Anda di halaman 1dari 18

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

”Perencanaan Pengelolaan DAS tingkat Kabupaten dan Provinsi”

(Dosen Pengampu : Meilinda Suryani Harefa S.Pd., M.Si.)

Disusun :
Kelompok 8

Devi Lady M Tampubolon (3181131016)


Muhammad Arun Fajar (3182131019)
Muhammad Awaluddin Jaya (3181131013)

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kita ucapkan kepada Tuhan atas berkat dan rahmatnya, kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengelolaan DASyang diberikan,adapun tugas yang
diberikan dengan judul“Perencanaan Pengelolaan DAS tingkat Kabupaten dan Provinsi”.

Adapun isi dari makalah ini diambil dari berbagai sumber yang ada dan dikemas serta
dikembangkan sedemikian rupa sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.Kami
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalam makalah ini. Untuk
itu besar harapan kami dalam makalah ini, dapat memberikan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi memperbaiki makalah maupun tugas-tugas yang ada untuk mencapai
kesempurnaan kedepannya. Akhirnya,melalui makalah ini kami ucapkan terimakasih dan
selamat membaca

Medan, April 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3.Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB IIPEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. Pengertian Perencanaan Pengelolaan DAS...................................................................................
2.2. Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten...................................................................................
2.3.Perencanaan Pengelolaan DAS Provinsi........................................................................................

ii
2.4.Tujuan Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten dan Provinsi...................................................
2.5. Proses Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten dan Provinsi...................................................
BAB IIIPENUTUP..................................................................................................................................
3.1.Kesimpulan....................................................................................................................................
3.2.Saran..............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana penggunaan teknologi tepat guna?
2. Bagaimana dampak positif dan negatif dari penggunaan tekonologi?

1.3.Tujuan
Adapun tujuannya antara lain:
1. Agar pembaca mengetahui bagaimana penggunaan teknologi tepat guna
2. Agar pembaca mengetahui dampak positif dan negatif penggunaan teknologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan Pengelolaan DAS


Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah satu bentuk perencanaan
pembangunan sumberdaya alam (vegetasi, tanah, dan air) dengan menggunakan satuan atau
unit pengelolaan daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai dengan
bagian-bagian wilayahnya. Salah satu acuan utama peraturan perundangan yang mendasari
penyusunan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah Undang-Undang (UU) No. 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu sistem
perencanaan pengelolaan DAS yang dibangun harus kompatibel dengan sistem perencanaan
nasional.
Dalam PP No. 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS pada pasal 22 disebutkan bahwa
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh:
a. Menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi;
b. Gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas
kabupaten/kota;
c. Bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota.

2.1.1 Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS


Daerah aliran sungai (DAS) bisa dipandang sebagai suatu sistem pengelolaan, dimana
DAS memperoleh masukan (input) yang kemudian diproses di DAS untuk menghasilkan
luaran (output) (Asdak, 1995 dan Becerra, 1995). Dengan demikian DAS merupakan
prosesor dari setiap masukan yang berupa hujan dan intervensi manusia (manajemen) untuk
menghasilkan luaran yang berupa produksi, limpasan dan sedimen. Daerah aliran sungai juga
dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi yang terdiri dari komponen-komponen biotik
dan abiotik yang saling berintegrasi dalam suatu kesatuan. Hubungan antara berbagai
komponen berlangsung dinamis untuk memperoleh keseimbangan secara alami. Dinamika
keseimbangan tersebut bisa menuju ke arah baik atau ke arah buruk, yang kondisinya sangat
dipengaruhi oleh besarnya intervensi manusia terhadap sumberdaya alam dan proses interaksi
alam sendiri. Oleh karena itu, dalam daerah tangkapan air atau DAS terjadi hubungan timbal
balik antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya alam yang mempengaruhi kelestarian
sumberdaya alam tersebut. Hubungan timbal balik ini tidak hanya setempat (onsite) tetapi

