Disusun Oleh:
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2. Membedakan antara monosakarida dan disakarida.
3. Membuktikan adanya polisakarida.
4. Membuktikan adanya gula pereduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot
serta juga untuk menjalankan berbagaI aktivitasfisik seperti berolahraga atau bekerja
(Sirajuddin, 2010).
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O, dengan perbandingan 1: 2 : 1. Karbohidrat
banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural dan metabolik,
sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum
dan selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak dapat
menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung pada tumbuhan (Suhara, 2008).
Monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai
triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon;
dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang
dimilki senyawa tersebut (Murray dkk, 2009).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-
rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau
cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam
monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom
karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada
cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon.
Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat
kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut (Almatsier, 2010).
Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida. Ada empat jenis
disakarida yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Trehalosa
tidak begitu penting dalam ilmu gizi. Kedua monosakarida yang saling mengikat
berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen. Ikatan glikosidik ini biasanya
terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa,
dengan melepaskan satu molekul. Hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya
terikat dalam bentuk alfa dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali
menjadi dua molekul monosakarida melalui hidrolisis. Glukosa terdapat pada empat
jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa (Almatsier,
2010)
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat
digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida (Sirajuddin, 2011).
Polisakarida adalah makromolekul, polimer dengan beberapa ratus sampai
beberapa ribu monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa
diantara polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang
nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel.
Polisakarida berfungsi sebagai materi pembangun (penyusun) untuk struktur yang
melindungi sel atau keseluruhan organisme. Arsitektur dan fungsi suatu polisakarida
ditentukan oleh monomer gulanya dan oleh posisi ikatan glikosidiknya (Campbell,
2002). Polisakarida yang penting :
a. Amilum : terdapat sebagai simpanan energi pada hewan
b. Selulosa : terdapat sebagai simpanan energy pada tumbuhan
c. Glikogen : terdapat pada serat tumbuhan
Sebelum melakukan pengujian kandungan kaerbohidrat, bahan pangan yang
akan diuji terlebih dahulu diektrak. Proses ekstraksi dilakukan untuk mengambil
senyawa sakarida yang akan diteliti. Pelarut yang digunakan adalah air panas.
Pemberian air panas ini bertujuan untuk melarutkan kandungan gula dalam sampel
karena sifat gula yang polar larut dalam air (Kusbandari, 2015).
Adapun fungsi dari karbohidrat diantaranya (Almatsier, 2010):
1. Sumber energi : fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi
tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh
dunia, karena banyak didapat alam dan harganya relatif murah. Karbohidrat di
dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan
energi segera;sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan
otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai
cadangan energi di dalam jaringan lemak.
2. Pemberi rasa manis pada makanan : karbohidrat memberi rasa manis pada
makanan, khususnya mono dan disakarida. Sejak lahir manusia menyukai rasa
manis. Alat kecapan pada ujung lidah merasakan rasa manis tersebut. Gula
tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3. Penghemat protein : bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka
protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila
karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat
pembangun.
4. Pengatur metabolisme lemak : karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi
lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton
berupa asam asetoasetat,aseton, dan asam beta-hidroksi-butirat.
5. Membantu pengeluaran feses : karbohidrat membantu pengeluaran feses
dengan cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam
serat makanan mengatur peristaltik usus,sedangkan hemiselulosa dan pektin
mampu menyerap banyak air dalam usus besar sehingga memberi bentuk pada
sisa makanan yang akan dikeluarkan.
Identifikasi karbohidrat pada bahan pangan dilakukan dengan beberapa
pengujian seperti dilakukannya uji Molisch, uji Iodium, uji Benedict, uji Barfoed,
serta uji Seliwanoff. (Tim Penyusun, 2019).
Uji Molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat.
Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang alhi botani dari
Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
(Adisendjaja, 2014).
Uji iodium berdasarkan pada penambahan iodium pada
suatu polisakarida yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna
spesifik. Karbohidrat dengan iodium mengahasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis bereaksi dengan iodium membantuk warna merah coklat. (Sumardjo,
2006)
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi
dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi
keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena
memiliki gugus alpha hidroksiketon, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa
dan mannose dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict (Adisendjaja, 2014).
Uji ini digunakan untuk menguji adanya gula pentosa. Pemanasan pentosa
dengan HCL pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol
dan ion feri . Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru-hijau yang menunjukan
adanya gula pentosa (Suhara, 2009).
Pada uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida.
Endapan berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel
(Kusbandari, 2015).
Pada uji Seliwanoff, jika gula tersebut mempunyai gugus keton disebut
ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Prinsip dari
uji ini adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk kompleks
berwarna merah oranye (Kusbandari, 2015).
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Tabung reaksi Pereaksi molisch
Penjepit tabung reaksi H2SO4 pekat
Rak tabung reaksi Larutan iodium
Pipet tetes Pereaksi benedict
Sikat tabung reaksi Pereaksi millon
Pengatur waktu Larutan uji ( amilum, glikogen,
sukrosa, fruktosa, desktrin,
laktosa, maltosa, galaktosa,
glukosa, arabinosa ) masing-
masing konsentrasi 1%.
Glikogen 1%
Sukrosa 1% Kuning +
Laktosa 1% kuning tua +
Maltosa 1% kuning +
Galaktosa 1% Kuning +
Fruktosa 1% kuning +
Glukosa 1% kuning +
Arabinosa 1% kuning +
Glikogen 1%
Dekstrin 1% Hijau -
D. Uji Barfoed
Bahan Hasil uji Barfoed Monosakarida(-/+)
Sukrosa 1% Biru +
Laktosa 1%
Maltosa 1% Biru -
E. Uji Bial
Bahan Hasil uji Bial Pentosa(-/+)
Bening -
Maltosa 1%
Galaktosa 1% Bening -
Fruktosa 1% Kuning -
Glukosa 1% Bening -
Arabinosa 1% Biru +
F. Uji Seliwanoff
Hasil uji Bial Pentosa(-/+)
Bahan
Tidak ada perubahan -
Sukrosa 1% warna
Galaktosa 1% Tidak ada perubahan -
warna
Adanya perubahan +
Fruktosa 1% warna orange
Glukosa 1% Tidak ada perubahan -
warna
Tidak ada perubahan -
Arabinosa 1% warna
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, dilakukan percobaan identifikasi karbohidrat.
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu
bahan, membedakan monosakarida dan disakarida, membuktikan adaanya
polisakarida, dan membuktikan adanya gula preaksi. Untuk itu dilakukan beberapa uji
pada karbohidrat yaitu uji molish, uji iodium, dan uji bennedict, sedangkan kami
tidak melakukan uji barfoed, uji bial, dan uji seliwanoff karena keterbatasan bahan.
Adapun sampel yang digunakan pada setiap uji kali ini adalah larutan amilum 1%,
sukrosa 1%, glikogen 1%, dekstrin 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, galaktosa 1%,
fruktosa 1%,glukosa 1% dan arabinosa 1%, namun karena keterbatasan bahan pada
glikogen 1%, dekstrin 1%, dan galaktosa 1% tidak dilakukan uji.
Pada uji Molisch, semua larutan ditambahkan peraksi molisch dan mengaduk
sampai homogen. Kemudian menambahkan kedalam setiap tabung 1 ml H2SO4 1 %
dengan hati-hati. Dari semua larutan, semua sampel menghasilkan hasil yang positif,
artinya sampel mengandung karbohidrat karena semua larutan ada cincin yang
terbentuk diantara kedua lapisan berwarna ungu. Tetapi pada sampel maltosa, tidak
ada cincin namun terbentuk endapan berwarna ungu. (Menurut Tim Penyusun, 2019),
maltosa mengandung karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
ungu jika direaksikan dengan pereaksi molisch lalu ditambah H 2SO4 pekat. Kesalahan
ini bisa saja dikarenakan kurang teliti nya praktikkan dalam praktikum
Pada uji Molisch, semua larutan ditambahkan peraksi molisch dan diaduk
hingga homogen. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat kedalam setiap tabung
dengan hati-hati. (Menurut Adisendjaja, 2014) Uji Molish adalah uji kimia kualitatif
untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi
positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan
lapisan sampel. Dari hasil uji yang dilakukan laktosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%,
glukosa 1% dan arabinosa 1%. Larutan maltosa, fruktosa dan glukosa menunjukan
reaksi positif dengan berubahnya warna sampel menjadi ungu dan membentuk
cincin. Sedangkan pada laktosa ditunjukan reaksi negatif dengan tidak berubahnya
warna bahan menjadi ungu, namun bahan berubah menjadi warna hijau, dan pada
larutan arabinosa tetap bewarna bening, hal ini terjadi mungkin karena kesalahan
takaran saat memasukkan bahan atau zat peraksinya.
Pada uji Iodium, semua sampel akan ditambahkan peraksi Iodium.
Berdasarkan teori yang terdaat di Sumardjo (2006) bahwa maltosa, fruktosa, glukosa,
dan arabinosa mengandung karbohidrat. Dari hasi uji yang telah dilakukan sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%,glukosa 1% dan arabinosa 1% berubah
warna menjadi kuning pekat yang artinya keenam bahan tersebut positif mengandung
karbohidrat.
Pada uji benedict, semua sampel ditambahkan pereaksi benedict dan
dipanaskan selama 5 menit. Dikutip dari Adisendjaja (2014) bahwa Uji benedict
adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa
dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Dari hasil uji yang
dilakukan, pada sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%, glukosa 1% dan
arabinosa 1%, dari keenam sampel tersebut positif mengandung gula reduksi, karena
menurut buku penuntun reaksi positif ditunjukan dengan timbulnya endapan warna
biru kehijauan, kuning, atau merah bata, tergantung pada kadar kadar gula
pereduksinya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian karbohidrat pada ujimolisch, hasil yang menunjukkan bahwa
larutan positif mengandung karbohidrat adalah pada amilum 1%, sukrosa 1%,
laktosa 1%, fruktosa 1%,glukosa 1% dan arabinosa 1%.
2. Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang
tidak dapat diuraikan/dihidrolisis lagi. Sedangkan disakarida merupakan
karbohidrat gabungan dari 2 monosakarida.
3. Pada uji ini terbukti bahwa terbentuknya polisakarida yaitu pada amilum.
4. Dalam uji benedict, yang terdapat gula pereduksi adalah pada sampel
fruktosa.
6.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan telah memahami materi
tentang uji kelarutan dan pengendapan protein. Dalam melakukan praktikum
sebaiknya para praktikan dapat melakukan semua percobaan yang ada, agar benar-
benar faham dan mengerti. Hati-hati pada saat melakukan praktikum karena banyak
menggunakan alat berbahan kaca, bahan-bahan kimia dan juga alat pemanas. Setelah
melakukan praktikum, alat-alat yang digunakan dibersihkan kembali, dan diletakkan
ditempat semula, dan ruangan praktikum ditinggal dalam keadaan bersih dan rapi.
DAFTAR PUSTAKA
PERTANYAAN:
1. Mengapa uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat ?
2. Pada percobaan uji Benedict manakah yang menunjukkan hasil negatif ? Mengapa ?
3. Jelaskan jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya gula
pereduksi !
JAWABAN :
1. Karena tidak ada perbedaan warna dari larutan sehingga tidak dapat mengetahui
kadar / tingkat karbohidrat yang dikandung pada sampel.
2. Yang menunjukkan hasil negatif adalah amilum 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, galaktosa 1%, glukosa 1% dan arabinosa 1%, hal ini terjadi karena pada
uji benedict reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehujauan,
kuning atau merah bata, tergantung pada gula pereduksi yang ada, namun pada
keenam zat diatas tidak terjadi perubahan.
3. Bahan lain yang dapat membuktikan adanya gula pereduksi adalah uji fehling dan uji
tollens karena, memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa manis dari
gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Sifat mereduksi kedua pereaksi ini
disebabkan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekulnya