Anda di halaman 1dari 17

Hidrologi

BAB VI
LIMPASAN
6.1. Pendahuluan.
Apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, air
akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan itu
penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) di atas permukaan tanah (surface runoff)
yang mengalir dalam bentuk lapisan tipis, akan masuk ke parit-parit/selokan-selokan yang
kemudian bergabung menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Di daerah
pegunungan, limpasan permukaan dapat masuk ke sungai dengan cepat, yang dapat
menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih besar dari kapasitas sungai
untuk mengalirkan debit, maka akan terjadi luapan, sehingga terjadi banjir.
Banjir yang terjadi setiap tahun di banyak sungai di Indonesia menyebabkan
kerugian yang sangat besar. Beberapa variable yang ditinjau dalam analisis banjir adalah
volume banjir, debit puncak, tinggi genangan, lama genangan dan kecepatan aliran. Tinggi
dan luas daerah genangan tergantung pada debit puncak dan luas tampang lintang sungai.
Dengan mengetahui data debit dan data hujan di stasiun-stasiun penakar hujan yang
berpengaruh pada DAS yang ditinjau, maka dapat dicari hubungan antara hujan yang jatuh
dan debit aliran yang terjadi. Pengalih-ragaman dari data hujan menjadi debit aliran dapat
dibedakan untuk debit banjir dan debit rendah (kekeringan). Untuk yang pertama, pengalih-
ragaman dapat dilakukan dengan menggunakan metode rasional, hidrograf, hidrograf satuan
sintetis (Snyder, Gama I, Nakayasu, dsb), sedang yang kedua dapat dilakukan dengan metode
regresi, Mock, Tangki, dsb). Dalam analisis debit puncak, metode rasional digunakan pada
DAS kecil, misalnya untuk perencanaan system drainase kota, sedang analisis hidrograf
digunakan untuk DAS besar/sedang.
Limpasan dinyatakan dalam volume atau debit. Satuan dari volume limpasan adalah
meter kubik, sedang debit adalah volume per satuan waktu yang melalui suatu luasan tertentu,
dan dinyatakan dalam meter kubik per detik. Limpasan sering dinyatakan dalam satuan
kedalaman. Hal ini dilakukan dengan membagi volume limpasan per satuan luas DAS untuk
memperoleh kedalaman limpasan ekuivalen yang terdistribusi pada seluruh DAS.

6.2. Komponen-komponen Limpasan.


Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber, yaitu aliran permukaan,
aliran antara dan aliran air tanah. Hal tersebut ditunjukkan dalam Gambar 6.1. berikut:

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 1


Hidrologi

hujan

infiltrasi alira
np
e rm
uka
an
alir
Perkolasi an
ant
a ra
muka air tanah

aliran air tanah

Gambar 6.1. Komponen limpasan

Aliran permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir dalam
bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga aliran langsung
(direct runoff). Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu singkat,
sehingga merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah
permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju
elevasi yang lebih rendah, yang akhirnya masuk ke sunga. Proses aliran antara ini lebih
lambat dari aliran permukaan, dengan kelambatan dalam beberapa jam sampai hari.
Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi
yang lebih rendah, yang akhirnya menuju ke sungai atau langsung ke laut. Air hujan yang
terinfiltrasi melalui permukaan tanah sebagian menjadi aliran antara dan sebagian lagi
mengalir ke bawah (perkolasi) sehingga mencapai muka air tanah. Muka air tanah mempunyai
kemiringan sangat kecil, dan aliran air searah dengan kemiringan tersebut menuju ke sungai
sebagai aliran dasar (base flow). Proses aliran air tanah ini lebih lambat dari aliran antara,
dengan tingkat kelambatan dalam mingguan sampai tahunan.
Semua tipe aliran tersebut memberi sumbangan pada aliran sungai. Limpasan
permukaan mulai terjadi segera setelah hujan, aliran antara agak lambat dan aliran air tanah
yang paling lambat sampai ke sungai. Dalam analisis hidrologi, aliran permukaan dan aliran
antara dapat dikelompokkan menjadi satu yang disebut aliran langsung, sedangkan aliran air
tanah disebut dengan aliran tidak langsung.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 2


