Anda di halaman 1dari 5

Nama : Delvia Asinta

Nim : 2001036124
Prodi : Akuntansi
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia/Gab J
Dosen Pengampu : Eka Yusriansyah S.Pd.,M.Hum

Ujian Tengah Semester


1.Bahasa Indonesia bahasa yang terbuka. Bahasa Indonesia mampu
menerima unsur-unsur bahasa asing maupun bahasa daerah sehingga dapat
memperkaya kosakata yang dimiliki dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kontak budaya antarbangsa,
antardaerah, antarsuku, maupun faktor lain seperti agama, politik, dan
teknologi. Perpindahan seorang atau kelompok kedalam kelompok lain juga
dapat menyebabkan adanya pergeseran bahasa yang dapat memperkaya
kosakata, sehinggga memunculkan bahasa baru.
 Sanskerta Indonesia

Răjaputra Putra Raja


Bhşpati Bupati
Senăpati Senapati,Jendral
Vaσ‫ڔ‬niyăga Niaga,Perdagangan
Deσ‫ڔ‬sa Desa
Sthăna Istana

 Tamil Indonesia

Kappal Kapal
Satay Sate
Ulōkam logam

 Hindi Indonesia

Kappas Kapas
Rotee Roti
Chumma Cium
2. Perkembangan Ejaan Di Indonesia
 Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen
pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang
diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai
dengan tahun 1947. penggunaan huruf ‘J’ yang dibaca ‘Y,’ misalnya ‘Jang = yang,’
huruf ‘oe’ yang dibaca ‘u’ (boelan : bulan), huruf ‘tj’ yang dibaca ‘c’ (Tjinta : cinta),
huruf ‘ch’ yang dibaca ‘kh’ (chidmat : khidmat), huruf ‘dj’ yang dibaca ‘j’
(djoedjoer : jujur).

 Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)

Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam
Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I
menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan
Soewandi.

 Huruf ‘oe’ diganti menjadi ‘u’. Misalnya : toetoep menjadi tutup


 Bunyi sentak diganti dengan huruf ‘k’. Misalnya : ra’yat menjadi rakyat
 Kata ulang boleh ditulis dengan angka dua, tetapi harus diperhatikan pada bagian
mana pengulangannya. Misalnya : bermain – main menjadi ber-main2.
 Tanda trema dihilangkan. Misalnya : taät menjadi taat
 Huruf ‘e’ disamakan sehingga tidak perlu ada pemberian garis di bagian atas.
Misalnya dalam kata beras, sejuk, bebas, merah.
 Kata – kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet maka dalam Bahasa
Indonesia pun tidak diberi pepet. Misalnya Sastera menjadi sastra.

 Ejaan Pembaharuan (1956-1961)

Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas
oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta
kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan
Soewandi. Ejaan ini membuat standar satu fonem dengan satu huruf, mislanya kata
menyanyi : menjanji menjadi meñañi. Selain itu, untuk kata – kata yang berdiftong
‘ai,’ ‘au’ dan ‘oi’ dieja menjadi ‘ay,’ ‘aw’ dan ‘oy.’ Misalnya kerbau menjadi kerbaw,
sungai menjadi sungay dan koboi menjadi koboy.

 Ejaan Melindo (1961-1967)

Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut
gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962. sebagian
besar perubahan pada ejaan ini sama dengan apa yang ada pada ejaan pembaharuan,
hanya saja pada fonem ‘e’ pepet dalam sebuah kata harus diberikan garis di atasnya.

 Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)

Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan
Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat
itu.

 Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’
menjadi ‘kh.’
 Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan pemakaian yang sangat produktif.
 Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang
berpasangan dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah pengertian.

 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015
pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang
berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua
kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.

 Perubahan cara baca abjad, dari a, ba, ca, da menjadi a, be, ce de, dan seterusnya.

 Kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya kereta api, kamar tidur.


 Akronim yang memiliki lebih dari dua huruf awal tidak memakai tanda titik.
Misalnya S.M.A menjadi SMA.
 Penulisan ejaan ‘tj’ menjadi ‘c’ dan ‘nj’ menjadi ‘ny’
 Peresmian penggunaan huruf asing yaitu ‘z,’ ‘f’ dan ‘v’
 Penghilangan bunyi ‘w’ menjadi ‘ua.’ Misalnya kwalitas menjadi kualitas
 Penjelasan akan pemenggalan kata di dalam konsonan, misalnya A-pril, Ang-gur
 Pemakaian huruf ‘x’ dan ‘q’ secara universal. Semula hanya digunakan dalam kata –
kata yang berhubungan dengan ilmu eksakta.
 Penghilangan garis pembeda dalam pengucapan ‘e’ pepet dan ‘e’ biasa.

 Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)

Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia


melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya,
pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam
pemakaian Bahasa Indonesia yang benar

 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi


 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan
bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog

3.ciri ragam Bahasa ilmiah

 Baku.

Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik
mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan
penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.

 Logis.

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal. Contoh: “Masalah pengembangan dakwah kita tingkatkan.”Ide kalimat
di atas tidak logis. Pilihan kata “masalah’, kurang tepat. Pengembangan dakwah
mempunyai masalah kendala. Tidak logis apabila masalahnya kita tingkatkan.
Kalimat di atas seharusnya “Pengembangan dakwah kita tingkatkan.”

 Kuantitatif.

Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan
contoh di bawah ini:Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi.
Arti kata kebanyakan relatif, mungkin bisa 5, 6 atau 10 orang. Jadi, dalam tulisan
ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi
menjadi Da’i di Gunung Kidul 5 orang lulusan perguruan tinggi, dan yang 3 orang
lagi dari lulusan pesantren.

 Tepat.

Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau
penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: “Jamban pesantren yang sudah
rusak itu sedang diperbaiki.”Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang
rusaknya itu mungkin jamban, atau mungkin juga pesantren.

 Denotatif yang berlawanan dengan konotatif.

Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak
diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.

 Runtun.

Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam
kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang
mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

4.Singkatan Dan Akronim

Perbedaan antara singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf per


huruf, sedangkan akronim dilafalkan sebagai suku kata .
SIM = Surat Izin Mengemudi
WNI = Warga Negara Indonesia
Dkk = dan kawan kawan
BEM = Badan Eksekutif Mahasiswa
Sdr = Special drawing rights
Puskesmas= Pusat Kesehatan Masyarakat
ASEAN = Association of Southeast Asian Nations
Tilang = Bukti Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Tertentu
AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrome
5.Koreksi kalimat
a. Adik bertanya, kapan ayah pulang?
b. Setelah membeli nangka belanda dan batik solo, rombongan itu menyaksikan tarian
Jawa Tengah.
c. Jembatan Kintamani telah diresmikan oleh Gubernur Bali.
d. Bapak itu menjual pempek Palembang dan sarung mandar.
e. Seratus tiga puluh lima mahasiswa menghadiri konferensi pers Rektor Universitas
Mulawarman (Unmul).

Anda mungkin juga menyukai