Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATA KULIAH
DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh:
Dellya 200103040015
PSIKOLOGI ISLAM
BANJARMASIN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
sistim Khilafah ini sebagai "Khilafah yang adil dan benar" atau alKhilifah
al-Rashidah. Ini adalah kata-kata yang menjelaskan bahwa cara ini adalah
satusatunya cara yang benar bagi penggantian kedudukan Rasulullah Saw
menurut pandangan kaum muslimin
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
BAB II
PEMBAHASAN
3|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
Allah, Rasulullah memegang dua jabatan yakni sebagai Rasulullah dan kepala
negara, jabatan pertama selesai bertepatan dengan wafatnya beliau dan jabatan
kedua perlu ada penggantinya. Lalu munculah pertanyaan siapakah yang layak
menjadi pengganti Rasulullah dan dapat disetujui oleh kaum muslimin.
1
Khoirudin Nasution, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dari Masa Klasik, Tengah Hingga
Modern, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hlm 22.
4|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
anggota majelis syura yang dibentuk Abu Bakar adalah dari kalangan
para sahabat yang mewakili ulama‟ dan kaum Muslim, baik dari
kalangan Muhajirin maupun Anshar. Di antara anggota syura dalam
pemerintahan Abu Bakar adalah Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Mu‟adz bin Jabal,
Ubay bin Ka‟ab, dan Zaid bin Tsabit. Bentuk pemerintahan yang
dijalankan Abu Bakar ash-Shiddiq adalah bentuk pemerintahan yang
ideal, yang memberikan ruang bagi rakyat melalui wakilnya dalam
majelis syura untuk ikut berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan
pemerintah.2
Pada masa kepemimpinannya, Khalifah Abu Bakar ash-
Shiddiq melakukan beberapa usaha dan mencapai beberapa prestasi
sebagai berikut.
2. Memerangi Kaum Murtad
Beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas
muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Najed
menyatakan murtad atau membangkang kepada khalifah dan sistem
pemerintahan. Diantaranya menolak membayar zakat dan beberapa
yang lainnya kembali memeluk agama dan tradisi lamanya, yakni
menyembah berhala. Suku-suku tersebut menyatakan bahwa mereka
hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad saw. Oleh karena
itu, kewafatan Nabi Muhammad saw. menjadi alasan perjanjian itu
tidak diberlakukan lagi.
Rasa kesukuan dan sifat paternalistik, yaitu tunduk secara
membabi buta kepada pemimpinnya, juga menjadi penyebab
timbulnya gerakan murtad (riddah). Para kepala suku yang lemah
imannya kemudian mempelopori gerakan riddah. Menghadapi
keadaan tersebut, Khalifah Abu Bakar menyikapinya dengan tegas.
Ketegasan itu tersirat dalam salah satu ucapannya, yaitu “Jika saja
zakat itu hanya seutas tali unta dan mereka tidak mau menunaikannya,
2
Ahmad Hatta, dkk, The Golden Story of Abu Bakar as Shiddiq, hlm.192.
5|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
niscaya tetap aku perangi mereka.” Di balik ketegasannya, Khalifah
Abu Bakar ash-Shiddiq tetap berpesan kepada panglimanya untuk
mengadakan pendekatan secara persuasif atau damai. Sebagian dari
kaum itu ada yang menerima ajakan perdamaian tersebut dan sebagian
lain tetap memilih berperang. Mereka dipimpin oleh orang-orang yang
mengangkat dirinya sebagai nabi. Gerakan nabi palsu ini terjadi pada
tahun 11-13 H/632-634 M. Mereka adalah nabi-nabi palsu yang
berusaha menghancurkan Islam, di antaranya Aswad al-Ansi,
Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Malik bin Nuwairah, dan
Musailamah al-Kazab.
Aswad al-Ansi memimpin suku Badui di Yaman. Mereka
berhasil merebut Najran dan San‟a. Kemudian, Khalifah Abu Bakar
mengirimkan Zubair bin Awwam untuk menghancurkan mereka,
namun setiba di Yaman ternyata Aswad al-Ansi terbunuh oleh saudara
Gubernur Yaman. Pasukan Islam kembali berhasil menguasai Yaman.
Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi juga menganggap dirinya
sebagai nabi. Pengikutnya berasal dari Bani Asad, Bani Gatafan, dan
Bani Amir. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq mengirimkan pasukan
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pertempuran terjadi di dekat
Sumur Buzakhah. Dan pasukan Muslimpun berhasil mengalahkan
mereka.
Malik bin Nuwairah merupakan pemimpin Bani Yarbu‟ dan
Bani Tamim. Sepeninggal Nabi Muhammad saw.,mereka tidak
mengakui Islam. Pasukan paglima Khalid bin Walid kemudian
bergerak menuju perkampungan mereka. Dan dalam pertempuran
yang sengit akhirya Malik bin Nuwairah terbunuh, para pengikutnya
tercerai berai.
Musailamah al-Kazab juga mengakui dirinya sebagai nabi. Ia
didukung oleh Bani Hanifah di Yamamah. Ia mengawini Saj‟ah yang
juga mengaku dirinya sebagai nabi dari kalangan Kristen. Mereka
berhasil menyusun pasukan besar yang berkekuatan 40.000 orang.
6|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
Khalifah Abu Bakar mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal dan
Syurahbil bin Hasanah. Pasukan Islam bertempur dengan gagah
berani, sekitar 10.000 orang kaum murtad terbunuh dan pasukan
Musailamah al-Kazab dapat terkalahkan. Namun, ribuan kaum
muslimin gugur termasuk diantaranya para penghafal Al-Qur‟an.
Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Yamamah.
Setelah pasukan Musailamah al-Kazab terkalahkan, pasukan
muslim bergerak menuju Bahrain, Oman, dan Yaman. Di tempat itu
juga pasukan muslim dapat mengalahkan kaum murtad. Serangkaian
perang melawan kaum murtad ini dinamakan dengan Perang Riddah.
Akhirnya, para kaum murtad yang juga mengaku sebagai nabi palsu
dapat ditumpaskan oleh kaum muslim dengan berani. Hal itu membuat
Islam kembali berhasil memperoleh kesetiaan di Jazirah Arab.
3. Kodifikasi (Penghimpunan) Ayat-Ayat Al-Qur’an
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat baik dari kalangan
Anshar maupun Muhajirin sepakat mengangkat Sayyidina Abu Bakar
ash-Shiddiq sebagai khalifah bagi kaum muslimin. Pada masa awal
pemerintahannya, banyak di antara orang-orang Islam yang belum
kuat imannya. Terutama orang yang tinggal di Yaman, banyak di
antara mereka yang memilih menjadi murtad dari agamanya, dan
banyak pula orang yang menolak membayar zakat. 3
3
Zainal Abidin S, Seluk Beluk Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.31
7|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
mengaku dirinya nabi. Peperangan itu dikenal dengan perang
Yamamah.
4
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj.Mudzakir (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013), hlm.188
5
W. Montgommery Watt, Pengantar Studi Al-Qur‟an, terj. Taufik Adnan Amal (Jakarta: Rajawali,
1991), hlm.61
6
Al-Qathan, Studi Ilmu-ilmu, hlm.188
8|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
al-Qur‟an terakhir kali oleh Rasulullah Saw. Sayyidina Abu Bakar
menceritakan kepadanya kekhawatiran Sayyidina Umar dan usulan
Sayyidina Umar. Awalnya Zaid menolak menerima seperti halnya
Sayyidina Abu Bakar sebelum itu, bahkan Zaid mengungkapkan
bahwa pekerjaan seperti itu sangatlah berat, kemudian ia
mengibaratkan seandainya Zaid itu diperintahkan untuk memindahkan
sebuah bukit, maka hal itu lebih ringan bagi Zaid daripada
mengumpulkan Al-Qur‟an yang telah diperintahkan.
Kemudian keduanya saling pendapat, yang akhirnya Zaid bin
Tsabit menerima permintaan penulisan Al-Qur‟an itu dengan lapang
dada. Riwayat lain menyebutkan bahwa untuk kegiatan pengumpulan
dan pembukuan Al-Qur‟an, Sayyidina Abu Bakar mengangkat panitia
yang terdiri dari empat orang dengan komposisi kepanitiaan sebagai
berikut:
Zaid bin Tsabit sebagai ketua.
Sayyidina Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Ubay
bin Ka‟ab, masing- masing sebagai anggota.
9|Ma s a K e k h a l i fa h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
Sayyidina Abu Bakar sebagai khalifah pada saat itu dan dibawa
hingga akhir hayatnya. Kemudian dipindahkan ke rumah Sayyidina
Umar bin Khattab selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat,
mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, putri Sayyidina Umar, dan
juga sebagai istri Rasulullah Saw. sampai masa pembukuan di masa
khalifah Sayyidina Utsman bin Affan. Ketika pemilihan khalifah
selanjutnya, sejak awal mushaf itu tidak diserahkan kepada calon
khalifah sesudah Sayyidina Umar, alasannya adalah sebelum wafat
umar memberikan kesempatan kepada enam orang sahabat
diantaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk bermusyawarah
memilih seorang di antara mereka menjadi khalifah. Seandainya
Sayyidina Umar memberikan lebih dahulu mushaf yang ada padanya
kepada salah seorang di antara enam sahabat itu, Ia khawatir akan
dipahami sebagai dukungan kepada sahabat yang telah memegang
mushaf. Padahal Sayyidina Umar ingin memberikan kebebasan
kepada para sahabat untuk memilih salah seorang dari mereka untuk
menjadi khalifah.7
4. Sistem Politik Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq
7
Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an 1 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm.54.
10 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
Madinah dan memiliki otoritas, dalam batas-batas konstitusional,
untuk mengatur kehidupan dunia. Tampilnya Sayyidina Abu Bakar
sebenarnya tidak memiliki “otoritas” dalam bidang keagamaan
sebagaimana yang memiliki oleh seirang Nabi atau Rasul. Kalau Nabi
dipelihara atau dilindungi oleh Tuhan dari “kesalahan” dalam
kapasitasnya sebagai pemimpin spiritual dan karenanya mendapat
sebutan “ma‟shum”, Sayyidina Abu Bakar tidak.
11 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
tersebut. Kemudian Sayyidina Umar bin Khattab memberikan Bay‟ah
(sumpah setia) kepada Sayyidina Abu Bakar diikuti oleh kaum
Muhajirin dan kaum Anshor. Bay‟ah dipahami sebagai kepastian hak
dan kewajiban timbal balik antara rakyat dan penguasa (dewasa ini
sering disebut dengan “kontrak sosial”). Proses pemilihan Khulafau
Rasyidin berikutnya, masing-masing Sayyidina Umar bin Khattab
(634-644), Sayyidina Utsman bin „Affan (644-656), Sayyidina „Ali
bin Abi Thalib (656-661), tetap lewat musyawarah, meskipun dengan
pola yang berbeda-beda yang dilanjutkan dengan Bay‟ah.
12 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
Khalid diperintahkan untuk membantu Abu Ubaidah. Pada waktu
berlangsung perang melawan kekuasaan Romawi, dikabarkan sebuah
berita tentang wafatnya Khalifah Abu Bakar (13 H/634 M). Kemudian
usaha ini dilanjutkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. 8
8
Kementerian Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X MA, (Jakarta: 2014), hlm 88.
13 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
mereka pun membaiat Sayyidina Umar bin Khattab. Peristiwa ini berlangung
pada bulan Jumadil Akhir tahun ke 13 Hijriyah.9
9
M.Sa‟id Ramadhan Al-Buthy, “Sirah Nabawiyah : Analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan
Islam di Masa Rasulullah” (https://alquranmulia.wordpress.com/2014/09/22/kh ilafah-abu-bakar-
ash-shiddiq/, Diakses pada 16 Oktober 2020, 10.59)
10
Muhammad bin Sa`ad bin Muni` al-Zuhry, Kitab al-Thabaqat al-Kubra, (Cairo: Syirkah al-
Dauliyah li al-Thiba`ah, 2001), Jilid 3, hlm. 186.
11
Ibid., Jilid 3, hlm. 196, 199
14 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
BAB III
KESIMPULAN
15 | M a s a K e k h a l i f a h a n A b u B a k a r A s h - S h i d d i q
DAFTAR PUSTAKA