Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir hingga umur 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap
lingkungannya, seperti meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain lain. Ciri pokok
perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Aktivitas kognitif
terpusat pada aspek alat dria (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam tahap ini, anak hanya
mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.
Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensorimotor
kognitif menurut Piaget. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan
symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Ciri-ciri lain anak
komunikasi, artinya dalam bermain bersama anak-anak cenderuung saling bicara tanpa
mengharapkan saling mendengar atau saling menjawab, dan 3) lebih memfokuskan diri pada
aspek statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan
lain (Hergenhahn & Olson, 2001). Pada usia ini anak cenderung berfokus pada satu aspek situasi
dengan mengesampingkan aspek lainnya, proses ini disebut dengan pemusatan (centering) (Hill,
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan
dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik
kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah
dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki
Saudara mahasiswa, tahap ini merupakan tingkat permulaan anak berpikir rasional. Pada usia
ini anak sudah masuk persekolahan di tingkat Sekolah Dasar. Maksudnya, anak memiliki
operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bilamana mereka
menghadapi seuatu pertentangan antar pikiran dan persepsi, maka anak akan lebih memilih
pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual seperti anak praoprasional
(Nurjan, 2016).
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Selama
tahap ini bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris
dalam berkomunikasi (Dahar, 2006). Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan
mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka pada orang dewasa dan teman-teman.
Proses berpikir pun menjadi kurang egosentris dan mereka sekarang dapat menerima orang lain.
Saudara mahasiswa, ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Anak-anak sudah
mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu
merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, dan mengecek data
terhadap setiap hipotesis untuk mendapat keputusan layak. Tetapi ia belum mempunyai
kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2) tahap ini ditandai dengan berpikir
yang berlawanan dengan fakta. 3) berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua
artinya anak mampu berfikir kembali pada satu seri operasioal mental.
Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin
saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada
seorang anak yang berumur 8 tahun pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun
urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya
terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya (Wilis, 2011).
Skinner di lahirkan di Susquehanna, Pennylvania. Hal menarik dari teori yang dihasilkan oleh
Skinner adalah pandangannya terkait Hukuman atau punishment. Hukuman terjadi ketika suatu
respon menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif.
Atau bahasa mudahnya adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan atau memberi
Skinner memiliki kesamaan pandangnan dengan Thorndike mengenai efektivitas hukuman, bahwa
hukuman tidak menurunkan probabilitas respon. Walaupun hukuman bisa menekan sesuatu respon
selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Kesimpulan
ini dihasilkan dari serangkaian percobaannya terhadap dua kelompok tikus yang dilatih untuk
menekan tuas dalam kotak skinner.
Argumen Skinner yang menentang penggunaan hukuman adalah bahwa hukuman dalam jangka
panjang tidak akan efektif. Tampak bahwa hukuman hanya akan menekan menekan perilaku dan
ketika ancaman hukuman dihilangkan maka tingkat perilaku akan kembali ke level semua. Jadi
hukuman sering kelihatannya sangat berhasil padahal sebenarnya hanya menghasilkan efek yang
sementara.
Argumen lain Skinner yang menentang suatu Hukuman adalah sebagai berikut :
1. Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk. Organisme yang dihukum
menjadi takut dan ketakutan ini digeneralisasikan ke sejumlah stimuli yang terkait dengan
2. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan bukan apa yang seharusnya
3. Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain.Hal ini tentu saja berlaku untuk
penggunaan hukuman dalam pengasuhan anak. Ketika dipukul, satu-satunya hal yang
mereka pelajari adalah bahwa dalam situasi tertentu diperbolehkan untuk menyakiti orang
lain.
4. Berada dalam situasi dimana perilaku yang dahulu dihukum kini dapat dilakukan lagi tanpa
melakukannya lagi.
5. hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukum dan pihak lain. Hukuman
6. Hukuman sering mengganti respon yang tidak diinginkan dengan respon yang tidak
diinginkan lainnya.
Toeri yang dikembangkan oleh Watson ialah Conditioning. Toeri ini merupakan perkembangan lebih
lanjut dari koneksionisme. Teori conditioning berkesimpulan bahwa perilaku inidividu dapat dikondisikan.
Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan (perangsang) yang berupa pembentukan suatu
perilaku atau respons terhadap sesuatu. Watson juga percaya bahwa kepribadian seseorang manusia yang
terbentuk melalui berbagai macam condotioning dan berbagai macam refleks. Hill (2009) menyatakan
tentang penjelasan Watson lainnya mengenai pembelajaran ini bersandar pada dua prinsip: frekuensi
(frequency) dan resensi (recency). Prinsip frekuensi menyatakan bahwa semakin sering kita melakukan suatu
respon terhadap stimulus tertentu, semakin cenderung kita menjadikan respon tersebut sebagai stimulus
lagi. Begitu pula prinsip resensi menyatakan bahwa semakin baru atau terkini kita melakukan respon
terhadap stimulus tertentu, semakin cenderung kita melakukannya lagi.
melakukannya maka ia puas. Sebaliknya, bila ia tidak jadi melakukannya, maka ia tidak
puas. Contohnya, peserta didik yang siap untuk ujian, ketika dilakukan ujian, maka ia
akan memperkuat hubungan antara respons dengan stimulus. Sebaliknya jika respons
tidak digunakan, hubunga dengan stimulus akan semakin lemah. Contohya, peserta
didik yang belajar bahasa inggris, semakin sering digunakan bahasa inggrisnya maka
akan semakin terampil dalam berbahasa inggris. Tetapi jika tidak digunakan maka ia
3. Hukum Akibat (Law of Effect): Bila hubungan antara respon dan stimulus menimbulkan
lemah. Dengan kata lain, apabila stimulus diberikan diikuti oleh respon dan juga diikuti
oleh pemuas maka koneksi stimulus-respon akan menguat. Namun, jika diikuti oleh
pengganggu maka koneksi tersebut akan melemah. Contohnya, peserta didik yang
mendapatkan nilai tinggi akan menyukai pelajaran tersebut, sebaliknya peserta didik