Anda di halaman 1dari 19

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 530051601
Tugas I Mata Kuliah Metode Kuantitatif-EKMO5103.01

SOAL 1.
Buah jeruk ditanam, dipanen dan disimpan dalam gudang di kota T, kota M dan kota F.
Gudang-gudang ini memasok jeruk ke pasar di kota N, kota P, kota C dan kota B. Tabel
berikut menunjukan biaya angkut per truk (dalam ratusan ribu rupiah), kuantitas pasokan dan
kuantitas permintaan. Terdapat kesepakatan di antara para distributor, kota M tidak boleh
memasok jeruk ke kota C:

Kota N P C B Pasokan
T 9 14 12 17 200
M 11 10 6 10 200
F 12 8 15 15 200
Permintaan 130 170 100 150

a. Buatkan skema /rute yang informatif dari persoalan di atas


b. Formulasikan persoalan di atas dalam model program linier dan tuliskan definisi tiap
variabel yang saudara gunakan.
Catatan: Tambahan nilai akan diberikan jika mahasiswa memberikan solusi optimalnya.
JAWAB :

a. Buatkan skema /rute yang informatif dari persoalan di atas


Sumber Biaya Angkut Tujuan

a1 = 200 T 9 N b1 = 130
14

12
17 P b2 = 170
11
a2 = 200 M 10
10
C b3 = 100
8
12 15
a3 = 200 F 15
B b4 = 150

Keterangan :
a1 = jumlah pasokan jeruk di kota T
a2 = jumlah pasokan jeruk di kota M
a3 = jumlah pasokan jeruk di kota F
b1 = jumlah permintaan jeruk dari kota N
b2 = jumlah permintaan jeruk dari kota P
b3 = jumlah permintaan jeruk dari kota C
b4 = jumlah permintaan jeruk dari kota B

b. Formulasikan persoalan di atas dalam model program linier dan tuliskan definisi
tiap variabel yang saudara gunakan.

TN = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota T ke kota N

TP = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota T ke kota P

TC = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota T ke kota C

TB = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota T ke kota B

MN = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota M ke kota N

MP = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota M ke kota P


MB = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota M ke kota B

FN = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota F ke kota N

FP = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota F ke kota P

FC = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota F ke kota

FB = Jumlah jeruk yang dikirim dari kota F ke kota B

Min Z = 9TN + 14 TP + 12TC + 17 TB + 11MN + 10MP + 10MB + 12FN + 8FP


+ 15FC + 15FB

Pembatas Linear :

Pembatas Supply Pembatas Demand

TN + TP + TC + TB ≤ 200 TN + MN + FN ≥ 130

MN + MP + MB ≤ 200 TP + MP + FP ≥ 170

FN + FP + FC + FB ≤ 200 TC + FC ≥ 100

TB + MB + FB ≥ 150

TN, TP, TC, TB, MN, MP, MB, FN, FP, FC, FB ≥ 0

c. Solusi Optimal

Total jeruk yang diproduksi diketiga kota adalah : 200 + 200 + 200 = 600 buah,
sedangkan total permintaan di 4 kota adalah : 130 + 170+ 100 + 150 = 550 buah. Karena total
supply ≠ total demand (total supply > total demand), maka model transportasinya merupakan
model transportasi tak seimbang sehingga untuk menjadikannya model transportasi
seimbang, pada tabel transportasinya perlu ditambahkan kolom dummy.
Dari keterangan di atas, berarti terdapat kekurangan permintaan jeruk sebesar 50 buah.
Agar seimbang terlebih dahulu dibuat sebuah kota semu (kota R) yang membutuhkan buah
sebesar 50 buah. Biaya pengiriman dari semua kota ke kota-R=0.