Hidrologi

6.3. Tipe Sungai.


Sungai-sungai dapat dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu sungai perennial,
ephemeral, dan intermitten. Sungai perennial adalah sungai yang mempunyai aliran sepanjang
tahun. Selama musim kering (tidak terjadi hujan), aliran sungai perennial adalah aliran dasar
yang berasal dari aliran air tanah. Sungai tipe ini terjadi pada DAS yang sangat baik, misalnya
masih berhutan lebat.
Sungai ephemeral adalah sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan
yang melebihi laju infiltrasi. Permukaan air tanah selalu berada di bawah dasar sungai,
sehingga sungai ini tidak menerima aliran air tanah, yang berarti tidak mempunyai aliran
dasar.
Sungai intermitten adalah sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara
kedua tipe di atas. Pada suatu periode waktu tertentu mempunyai sifat sebagai sungai
perennial, sedang pada periode yang lain bersifat sebagai sungai ephemeral. Elevasi muka air
tanah berubah dengan musim. Pada saat musim penghujan, muka air tanah naik sampai di atas
dasar sungai sehingga pada saat tidak ada hujan masih terdapat aliran yang berasal dari aliran
dasar. Pada musim kemarau muka air tanah turun sampai di bawah dasar sungai sehingga di
sungai tidak ada aliran.

Gambar 6.2. Tipe sungai: (a). Perenial, (b). Ephemeral, (c). Intermitten

6.4. Hubungan Hujan-Limpasan.


Hujan yang jatuh di suatu DAS akan berubah menjadi aliran di sungai. Dengan
demikian, terdapat suatu hubungan antara hujan dan debit aliran, yang tergantung pada
karakteristik DAS. Hujan dapat diukur pada stasiun pengukuran hujan, yang dapat dilakukan

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 3


Hidrologi

dalam waktu panjang. Sementara itu pengukuran debit biasanya lebih sedikit daripada
pengukuran hujan, baik dalam hal jumlah stasiun, maupun waktu pengukuran. Bentuk umum
dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah:

Q = b (P – Pa) (6.1)
Dengan:
Q : kedalaman limpasan
P : kedalaman hujan
Pa : kedalaman hujan di bawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan.
b : kemiringan garis
Apabila curah hujan lebih kecil dari Pa, berarti seluruh hujan tersebut hilang di DAS
yang berupa infiltrasi dan evapotranspirasi, tampungan permukaan dan limpasan mulai terjadi
setelah P lebih besar dari Pa. Dalam persamaan di atas, b dan Pa dihitung dengan analisis
regresi berdasar data hujan dan limpasan. Pemakaian persamaan tersebut memungkinkan
untuk menghitung parameter hujan-limpasan seperti intensitas hujan, laju infiltrasi dan
sebagainya. Biasanya penyebaran data hujan limpasan cukup besar, sehingga persamaan yang
mewakili data tersebut mempunyai variasi, oleh karena itu pemakaian persamaan tersebut
sangat terbatas. Meskipun demikian, cara ini dapat digunakan untuk memprediksi limpasan
bulanan atau tahunan atau diterapkan pada DAS yang tidak mempunyai pengukuran debit.

