi

Resiko jatuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :


selama … x 24 jam, diharapkan klien 1. Identifikasi faktor resiko
dapat mencegah kejadian jatuh pada jatuh
dirinya. Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor lingkungan
a. Klien mampu yang meningkatkan resiko jatuh
mempertahankan keseimbangan Terapeutik :
tubuh
b. Mampu menunjukkan 1. Sediakan pencahayaan yang
peerilaku pencegahan jatuh memadai
c. Tidak terjadi kejadian 2. Sediakan alas kaki antislip
jatuh 3. Pastikan barang – barang
pribadi mudah dijangkau
4. Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang diperlukan

Edukasi :

1. Jelaskan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum
berdiri

F. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi
keperawatan.

G. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan, terdiri dari data
SOAP (Subjektif: data dari pasien/keluarga, Objektif: outcome yang diharapkan,
Assessment: kriteria hasil tercapai, sebagian, tidak tercapai, Planning: Rencana tindak
lanjut).
DAFTAR PUSTAKA

Daryanti. 2020. Literature Review yang berhubungan dengan Rheumatoid Arthritis.


Nursing art, vol XIV, No. 01. https://poltekkes-sorong.e-journal.id.

Febriana. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis


Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Yogjakarta: Mediaction

Putra,T.R., Suega,K., Artana,I.G.N.B. 2013. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu


Penyakit Dalam. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan


Pengelolaan Artritis Reumatoid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
ISBN

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Infeksi (Epstein Barr virus (EBV)),
Lampiran Faktor genetic serta faktor pemicu

Pathway lingkungan, Usia

Nyeri Akut Reaksi peradangan Rheumatoid Arthritis Kekakuan sendi Gangguan mobilitas
fisik

Synovial menebal Pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit Krisis situasional

Nodul Infiltrasi dalam os. Defisit pengetahuan Mengekspresikan


subcondria kekhawatiran

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Ansietas
kartilago artikuralis
Gangguaan citra tubuh

Kerusakan kartilago dan Kartilago nekrosis


tulang

Erosi kartilago
Tendon dan ligament
melemah
Adhesi pada permukaan Ankilosis fibrosis
sendi
Hilangnya kekuatan otot
Kekakuan sendi
Keterbatasan gerakan
Resiko Jatuh sendi
Kondisi musculoskeletal kronis
Defisit perawatan diri

Nyeri kronis

Anda mungkin juga menyukai