Karena kota C tidak menerima barang dari kota M, maka C 23 = M (M adalah suatu
bilangan positif sangat besar).
N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200

11 10 M 10 0
M 200

12 8 15 15 0
F 200

Permintaan 130 170 100 150 50

A. DENGAN METODE PENDEKATAN VOGEL

Pada baris-1, dua sel yang biayanya terkecil adalah C11 = 9 dan C15 = 0. Selisihnya adalah
9-0=9. Pada baris-2, dua sel yang biayanya terkecil adalah C22 = 10, C24 = 10 dan C25 = 0.
Selisihnya adalah 10 – 0 =10.

Demikian seterusnya dihitung selisih 2 sel dengan biaya terkecil pada tiap baris dan kolom.
Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah ini :

Baris/Kolom 2 Sel dengan Biaya Terkecil Selisih


Baris-1 C11 = 9 dan C15 = 0 9–0=9
Baris-2 C22 = 10, C24 = 10 ,C25 = 0. 10 – 0 = 10 *
Baris-3 C32 = 8 dan C35 = 0 8–0=8
Kolom-1 C11 = 9 dan C21 = 11 11 – 9 = 2
Kolom-2 C32 = 8 dan C22 = 10 10 – 8 = 2
Kolom-3 C13 = 12 dan C33 = 15 15 – 12 = 3
Kolom-4 C24 = 10 dan C34 = 15 15 – 10 = 5
Kolom-5 0 0
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9

11 10 M 10 0
M 200 10*
50
12 8 15 15 0
F 200 8

Permintaan 130 170 100 150 50


Selisih 2 2 3 5 0

Selisih terbesar (=10) terjadi pada baris-2. Biaya terkecil pada baris ke-2 adalah C25 = 0. Pada
sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 50 buah. Jadi MR = 50.
Dengan pengisian ini maka Kota-R telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom 5
tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.

Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-5 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :
Baris/Kolom 2 Sel dengan Biaya Terkecil Selisih
Baris-1 C11 = 9 dan C13 = 12 12 – 9 = 3
Baris-2 C22 = 10 dan C24 = 10 10 – 10 = 0
Baris-3 C32 = 8 dan C31 = 12 12 – 8 = 4
Kolom-1 C11 = 9 dan C21 = 11 11 – 9 = 2
Kolom-2 C32 = 8 dan C22 = 10 10 – 8 = 2
Kolom-3 C13 = 12 dan C33 = 15 15 – 12 = 3
Kolom-4 C24 = 10 dan C34 = 15 15 – 10 = 5*
Kolom-5 - -
N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3

11 10 M 10 0
M 200 10* 0
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4

Permintaan 130 170 100 150 50


Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0

Selisih terbesar (=5) terjadi pada kolom-4. Biaya terkecil pada kolom ke-4 adalah C24 = 10.
Pada sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 150 buah. Jadi MB =
150. Dengan pengisian ini maka Kota-B telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada
kolom-4 dan baris-2 tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.

Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-4 dan baris-2 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :

N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3

11 10 M 10 0
M 200 10* 0 -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4
170
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
Selisih terbesar (=6) terjadi pada kolom-2. Biaya terkecil pada kolom ke-2 adalah C32 = 8.
Pada sel ini dimasukkan barang – barang sebanyak-banyaknya yaitu 170 buah. Jadi FP = 170.
Dengan pengisian ini maka Kota-P telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom-2
tidak diikutkan pada iterasi berikutnya.

Proses perhitungan selisih 2 sel yang biayanya terkecil dilanjutkan tetapi dengan
menghilangkan kolom-2 dari perhitungan sehingga kemudian didapat :

N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3 3
130
11 10 M 10 0
M 200 10* 0 - -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4 3
170
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
3 - 3 - -
Diperoleh selisih terbesar (=3) terjadi pada baris-1, baris-3, kolom-1 dan kolom-3, sehingga
diambillah yang memiliki biaya terkecil yaitu C11 = 9. Pada sel ini dimasukkan barang –
barang sebanyak-banyaknya yaitu 130 buah. Jadi TN = 130. Dengan pengisian ini maka Kota-
N telah terpenuhi permintaannya sehingga sel pada kolom 1 tidak diikutkan pada iterasi
berikutnya.
Karena sekarang sisanya tinggal TC dan FC, maka TC diisi dengan 200 – 130 = 70 dan FC
diisi dengan 200 – 170 = 30. Sehingga tabel penyelesaian awal dengan Metode Pendekatan
Vogel tampak terlihat di bawah ini.