2
juga di tempat lain (offsite), sehingga diperlukan sistem pengelolaan menyeluruh dari hulu
sampai hilir.
Pengelolaan DAS bukan hanya hubungan antar biofisik, tetapi juga merupakan
pertalian dengan faktor ekonomi dan kelembagaan. Dengan demikian perencanaan
pengelolaan DAS perlu mengintegrasikan faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi dan
kelembagaan untuk mencapai kelestarian berbagai macam penggunaan lahan di dalam DAS
yang secara teknis aman dan tepat, secara lingkungan sehat, secara ekonomi layak, dan secara
sosial dapat diterima masyarakat (Brooks, et al., 1990). Selain itu pengelolaan DAS juga
bertujuan untuk mencegah kerusakan (mempertahankan daya dukung) dan memperbaiki yang
rusak (pemulihan daya dukung).

2.2 Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten


2.2.1 Perencanaan Pengelolaan DAS Lintas Kabupaten
a. Karakterisasi DAS Sebagai Basis Identifikasi Masalah
Sistem karakterisasi tingkat DAS disusun dalam formula Tipologi DAS (Paimin,
2010.b). Tipologi DAS tersebut menunjukkan kerentanan dan potensi DAS yakni tipologi
lahan, tipologi sosial ekonomi kelembagaan, tipologi banjir, dan tipologi kewilayahan.
Dalam karakterisasi, wilayah DAS dibagi menjadi bagian-bagian DAS yang diselaraskan
dengan wilayah administrasi. Sistem karakterisasi (tingkat) DAS yang tersusun dalam
Tipologi DAS dapat digunakan sebagai alat diagnosis kerentanan dan potensi DAS yang
kemudian dimanfaatkan untuk:
1. Menilai tingkat kerentananan pengelolaan tingkat DAS:
a. Tingkat kerentanan lahan
b. Tingkat kerentanan sosial ekonomi
c. Tingkat kerentanan banjir
d. Koordinasi pengelolaan yang harus dibangun dalam satuan DAS berkenaan
permasalahan (sebab-akibat) lintas wilayah administrasi
2. Menilai tingkat kerentanan DAS yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai dasar
menyusun klasifikasi DAS
3. Menilai tingkat kerentanan Bagian DAS Tingkat kerentanan bagian DAS dapat
digunakan sebagai dasar penetapan urutan prioritas pengelolaan bagian DAS atau Sub
DAS atau daerah tangkapan air dalam kabupaten dominan
4. Konsep perencanaan pengelolaan DAS yang digunakan sebagai dasar untuk memperoleh
pertimbangan teknis dari SKPD Provinsi terkait secara cepat, komprehesif, dan rasional

3
5. Penetapan tujuan pengelolaan DAS yang didasarkan pada tingkat kerentanan dan jenis
rentannya.

Dengan mengacu pada hasil karakterisasi DAS yang menunjukkan kerentanan dan
potensi kemudian dapat dirumuskan program dan usulan kegiatan pengelolaannya. Oleh
karena wilayah DAS berada dalam wilayah provinsi atau lintas kabupaten dan lintas provinsi,
maka usulan kegiatan pengelolaan bersifat indikatif dan penyelenggaraannya bersifat
koordinatif. Koordinasi dimaksudkan agar kegiatan antar Bagian DAS yang saling
mempengaruhi dalam satuan wilayah DAS memiliki sasaran yang lebih terarah.
Secara umum usulan kegiatan meliputi:
1. Usulan penutupan lahan hutan optimal. Sesuai mandat UU 41 Tahun 1999 pasal 18
bahwa luas kawasan hutan harus dipertahankan minimal 30% dari luas DAS atau pulau
dengan sebaran proporsional. Pramono et al. (2008) mengemukakan bahwa dari aspek
banjir maksimum, luasan hutan pinus minimal 33%, sedangkan untuk hutan jati minimal
53% (Pramono dan Wahyuningrum, 2010). Pemenuhan luas hutan minimal bisa melalui
pengembangan hutan rakyat.
2. Tipologi lahan, terutama sistem lahan, dapat dimanfaatkan untuk membantu Rencana
Pola Ruang (budidaya dan lindung) dalam penyusunan RTRW provinsi. Pola lindung
lebih difokuskan pada sistem lahan pegunungan, dan sebagian pada sistem lahan
perbukitan yang bertopografi terjal.
3. Hasil identifikasi daerah rentan kebanjiran dapat menuntun dalam penetapan kawasan
rawan bencana sebagai kawasan lindung maupun dalam mengembangkan kegiatan
budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
4. Usulan alternatif kegiatan pengelolaan yang bersifat lintas kabupaten.

