Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA DISLOKASI SENDI DI RUANG


LAPAWAWOI RS. M, YASIN KAB. BONE

NAMA : MIRNAWATI
NIM : 12201811

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE


TAHUN 2020
KONSEP DASAR MEDIS
A. Anatomi patofisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus


pergerakan. Komponen utama sistem meskuloskeletal adalah jaringan ikat.
Sitem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, dan jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam :

1. Tulang panjang : misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.


Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit
karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah.

2. Tulang pendek : misalnya tulang-tulang karpal.


3. Tulang pipih : misalnya tulang parietal, iga, skapula dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan : misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid : misalnya tulang patela
6. Tulang sutura : ada di atap tengkorak.
Histologi tulang :

1. Tulang imatur : terbentuknya pada perkembangan embrional dan tidak


terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur mengandung jaringan
kolagen.
2. Tulang matur : ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (compact bone) dan
tulang trabekular (spongiosa).
Secara histologi, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah
sel, dan jaringan kolagen.
Fisiologi sel tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, osteoklas.

1. Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan


proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi.
2. Osteosit, sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas, sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan
absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan
kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi
tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini
membuat tulang dapat berespons terhadap tekanan yang meningkat dan
mencegah terjadi patah tulang.

Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan


mekanis yang semakin meningkat. Perubahan membantu mempertahankan
kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organi yang sudah tua
berdegenerasi sehingga membuat tulang relatif menjadi lemah dan rapuh.
Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru sehingga
memberi tambahan kekuatan pada tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Peningkatan


kadar hormon paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada
mineral tulang yang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan
bergerak memasuki serum. Peningkatan kadar hormon paratiroid secara
perlahan meneyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteklas
sehingga terjadi demineralisasi. Metabaolisme kalsium dan fosfat sangat
berkaitan erat. Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan
90% dari seluruh fosfat tubuh.

Vitamin D memengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D


dalam jumlah besar dapat menyebabkan absropsi tulang seperti yang
terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin
D, hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D
dalam jumlah yang sedikit membantu klasifikasi tulang, antara lain dengan
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.
Anatomi Sendi

Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara,misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3 tipe sendi sebagai berikut :

1. Sendi fibrosa (sinartrodial),merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.


Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu
dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodia), merupakan sendi yang dapat sedikit
bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya
dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya
dapat sedikit bergerak.
3. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan
dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu
lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh
darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang
melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening , tidak membeku, dan
tidak berwarna, jumlah yang ditimbulkan dalam tiap-tiap sendi relatif kecil
(1-3ml).

Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran


darah, limfe,atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain
dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi
setelah cedera atau ketika usia bertambah.beberapa kolagen baru pada
tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.
Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya.
Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk
menahan kerusakan bila diberi beban berat.

Aliran darah kesendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh


darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul.
Jaringan kapiler sangat tebal dibagian sinovium yang menempel langsung
pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan didalam plasma
berdifusi dengan mudah kedalam ruang sendi. Proses peradangan dapat
sangat menonjol disinovium karena didaerah tersebut banyak mendapat
aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia
yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat
respon peradangan.

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan


terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan
substansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan
penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada
jaringan penyambung ( seperti sel mast, sel palsma, limfosit, monosit, dan
leukosit polimorfonuklear).

Serat- serat yang terdapat pada substansi dasar adalah kolagen dan
elastin. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Serat-serat
elastin memiliki sifat elastis, serat ini terdapat dalam ligamen, dinding
pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang
disebut elastase.

B. Definisi
a. Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang
lepas dari sendi). (Brunner & Suddarth. 2002).
b. Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, 2000).
c. Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini
terjadi sesudah gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011).
d. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

C.Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot
akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada
usia 30 tahun.

2. Terjatuh atau kecelakan


Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga
lutut mengalami dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian
lututnya dan menyebabkan dislokasi.

4. Tidak melakukan pemanasan


Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya

pemanasan.

5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan


dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

D. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah
yang disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen
akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun
total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2
sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi
maka menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.

E. Manifestasi Klinik

1. Adanya bengkak / oedema


2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya (tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit dislokasi dapat di lakukan


Beberapa cara pemeriksaan,seperti :
1. Pemeriksaan foto rontgen yang di guanakan untuk menentukan lokasi
dislokasi
2. Pemeriksaan radiologi foto x-Ray yang di gunakan untuk menentukan arah
dislokasi dan apakah di sertai fraktur
3. Pemeriksaan CT Scan,MRI,Scan tulang, dan tomogram yang di gunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
G. Penatalaksanaan Medis

a. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE.


 R: Rest = Diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
 I : Ice = Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan
meredakan rasa nyeri.
 C: Compression = Membalut gunanya membantu mengurangi
pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
 E: Elevasi = Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :

1) Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya :
dua puluh – tiga puluh menit dengan interval kira-kira sepuluh
menit.

2) Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus
dengan lama lima - tujuh menit, dapat diulang dengan tenggang
waktu sepuluh menit.

3) Pencelupan atau perendaman


Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam
bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya sepuluh – dua
puluh menit.

4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane ke
bagian tubuh yang cedera.
c. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan,
latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang
sakit.
Penatalaksanaan medis : Farmakologi

d. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut
contoh obat analgetik :

1) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa
1tablet atau 3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,
maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.

2) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ;
Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif,
tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah,
agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg
tiap 6jam.
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

H. Komplikasi
Komplikasi dislokasi meliputi :

a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat
mengerutkan oto deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tersebut.
2. Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
3. Fraktur dislokasi
4. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi,CRT(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian
distal,hematoma melebar,dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan darurat spilinting,perubahan posisi pada
yang sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
a. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang
menentukan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari
luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

b. Komplikasi lanjut
c. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu.
Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi
abduksi.

d. Kelemahan otot.
e. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan
leher glenoid.
Pathway

Etiologi

Cedera olahraga Trauma kecelakaan

Terlepasnya kompresi jar. Tulang dari kesatuan sendi

Merusak struktur sendi, ligamen

Kompresi jaringan tulang yg terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan

Tlg. Berpindah dari posisi yg normal

dislokasi

Pergeseran tulang Cedera jar.lunak ekstremitas


paha

Tidak mampu berjalan Spasme otot Intoleransi aktivitas

Resiko jatuh/ cedera Nyeri akut


B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1.Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa

yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi

golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit,

(MRS), dan diagnosis medis.

1. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan,
ekstermitas, nyeri tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma,
untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien
dapat menggunakan metode PQRS.
2. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas,
kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau
bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis
extermitras bawah, syok.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit,
seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya
kelainan, penyakit alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes
milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien, perlu ditanyakan pada keluarga klien .
4. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat,
dokter, maupun dengan perawat.