N P C B R Persediaan Selisih
9 14 12 17 0
T 200 9 3 3 3
130 70
11 10 M 10 0
M 200 10* 0 - -
150 50
12 8 15 15 0
F 200 8 4 4 3
170 30
Permintaan 130 170 100 150 50
Selisih 2 2 3 5 0
2 2 3 5* 0
3 6* 3 - -
3 - 3 - -

Dengan Metode Pendekatan Vogel, total biaya minimumnya adalah :


9(130) + 12(70) + 10(150) + 8(170) + 15(30) = 1170 + 840 + 1500 + 1360 + 450 = 5320
B. DENGAN METODE LEAST COST
N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200
130 70
11 10 M 10 0
M 200
150 50
12 8 15 15 0
F 200
170 30
Permintaan 130 170 100 150 50

Dengan Metode Least Cost, total biaya minimumnya adalah :


9(130) + 12(70) + 10(150) + 8(170) + 15(30) = 1170 + 840 + 1500 + 1360 + 450 = 5320

C. DENGAN METODE NWCR


N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200
130 70 - - -
11 10 M 10 0
M 200
- 100 - 100 -
12 8 15 15 0
F 200
- - 100 50 50
Permintaan 130 170 100 150 50

Dengan Metode NWCR, total biaya minimumnya adalah :


9(130) + 14(70) + 10(100) + 10(100) + 15(100) + 15(50) = 1170 + 980 + 1000 + 1000 + 1500
+ 750 = 6400
D. DENGAN METODE STEPPING STONE

Selanjutnya adalah pengecekan optimalitas dengan menggunakan metode stepping


stone.
Menguji sel –sel yang masih kosong, apakah masih bisa memiliki nilai negatif atau tidak,
artinya masih bisa menurunkan biaya transportasi atau tidak.

Sel yang diuji adalah : Sel TP, TB, TR, MN, MP, MC, FN, FB dan FR. Pengujian
dilakukan pada setiap sel kosong tersebut dengan menggunakan metode Stepping
Stone. Pada metode ini, pengujian dilakukan mulai dari sel kosong tersebut,
selanjutnya bergerak (boleh searah jarum jam dan boleh berlawanan) secara
lurus/tidak boleh diagonal, ke arah sel yang telah terisi dengan alokasi, begitu
seterusnya sampai kembali ke sel kosong tersebut. Setiap pergerakan ini akan
mengurangi dan menambah secara bergantian biaya pada sel kosong tersebut. Perhatikan
tanda panah dan tanda (+)/(-) nya.

N P C B R Persediaan
9 14 12 17 0
T 200
130 70
11 10 M 10 0
M 200
150 50
12 8 15 15 0
F 200
170 30
Permintaan 130 170 100 150 50
SOAL 2

Transaksi perekonomian di Negara Hipotetis ditunjukan dalam tabel berikut:

Permintaan
Pertanian Industri Jasa Pertambangan
Akhir

Pertanian 90 150 225 70 75

Industri 135 150 300 125 15

Jasa 270 200 250 100 175

Pertambangan 100 175 100 100 100

Tentukan atau hitunglah:


a. Matriks koefisien teknologi
b. Matriks Leontief Invers
c. Tentukan koefisien nilai tambah masing-masing sektor
d. Jika permintaan akhir berubah, umpamanya semuanya mengalami kenaikan 15%,
tentukan output total bagi masing-masing sektor!