b. Contoh Karakterisasi DAS


Sebagai contoh karakterisasi DAS dapat digunakan hasil penelitian di DAS Tuntang
(Paimin, et al., 2011). DAS Tuntang yang berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah dibagi
menjadi tiga bagian yang diselaraskan dengan wilayah kabupaten dominan. Bagian DAS
Tuntang Hulu setara dengan Kabupaten Semarang, DAS Tuntang Bagian Tengah setara
dengan Kabupaten Grobogan, dan DAS Tuntang Bagian Hilir identik dengan Kabupaten
Demak. Penselarasan wilayah ini mempermudah inventarisasi data sosial ekonomi yang
umumnya bersifat satuan administrasi.

4
Dalam menetapkan urutan prioritas bagian DAS, maka penanganan pengelolaan
diprioritaskan pada DAS Tuntang Bagian Hulu dengan pertimbangan:
1. Kondisi potensial lahan (biofisik) mudah terdegradasi tetapi kondisi sosial ekonominya
bukan masalah yang berat sehingga upaya pengelolaan yang akan dikembangkan akan
lebih mudah.
2. Pasokan air banjir dapat dikurangi melalui pengelolaan lahan, sedangkan Bagian Tengah
permasalahan bersifat alami yakni curah hujan tinggi yang sulit dikelola.
3. Di DAS Tuntang Bagian Hulu terdapat situs Rawa Pening yang harus dilindungi
potensinya karena keberadaannya memiliki multi-guna, seperti irigasi, energi listrik, dan
air minum.

c. Mekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak


Pengelolaan DAS melibatkan berbagai ragam penggunaan lahan dengan berbagai
pemangku dan pihak terkait serta pengambil keputusan dalam pemanfaatan sumberdaya
alam. Oleh karena itu pengelolaan DAS dengan menggunakan pendekatan multi-disiplin
merupakan keharusan. Kegiatan harus melibatkan institusi pemerintah dari berbagai disiplin
atau sektor dan melibatkan berbagai kelompok masyarakat serta pelaku pasar. Mengingat
wilayah DAS tidak selalu sama dengan wilayah administrasi, sering ditemukan kendala
dalam pelaksanaan pengelolaan DAS baik bentuk kegiatannya maupun penentuan lokasinya.
Hal ini terjadi karena di dalam wilayah DAS terdapat berbagai sumberdaya alam (vegetasi,
tanah, dan air), sehingga ada beberapa sektor dan kepentingan yang masuk. Di samping itu,
ada perbedaan prioritas pengelolaan dari masing-masing daerah administrasi.
Berdasarkan kekuatan, posisi dan pengaruh para pihak terhadap suatu rencana, para
pihak dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok (ODA, 1995) sebagai berikut:

5
1. Stakeholder utama (primer), yaitu yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung
dengan suatu kebijakan, program dan proyek, sehingga harus ditempatkan sebagai
penentu dalam proses pengambilan keputusan
2. Stakeholder pendukung (sekunder), yaitu yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara
langsung terhadap suatu kebijakan, program dan proyek, tetapi memiliki kepedulian
sehingga turut berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah
3. Stakeholder kunci, yaitu yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan
keputusan. Stakeholder yang dimaksud adalah unsur eksekutif dan legislatif.

Dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS yang kompatibel dengan RPJM/D,


maka ada 4 (empat) kelompok pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana yakni
pemerintah, masyarakat, swasta, dan relawan.