6.5. Metode Rasional.


Metode rasional banyak digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang
ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Suatu DAS disebut kecil
apabila distribusi hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan waktu, dan biasanya durasi
hujan melebihi waktu konsentrasi. DAS juga disebut kecil bila mempunyai luasan kurang dari
2,5 Km2 (Ponce, 1989).
Pemakaian metode rasional sangat sederhana, dan sering digunakan dalam
perencanaan drainase perkotaan. Beberapa parameter hidrologi yang diperhitungkan adalah
intensitas hujan, durasi hujan, frekuensi hujan, luas DAS, abstraksi (kehilangan air akibat
evaporasi, intersepsi, infiltrasi, tampungan permukaan) dan konsentrasi aliran. Metode
rasional didasarkan pada persamaan berikut:
Q = 0,278 C I A (6.2)
Dengan:

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 4


Hidrologi

Q = debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas, durasi dan
frekuensi tertentu (m3/dt)
I = intensitas huja (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan (Km2)
C = koefisien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan, yang nilainya
diberikan dalam Tabel 6.1.
Dalam persamaan tersebut, intensitas hujan diperoleh dari kurva IDF (intensitas-
durasi-frekuensi), dimana telah diperhitungkan durasi dan frekuensi (periode ulang) hujan.
Dalam hal ini durasi hujan adalah sama dengan waktu konsentrasi (tc). Waktu konsentrasi
dapat dihitung dengan persamaan yang diberikan oleh Kiprich, yang berlaku untuk lahan
pertanian kecil dengan luas daerah tangkapan kurang dari 80 hektar.
0,06628 L0,77
tc  (6.3)
S 0,385
Dengan:
tc : waktu konsentrasi
L : panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km)
S : kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum
Tabel 6.1. Koefisien Aliran, C
Tipe daerah aliran C
Rerumputan
Tanah pasir, datar, 2% 0,50 - 0,10
Tanah pasir, sedang, 2-7% 0,10 - 0,15
Tanah pasir, curam, 7% 0,15 - 0,20
Tanah gemuk, datar, 2% 0,13 - 0,17
Tanah gemuk, sedang, 2-7% 0,18 - 0,22
Tanah gemuk, curam, 7% 0,25 - 0,35
Perdagangan
Daerah kota lama 0,75 - 0,95
Daerah pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
Daerah single family 0,30 - 0,50
Multi unit terpisah 0,40 - 0,60
Multi unit tertutup 0,60 - 0,75
Sub Urban 0,25 - 0,40
Daerah apartemen 0,50 - 0,70
Industri
Daerah ringan 0,50 - 0,80
Daerah berat 0,60 - 0,90
Taman, kuburan 0,10 - 0,25
Tempat bermain 0,20 - 0,35
Halaman kereta api 0,20 - 0,40
Daerah tidak dikerjakan 0,10 - 0,30
Jalan
Beraspal 0,70 - 0,95
Beton 0,80 - 0,95
Batu 0,70 - 0,85
Atap 0,75 - 0,95

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 5


Hidrologi

Rumus lainnya untuk menghitung waktu konsentrasi juga diberikan oleh Hathway
(Ponce, 1989)
0,606( Ln) 0, 467
tc  (6.4)
S 0, 234
Dengan n adalah koefisien kekasaran. Nilai koefisien kekasaran n diberikan dalam
Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Nilai koefisien kekasaran n dalam persamaan 6.4.

Tata Guna Lahan n


Kedap air 0,02
Timbunan tanah 0,1
Tanaman pangan/tegalan dengan sedikit rumput pada tanah 0,2
gundul yang kasar dan lunak
Padang rumput 0,4
Tanah gundul yang kasar dengan reruntuhan dedaunan 0,6
Hutan dan sejumlah semak belukar 0,8

6.6. Hidrograf.
Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter aliran dan waktu.
Parameter tersebut bisa berupa kedalaman aliran (elevasi) atau debit aliran, sehingga terdapat
dua macam hidrograf, yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air dapat
ditransformasikan menjadi hidrograf debit dengan menggunakan ratting curve.