2.Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi kesehatan


Apabila sakit pasien biasanya menceritakan kepada keluarganya dan
pasien biasanya berobat ke pelayanan kesehatan atau dokter.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas 0 1 2 3
Mandiri
Berpakaian
Eliminasi
Mandi
Mobilitasi tempat
tidur
Makan
Ambulansi

Pola aktivitas latihan pasien dislokasi sendi paha bagian kanan


Terganung pada tingkat keparahan dislokasi sendi paha ,dengan
keterangan:
0 : mandiri
1 : menggunakan alat bantu
2 : di bantu orang lain
3 : di bantu orang dan alat
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien dislokasi sendi paha mengalami susah tidur karena
marasakan nyeri pada pahanya.
d. Pola nutrisi metabolik
Pada pasien dislokasi sendi paha tidak mengalami gangguan nutrisi
ataupun penurunan berat badan,pasien tidak mengalami penurunan
nafsu makan.
e. Pola eliminasi
Pasien tidak mengalami gangguan eliminasi baik urine maupun bowel
f. Pola kognitif perseptual
Saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar,tidak mengalami
gangguan bicara, pendengaran,penglihatan.
g. Pola konsep diri
Pasien cemas karena takut akan penyakitnya dan takut akan mengalami
perubahan harga diri
h. Pola koping
Bila pasien punya masalah pertama kali menceritakan kepada
keluarganya
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien baik
j. Pola peran hubungan
Dalam kehidupan sehari- hari pasien memiliki hubungan yang sangat
baik dengan keluarga dan masyarakat
k. Pola penilaian dan kepercayaan
Pasien beragama islam dan taat beribadah
3.Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien


pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian
anamnesis.
1. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-tanda vital
yang meliputi brikardia, hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan,ada bekas trauma atau tdiak.
3. Kulit,rambut, dan kuku.
Apakah mukosa kulit baik,warna kulit,rambut, dan kuku.
4. Mata
Umumnya mulai terlihat cwong atau tidak.
5. Telinga, hidung, tenggorokan,dan mulut.
Bentuk, kebersihan,fungsi indranya berfungsi atau tidak.
6. Thoraks dan abdomen
Tidak di dapatkan adanya sesak,ada atau tidak terdapat nyeri pada
abdomen.
7. Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernapasan cepat dan dalam
8. Sistem kardiovaskuler
Ada atau tidak terdapat bising usus.
9. Sistem muskoleskeletal
Terjadi dislokasi sendi pada bagian paha dan terdapat nyeri tekan.
10. Sistem pernapasan
Pernapasan normal tidak ada perubahan suara nafas tambahan.
C. Klasifikasi Data
1.Data subjektif
a. Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
b. Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c. Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
d. Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e. Klien mengatakan sangat lemas
f. Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g. Klien mengatakan susah bergerak
2.Data objektif
a. Klien nampak lemas
b. Wajah nampak meringis
c. Keterbatasan mobilitas
d. Skala nyeri 6 (0-10)
e. Klien nampak cemas

B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d/d cedera
traumatis
2. Resiko jatuh d/d penggunaan alat bantu berjalan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan d/d gangguan
muskuloskeletal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis keperawatan Standar luaran Intervensi keperawatan
( SDKI) keperwatan ( SIKI)
(SLKI)

1. Nyeri akut berhubungan Luaran utama Manajemen nyeri

dengan Agen pencedera Tingkat nyeri

fisik d/d cedera traumatis Luaran tambahan 1.Obsevasi

Ds: - Kontrol nyeri a. Identifikasilokasi,

1. Pasien - Penyembuhan karakteristik,durasi,frekue

mengatakan luka nsi kualitas,intensitas

sakit paha - Status nyeri.

bagian kanan kenyamanan b. Identifikasi skala nyeri

Do: - Tingkat cedera c. Identifikasi pengetahuan

1. Tampak meringis Setelah di lakukan dan keyakinan tentang

2. Bersikap protektif ( tindakan keperawatan nyeri

mis,waspada posisi selama 3x24 jama d. Identifikasi pengaruh

menghindari nyeri) maka tingkat nyeri nyeri pada kualitas hidup

3. Gelisah menurun dengan e. Monitor keberhasilan

4. Frekuensinadi kriteria hasil: terapi komplementer yang

meningkat - Keluhan nyeri sudah di berikan

5. Sulit tidur menurun f. Monitor efek samping

- Meringis penggunaan analgetik

menurun
2.Terapeutik

a. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (

kompres hanga /dingin,

b. Fasilitasi istirahat dan

tidur

c. Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri dalam

pemilihan

strategi meredakan

nyeri

3.Edukasi

a. Anjurkan

memonitor nyeri

secara mandiri

b. Anjurkan

menggunakan

analgetik secara

tepat
4.Kalaborasi

a .kalaborasi pemberian

analgetik,jika perlu.

2. Resiko jatuh d/d Luaran utama Pencegahan jatuh


penggunaan alat bantu Tingkat jatuh Observasi
berjalan Luaran tambahan - Identifikasi faktor risiko
- Eliminasi urine jatuh atau gangguan
Ds: pasien mengatan sangat - Kontrol gejala keseimbangan
Mengatakan jatuh dari - Perawatan diri - Identifikasi faktor
tangga. - Tingkat infeksi lingkungan yang
meningkatkan risiko
Setelah di lakukan
Do: 1. Terdapat pergeseran jatuh
tindakan keperawatan
Tulang paha - Monitor kemampuan
selama 3x24 jam maka
2.pasien tampak lemas berpindah dari tempat
tingkat jatuh menurun
Dan tidak bisa tidur ke kursi roda
dengan kriteria hasil:
melakukan aktivitas
Terapeutik
sendiri
- Jatuh saat naik
tangga menurun - Pastikan roda tempat tidur
- Jatuh dari tempat dan kursi roda selalu
tidur menurun dalam keadaan terkunci
- Jatuh saat berdiri - Atur tempat tidur mekanis
menurun pada posisi terendah
Edukasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk pindah
- Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan
jarak ke dua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat berdiri

3. Luaran utama
Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas
Manajemen energi
Luaran tambahan
berhubungan dengan
- Konsevasi energi Observasi
kelemahan d/d gangguan - Tingkat keletihan
- Identifikasi gangguan
muskuloskeletal
Setelah di lakukan fungsi tubuh yang
tindakan keperawatan mengakibatkan kelelahan
selama 3x24 jam maka - Monitor pola jam tidur
toleransi aktivitas
Terapeutik
Meningkat dengan
- Lakukan latihan rentang
kriteria hasil: gerak pasif dan/ aktif
- Berikan aktivitas distraksi
- Kemudahan
yang menenagkan
dalam melakukan
aktivitas sehari – Edukasi
hari meningkat
- Anjurkan tirah baring
- Kecepatan
- Anjurkan melakukan
berjalan
akitvitas secara bertahap
meningkat
- Kekuatan tubuh
bagian bawah
meningkat

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan pelaksanaan yang merupakan pengeluaran dan
perwujudan rencana tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu
validasi rencana keperawatan,mendokumentasikan rencana tindakan
keperawatan,memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadapa perawatan
yang di berikan,hal-hal yang di evaluasikan adalah keakuratan,kelengkapan
Dan kualitas data,teratasi atau tidaknya pasien serta pencapaian tujuan dan
ketetapan intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002

Mansyur arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku

Aesculapius Fakultas Kedokteran IV, Jakarta

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi


6.Volume 2. Jakarta: EGCMuskululoskeletal. Jakarta : EGC, 2008

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : EGC, 2002

Arif Muttaqin. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : EGC, 2011

https://www.scribd.com/doc/249352807/askep-dislokasi-sendi (diakses tanggal 15


Juni 2020 jam 21.53 WIB)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.” D”DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL DISLOKASI SENDI DI RUANG

LAPAWAWOI RS.M. YASIN BONE

NAMA : MIRNAWATI
NIM : 12201811

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE


TAHUN 2020
1.DATA DEMOGRAFI

A. BIODATA PASIEN

1. Nama : Ny. D
2.Usia :38 tahun
3.Jenis kelamin :Perempuan
4. Tempat / tanggal lahir : Watampone,01 juni 1985
5.Suku / bangsa : Indonesia
6.Agama / keyakinan : Islam
7. Status pernikahan : Menikah
8. Pekerjaan / sumber penghasilan : URT
9. Diagnosa medik :Dislokasi sendi
10. No.Medikal record : 33 17 99
11.Tgl. masuk RS : 15 Juni 2020
12. Tgl. Pengkajian / jam :16 Juni 2020 pukul 09.45

