OLEH
Komang Sri Purnama Dewi
209012429
1.1.2 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Infeksi
Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr virus (EBV) karena
virus tersebut sering ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien RA. Selain itu
juga adanya parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan
Chlamydia juga memingkatkan risiko RA.
2. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan
Faktor genetic berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan RA. Gen yang
berkaitan kuat adalah HLA-DRB1.
3. Usia
Rhematoid arthritis (RA) biasanya timbul antara usia 40-60 tahun, namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (Rheumatoid Arthritis Juvenil). Dari
semua faktor risiko untuk timbulnya RA, Faktor lanjut usia (lansia) adalah yang
terkuat. Prevalensi beratnya RA semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
1.1.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan bahwa 335 juta
penduduk seluruh dunia mengalami RA. Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi
antara populasi satu dengan lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa
prevalensi RA sekitar 1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%.
Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-
50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar Nasional tahun 2018 proporsi tingkat ketergantungan lansia usia 60 tahun ke atas
dengan penyakit RA di Indonesia sebanyak 67,4% lansia mandiri, 28,4% lansia
ketergantungan ringan, 1,5% lansia ketergantungan sedang, 1,1% lansia ketergantungan
berat dan 1,5% lansia ketergantungan total (Daryanti, 2020)
1.1.4 Patofisiologi
Pada Rhematoid arthritis (RA) reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus merupakan jaringan ikat yang terbentuk di dalam
membrane sinovial sendi. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot. Pada RA kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari
tulang rawan, ligament, tendon dan tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu
kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat penghancur dan akibat jaringan
granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra, 2013).
Pathway (terlampir)
1.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan
pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas, mengembalikan
fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut (Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014).
1. Edukasi
1) Penjelasan penyakit
Hal yang penting dalam pengobatan RA adalah perlunya penjelasan kepada pasien
tentang penyakitnya, apa itu RA, bagaimana perjalanan penyakitnya, kondisi
pasien saat ini dan bila perlu penjelasan tentang prognosis penyakitnya. Pasien
harus diberitahu tentang program pengobatan, risiko dan keuntungan pemberian
obat dan modalitas pengobatan yang lain. Pasien RA dianjurkan untuk
mempertahankan berat badan ideal, karena obesitas akan memberi stress tambahan
terhadap persendian, mengeksaserbasi inflamasi dan berperan pada risiko
terjadinya osteoartritis.
2) Penjelasan tentang diet dan terapi komplementer
Jelaskan pada pasien RA bahwa tidak ada bukti yang nyata tentang pengaruh diet
pada perjalanan penyakitnya, namun beberapa ahli menyarankan diet untuk
banyak makan sayuran, buah dan ikan serta mengurangi konsumsi lemak/daging
merah. Terapi komplementer juga belum ada bukti yang adekuat untuk
mendukung pemakaiannya dalam pengeloalaan RA.
2. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang
dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi.
3. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan
tunggal maupun kombinasi (Putra dkk,2013).
4. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge”
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
muncul setelah 4-16 minggu.
5. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan
bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan
fisioterapi. Upaya terapi psikologis (misalnya relaksasi, mengatasi stress dan
memperbaiki pandangan hidup yang positif) dapat membantu pasien RA
menyesuaikan hidup dengan kondisi mereka
6. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi,
arthrodesis, total hip replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014).
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu
- Barthel Indeks
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bladder) tidak terkontrol
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
(Bowel) perlu enema)
1 = Kadang inkotinensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2) Pengkajian kognitif
- Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- KKeterangan
- Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
- Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
4) Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada
orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
5) Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien, dan lain-lain.
6) Pengkajian Depresi
Pengkajian depresi menggunakan Geriatric Depression Scale)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa TIDAK
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan YA
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ YA
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? YA
Tgl
Jam
No Item Penilaian
I 1 2 3 4
Skor
A
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ 2
ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 3
c. Pasca bedah 0-24 jam
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
NO LANGKAH
8) APGAR KELUARGA
NO ITEMS PENILAIAN SELALU (2) KADANG TIDAK
-KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman)
saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas
(pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama mengekspresikan afek dan
berespon
JUMLAH
Kolaborasi
Edukasi :
Edukasi :
1. Jelaskan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum
berdiri
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi
keperawatan.
G. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan, terdiri dari data
SOAP (Subjektif: data dari pasien/keluarga, Objektif: outcome yang diharapkan,
Assessment: kriteria hasil tercapai, sebagian, tidak tercapai, Planning: Rencana tindak
lanjut).
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Yogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Infeksi (Epstein Barr virus (EBV)),
Lampiran Faktor genetic serta faktor pemicu
Nyeri Akut Reaksi peradangan Rheumatoid Arthritis Kekakuan sendi Gangguan mobilitas
fisik
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Ansietas
kartilago artikuralis
Gangguaan citra tubuh
Erosi kartilago
Tendon dan ligament
melemah
Adhesi pada permukaan Ankilosis fibrosis
sendi
Hilangnya kekuatan otot
Kekakuan sendi
Keterbatasan gerakan
Resiko Jatuh sendi
Kondisi musculoskeletal kronis
Defisit perawatan diri
Nyeri kronis