Pihak masyarakat dan swasta sebagai pihak utama karena memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, sehingga harus ditempatkan sebagai
penentu dalam proses pengambilan keputusan. Dengan keterlibatan masyarakat dan swasta
dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS menunjukkan bahwa rencana pengelolaan ada
kombinasi antara rencana yang bersifat top-down dan bottom-up. Untuk itu, keterlibatan
masyarakat dan swasta di sini lebih mengarah pada rencana Gambar 6. Para pihak terkait
perencanaan pengelolaan DAS Relawan : LSM, PT, Media, dll Swasta/Pelaku Pemerintah
Bisnis Masyarakat 32 kegiatan yang bersifat operasional. Pihak sukarelawan (LSM,
perguruan tinggi, media dll) sebagai pihak pendukung karena meskipun tidak memiliki kaitan
kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, tetapi memiliki kepedulian sehingga
turut berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Beberapa
daerah yang telah mendirikan “Forum DAS” dapat dijadikan media koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, serta sinergi dari 4 (empat) pilar kelompok pihak terkait dalam perencanaan

6
pengelolaan DAS. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa
pengelolaan DAS diselenggarakan secara terkoordinasi dengan melibatkan Instansi Terkait
pada lintas wilayah administrasi serta peran serta masyarakat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
PP tersebut ditujukan untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensikronisasikan, dan
mensinergikan Pengelolaan DAS dalam rangka meningkatkan Daya Dukung DAS.

2.2.2 Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Kabupaten


a. Karakterisasi Daerah Tangkapan Air dalam Kabupaten Dominan
Formula sistem karakterisasi yang digunakan dengan mengacu buku “Sidik Cepat
Degradasi Sub DAS” (Paimin, et al., 2010), dimana karakteristik Bagian DAS atau daerah
tangkapan air (DTA) dalam kabupaten dominan dicerminkan oleh sifat rentan dan potensinya
terhadap banjir, kekritisan lahan, kekeringan, tanah longsor, dan sosial ekonomi. Sifak/watak
Bagian/Sub DAS dipilah antara sifat alami dan sifat yang dipengaruhi oleh manajemen. Sifat
alami menunjukkan watak yang lebih sulit untuk dikelola, sedangkan sifat yang dipengaruhi
oleh majemen (intervensi manusia) lebih mudah dimanipulasi atau dikelola. Formula sistem
karakterisasi Bagian/Sub DAS yang memuat penilaian kerentanan banjir, kekeringan,
kekritisan lahan, tanah longsor, dan sosial ekonomi kelembagaan.
Ada beberapa parameter yang digunakan dalam penanganan tingkat masalah yang dihadapi
1. Kerentanan Banjir
Parameter penyusun formula kerentanan banjir dipilah antara parameter alami, yang
merupakan faktor yang relatif tidak banyak berubah dan sulit dikelola, dan parameter
manajemen yang bersifat dinamis dan relatif lebih mudah dikelola. Parameter alami
daerah rawan banjir meliputi bentuk lahan, meandering, pembendungan oleh
percabangan sungai atau air pasang, dan drainase atau kelancaran aliran yang dapat
dinyatakan lereng lahan kiri-kanan sungai; sedangkan parameter manajemen ditunjukkan
ada tidaknya bangunan pengendali aliran air banjir seperti waduk dan tanggul sungai.
Keberadaan bangunan pada badan sungai yang berakibat berkurangnya atau
menyusutnya dimensi palung sungai akan menjadikan daerah tersebut rentan terhadap
kebanjiran.
2. Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air
Parameter penyusun kerentanan kekeringan dan potensi air meliputi: (1) parameter alami
dari hujan tahunan, evapotranspirasi (ET) potensial tahunan, bulan kering, geologi, dan
(2) parameter manajemen dari indeks penggunaan air (IPA) dan debit minimum spesifik.
Di samping itu karakterisasi kekeringan dapat didekati dengan melakukan pengukuran