B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB

1. Nama : Tn. A

2.Usia : 40 tahun

3. Jenis kelamin : Laki -laki

4. Pekerjaan/ sumber penghasilan : Wiraswasta

5. Hubungan dengan pasien : Istri

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan sakit pada bagian paha kanan


III.RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang / keluhan utama


Pasien mengatakan pada saat masuk rumah sakit keluhan utama yang di
Rasakan adalah sakit paha bagian kanan akibat jatuh dari tangga dan
merasakan Nyeri dan tidak bisa menggerakkan pahanya.
P: Nyeri paha bagian kanan
Q: Berat
R: Paha kanan
S: Skala 8
T: Terus menerus

B. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Anak –anak
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit pada masa kanak-
kanak
2. Imunisasi
Pasien mengataka tidak pernah melakukan imunisasi
3. Kecelakaan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
4. Prosedur operasi / perawatan
Pasien tidak pernah melakukan operasi
5. Alergi
Pasien tidak ada alergi makanan atau obat
6. Pengobatan diri
Pasien tidak mengkonsumsi obat –obatan tertentu

C. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
Genogram

GI

GII

Tn. A Ny A
GIII

Nn.J An.K
Keterangan: laki- laki :

Perempuan :

Tinggal serumah :------------

Meninggal :x

Garis keturuna n :

Pasien :

GI : Kakek dan nenek pasien masih hidup dengan keadaan sehat


GII: Ayah dan ibu daei pasien masih hidup dengan keadaan sehat
GIII: Pasien anak ke dua dari dua bersaudara dan sekarang mengalami sakit
Dislokasi sendi pada bagian paha kanan di rawat di RS. M yasin bone.dan
pasien tinggal bersama suaminya dan ke dua anaknya.

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


A. Pola konsep diri
1. Citra diri : Pasien mengetahui bahwa dia menderita penyakit
dislokasi sendi
2. Ideal diri : Pasien berharap agar cepat sembuh dan bisa
beraktivitas Kembali
3. Harga diri : Pasien merasa di hargai oleh keluarga atau
lingkungannya
4. Peran diri : Pasien berperan sebagai istri
5. Identitas diri : Pasien anak ke dua dari 2 bersaudara

B. Pola kognitif : Pasien mengatakan mampu mengingat kejadian


dalam jangka waktu panjang dan pendek.
C. Pola koping : Pasien mengatakan jika mempunyai masalah
pasien memecahkan dengan menceritakan pada
keluarganya.
D. Pola interaksi : Pasien mampu berinteraksi dengan perawat dan
dokter dengan baik.

V. RIWAYAT SPIRITUAL

A. Ketaatan pasien dalam beribadah dan menjalankan kepercayaan:


Pasien taat beribadah sebelum sakit pasien rutin melakukan sholat 5 waktu
dan saat sakit pun masih rutin melaksanakan sholat.

B. Support system dalam keluarga


Keluarga pasien sangat mensuport pasien agar cepat sembuh, kelurga
Pasien selalu menemani pasien di rumah sakit.

C. Ritual yang biasa di jalankan pasien:


Pasien tidak memiliki ritual tertentu dalam penyakitnya.

VI .PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum pasien


1. Tanda –tanda stress : tidak ada tanda distress
2. Penampilan di hubungkan dengan usia : penampilan pasien sesuai
dengan usianya
3. Ekspresi wajah : gelisah
Bicara : lancar
Mood : baik
4. Berpakaian dan kebersihan : pasien berpakaian bersih
dan rapih
5. TB : 150
BB : 59

Gaya berjalan : pasien tidam mampu berjalan dengan normal.

B. Tanda – tanda vital


1. Vital sign:
TD : 120/ 80
N : 78x/ mnt
S : 36.6 OC
P : 20x/mnt

2. Antropometri:

BB : 59 TB :150

LILA 30 Lingkar kepala : 58 cm

C. Sistem respirasi
1. Hidung
Inspeksi
- Kesimetrisan : hidung pasien simetris
- Pernapasan cuping hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung
- Adanya secret/polip/passae :tidak terdapat secret,polip,passae
- Udara /obstruksi : tidak ada obstruksi pada pernapasan
pasien
- Epitaksi : tidak ada epitaksi

Palpasi
- Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada
Hidung
- Massa :tidak ada massa pada hidung
2. Leher
Inspeksi
- Pembesaran kelenjar : tidak ada pembesaran kelenjar
- Tumor : tidak ada tumor
- Warna kulit leher : warna kulit leher normal
- Kaku pada leher : tidak terdapat kaku pada leher
3. Dada
Inspeksi
- Bentuk dada : bentuk dada pasien normal chest
- Gerakan dada : tidak terdapat retaksi dinding dada
- Keadaan proxsesus xipodeus : keadaan proxsesus xipodeus pada
keadaan normal.
Auskultasi
- Suara nafas : tidak terdapat suara tambahan
- Suara nafas tambahan : tidak ada suara nafas tambahan

Palpasi
- Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
- Massa : tidak terdapat massa

Perkusi
- Tidak terdapat suara nafas yang abnormal

D. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi
- Tanda –tanda sianosis : tidak ada tanda –tanda sianosis
- Edema : tidak ada edema
- Tekanan vena jugularis : tekana vena jugularis teraba
- Arteri carotis : arteri carotis teraba
- Palpitasi : tidak terdapat palpitasi
- CRT : capilary refil time (crt) > 3 detik
Auskultasi
- Suara : tidak terdapat suara jantung yang abnormal pada
Pasien.
Palpasi
- Edema : tidak terdapat edema pada pasien

E.Sistem Gastrointestinal

1. Mulut dan bibir


Inspeksi
- Palatoskisis : tida terdapat palatoskisis
- Stimatitis : tidak terdapat stomatitis
- Jumlah gigi : masih lengkap
- Kemampuan menelan : baik
- Kemampuan mengigit : baik
- Keadaan bibir : baik
- Labiopalatoskisis : tidak terdapat labiopalatoskisis
- Keadaan lidah : baik
- Warna lidah : baik
- Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
- Warna gusi : coklat
- Ederma : tidak ada edema
- Karang gigi : tidak terdapat karang gigi
- Caries : tidak terdapat caries
- Sisa gigi : masih lengkap

2. Abdomen
Inspeksi
- Kesimetrisan : abdomen pasien simetris kiri dan kanan
- Massa /pembesaran/ kembung : tidak ada massa, pembesaran,
maupun kembung
- Bentuk perut : simetris kanan dan kiri
- Luka striae : tidak ada luka
- Warna kulit : normal
- Inflamasi pada umbilik: tidak terdapat inflamasi pada umbilik

Auskultasi
- Bising usus :bising usus hiperektif
- Frekuensi : kurang lebih 35x/mnt

Palpasi
- Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
- Massa /edema/pembengkakan/tumor/asites/ : tidak ada
massa,edema,pembengkakan,tumor, asites
Perkusi
- Suara : suara abdomen kanan dan kiri atas pekak

3. Anus
Inspeksi
- Kolik : tidak terdapat kolik
- Obstipasi : tidak terdapat obstipasi
- Konstipasi : tidak terdapat konstipasi
- Regurgitasi : tidak terdapat regurgutasi
- Hemoroid : tidak terdapat hemoroid
- Warna kulit anus dan sekitarnya : warna cilla
- Melena /perdarahan rectal : tidak ada melena/perdarahan
Rectal
F.System penginderaan