6.6.1. Komponen hidrograf


Hidrograf mempunyai tiga komponen pembentuk, yaitu aliran permukaan, aliran
antara dan aliran air tanah. Hidrograf mempunyai bentuk seperti dalam Gambar 6.3. berikut.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 6


Hidrologi

Debit

Sis
Debit puncak Qp

i tu
run
aik
Sisi n

(re
ses
Titik infleksi

i)
sisi turun

Time to peak Waktu capai


tp titik inflasi

Akhir resesi

1 2 3 4 5 6
Waktu dasar, tp
Waktu
nol, t0 Waktu

Gambar 6.3. Komponen hidrograf banjir

Waktu nol (zero time) menunjukkan awal hidrograf. Puncak hidrograf adalah bagian
dari hidrograf yang menggambarkan debit maksimum. Waktu capai puncak (time to peak)
adalah waktu yang diukur dari waktu nol sampai waktu terjadinya debit puncak. Sisi naik
(rising climb) adalah bagian dari hidrograf antara waktu nol dan waktu capai puncak. Sisi
turun (recession climb) adalah bagian dari hidrograf yang menurun antara waktu capai puncak
dan waktu dasar. Waktu dasar (time base) adalah waktu yang diukur dari waktu nol sampai
waktu dimana sisi turun berakhir. Akhir dari sesi turun ini ditentukan dengan perkiraan. Sisi
resesi mempunyai bentuk logaritma natural (ln). Volume hidrograf diperoleh dengan
mengintegralkan debit aliran dari waktu nol sampai waktu dasar. Pada kurva naik dan kurva
turun terdapat titik balik dimana kurva turun terdapat titik balik dimana kurva hidrograf
berubah arah.
Bentuk hidrograf tersebut yang mempunyai waktu turun lebih lama dari waktu naik
disebabkan oleh tanggapan yang berbeda dari aliran permukaan, aliran antara dan aliran air
tanah (seperti terlihat dalam Gambar 6.4.) Aliran permukaan memberikan kenaikan hidrograf
dengan cepat dan besar, sementara dua aliran yang lain naik dengan berangsur-angsur dan
dengan waktu yang lebih lama. Superposisi dari ketiganya menghasilkan hidrograf debit
dengan sisi resesi yang panjang.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 7


Hidrologi

Limpasan permukaan
hidrograf  aliran antara
permukaan  aliran air tanah
Debit

Debit
aliran antara

aliran
tanah

Waktu Waktu

(a) (b)

Gambar 6.4. Komponen hidrograf aliran

Apabila sebelum terjadinya hujan sungai mengalirkan air karena adanya sumbangan
dari aliran air tanah, maka bentuk hidrograf seperti dalam Gambar 6.5. dimana di bagian
bawah terdapat aliran dasar.

Gambar 6.5. Hidrograf dengan aliran dasar.

6.6.2. Pemisahan hidrograf.


Hitungan hidrograf satuan hanya dilakukan terhadap komponen limpasan
permukaan. Oleh karena itu perlu memisahkan hidrograf terukur menjadi limpasan langsung
dan aliran dasar. Aliran antara (interflow) adalah termasuk aliran dasar. Ada beberapa cara
untuk memisahkan kedua tipe aliran tersebut, seperti dalam Gambar 6.6. berikut.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 8


Hidrologi

Gambar 6.6. Hidrograf dengan aliran dasar.


1. Cara paling sederhana adalah dengan menarik garis lurus dari titik di mana aliran
langsung mulai terjadi (A) sampai akhir dari aliran langsung (titikB). Apabila titik B tidak
diketahui, maka tarik garis horizontal dari titik A.
2. Cara kedua adalah membuat garis yang merupakan perpanjangan/kelanjutan dari aliran
dasar sampai titik C yang berada di bawah puncak hidrograf. Dari titik C kemudian ditarik
garis menuju titik D yang berada pada sisi turun yang berjarak N hari sesudah puncak.
Nilai N dihitung dengan rumus:
N = 0,8 A0,2
Dengan:
N = waktu (hari)
A = luas DAS (km2)
3. Cara ketiga adalah menarik kurva resesi ke belakang yang berawal dari titik akhir aliran
langsung (B) sampai titik E di bawah titik balik. Hubungkan titik A dengan garis lurus
atau kurva sembarang.
Perbedaan nilai aliran dasar karena penggunaan beberapa cara tersebut relative kecil
dibanding dengan volume hidrograf limpasan langsung.