7
langsung debit sungai pada musim kemarau. Debit air dinyatakan dalam satuan debit air
spesifik yakni debit air per satuan daerah tangkapan airnya (m3 /det./km2 ). Kori (1976)
mengklasifikasi debit air spesifik (m3 /det./km2 ) musim kemarau (minimum) dalam tiga
kategori:
< 0,015 = buruk
0,015 – 0,21 = baik
> 0,21 = sangat baik
3. Kekritisan Lahan
Parameter terkait kerentanan kekritisan lahan meliputi: (1) parameter alami yang terdiri
dari solum tanah, kelas lereng, batuan singkapan, morfoerosi, kepekaan tanah terhadap
erosi, dan (2) parameter manajemen yang terdiri dari tingkat/sifat penutupan lahannya
dan teknik konservasi tanah yang diaplikasikan. Tetapi parameter manajemen dibedakan
antara untuk kawasan budidaya pertanian dengan kawasan hutan dan 38 perkebunan.
Formula ini diaplikasikan untuk setiap unit lahan atau unit peta.
4. Kerentanan Tanah Longsor
Parameter dalam formula kerentanan tanah longsor tersusun atas: (1) parameter alami
hujan harian kumulatif 3 (tiga) hari berurutan, lereng lahan, geologi/batuan, keberadaan
sesar/patahan/gawir, kedalaman regolit, dan (2) parameter manajemen dari
penutupan/penggunaan lahan, keberadaan infrastruktur, dan kepadatan pemukiman.
5. Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi Kelembagaan Masyarakat
Kriteria sosial terdiri dari parameter tekanan/kepadatan penduduk, budaya, dan nilai
tradisional. Parameter kepadatan penduduk dipilah antara kepadatan penduduk geografis
dan agraris; sedangkan parameter budaya dipilah antara perilaku konservasi dan hukum
adat. Kepadatan penduduk berpengaruh terhadap kinerja dan kerentanan Sub DAS
karena jumlah dan aktivitas penduduk berpengaruh terhadap kelestarian lahan.
Kepadatan penduduk mencerminkan besarnya tekanan penduduk pada lahan. Semakin
tinggi kepadatan penduduk semakin besar pula tekanannya pada lahan. Wilayah yang
kepadatan penduduknya tinggi perlu mendapat perhatian karena mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk terjadi kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lahan dan air yang
lebih besar.

b. Mekanisme Perencanaan dan Peran Para Pihak


Pengelolaan DAS bersifat multi-sektor, sehingga dalam perencanaannya harus
melibatkan para pihak terkait. Berdasarkan PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS,

8
penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan DAS dalam kabupaten/kota menjadi
kewenangan bupati atau walikota, sedang untuk DAS dalam provinsi dan atau lintas
kabupaten/kota menjadi kewenangan gubernur (Pasal 22 dan 35).
Memperhatikan kedua peraturan perundangan yang ada, perencanaan pengelolaan
DAS dalam kabupaten dominan dilakukan atau dikoordinasikan oleh Bappeda selaku badan
yang mempunyai tugas dan fungsi perencanaan di daerah. Karakterisasi DAS dilakukan
untuk melihat kerentanan dan potensi DAS, sehingga dapat diketahui permasalahan yang
harus ditangani. Hasil karakterisasi tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan rencana
awal pengelolaan DAS. Rencana awal pengelolaan DAS tersebut digunakan sebagai bahan
musyawarah kegiatan dengan para pihak baik itu SKPD, masyarakat, swasta, lembaga non
pemerintah, serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Mengingat Bappeda merupakan
badan yang memegang fungsi perencanaan di daerah, maka rencana pengelolaan DAS yang
disusun sudah memperhatikan RTRW yang sudah ada serta sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan RPJM dan peninjauan ulang RTRW. Disamping itu, rencana pengelolaan
DAS tersebut juga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renstra-SKPD. Secara
ringkas mekanisme 60 perencanaan dan peran para pihak dalam perencanaan pengelolaan
DAS dalam kabupaten dominan atau Bagian DAS pada prinsipnya.