1. Mata
Inspeksi
- Edema palpebra : tidak terdapat edema palpebra
- Bulu mata : bulu mata pasien subur
- Alis : alis tipis
- Lipatan epikuntus dengan ujung telinga : lipatan epikuntus
dengan ujung telinga sejajar
- Kongjungtiva : anemis
- Sclera : baik
- Pupil : baik
- Gerakan bola mata : baik
- Hordeolum :tidak ada hordeolum
- Strabismus : tidak ada strabismus
- Katarak : tidak ada katarak
- Visus : pasien bisa melihat dengan jelas kurang
lebih 6 meter
- Lapang pandang : pasien bisa melihat perawat.gerakan atas
500 di bawah 600 serta samping kiri 900 dan
samping kanan 900
palpasi
- Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
- Massa : tidak ada massa

2. Telinga
Inspeksi
- Bentuk :bentuk telinga simetris
- Keadaan kanalis : canalis bersih keadaan membran baik
- Tinnitus : tidak terdapat tinnitus
- Keadaan membrane : keadaan membrane baik
- Otitis media :tidak terdapat otitis media
- Fungsi pendengaran : pendengaran baik

G.System integumen
1. Inspeksi
- Distribusi di setiap bagian tubuh :distribusi rambut tumbuh
dengan baik
- Teksture : teksture halus
- Kelembapan : kelembapan kulit normal
- Kebersihan : rambut pasien baik
2. Kulit
Inspeksi
- Warna kulit :warna kulit pasien ikterus
- Adanya sianosis /icterus :tidak terdapat sianosis/icterus
- Kelembapan : kelembapan kulit baik
- Kebersihan : kebersihan kulit baik

Palpasi
- Turgor kulit : kulit pasien normal
- Elastisitas : elastisitas normal

3. Kuku
Inspeksi
- Bentuk kuku : bentuk kuku pasien normal
- Warna kuku :baik
- Kekuatan (mudah patah/tidak) :tidak mudah patah
- Kebersihan : baik
H.System Neurologis
1. Fungsi serebrai
a. Status mental
- Orintasi : pasien mengetahui orintasi
waktu,tempat,dan orang
- Daya ingat : daya ingat pasien baik
Pertanyaan
mengangkat dua jarinya
- Bahasa : bahasa pasien baik dengan bahasa bugis
b.Kesadaran
- Eyes : 4 = mata spontan
- Motorik : 6 = mengikuti perintah
- Verbal :5 =gerakan baik
-Nilai GCS : 15
c. Bicara
-Ekspresive : pasien mampu mengungkapkan apa yang di
Rasakan
- Resiptive : pasien mampu memahami instruksi yang di
Buat
2.Fungsi caranial
a. Nervus I (Olpactorius)
pasien mampu membedakan warna aroma teh dan kopi
l. Nervus II ( Optikus)
Pasien bisa melihat jari perawat ketika di gerakkan di depannya
Visus : pasien bisa melihat perawat yang berdiri
dengan kejauhan kurang lebih 6 meter
Lapang pandang : Kiri 900c,kanan 90oc, atas 500c,bawah 600c
m. Nervus III,IV,V
Gerakan bola mata pasien baik
Pupil ( isokor/anisokor) : baik
n. Nervus VI ( Tregeminus)
Sensorik : Pasien bisa membedakan sentuhan kapas alkohol
dan sentuhan tissu kering
Motorik : pasien mengatapkan mulutnya setelah
mendapatkan rangsangan
o. Nervus VII ( Facialis)
Sensorik : pasien mampu membedakan mana manis dan rasa
Asin
Motorik : pasien dapat menutup mata secara spontan
Otonom : pasien bisa berteriak sendiri
p. Nervus VIII ( Auditorius)
Pendengaran : pendengaran pasien baik
Keseimbangan : keseimbangan pendengaran pasien baik
q. Nervus IX (Glossofarigeus)
Kemampuan menelan pasien baik
r. Nervus X ( Vagus)
Gerakan ovula : Jika ovula di rangsan pasien ingin
muntah
Rangsangan muntah/ menelan : ada rangsangan muntah/ menelan
jika ovula di rangsang
s. Nervus XI ( Hipoglossus)
Sternocledomatoiddeus : pasien mampu memiringkan
Wajahnya melawan tangan secara
penuh
Trapexius : pasien tidak mampu mengangkat
mengangkat beban berat dan ringan
t. Nervus XII ( Hipoglossus)
Gerakan lidah : gerakan lidah pasien baik
3.Fungsi motorik
a. Massa otot : Massa otot tidak baik,tidak terjadi atropi
b. Tonus otot :Mampu di gerakkan, apabila di beri tekanan
yang kuat
c.Kekuatan otot :5 5 ekstermitas atas dapat digerakkan.
3 3 Ektrmitas bawah tidak dapat di
gerakkan secara baik
4. Fungsi sensorik
a. Suhu :pasien mampu merasakan panas dan dingin
b. Nyeri : pasien dapat merasakan nyeri pada kaki
kanan
c. Getaran posisi : pasien mampu merasakan nyeri

5. Fungsi cereberium
a. Koordinasi : pasien dapat mengikuti instruksi yang di
berikan pada saat menutup mata
b. Keseimbangan : pasien tidak mampu berjalan denga
Seimbang
6. Reflex
a. Ektermitas atas
R. Bisep : pasien dapat fleksi saat di beri rangsangan
R.Trisep : pasien dapat ekstensi pada saat di beri
Rangsangan
b. Ektermitas bawah
R. Patella : pasien tidak dapat fleksi
R.Babinski :pasien tidak dapat ekstensi
c. Superficial
R.Dinding perut : baik
R.Cremaster : baik
R.Gluteal : baik
7. Iritasi Meningan
a. Kaku kuduk : pasien dapat merasakan kaku kuduk
b. Lasaque sign : bangun tidur
c. Kernig sign : baik
d. Brudzinki : baik

I.Sistem Muskuloskeletal
a. Kepala
- Bentuk kepala : simetris
- Gerakan : dapat menggerakkan ke segalah arah
b. Vertebrae
- Bentuk : bentuk vertebrae pasin baik
- Gerakan : pasien mampu menggerakkan ektermitas
atas dengan baik tapi tidak mampu
menggerakkan ektermitas bawah dengan baik
- ROM : Pasif
- Fungsi gerak : pasien mampu menggerakkan badan ke
segalah arah
c. Pelvis
- Gaya jalan : gaya jalan pasien tidak baik karena adanya
dislokasi sendi pada bagian paha kanan
- Gerakan : pasien tidak mampu menggerakkan
ekstermitas bawah pasien hanya mampu
menggerakkan ektermitas atas
- ROM : Pasif
- Thomast test : tidak ada deformite fleksi yang menutup
- Trendelemberg test : tidak ada kelainan
- Ortoloni /Barlow test : ektermitas bawah tidak dapat di gerakkan
dengan baik
d. Lutut
- Bengkak : tidak terdapat bengkak pada lutut pasien
- Kaku : tidak terdapat kaku
- Gerakan : pasien tidak mampu menggerakkan
lututnya ke segalah arah karena terdapat
dislokasi sendi bagian paha kanan
- Kemampuan berjalan : pasien tidak mampu berjalan dengan baik
- Tanda tarikan : tidak ada tanda tarikan