6.7. Hidrograf satuan


Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran
dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar 1 mm
yang terjadi secara merata di permukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi
tertentu.
Metode hidrograf satuan banyak digunakan untuk memperkirakan banjir rancangan.
Data yang diperlukan utk menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS yang ditinjau adalah

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 9


Hidrologi

data hujan otomatis dan pencatatan debit di titik control. Beberapa anggapan dalam
penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut:
1. Hujan efektif mempunyai intensitas kontan selama durasi hujan efektif. Untuk memenuhi
anggapan ini maka hujan deras yang dipilih untuk analisis adalah hujan dengan durasi
singkat.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS.
Dari data hujan dan hidrograf limpasan langsung yang tercatat setiap interval waktu
tertentu (misalnya tiap jam), selanjutnya dilakukan pemilihan data untuk analisis selanjutnya.
Untuk penurunan hidrograf satuan, dipilih kasus banjir dan hujan penyebab banjir dengan
kriteria berikut ini:
a. Hidrograf banjir berpuncak tunggal, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis.
b. Hujan penyebab banjir terjadi merata di seluruh DAS, untuk memenuhi kriteria teori
hidrograf satuan.
c. Dipilih kasus banjir dengan debit puncak yang relative panjang.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka akan terdapat beberapa kasus banjir. Untuk
masing-masing kasus banjir diturunkan hidrograf satuannya. Hidrograf satuan yang dianggap
mewakili DAS yang ditinjau adalah hidrograf satuan rerata yang diperoleh dari beberapa
kasus banjir tersebut.

6.7.1. Konsep Hidrograf Satuan


Karakteristik bentuk hidrograf yang merupakan dasar dari konsep hidrograf satuan
adalah sebagai berikut: (Gambar 6.5)
1. Hidrograf menggambarkan semua kombinasi dari karakteristik fisik DAS (bentuk, ukuran,
kemiringan, sifat tanah) dan karakteristik hujan (pola, intensitas dan durasi).
2. Mengingat sifat DAS tidak berubah dari hujan yang satu dengan hujan yang lain, maka
hidrograf yang dihasilkan oleh hujan dengan durasi dan pola yang serupa memberikan
bentuk dan waktu dasar yang serupa pula. Dengan demikian dapat dilakukan superposisi
dari hidrograf-hidrograf tersebut. Apabila terjadi hujan efektif sebesar 2 mm dengan
satuan waktu tertentu, hidrograf yang terjadi akan mempunyai bentuk yang sama dengan
hidrograf dengan hujan efektif 1 mm dengan durasi yang sama, kecuali bahwa ordinatnya
adalah dua kali lebih besar (Gambar 6.5.b). Demikian juga, apabila hujan efektif 1 mm
terjadi dalam dua satuan durasi yang berurutan, hidrograf yang dihasilkan adalah jumlah
dari dua hidrograf 1 mm, dengan hidrograf kedua mulai dengan keterlambatan satu satuan
waktu (Gambar 6.5.c).

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 10


Hidrologi

3. Varasi sifat hujan mempunyai pengaruh signifikan pada bentuk hidrograf, yang meliputi
durasi hujan, intensitas, dan distribusi hujan pada DAS.

Intensitas
hujan efektif 1mm

hujan
B - Dua satuan
periode tr
hujan efektif 1mm
Intensitas
hujan

tc
tr tr
hidrograf
tp lag B limpasan
Debit

Debit
hidrograf hidrograf
satuan satuan
A

Waktu Waktu
T

(b)
(a)

hujan efektif 1mm


periode tr
Intensitas
hujan

A B

tr tr

hidrograf
limpasan

hidrograf
Debit

satuan

Waktu
(c)

Gambar 6.5. Prinsip hidrograf satuan

6.7.2. Penurunan Hidrograf Satuan


Untuk menurunkan hidrograf satuan diperlukan data hujan dan debit aliran yang
berkaitan. Prosedur penurunan hidrograf satuan adalah sebagai berikut:
1. Digambarkan hidrograf yang berkaitan dengan hujan yang terjadi. Aliran dasar
dipisahkan, sehingga diperoleh hidrograf aliran langsung (HAL).
2. Dihitung luasan di bawah HAL yang merupakan volume aliran permukaan. Volume aliran
tersebut dikonversi menjadi kedalaman aliran di seluruh DAS.
3. Ordinat dari HAL dibagi dengan kedalaman aliran, yang menghasilkan hidrograf satuan
dengan durasi sama dengan durasi hujan.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 11


Hidrologi

Contoh:
DAS Cimanuk di stasiun Sukatali mempunyai luas DAS sebesar 286 km2. Hujan dengan
durasi 1 jam terjadi secara merata di seluruh DAS menghasilkan hidrograf debit seperti
ditunjukkan dalam Tabel berikut:
Jam Debit Jam Debit Jam Debit Jam Debit Jam Debit
ke (m3/d) ke (m3/d) ke (m3/d) ke (m3/d) ke (m3/d)
1 13,2 7 60,0 13 27,9 19 14,4 25 11,0
2 19,0 8 79,5 14 25,6 20 13,8 26 10,7
3 22,0 9 80,5 15 21,4 21 13,2 27 10,0
4 30,0 10 56,9 16 19,4 22 12,3 28 9,9
5 37,7 11 42,1 17 17,4 23 12,1 29 9,4
6 51,0 12 35,7 18 15,8 24 11,2 30 9,1

Tentukan hidrograf satuan DAS tersebut.

Penyelesaian:
Hitungan dilakukan dengan menggunakan table :

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 12


Hidrologi

Kolom 3 adalah aliran dasar, ditetapkan nilai terendah dari hidrograf sebelum kemudian naik
karena adanya aliran langsung, dan diambil konstan yaitu sebesar 13,2 m3/dt. Kolom 4 adalah
aliran langsung yaitu hidrograf debit dikurangi aliran dasar. Volume limpasan langsung
diperoleh dengan menjumlahkan kolom 4 dan kemudian dikalikan dengan 1 jam (3600 detik).
Volume limpasan = 417,5 x 60 x 60 = 1.503.600 m3.
Selanjutnya dihitung kedalaman aliran, yaitu volume total dibagi dengan luas DAS.
Volume 1.503.600 m 3
Kedalaman aliran    0,00526 m  5,26 mm
Luas 286 x106 m 2
Hidrograf satuan yang diperoleh dengan membagi hidrograf aliran pada kolom 4 dengan
kedalaman aliran dan hasilnya diberikan dalam kolom 5.
Hidrograf satuan tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah.
14.0

12.0

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

6.8. Hidrograf Satuan Sintetis.


Di daerah dimana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf satuan,
maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik fisik dari DAS.
Berikut ini diberikan beberapa metode yang biasa digunakan.
6.8.1. Metode Snyder.
Empat parameter yaitu waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi
standar dari hujan efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri fisik dari DAS
dengan hubungan berikut ini:
tp = Ct (L Lc)0,3
Cp A
Qp 
tp

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 13


Hidrologi

tp
T  3
8
tp
tD 
5,5
Apabila durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar tD, maka:
t pR  t p  0,25(t r  t D )

tp
Q pR  Q p
t pR

Dengan:
tD = durasi standar dari hujan efektif (jam)
tr = durasi hujan efektif (jam)
tp = waktu dari titik berat durasi hujan efektif tD ke puncak hidrograf satuan (jam)
tpR = waktu dari titik berat durasi hujan efektif tr ke puncak hidrograf satuan (jam)
T = waktu dasar hidrograf satuan (hari)
Qp = debit puncak untuk durasi tD
QpR = debit puncak untuk durasi tr
L = panjang sungai utama terhadap titik control yang ditinjau (km)
Lc = jarak antara titik control ke titik yang terdekat dengan titik berat DAS (km)
A = luas DAS (km2)
Ct = koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi dari 1,4 sampai 1,7
Cp = koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang bervariasi antara 0,15
sampai 0,19
Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut di atas dapat digambarkan hidrograf
satuan. Untuk memudahkan penggambaran, berikut ini diberikan beberapa rumus:
0,23 A1,08
W50  1, 08
QPR

0,13 A1, 08
W75  1, 08
Q pR

Dengan W50 dan W75 adalah lebar unit hidrograf pada debit 50% dan 75% dari debit puncak,
yang dinyatakan dalam jam. Sebagai acuan, lebar W50 dan W75 dibuat dengan perbandingan 1
: 2 dengan sisi pendek di sebelah kiri dari hidrograf.

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 14


Hidrologi

Contoh soal:
DAS dengan luas 500 km2, L=25 km, Lc=10 km, Ct=1,6; Cp=0,17. Turunkan hidrograf satuan
4 jam.

Penyelesaian:
tr = 4 jam (diketahui)
tp = Ct (L Lc)0,3 = 1,6(25 x 10)0,3 = 8,38 jam
Cp A 0,17 x500
Qp    10,14 m 2 / d
tp 8,38

tp 8,38
T  3  3  97 jam
8 8
tp 8,38
tD    1,5 jam
5,5 5,5
Jika durasi hujan efektif tr tidak sama dengan durasi standar tD, maka:
tpR = tp + 0,25(tr – tD) = 8,38 + 0,25(4 - 1,5) = 9 jam
tp 8,38
Q pR  Q p  10,14 x  9,45 m 3 / dt
t pR 9,0

Waktu dari awal hujan sampai ke puncak:


tr
pr   t pR  2  9  11 jam
2
0,23 A1, 08 0,23 x 5001, 08
W50  1, 08
  18 jam
Q pR 8,891, 08

0,13 A1,08 0,13 x 5001,08


W75  1, 08
  10 jam
Q pR 8,891, 08

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 15


Hidrologi

6.8.2. Metode Nakayasu.


Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasar beberapa sungai di
Jepang (Soemarto, 1987). Bentuk HSS Nakayasu diberikan oleh Gambar 6.4 berikut.

1  A Re 

Qp 
3,6  0,3T p  T0,3 

Tp = Tg + 0,8 Tr
tg = 0,4 + 0,058 L untuk L > 15 km
0,7
Tg = 0,21 L untuk L < 15 km
T0,3 = α tg
Dengan:
Qp = debit puncak banjir
A = luas DAS (km2)
Re = curah hujan efektif (mm)
Tp = waktu dari permulaan banjir sampai puncak hidrograf banjir (jam)
T0,3 = waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir
tg = waktu konsentrasi
Tr = satuan waktu dari curah hujan (jam)
Α = koefisien karakteristik DAS
L = panjang sungai utama (km)

0,8Tr Tg

Qp
0,3² Qp
0,3Qp
t
Tp T0,3 1,5T0,3

Gambar 6. Hidrograf satuan sintetis Nakayasu


Bentuk hidrograf satuan diberikan oleh persamaan berikut:
a. Pada kurva naik (0 < t < Tp)
t 2, 4
Qt  Q p
Tp

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 16


Hidrologi

b. Pada kurva turun (Tp < t < T0,3)


( t Tp ) / T0 , 3
Qt  Q p x 0,3

c. Pada kurva turun (T0,3 < t < T0,32)


( t Tp )( 0,5T0 , 3 ) /(1,5T0 , 3 )
Qt  Q p x 0,3

d. Pada kurva turun (t > T0,32)


(t Tp )(1,5T0 , 3 ) /( 2T0 , 3 )
Qt  Q p x 0,3

Program Studi Teknik Sipil, Akademi Teknik Kupang 17

Anda mungkin juga menyukai