2.3 Perencanaan Pengelolaan DAS Provinsi


Pengelolaan DAS di Provinsi adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Kabupaten/Kota serta pemangku kepentingan dalam mengelola DAS yang
merupakan salah satu sumber utama kehidupan makhluk hidup secara serasi dan seimbang
melalui perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan
pengawasan.
Perencanaan pengelolaan DAS Provinsi meliputi:
a. inventarisasi DAS di Provinsi
Inventarisasi DAS di Provinsi meliputi proses penetapan batas DAS dan penyusunan
klasifikasi DAS. Klasifikasi DAS ini nantinya meliputi DAS yang dipulihkan daya
dukungnya dan DAS yang dipertahankan daya dukungnya. Penetapan batas DAS dan
klasifikasi DAS sebagaimana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. penyusunan Rencana Pengelolaan DAS di Provinsi
Berdasarkan penetapan klasifikasi DAS di Provinsi dilakukan penyusunan Rencana
Pengelolaan DAS. Gubernur menyusun rencana pengelolaan DAS di Provinsi dengan

9
mengacu rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dan sesuai kewenangan
yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Dalam menyusun Rencana Pengelolaan DAS
di Provinsi sebagaimana Gubernur dapat membentuk Tim dengan melibatkan instansi
terkait.
c. penetapan Rencana Pengelolaan DAS di Provinsi.
Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan dengan merumuskan:
 permasalahan DAS
 tujuan pemulihan daya dukung
 strategi pemulihan daya dukung DAS
 monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS.

2.4 Tujuan Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten dan Provinsi


Pengelolaan DAS Kabupaten dan Provinsi bertujuan untuk:
a. mewujudkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar berbagai pihak dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS dalam rangka meningkatkan daya
dukung DAS di Kabupaten dan Provinsi
b. mewujudkan kondisi tata air di DAS yang optimal, meliputi kuantitas, kualitas,
kontinuitas dan distribusinya
c. mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung DAS
d. mewujudkan kelestarian ekosistem DAS dan keberlanjutannya
e. mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2.5 Proses Perencanaan Pengelolaan DAS Kabupaten dan Provinsi


a. Persiapan
Fokus dalam tahap persiapan adalah menentukan inisiator dan aktor dari stakeholder
yang ada dengan tugas pokok menyusun kerangka acuan (TOR) dan pembentukan Tim
Perencana pengelolaan DAS. Apabila di dalam wilayah kerja BPDAS sudah ada Forum DAS
maka hal itu dapat dijadikan modal dasar untuk penyusunan tim.
Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
a. identifikasi organsisasi/instansi yang akan dilibatkan dalam proses melalui analisis
pemangku kepentingan (stakeholder)
b. identifikasi wadah/rumah koordinasi yang sudah ada seperti “Forum DAS” dan kegiatan-
kegiatan yang sudah dilaksanakan

10
c. identifikasi peran yang mungkin dilakukan oleh organisasi/instansi yang akan dilibatkan
dalam proses awal penyusunan rencana melalui analisis peran
d. identifikasi isu dan masalah-masalah yang ada dalam DAS berdasarkan persepsi lembaga
inisiator melalui proses analisis masalah.

Keluaran tahap persiapan selain dokumen persiapan harus menghasilkan:


a. Tim Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu yang melibatkan berbagai instansi
terkait dan pakar/tenaga ahli yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota
untuk DAS yang dalam satu kabupaten/kota atau Gubernur untuk DAS yang lintas
kabupaten/kota atau lintas provinsi
b. Kerangka Acuan Kerja (Terms of Refrence, TOR) atau yang memuat bahan-bahan
substansial yang diperlukan dalam proses partisipasi awal perencanaan. Bahan-bahan
tersebut minimal meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, data dan informasi
awal, metodologi, hasil yang diinginkan, susunan Tim, tata waktu dan biaya pelaksanaan.

b. Penyusunan Rencana Kerja


Fokus utama dalam menyusun rencana kerja adalah pembentukan Tim Kerja yang
akan bertangguang jawab melaksanakan Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu.
Tim harus menggambarkan siapa yang bertanggung jawab, rencana tata waktu pertemuan dan
agenda pertemuan. Selain itu substansi rencana perlu disampaikan sebagai gambaran
mengenai data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun agenda-agenda proses yang
diperlukan. Luaran (output) dari proses ini adalah kesepakatan peran masing-masing dalam:
a. menyediakan data dan informasi serta kajian-kajian yang diperlukan untuk terwujudnya
substansi Rencana yang terpadu,
b. mengisi agenda-agenda proses selanjutnya seperti penyelenggara, tempat, dan waktu.
Tim Penyusun Rencana Pengelolaan DAS Terpadu harus menggambarkan komposisi
keterwakilan berbagai disiplin ilmu, keterwakilan para pemangku kepentingan, dan
keterwakilan wilayah.

c. Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana


Proses pelaksanaan perumusan substansi rencana makro ini mencakup isu dan
permasalahan, kerangka logis penyelesaian masalah yang meliputi perumusan tujuan dan
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan, implementasi kelembagaan, rencana monitoring
dan evaluasi.

11
1. Isu dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya DAS
(narasi dilengkapi dengan data dan informasi penunjang yang disajikan secara spasial).
2. Kerangka logis penyelesaian masalah disusun secara partisipatif yang berisi : a) Tujuan
dan indikator tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam pengelolaan
sumberdaya DAS; b) Sasaran dan indikator sasaran yang akan dicapai dalam periode
tertentu dalam kurun waktu pencapaian tujuan pengelolaan DAS. (dilengkapi dengan
data dan informasi kuantitatif yang mendukung pernyataan tujuan dan sasaran, serta
rencana tata ruang yang akan diwujudkan dalam kurun waktu pencapaian tujuan)
3. Rencana program-program dan kegiatan-kegiatan yang disajikan secara spatial, yaitu
dikaitkan dengan lokasi (kabupaten/kota) dan periode waktu pelaksanaan.
4. Rencana investasi dan pembiayaan Pengelolaan DAS, menjabarkan secara singkat
skenario pembiayaan pengelolaan DAS, kebutuhan pembiayaan berdasarkan permintaan
atau target pencapaian sesuai tujuan dan sasaran pengelolaan DAS, mekanisme
pendanaan dan kemungkinan pembiayaan serta skala prioritas penanganan.
5. Kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan.
6. Rencana implementasi kelembagaan.
7. Rencana monitoring, dan evaluasi.
8. Arahan-arahan sebagai rekomendasi yang perlu ditindak lanjuti melalui program dan
kegiatan. Sekurang-kurangnya rekomendasi tersebut memberi arahan terhadap
pengembangan dan pembangunan sumberdaya lahan, vegetasi, air, dan manusia.

Dalam setiap proses perumusan rencana disarankan agar melibatkan


pakar/narasumber yang terkait dengan substansi perencanaan pengelolaan DAS terpadu
misalnya mencakup pakar dalam bidang pengelolaan DAS, konservasi sumberdaya alam,
hidrologi, pertanian, kehutanan, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Para pakar tersebut bisa
berasal dari instansi pemerintah, non pemerintah seperti LSM, perguruan tinggi ataupun dari
masyarakat sendiri. Tenaga ahli inti sangat dibutuhkan dalam hal perumusan/penulisan
rencana secara sistematis mungkin harus direkrut secara khusus sebagai konsultan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Perencanaan pengelolaan DAS merupakan salah satu bentuk perencanaan
pembangunan sumberdaya alam (vegetasi, tanah, dan air) dengan menggunakan satuan atau
unit pengelolaan daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai dengan
bagian-bagian wilayahnya.
Daerah aliran sungai (DAS) bisa dipandang sebagai suatu sistem pengelolaan, dimana
DAS memperoleh masukan (input) yang kemudian diproses di DAS untuk menghasilkan
luaran (output). Dengan demikian DAS merupakan prosesor dari setiap masukan yang berupa
hujan dan intervensi manusia (manajemen) untuk menghasilkan luaran yang berupa produksi,
limpasan dan sedimen. Daerah aliran sungai juga dapat dipandang sebagai suatu sistem
ekologi yang terdiri dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi
dalam suatu kesatuan. Hubungan antara berbagai komponen berlangsung dinamis untuk
memperoleh keseimbangan secara alami.

3.2.Saran
Kami sangat mengaharpakan kritik dan saran baik dari dosen pengampu maupun
teman-teman sekalian guna memperbaiki atau menyempurnakan isi dari makalah kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai