NIM : 530051601
Tugas I Mata Kuliah Metode Kuantitatif-EKMO5103.01
SOAL 1.
Buah jeruk ditanam, dipanen dan disimpan dalam gudang di kota T, kota M dan kota F.
Gudang-gudang ini memasok jeruk ke pasar di kota N, kota P, kota C dan kota B. Tabel
berikut menunjukan biaya angkut per truk (dalam ratusan ribu rupiah), kuantitas pasokan dan
kuantitas permintaan. Terdapat kesepakatan di antara para distributor, kota M tidak boleh
memasok jeruk ke kota C:
Kota N P C B Pasokan
T 9 14 12 17 200
M 11 10 6 10 200
F 12 8 15 15 200
Permintaan 130 170 100 150
a1 = 200 T 9 N b1 = 130
14
12
17 P b2 = 170
11
a2 = 200 M 10
10
C b3 = 100
8
12 15
a3 = 200 F 15
B b4 = 150
Keterangan :
a1 = jumlah pasokan jeruk di kota T
a2 = jumlah pasokan jeruk di kota M
a3 = jumlah pasokan jeruk di kota F
b1 = jumlah permintaan jeruk dari kota N
b2 = jumlah permintaan jeruk dari kota P
b3 = jumlah permintaan jeruk dari kota C
b4 = jumlah permintaan jeruk dari kota B
b. Formulasikan persoalan di atas dalam model program linier dan tuliskan definisi
tiap variabel yang saudara gunakan.
Pembatas Linear :
TN + TP + TC + TB ≤ 200 TN + MN + FN ≥ 130
MN + MP + MB ≤ 200 TP + MP + FP ≥ 170
FN + FP + FC + FB ≤ 200 TC + FC ≥ 100
TB + MB + FB ≥ 150
TN, TP, TC, TB, MN, MP, MB, FN, FP, FC, FB ≥ 0
c. Solusi Optimal
Total jeruk yang diproduksi diketiga kota adalah : 200 + 200 + 200 = 600 buah,
sedangkan total permintaan di 4 kota adalah : 130 + 170+ 100 + 150 = 550 buah. Karena total
supply ≠ total demand (total supply > total demand), maka model transportasinya merupakan
model transportasi tak seimbang sehingga untuk menjadikannya model transportasi
seimbang, pada tabel transportasinya perlu ditambahkan kolom dummy.
Dari keterangan di atas, berarti terdapat kekurangan permintaan jeruk sebesar 50 buah.
Agar seimbang terlebih dahulu dibuat sebuah kota semu (kota R) yang membutuhkan buah
sebesar 50 buah. Biaya pengiriman dari semua kota ke kota-R=0.
Karena kota C tidak menerima barang dari kota M, maka C 23 = M (M adalah suatu
bilangan positif sangat besar).
N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200
11 10 M 10 0
M 200
12 8 15 15 0
F 200
Pada baris-1, dua sel yang biayanya terkecil adalah C11 = 9 dan C15 = 0. Selisihnya adalah
9-0=9. Pada baris-2, dua sel yang biayanya terkecil adalah C22 = 10, C24 = 10 dan C25 = 0.
Selisihnya adalah 10 – 0 =10.
Demikian seterusnya dihitung selisih 2 sel dengan biaya terkecil pada tiap baris dan kolom.
Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah ini :
11 10 M 10 0
M 200 10*
50
12 8 15 15 0
F 200 8
Selisih terbesar (=10) terjadi pada baris-2. Biaya terkecil pada baris ke-2 adalah C25 = 0. Pada
sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 50 buah. Jadi MR = 50.
Dengan pengisian ini maka Kota-R telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom 5
tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.
Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-5 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :
Baris/Kolom 2 Sel dengan Biaya Terkecil Selisih
Baris-1 C11 = 9 dan C13 = 12 12 – 9 = 3
Baris-2 C22 = 10 dan C24 = 10 10 – 10 = 0
Baris-3 C32 = 8 dan C31 = 12 12 – 8 = 4
Kolom-1 C11 = 9 dan C21 = 11 11 – 9 = 2
Kolom-2 C32 = 8 dan C22 = 10 10 – 8 = 2
Kolom-3 C13 = 12 dan C33 = 15 15 – 12 = 3
Kolom-4 C24 = 10 dan C34 = 15 15 – 10 = 5*
Kolom-5 - -
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3
11 10 M 10 0
M 200 10* 0
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4
Selisih terbesar (=5) terjadi pada kolom-4. Biaya terkecil pada kolom ke-4 adalah C24 = 10.
Pada sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 150 buah. Jadi MB =
150. Dengan pengisian ini maka Kota-B telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada
kolom-4 dan baris-2 tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.
Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-4 dan baris-2 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3
11 10 M 10 0
M 200 10* 0 -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4
170
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
Selisih terbesar (=6) terjadi pada kolom-2. Biaya terkecil pada kolom ke-2 adalah C32 = 8.
Pada sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 170 buah. Jadi FP = 170.
Dengan pengisian ini maka Kota-P telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom-2
tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.
Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-2 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3 3
130
11 10 M 10 0
M 200 10* 0 - -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4 3
170
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
3 - 3 - -
Diperoleh selisih terbesar (=3) terjadi pada baris-1, baris-3, kolom-1 dan kolom-3, sehingga
diambillah yang memiliki biaya terkecil yaitu C11 = 9. Pada sel ini dimasukkan barang –
barang sebanyak-banyaknya yaitu 130 buah. Jadi TN = 130. Dengan pengisian ini maka Kota-
N telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom 1 tidak diikutkan pada iterasi
berikutnya.
Karena sekarang sisanya tinggal TC dan FC, maka TC diisi dengan 200 – 130 = 70 dan FC
diisi dengan 200 – 170 = 30. Sehingga tabel penyelesaian awal dengan Metode Pendekatan
Vogel tampak terlihat di bawah ini.
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3 3
130 70
11 10 M 10 0
M 200 10* 0 - -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4 3
170 30
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
3 - 3 - -
Sel yang diuji adalah : Sel TP, TB, TR, MN, MP, MC, FN, FB dan FR. Pengujian
dilakukan pada setiap sel kosong tersebut dengan menggunakan metode Stepping
Stone. Pada metode ini, pengujian dilakukan mulai dari sel kosong tersebut,
selanjutnya bergerak (boleh searah jarum jam dan boleh berlawanan) secara
lurus/tidak boleh diagonal, ke arah sel yang telah terisi dengan alokasi, begitu
seterusnya sampai kembali ke sel kosong tersebut. Setiap pergerakan ini akan
mengurangi dan menambah secara bergantian biaya pada sel kosong tersebut. Perhatikan
tanda panah dan tanda (+)/(-) nya.
N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200
130 70
11 10 M 10 0
M 200
150 50
12 8 15 15 0
F 200
170 30
Permintaan 130 170 100 150 50
SOAL 2
Permintaan
Pertanian Industri Jasa Pertambangan
Akhir
Catatan: Operasi matriks boleh menggunakan fungsi dalam excel seperti MMULT,
MINVERSE
JAWAB :
.
.
Keterangan:
PA = Permintaan Akhir
TO = Total Output
Tabel matriks transaksi ini menunjukkan bahwa Xi.j melambangkan output sektor i yang
dipergunakan sebagai input sektor j. Sedangkan bi melambangkan permintaan akhir terhadap
output sektor I, sedangkan Y1 Y2 dan seterusnya melambangkan nilai tambah masing-
masing sektor, begitu pula X merupakan total output.
n
Xi = Xi.j + bi dimana : i = 1, 2, 3, ….. n+1
j=i
Selanjutnya kalau aij = banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input untuk
memproduksi 1 satuan output sector j sehingga:
Xi.j
ai.j = -------- maka Xi.j = ai.j . Xj
Xj
Keterangan:
PA = Permintaan Akhir
TO = Total Output
Sehingga X = AX + b
Keterangan:
b = X - AX
= X (I - A)
( I - A ) adalah matriks Leontief yang semua elemen diagonalnya positif antara 0 sampai
1 sedangkan elemen lainnya negatif ( antara 0 sampai mendekati -1 ) atau nol.