J.Sistem Endokrin
- Kelenjar Tiroid : tidak ada kelenjar tiroid
- Percepatan dan pertumbuhan : tidak ada
- Gejala gigantisme : tidak ada gejala
- Gejala DM : tidak ada gejala DM
- Suhu tubuh : Pasien mampu membedakan suhu
panas dan dingin
K.Sistem Urinaria
1. Odema palpebral : tidak ada odema palpebra
Moon face : tidak ada tanda moon face
Odema anasarka : tidak ada odema anasarka
2.Ekskresi Urine : Normal
3.Keadaan kandung kemih : Normal
4.Gejala noktoria : tidak ada
Dysuria : tidak ada
Kencing batu : tidak mengalami kencing batu
5.Penyakit hubungan seksual : tidak ada
L.Sistem Reproduksi
1. Wanita
a. Payudara
- Kesimetrisan kiri dan kanan : payudara pasien simetris kiri
dan kanan
- Putting : baik
- Areola mammae : tidak ada
- Massa /tumor/ benjolan : tidak ada
massa/tumor/benjolan
b.Vagina
- Keadaan labiya mayora dan minora : normal
- Hymen : tidak ada selaput darah
-Secret : tidak ada secret
- Bau : khas
- Siklus haid : 1 kali sebulan
M.Sistem Imun
- Alergi (cuaca /debu/ bulu binatang/zat kimia)
Pasien tidak mengalami alergi cuaca/debu,bulu binatang
- Penyakit yang berhubungan dengan cuaca : tidak ada
- Riwayat transfuse darah dan reaksinya : tidak ada
VII. AKTIVITAS SEHARI- HARI
NO Aktivitas sehari - hari Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Selera makan Baik Baik
b. Menu makan dalam 24 Nasi Bubur
Jam
c. Frekuensi makan dalam 24 2x sehari 3x sehari
Jam
d. Makanan yang di sukai Nasi,ikan, sayur Tidak ada
dan makan pantangan
e. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
f. Cara makan Pakai tangan Sendok
g. Ritual sebelum makan berdoa berdoa
2. Cairan
a. Jenis minuman yang di Air putih dan teh Air putih
konsumsi
b. Frekuensi minuman (cc) Kurang lebih 4 Kurang lebih 3
gelas / hari gelas/ hari
c. Kebutuhan cairan dalam kurang lebih 1.000 Kurang lebih
24 jam liter 2.500 liter
3. Eliminasi
a. BAB
- Tempat pembuangan Wc Pispot
- Frekuensi 5x seminggu 3x seminggu
- Konsistensi Padat Padat
- Warna Kuning Kuning
- Kesulitan dan cara Tidak ada Tidak bisa
Menanganinya berjalan ke wc
b. BAK
- Tempat pembuangan Wc pispot
- Frekuensi Kurang lebih 4x 3x sehari
Sehari
- Warna Kuning Kuning
- Bau Amoniak Amoniak
4. Istirahat dan tidur
a. Apakah cepat tidur Iya Tidak
b. Jam tidur siang 11.30 12.00
c. Jam tidur malam 21.00 22.00
d. Kesulitan tidur Tidak ada Gelisah
e. Kebiasaan sebelum tidur Berdoa Berdoa
f. Apakah tidur rutin Iya Tidak
5. Olahraga
a. Program olahraga tertentu Tidak ada Tidak ada
b. Jenis olahraga Tidak ada Tidak ada
c. Berapa lama olahraga Tidak ada Tidak ada
d. Perasaan setelah olahraga Tidak ada Tidak ada
e. Kesulitan saat berolahraga Tidak ada Tidak ada
6. Rokok /alcohol,obat- obatan
a. Apakah merokok Tidak Tidak
b. Berapa banyak perhari Tidak ada Tidak ada
c. Kapan mulai merokok Tidak ada Tidak ada
d. Apakah minum alkohol Tidak ada Tidak ada
e. Apakah kecanduan Tidak Tidak
teh,kopi,minuman ringan
f. Apakah mengkonsumsi Tidak ada Iya
obat dari dokter
7. Personal hygine
a. Frekuensi mandi 1x sehari Tidak ada
b. Cuci rambut 2x seminggu Tidak ada
c. Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
d. Gunting kuku 1x seminggu 1x seminggu
e. kesulitan Tidak ada Tidak bisa
berjalan
8. Aktivitas /mobilitas
a. kegiatan sehari- hari Mengurus rumah Tidak ada
Tangga
b. pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada
c. penggunaan alat bantu Tidak ada Tongkat dan di
untuk akitvitas bantu oleh
keluarga
d. kesulitan pergerakan Tidak ada tidak bisa berjalan
tubuh
9. Rekreasi
a. bagaimana perasaan anda Senang Tidak ada
saat bekerja
b. berapa banyak waktu 1x sebulan Tidak ada
luang
c. jenis rekreasi Tempat wisata Tidak ada
d. perasaan saat rekreasi senang Tidak ada
VIII. TES DIAGNOSTIK
Laboratorium

No Parameter Nilai rujukan


1. WBC 8.86( 10^3/ul) 4.00-10.00
2. RBC 4.15 ( 10^6/ ul) 4.00- 5.20
3. HGB 11.7 (9/dl) 11.5-15.5
4. HCT 37.2 (%) 35.0-45.0
5. MCV 89.6 (fl) 77.0-95,0
6. MCH 28.2 (pg) 25.00-33.0
7. MCHC 31.5 (g/dl) 31.0-37.0
8. PLT 465+( 10^3/ul) 150-450
9. RDW –SD 44.4 (fl) 37,0-54,0
10. RDW CV 14.0 (%) 11.0-16,0
11. PDW 9.2 (fl) 9.0-17.0
12. MPV 9.2 (fl) 9.0-13.0
13 P-LCR 17.0 (%) 13.0 - 43.0
14. PCT 0,43 + (%) 0.17 – 0,35
15. NEUT # 5.16 (10^3/ul) 1.50 – 7.00
16. LYMPH# 2.53 (10^3/ul) 1.00 -3.70
17. MONO # 0.80 +10^3/ul) 0.00 -70
18. FO# 0.35 (10^3 ul) 0.00 -40
19. BASO 0.02( 10^3 ul) 0.00 – 0.10
20. NEUT 58.2 (%) 52.0 -76,0
21. LYMPH 28,6 (%) 20.00 – 40.0
22. MONO 9.0+ (%) 2.0 -8.0
23. EO 4.0 + (%) 1.0 – 3.0
IX. TERAPI MEDIK
1. Inf. RL: / Utrolik 28 tetes / menit
2. Santagesik : 1 ap / 12 jam/1v

DATA FOKUS /KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Pasien mengatakan sakit dan 1. Pasien terlihat meringis
nyei paha bagian kanan Kesakitan
2. Pasien mengatakan tidak bisa 2. Pasien tidak bisa melakukan
menggerakkan pahanya aktivitas
3. Pasien mengatakan dia jatuh 3. Pasien tampak gelisah dan
dari tangga Khawatir
4. TTV
TD. 120/80
N : 78x/menit
P : 20x/menit
S : 36.0O C

5. P: Nyeri paha bagian kanan


Q: Berat
R: Paha kanan
S: Skala 8
T: Terus menerus
ANALISA DATA

No Data fokus Masalah Diagnosa


keperawatan keperawatan
1. Ds: pasien mengatakan Dislokasi sendi Nyeri akut
sakit bagian paha kanan

Do: Pasien terlihat meringis


Kesakitan
P: Nyeri paha bagian
kanan
Q: Berat
R: Paha kanan
S: Skala 8
T: Terus menerus

2. Ds: pasien mengatan sangat Dislokasi sendi Resiko jatuh


Mengatakan jatuh dari
tangga.