Catatan: Operasi matriks boleh menggunakan fungsi dalam excel seperti MMULT,
MINVERSE

JAWAB :

Tabel: Matriks Transaksi Jika Disusun Dalam Bentuk Notasi

Sektor-Sektor 1 2 3…… j…… n PA TO

1 X1.1 X1.2 X1.3 X1.j X1.i B1 X1

2 X2.1 X2.2 X2.3 X2.j X2.i B2 X2

3 X3.1 X3.2 X3.3 X3.j X3.i B3 X3

I Xi.1 Xi.2 Xi.3 Xi.j Xi.n bi Xi

.
.

n Xn.1 Xn.2 Xn.3 Xn.j Xn.n bn Xn

Nilai Tambah Y1 Y2 Y3 Yj Yn Yn+1 Xn+1

Total Output X1 X2 X3 Xj Xn Xn+1 X

Keterangan:

1 2 3 ……. = Nama Masing-Masing Sektor

PA = Permintaan Akhir

TO = Total Output

Tabel matriks transaksi ini menunjukkan bahwa Xi.j melambangkan output sektor i yang
dipergunakan sebagai input sektor j. Sedangkan bi melambangkan permintaan akhir terhadap
output sektor I, sedangkan Y1 Y2 dan seterusnya melambangkan nilai tambah masing-
masing sektor, begitu pula X merupakan total output.

Dengan demikian dapat dinyatakan total input sektor i adalah :

n
Xi =  Xi.j + bi dimana : i = 1, 2, 3, ….. n+1
j=i

Total output sektor j :


n
Xj =  Xi.j + Yi dimana : i = 1, 2, 3, ….. n+1
i=1

Selanjutnya kalau aij = banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input untuk
memproduksi 1 satuan output sector j sehingga:

Xi.j
ai.j = -------- maka Xi.j = ai.j . Xj
Xj

Nilai ai.j antara 0 sampai 1

Sehingga matriks transaksi akan berubah menjadi:


Sektor-Sektor 1 2 3….. j….. n PA TO

1 a1.1 X1 a1.2 X2 a1.3 X3 a1.j Xj a1.n Xn b1 X1

2 a2.1 X1 a2.2 X2 a2.3 X3 a2.j Xj a2.n Xn b2 X2

3 a3.1 X1 a3.2 X2 a3.3 X3 a3.j Xj a3.n Xn b3 X3

i ai.1 X1 ai.2 X2 ai.3 X3 ai.j Xj ai.n Xn bi Xi

n an.1 X1 an.2 X2 an.3 X3 an.j Xj an.n Xn bn Xn

Nilai Tambah Y1 Y2 Y3 Yj Yn bn+1 Xn+1

Total Output X1 X2 X3 Xj Xn Xn+1 X

Keterangan:

PA = Permintaan Akhir

TO = Total Output

Sehingga X = AX + b

Keterangan:

A = matriks koefisien atau sering disebut matriks teknologi, karena elemen-


elemennya menunjukkan besarnya input yang diperlukan untuk memproduksi 1 unit output
dari sektor tertentu, dan nilai-nilai ini besar-kecilnya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.

X = matriks kolom dari total output setiap sektor

b = matriks kolom dari permintaan akhir setiap sektor

Dari persamaan matriks : X = AX + b akan didapatkan yakni:

b = X - AX

= X (I - A)
( I - A ) adalah matriks Leontief yang semua elemen diagonalnya positif antara 0 sampai
1 sedangkan elemen lainnya negatif ( antara 0 sampai mendekati -1 ) atau nol.

( I - A ) adalah matriks non singular, determinan ( I – A ) positif, sehingga dapat dihitung


invers ( I – A ) = ( I – A ) -1

Dengan demikian dapat dihitung total output :

X = ( I – A ) -1 . b

Rumus ini dipergunakan kalau ada perubahan permintaan akhir dan harus dihitung total
output setiap sektor.

( Semua elemen dari invers ( I – A ) adalah positif, bahkan elemen diagonalnya > 1 )

Dengan rumus tersebut berarti jika matriks A dan vektor kolom b diketahui, maka
dengan sendirinya vektor X dapat dicari menurut kaidah perkalian matriks. Dengan
perkataan lain, jika masing-masing koefisen input antar sektor dan permintaan akhir untuk
setiap sektor diketahui datanya; Maka dapatlah dihitung total output dari masing-masing
sektor. Satu hal yang harus diperhatikan dalam analisis input-output bahwa koefisien input
senantiasa dianggap konstan. Jadi model analisis input-output yang disajikan adalah analisis
statis.

a. Matriks koefisien teknologi

Matriks Transaksi Perekonomian


Permintaan Total
Sektor Pertanian Industri Jasa Pertambangan
Akhir Output

Pertanian 90 150 225 70 75 610

Industri 135 150 300 125 15 725

Jasa 270 200 250 100 175 995

Pertambangan 100 175 100 100 100 575

Nilai Tambah 15 50 120 180

Total Output 610 725 995 575


Xi.j
Berdasarkan perhitungan bahwa ai.j = -------
Xj

Dapat dihitung matriks teknologi yakni:

0,15 0,21 0,23 0,12


A = 0,22 0,21 0,30 0,22
0,44 0,28 0,25 0,17
0,16 0,24 0,10 0,17

(Sebagai contoh untuk a1.1 = 90 : 610 = 0,15 )

Matriks teknologi (matriks koefisien input) menggambarkan komposisi input antara yang
digunakan masing – masing sektor dalam berproduksi. Sebagai contoh pada kolom 1, untuk
menghasilkan ouput, sektor pertanian membutuhkan input 15 persen dari sektornya sendiri,
butuh input 22 persen dari sektor industri, butuh input 44 persen dari sektor jasa dan butuh 16
persen dari sektor pertambangan.

b. Matriks Leontief Invers

Berdasarkan rumus yang telah dikemukakan:


X = ( I - A ) -1 . b

( I - A ) adalah matriks Leontief

1 0 0 0 0,15 0,21 0,23 0,12


(I - A) = 0 1 0 0 - 0,22 0,21 0,30 0,22
0 0 1 0 0,44 0,28 0,25 0,17
0 0 0 1 0,16 0,24 0,10 0,17
0,85 - 0,21 - 0,23 - 0,12
(I - A) = - 0,22 0,79 - 0,30 - 0,22
-0,44 - 0,28 0,75 - 0,17
-0,16 - 0,24 - 0,10 0,83

Matriks Leontief Invers dihitung dengan cara menginverskan matriks Leontief.


Dengan menggunakan fungsi MINVERSE pada excel diperoleh Matriks Leontief Invers
sebagai berikut :

2,6208 1,5781 1,5792 1,1340


-1
(I - A) = 2,1581 3,0167 2,0744 1,5486
2,6877 2,3894 3,3414 1,7283
1,4777 1,4853 1,3261 2,0983

c. Tentukan koefisien nilai tambah masing-masing sektor

Koefisien Nilai Tambah diperoleh dengan cara membagi nilai tambah dengan total output.

Koefisien Nilai Tambah sektor Pertanian : 15/610 = 0.0246

Koefisien Nilai Tambah sektor Industri : 50/725 = 0.0690

Koefisien Nilai Tambah sektor Jasa: 120/995 = 0.1206

Koefisien Nilai Tambah sektor Pertambangan : 180/575 = 0.3130

Matriks Diagonal Koefisien Nilai Tambah

0.0246 0.0000 0.0000 0.0000


0.0000 0.0690 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.1206 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.3130
d. Jika permintaan akhir berubah, umpamanya semuanya mengalami kenaikan
15%, tentukan output total bagi masing-masing sektor!

Output total diperoleh dengan cara mengalikan Matriks Leontief Invers dengan permintaan
akhir yang baru.

X = ( I - A ) -1 . b

X1 = 2,6208 1,5781 1,5792 1,1340 86,25


X2 = 2,1581 3,0167 2,0744 1,5486 17,25
X3 = 2,6877 2,3894 3,3414 1,7283 201,25
X4 = 1,4777 1,4853 1,3261 2,0983 115,00

Dengan menggunakan fungsi MMULT pada excel diperoleh output total untuk masing –
masing sektor sebagai berikut :

X1 = 701,50
X2 = 833,75
X3 = 1144,25
X4 = 661,25

Jadi, output total untuk masing – masing sektor menjadi :


Pertanian = 701,50 ; Industri = 833,75 ; Jasa = 1144,25 ; dan Pertambangan = 661,25.

e. Tambahan (Matriks Transaksi Perekonomian yang baru)

Nilai masing – masing sektor dihitung dengan menggunakan rumus :

Xi.j = ai.j . Xj atau dengan kata lain Matriks Teknologi (Matriks koefisien input) dikalikan
dengan Output Total masing – masing sektor.

103,5 172,5 258,75 80,5

Xi.j = 155,25 172,5 345 143,75

310,5 230 287,5 115

115 201,25 115 115


(Sebagai contoh untuk X1.1 = 0,15 x 701,50 = 103,5 )

Sedangkan nilai tambah untuk masing – masing sektor diperoleh dengan cara mengalikan
Koefisien Nilai Tambah masing – masing sektor dengan Output Total masing – masing
sektor.

Sehingga nilai tambah untuk masing – masing sektor tersebut adalah :

Nilai Tambah sektor Pertanian : 0.0246 x 701,50 = 17,25

Nilai Tambah sektor Industri : 0.0690 x 833,75 = 57,5

Nilai Tambah sektor Jasa: 0.1206 x 1144,25 = 138

Nilai Tambah sektor Pertambangan : 0.3130 x 661,25 = 207

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka matriks transaksi baru yang dapat ditampilkan
adalah :

Permintaan Total
Sektor Pertanian Industri Jasa Pertambangan
Akhir Output

Pertanian 103.5 172.5 258.75 80.5 86.25 701.5

Industri 155.25 172.5 345 143.75 17.25 833.75

Jasa 310.5 230 287.5 115 201.25 1144.25

Pertambangan 115 201.25 115 115 115 661.25

Nilai Tambah 17.25 57.5 138 207

Total Output 701.5 833.75 1144.25 661.25

Hasil perhitungan input-output untuk setiap sektor perhitungannya kurang tepat, hal
ini dikarenakan hanya disebabkan oleh faktor pembulatan. jika total output merupakan
bilangan utuh, maka input-output ataupun nilai tambah pada perhitungan tabel transaksi akan
dipastikan benar. Tabel tersebut ternyata terdapat 4 sel yang kosong, bilamana salah satu sel
diketahui maka semua sel akan dapat dihitung dan berarti akan terisi untuk semua sel.
Tabel tersebut dapat didiskripsikan ke samping yakni, bahwa seluruh output sektor
pertanian senilai 701,5, digunakan untuk keperluan sektor pertanian itu sendiri senilai 103,5
sebagai inputnya; senilai 172,5 untuk input sektor industri, senilai 258,75 untuk input sektor
jasa, senilai 80,5 untuk input sektor pertambangan sedangkan sisanya senilai 86,25
dikonsumsi oleh pemakai / pengguna akhir sebagai barang konsumsi. Diskripsi tabel ke
samping ini berlaku juga untuk seluruh output sektor industri, jasa dan begitu pula output
sektor perdagangan.

Sedangkan diskripsi tabel dibaca ke bawah menunjukkan bahwa seluruh output


sektor pertanian senilai 701,5 ternyata berasal dari sektor pertanian itu sendiri senilai 103,5
sebagai input-nya, senilai 155.25 berupa input berasal dari sektor industri, senilai 310,5
berupa input yang berasal dari sektor jasa, senilai 115 berupa input yang berasal dari sektor
pertambangan sedangkan sisanya senilai 17,25 berupa nilai tambah dari sektor pertanian atau
kerapkali dinamakan sebagai input primer.

Anda mungkin juga menyukai