X = ( I – A ) -1 . b
Rumus ini dipergunakan kalau ada perubahan permintaan akhir dan harus dihitung total
output setiap sektor.
( Semua elemen dari invers ( I – A ) adalah positif, bahkan elemen diagonalnya > 1 )
Dengan rumus tersebut berarti jika matriks A dan vektor kolom b diketahui, maka
dengan sendirinya vektor X dapat dicari menurut kaidah perkalian matriks. Dengan
perkataan lain, jika masing-masing koefisen input antar sektor dan permintaan akhir untuk
setiap sektor diketahui datanya; Maka dapatlah dihitung total output dari masing-masing
sektor. Satu hal yang harus diperhatikan dalam analisis input-output bahwa koefisien input
senantiasa dianggap konstan. Jadi model analisis input-output yang disajikan adalah analisis
statis.
Matriks teknologi (matriks koefisien input) menggambarkan komposisi input antara yang
digunakan masing – masing sektor dalam berproduksi. Sebagai contoh pada kolom 1, untuk
menghasilkan ouput, sektor pertanian membutuhkan input 15 persen dari sektornya sendiri,
butuh input 22 persen dari sektor industri, butuh input 44 persen dari sektor jasa dan butuh 16
persen dari sektor pertambangan.
Koefisien Nilai Tambah diperoleh dengan cara membagi nilai tambah dengan total output.
Output total diperoleh dengan cara mengalikan Matriks Leontief Invers dengan permintaan
akhir yang baru.
X = ( I - A ) -1 . b
Dengan menggunakan fungsi MMULT pada excel diperoleh output total untuk masing –
masing sektor sebagai berikut :
X1 = 701,50
X2 = 833,75
X3 = 1144,25
X4 = 661,25
Xi.j = ai.j . Xj atau dengan kata lain Matriks Teknologi (Matriks koefisien input) dikalikan
dengan Output Total masing – masing sektor.
Sedangkan nilai tambah untuk masing – masing sektor diperoleh dengan cara mengalikan
Koefisien Nilai Tambah masing – masing sektor dengan Output Total masing – masing
sektor.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka matriks transaksi baru yang dapat ditampilkan
adalah :
Permintaan Total
Sektor Pertanian Industri Jasa Pertambangan
Akhir Output
Hasil perhitungan input-output untuk setiap sektor perhitungannya kurang tepat, hal
ini dikarenakan hanya disebabkan oleh faktor pembulatan. jika total output merupakan
bilangan utuh, maka input-output ataupun nilai tambah pada perhitungan tabel transaksi akan
dipastikan benar. Tabel tersebut ternyata terdapat 4 sel yang kosong, bilamana salah satu sel
diketahui maka semua sel akan dapat dihitung dan berarti akan terisi untuk semua sel.
Tabel tersebut dapat didiskripsikan ke samping yakni, bahwa seluruh output sektor
pertanian senilai 701,5, digunakan untuk keperluan sektor pertanian itu sendiri senilai 103,5
sebagai inputnya; senilai 172,5 untuk input sektor industri, senilai 258,75 untuk input sektor
jasa, senilai 80,5 untuk input sektor pertambangan sedangkan sisanya senilai 86,25
dikonsumsi oleh pemakai / pengguna akhir sebagai barang konsumsi. Diskripsi tabel ke
samping ini berlaku juga untuk seluruh output sektor industri, jasa dan begitu pula output
sektor perdagangan.