Do: 1. Terdapat pergeseran


Tulang paha
2.pasien tampak lemas
Dan tidak bisa
melakukan aktivitas
sendiri
3. Ds : pasien mengatakan Dislokasi sendi Intloransi
Tidak bisa melakuka aktivitas
aktivitas apapun

Do : Pasien tampak gelisah


dan Khawatir
TTV
TD. 120/80
N : 78x/menit
P : 20x/menit
S : 36.0O C

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d/d cedera


traumatis
2. Resiko jatuh d/d penggunaan alat bantu berjalan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan d/d gangguan
muskuloskeletal
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis keperawatan Standar luaran Intervensi keperawatan
( SDKI) keperwatan ( SIKI)
(SLKI)

1. Nyeri akut berhubungan Luaran utama Manajemen nyeri

dengan Agen pencedera Tingkat nyeri 1.Obsevasi

fisik d/d cedera traumatis Luaran tambahan -Identifikasilokasi,

Ds: - Kontrol nyeri karakteristik,durasi,frekuensi

- Pasien mengatakan - Penyembuhan kualitas,intensitas

sakit pahabagian kanan luka nyeri.

Do: Pasien terlihat - Status - Identifikasi skala nyeri

meringisKesakitan kenyamanan - Identifikasi pengetahuan

P: Nyeri paha bagian - Tingkat cedera dan keyakinan tentang


kanan
Setelah di lakukan Nyeri
Q: Berat
tindakan keperawatan - Identifikasi pengaruh
R: Paha kanan
S: Skala 8 selama 3x24 jama nyeri pada kualitas
T: Terus menerus
maka tingkat nyeri hidup

menurun dengan - Monitor keberhasilan

kriteria hasil: terapi komplementer

- Keluhan nyeri yang sudah di berikan

menurun - Monitor efek samping

- penggunaan analgetik
- Meringis

menurun 2.Terapeutik

- Berikan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri kompres

hangat dingin,

- Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri

suhu

ruangan,pencahayaan,

kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan

tidur

- Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam

pemilihan

strategi meredakan

nyeri

3.Edukasi

- Anjurkan memonitor

nyeri secaramandiri
- Anjurkan menggunakan

analgetik secara tepat

4.Kalaborasi

- .kalaborasi pemberian

analgetik,jika perlu.

2. Resiko jatuh d/d Luaran utama Pencegahan jatuh


penggunaan alat bantu Tingkat jatuh Observasi
berjalan Luaran tambahan - Identifikasi faktor risiko
- Eliminasi urine jatuh atau gangguan
Ds: pasien mengatan sangat - Kontrol gejala keseimbangan
Mengatakan jatuh dari - Perawatan diri - Identifikasi faktor
tangga. - Tingkat infeksi lingkungan yang
meningkatkan risiko
Setelah di lakukan
Do: 1. Terdapat pergeseran jatuh
tindakan keperawatan
Tulang paha - Monitor kemampuan
selama 3x24 jam maka
2.pasien tampak lemas berpindah dari tempat
tingkat jatuh menurun
Dan tidak bisa tidur ke kursi roda
dengan kriteria hasil:
melakukan aktivitas
sendiri
- Jatuh saat naik
Terapeutik
tangga menurun
- Jatuh dari tempat - Pastikan roda tempat tidur
tidur menurun dan kursi roda selalu
- Jatuh saat berdiri dalam keadaan terkunci
menurun - Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
Edukasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk pindah
- Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan
jarak ke dua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat berdiri

Intoleransi aktivitas Luaran utama


Manajemen energi
3. berhubungan dengan Toleransi aktivitas
kelemahan d/d gangguan Luaran tambahan Observasi
muskuloskeletal - Konsevasi energi
- Identifikasi gangguan
Ds : pasien mengatakan - Tingkat keletihan
fungsi tubuh yang
Tidak bisa melakuka
Setelah di lakukan mengakibatkan kelelahan
aktivitas apapun
tindakan keperawatan - Monitor pola jam tidur
selama 3x24 jam maka
Do : Pasien tampak gelisah
Terapeutik
toleransi aktivitas
dan Khawatir
TTV - Lakukan latihan rentang
Meningkat dengan
TD. 120/80 gerak pasif dan/ aktif
N : 78x/menit kriteria hasil: - Berikan aktivitas distraksi
P : 20x/menit yang menenagkan
- Kemudahan
S : 36.0O C
dalam melakukan
aktivitas sehari – Edukasi
hari meningkat
- Anjurkan tirah baring
- Kecepatan
- Anjurkan melakukan
berjalan
akitvitas secara bertahap
meningkat
- Kekuatan tubuh
bagian bawah
meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari pertama
No Diagnosis Hari Waktu Implementasi Evaluasi keperawatan
keperawatan / tgl keperawatan
1. Nyeri akut 16 juni 08.00 1. Mengidentifikasi 12.00
berhubungan 2020 karakteristik,durasi,f
dengan agen rekuensi,intensitas S: Pasen mengatakan
pencedera fisik d/d nyeri masih merasakan
cedera traumatis H P: Nyeri paha nyeri.
bagian O: Pasien masih terlihat
kanan meringis dan skala
Q: Berat nyeri 7
R: Paha kanan A: Masalah belum
S: Skala 8 Teratasi
T: Terus menerus P: Lanjutkan intervensi
O8.02 2.Mengidentifikasi 1. Identifikasi
skala Nyeri karakteristik,dura
H: Skala 8 ( berat) si,intensitas nyeri
08.04 3.Mengidentifikasi 2. Identifikasi skala
pengetahuan dan nyeri
keyakinan nyeri 3. Identifikas
H: pasien masih pengetahuan dan
merasakan nyeri keyakinan nyeri
08.06 4.Mengidentifikasi 4. Identifikasi
pengaruh pengaruh nyeri
nyeri pada kualitas pada kualitas
hidup hidup
H:pasein belum bisa 5. Monitor
melakukan aktivitas keberhasilan
08.08 5.Memonitor terapi
keberhasilan terapi komplementer
komplementer yang
sudah di berikan yang sudah di
H: tindakan masih berikan
Berlanjut 6. Monitor efek
samping
08.10 6.Memonitor efek 7. Berikan teknik
samping penggunaa non farmakologis
yang di berikan 8. Anjurkan
H: pasien belum memonitor nyeri
mersakan ada secara mandiri
perubahan 9. Kolaborasi
08.12 7.Memberikan teknik pemberian
non farmakologis analgetik
untuk mengurangi
rasa nyeri
H:memberikan kompres
Dingin
08.14 8.Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
H: Pasien belum
mampu mengontrol
nyerinya
08.16 9.Berkolaborasi
pemberian analgetik
secara tepat
H:berkolaborasi dengan
dokter

2. Resiko jatuh d/d 16 juni 14.00 1. Mengidentifikasi 18.00


penggunaan alat 2020 resiko faktor jatuh S:Pasien mengatakan
bantu berjalan atau gangguan belum bisa
keseimbangan melakukan aktivitas
H:Pasien mengalami akibat pahanya
pergeseran tulang mengalami
paha pergeseran tulang
14.02 2.Mengidentifikasi akibat sudah jatuh
faktor lingkungan dari tangga
yang meningkatkan O:Pasien terlihat
resiko jatuh gelisah dan khawatir
H:Pasien mampu dengan penyakitnya
menghindari tempat – A:Masalah belum
tempat yang Teratasi
berbahaya P: Lanjutkan intervensi
14.04 3.Mmonitor 1. Identifikasi
kemampuan faktor risiko
berpindah dari atau gangguan
tempat tidur ke kursi keseimbangan
roda 2. Identifikasi
H:Pasien tidak bisa faktor
berpindah tanpa lingkungan yang
bantuan keluarga atau meningkatkan
alat bantu risiko jatuh
14.06 4.Mempastikan roda 3. Monitor
tempat tidur dan kursi kemampuan
roda selalu dalam berpindah dari
keadaan terkunci tempat tidur ke
H: Setiap pagi selalu di kursi roda
cek oleh perawat 4. Pastikan roda
14.08 5.Mengatur tempat tempat tidur dan
tidur mekanis pada kursi dalam
posisi terendah keadaan
H: Sudah terlaksanakan terkunci
14.10 6.Menganjurkan 5. Atur tempat
memanggil perawat tidur meanis
jika membutuhkan pada posisi
bantuan untuk pindah terendah
H:Pasien dapat 6. Anjurkan
memanggil perawat memanggil
dengan menyuruh perawat jika
keluarganya membutuhkan
14.12 7.Menganjurkan bantuan untuk
berkonsentrasi untuk pindah
menjaga 7. Anjurkan
keseimbangan tubuh. berkonsentrasi
H:Pasien mulai mampu untuk menjaga
melakukannya secara keseimbangan
perlahan –lahan tubuh
14.14 8.Menganjurkan 8. Anjurkan
melebarkan ke dua melebarkan
jarak kaki untuk jarak ke dua
meningkatkan kaki untuk
keseimbangan saat meningkatkan
berdiri keseimabangan
H: Pasien belum untuk berdiri
mampu melakukannya

3. Intoleransi aktivitas 16 juni 20.00 1. Mengidentifikasi 23.59


Berhubungan 2020 gangguan fungsi S:Pasien mengatakan
dengan tubuh yang masih belum bisa
kelemahan d/d mengakibatkan melakukan akitvitas
gangguan kelelahan apapun tanpa bantuan
muskuloskeletal
H:Pasien kelelahan keluarga atau alat
karena tidak bisa bantu
menggerakkan O:Pasien terlihat
pahanya gelisah dan tidak
20.02 2.Memonitor pola jam tenang akan
Tidur penyakitnya dan
H: Pasien tidur malam tidak bisa melakukan
22.00 aktifitas
20.04 3.Melakukan latihan TTV: TD 110/80
rentangan gerak pasif P: 20x/menit
dan aktif N: 78x/menit
H: Pasien dapat S: 36,60C
melakukannya secara A: Masalah belum
perlahan-lahan Teratasi
20.06 4.Memberikan P: Lanjutkan intervensi
akitvitas distraksi 1. Identifikasi
yang menegangkan gangguan fungsi
H: Pasien belum bisa tubuh yang
Melakukannya mengakibatkan
20.08 5.Menganjurkan tirah kelelahan
Baring 2. Monitor pola
H: Pasien dapat jam tidur
Melakukannya 3. Lakukan latihan
20.10 6.Menganjurkan rentang gerak
melakukan akitvitas pasif dan dan
secara bertahap aktif
H:Pasien dapat 4. Berikan
melakukannya secara akitvitas
berhati –hati distraksi yang
menegangkan
5. Anjurkan tirah
baring
6. Anjurkan
melakukan
akitvitas secara
bertahap
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari ke dua
No Diagnosis Hari Waktu Implementasi Evaluasi keperawatan
keperawatan / tgl keperawatan
1. Nyeri akut 17 juni 08.00 1. Mengidentifikas 12.00
berhubungan 2020 karakteristik,dur
dengan agen asi,frekuensi,int S: Pasen mengatakan
pencedera fisik d/d ensitas nyeri masih merasakan
cedera traumatis H P: Nyeri paha nyeri.
bagian kanan O: Pasien masih terlihat
Q: Berat meringis dan skala
R: Paha kanan nyeri 7
S: Skala 7 A: Masalah belum
T: Terus menerus Teratasi
2.Mengidentifikasi P: Lanjutkan intervensi
O8.02 skala Nyeri 1. Identifikasi
H: Skala 7 karakteristik,dura
3.Mengidentifikasi si,intensitas nyeri
08.04 pengetahuan dan 2. Identifikasi skala
keyakinan nyeri nyeri
H: pasien masih 3. Identifikas
merasakan nyeri pengetahuan dan
4.Mengidentifikasi keyakinan nyeri
08.06 pengaruh 4. Identifikasi
nyeri pada kualitas pengaruh nyeri
hidup pada kualitas
H:pasein belum bisa hidup
melakukan aktivitas 5. Monitor
5.Memonitor keberhasilan
08.08 keberhasilan terapi terapi
komplementer yang komplementer
sudah di berikan
H: tindakan masih yang sudah di
Berlanjut berikan
6. Monitor efek
6.Memonitor efek samping
08.10 samping penggunaa 7. Berikan teknik
yang di berikan non farmakologis
H: pasien belum 8. Anjurkan
mersakan ada memonitor nyeri
perubahan secara mandiri
7.Memberikan teknik 9. Kolaborasi
08.12 non farmakologis pemberian
untuk mengurangi analgetik
rasa nyeri
H:memberikan kompres
Dingin
8.Menganjurkan
08.14 memonitor nyeri
secara mandiri
H: Pasien sudah bisa
mampu mengontrol
nyerinya
9.Berkolaborasi
08.16 pemberian analgetik
secara tepat
H:berkolaborasi dengan
dokter

2. Resiko jatuh d/d 17 juni 14.00 1. Mengidentifikasi 18.00


penggunaan alat 2020 resiko faktor jatuh S:Pasien mengatakan
bantu berjalan atau gangguan belum bisa
keseimbangan melakukan aktivitas
H:Pasien mengalami akibat pahanya
pergeseran tulang mengalami
paha pergeseran tulang
14.02 2.Mengidentifikasi akibat sudah jatuh
faktor lingkungan dari tangga
yang meningkatkan O:Pasien terlihat
resiko jatuh gelisah dan khawatir
H:Pasien mampu dengan penyakitnya
menghindari tempat – A:Masalah belum
tempat yang Teratasi
berbahaya P: Lanjutkan intervensi
14.04 3.Mmonitor 1. Identifikasi
kemampuan faktor risiko
berpindah dari atau gangguan
tempat tidur ke kursi keseimbangan
roda 2. Identifikasi
H:Pasien tidak bisa faktor
berpindah tanpa lingkungan
bantuan keluarga atau yang
alat bantu meningkatkan
14.06 4.Mempastikan roda risiko jatuh
tempat tidur dan kursi 3. Monitor
roda selalu dalam kemampuan
keadaan terkunci berpindah dari
H: Setiap pagi selalu di tempat tidur ke
cek oleh perawat kursi roda
14.08 5.Mengatur tempat 4. Pastikan roda
tidur mekanis pada tempat tidur dan
posisi terendah kursi dalam
H: Sudah terlaksanakan keadaan
14.10 6.Menganjurkan terkunci
memanggil perawat 5. Atur tempat
jika membutuhkan tidur meanis
bantuan untuk pindah pada posisi
H:Pasien dapat terendah
memanggil perawat 6. Anjurkan
dengan menyuruh memanggil
keluarganya perawat jika
14.12 7.Menganjurkan membutuhkan
berkonsentrasi untuk bantuan untuk
menjaga pindah
keseimbangan tubuh. 7. Anjurkan
H:Pasien mulai mampu berkonsentrasi
melakukannya secara untuk menjaga
perlahan –lahan keseimbangan
14.14 8.Menganjurkan tubuh
melebarkan ke dua 8. Anjurkan
jarak kaki untuk melebarkan
meningkatkan jarak ke dua
keseimbangan saat kaki untuk
berdiri meningkatkan
H: Pasien belum keseimabangan
mampu melakukannya untuk berdiri

3. Intoleransi aktivitas 17 juni 20.00 1. Mengidentifikasi 23.59


Berhubungan 2020 gangguan fungsi S:Pasien mengatakan
dengan tubuh yang masih belum bisa
kelemahan d/d mengakibatkan melakukan akitvitas
gangguan kelelahan apapun tanpa bantuan
muskuloskeletal H:Pasien kelelahan keluarga atau alat
karena tidak bisa bantu
menggerakkan O:Pasien terlihat
pahanya gelisah dan tidak
2.Memonitor pola jam tenang akan
20.02 Tidur penyakitnya dan
H: Pasien tidur malam tidak bisa melakukan
22.00 aktifitas
3.Melakukan latihan TTV: TD 110/80
20.04 rentangan gerak pasif P: 20x/menit
dan aktif N: 78x/menit
H: Pasien dapat S: 36,60C
melakukannya secara A: Masalah belum
perlahan-lahan Teratasi
4.Memberikan P: Lanjutkan intervensi
20.06 akitvitas distraksi 1. Identifikasi
yang menegangkan gangguan
H: Pasien belum bisa fungsi tubuh
Melakukannya yang
5.Menganjurkan tirah mengakibatkan
20.08 Baring kelelahan
H: Pasien dapat 2. Monitor pola
Melakukannya jam tidur
6.Menganjurkan 3. Lakukan latihan
20.10 melakukan akitvitas rentang gerak
secara bertahap pasif dan dan
H:Pasien dapat aktif
melakukannya secara 4. Berikan
berhati –hati akitvitas
distraksi yang
menegangkan
5. Anjurkan tirah
baring
6. Anjurkan
melakukan
akitvitas secara
bertahap
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari ke tiga
No Diagnosis Hari Waktu Implementasi Evaluasi keperawatan
keperawatan / tgl keperawatan
1. Nyeri akut 18 juni 08.00 1. Mengidentifikaska 12.00
berhubungan 2020 rakteristik,durasi,fr
dengan agen ekuensi,intensitas S: Pasen mengatakan
pencedera fisik d/d nyeri sudah ada perubahan
cedera traumatis H P: Nyeri paha dan penuruan nyeri
bagian kanan yang di rasakan
Q: Berat O: Pasien masih terlihat
R: Paha kanan tenang dan skala
S: Skala 6 nyeri 6
T: Terus menerus A: Masalah belum
2.Mengidentifikasi Teratasi
O8.02 skala Nyeri P: Lanjutkan intervensi
H: Skala 7 1. Identifikasi
3.Mengidentifikasi karakteristik,dur
08.04 pengetahuan dan asi,intensitas
keyakinan nyeri nyeri
H: pasien masih 2. Identifikasi
merasakan nyeri skala nyeri
4.Mengidentifikasi 3. Identifikas
08.06 pengaruh pengetahuan dan
nyeri pada kualitas keyakinan nyeri
hidup 4. Identifikasi
H:pasein belum bisa pengaruh nyeri
melakukan aktivitas pada kualitas
5.Memonitor hidup
08.08 keberhasilan terapi 5. Monitor
komplementer yang keberhasilan
sudah di berikan terapi
H: tindakan masih komplementer
Berlanjut yang sudah di
6.Memonitor efek berikan
samping penggunaa 6. Monitor efek
08.10 yang di berikan samping
H: pasien belum 7. Berikan teknik
mersakan ada non farmakologis
perubahan 8. Anjurkan
7.Memberikan teknik memonitor nyeri
non farmakologis secara mandiri
08.12 untuk mengurangi 9. Kolaborasi
rasa nyeri pemberian
H:memberikan kompres analgetik
Dingin
8.Menganjurkan
memonitor nyeri
08.14 secara mandiri
H: Pasien sudah bisa
mampu mengontrol
nyerinya
9.Berkolaborasi
pemberian analgetik
08.16 secara tepat
H:berkolaborasi dengan
dokter

2. Resiko jatuh d/d 18 juni 14.00 1. Mengidentifikasi 18.00


penggunaan alat 2020 resiko faktor jatuh S:Pasien mengatakan
bantu berjalan atau gangguan Sudah agak bisa
keseimbangan menggerakkan
H:Pasien mengalami pahanya secara
pergeseran tulang perlahan -lahan
paha O:Pasien terlihat
14.02 2.Mengidentifikasi Rileks dan tenang
faktor lingkungan A:Masalah belum
yang meningkatkan Teratasi
resiko jatuh P: Lanjutkan intervensi
H:Pasien mampu 1. Identifikasi
menghindari tempat – faktor risiko
tempat yang atau gangguan
berbahaya keseimbangan
14.04 3.Mmonitor 2. Identifikasi
kemampuan faktor
berpindah dari lingkungan
tempat tidur ke kursi yang
roda meningkatkan
H:Pasien tidak bisa risiko jatuh
berpindah tanpa 3. Monitor
bantuan keluarga atau kemampuan
alat bantu berpindah dari
14.06 4.Mempastikan roda tempat tidur ke
tempat tidur dan kursi kursi roda
roda selalu dalam 4. Pastikan roda
keadaan terkunci tempat tidur dan
H: Setiap pagi selalu di kursi dalam
cek oleh perawat keadaan
14.08 5.Mengatur tempat terkunci
tidur mekanis pada 5. Atur tempat
posisi terendah tidur meanis
H: Sudah terlaksanakan pada posisi
14.10 6.Menganjurkan terendah
memanggil perawat 6. Anjurkan
jika membutuhkan memanggil
bantuan untuk pindah perawat jika
H:Pasien dapat membutuhkan
memanggil perawat bantuan untuk
dengan menyuruh pindah
keluarganya 7. Anjurkan
14.12 7.Menganjurkan berkonsentrasi
berkonsentrasi untuk untuk menjaga
menjaga keseimbangan
keseimbangan tubuh. tubuh
H:Pasien mulai mampu 8. Anjurkan
melakukannya secara melebarkan
perlahan –lahan jarak ke dua
14.14 8.Menganjurkan kaki untuk
melebarkan ke dua meningkatkan
jarak kaki untuk keseimabangan
meningkatkan untuk berdiri
keseimbangan saat
berdiri
H: Pasien belum
mampu melakukannya

3. Intoleransi aktivitas 18 juni 20.00 1. Mengidentifikasi 23.59


Berhubungan 2020 gangguan fungsi S:Pasien mengatakan
dengan tubuh yang Sudah bisa
kelemahan d/d mengakibatkan melakukan akitvitas
gangguan kelelahan secara perlahan dan
muskuloskeletal H:Pasien kelelahan tetap meski di bantu
karena tidak bisa keluarga atau alat
menggerakkan bantu
pahanya O:Pasien terlihat
2.Memonitor pola jam gelisah dan tidak
20.02 Tidur tenang akan
H: Pasien tidur malam penyakitnya dan
22.00 tidak bisa melakukan
3.Melakukan latihan aktifitas
20.04 rentangan gerak pasif TTV: TD 120/80
dan aktif P: 20x/menit
H: Pasien dapat N: 78x/menit
melakukannya secara S: 36,60C
perlahan-lahan A: Masalah belum
4.Memberikan Teratasi
20.06 akitvitas distraksi P: Lanjutkan intervensi
yang menegangkan 1. Identifikasi
H: Pasien belum bisa gangguan
Melakukannya fungsi tubuh
5.Menganjurkan tirah yang
20.08 Baring mengakibatkan
H: Pasien dapat kelelahan
Melakukannya 2. Monitor pola
6.Menganjurkan jam tidur
20.10 melakukan akitvitas 3. Lakukan latihan
secara bertahap rentang gerak
H:Pasien dapat pasif dan dan
melakukannya secara aktif
berhati –hati 4. Berikan
akitvitas
distraksi yang
menegangkan
5. Anjurkan tirah
baring
6. Anjurkan
melakukan
akitvitas secara
bertahap

Anda mungkin juga menyukai