Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NI MADE ANGEL RIKAHYANI

KELAS : X MIPA 4
NO : 29
TUGAS : BAHASA INDONESIA

*CERPEN :
Sebatas Patok Tenda
Oleh : Angel Rikahyani

Sang Fajar mulai terbit dari sebelah timur. Burung-burung bernyanyi ria di halaman
rumahku. Dering alarm bergetar membangunkanku dari ranjang kesayanganku. Aku pun
langsung melompat dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Aku bersiap-siap dan bergegas
untuk pergi ke Bumi Perkemahan.

Dihari pertamaku menginjakan kaki di Bumi Perkemahan, semua terasa begitu


membosankan. Melihat begitu banyaknya peserta lomba dan kakak-kakak pembina yang
akan membinaku selama 3 hari 2 malam, membuatku merindukan suasana dalam
keseharianku di rumah.

Hari pertama saja aku sudah merasa bosan dan begitu lelah, apalagi 3 hari kedepan,
itulah yang ada dipikiranku. Bagaimana aku bisa melewati hari-hari ku selanjutnya di Bumi
Perkemahan dengan suasana seperti hari pertama? Itu semua membuatku menyerah. Tapi
semua keluhanku memudar saat kakak pendamping dan peserta dari kontingen ku memberi
semangat. Baru satu hari saja ikatan persaudaraan itu mulai terlihat di kontingenku, belum
lagi dengan peserta dari kontingen lain.

Hujan deras dan angin kencang mewarnai malam pertamaku disana. Suasana pada
malam itu membuat aku takut. Aku takut jika tendaku akan kebanjiran, selain itu aku juga
takut jika hari esok aku akan jatuh sakit, tapi aku berusaha untuk menjaga kondisi ku di bumi
perkemahan. Dan suasana seperti itu tidak pernah menghentikan aktivitasku selama aku
berkemah disana.
Keesokan harinya, kegiatan diawali dengan senam bersama. Pagi-pagi buta, aku dan
kontingenku harus bangun dari tenda kesayanganku dan berlari menuju lapangan. Saat itu
ragaku memang di lapangan, tapi nyawaku masih berada di alam mimpi. Tetapi, semangatku
mulai tumbuh saat melihat kakak-kakak pembina yang sangat bersemangat saat mengikuti
senam pagi itu. Aku yakin kakak-kakak pembina pasti juga lelah, tetapi mereka tidak
menunjukkan rasa lelahnya itu di depan peserta lomba yang mereka bina. Disanalah aku
sadar, bahwa itulah tujuan pramuka yang sebenarnya.

Selesai berolahraga, kami diberi waktu 30 menit untuk MCK, makan, dan
sembahyang. Peserta putri melakukan MCK di kamar mandi yang tersedia disana, sedangkan
peserta putra di sungai dekat Bumi Perkemahan. Disana kamar mandi jumlahnya sangat
sedikit, jadi mau tidak mau satu kamar mandi kami gunakan untuk 3-5 orang, Wow ya kan?

Setelah MCK kami langsung makan dan sembahyang. Nasi yang kami makan rasanya
sangat asin, tapi mau bagaimana lagi? Setelah itu, kami langsung bergegas menuju tempat
sembahyang. Tempat sembahyang pun cukup jauh dari tenda kami. Peluit pun berbunyi,
semua peserta berlari dari berbagai penjuru arah menuju ke wantilan. Untungnya tidak ada
yang terlambat, dan tidak ada yang mendapatkan jatah hukuman saat itu.

Saat berkumpul di wantilan, aku tidak sengaja melihat seorang laki-laki dari
kontingen lain yang sepertinya tidak asing bagiku. Pikiranku tidak bisa berhenti memikirkan
dirinya. Perasaanku mulai kacau. Apa yang terjadi pada diriku? Pertanyaan itu terus saja
menghantuiku. Selama kegiatan berlangsung aku mulai menikmatinya dan semakin semangat
untuk mengikuti kegiatan perkemahan ini. Tetapi sikapku mulai aneh semenjak aku bertemu
dengan laki-laki itu. Temanku pun bertanya kepadaku.

"Apa yang terjadi put?", tanyanya padaku.

"Aku tidak tahu, perasaanku kacau saat bertemu dengan laki-laki itu", jawabku.

Aku tidak menyangka bahwa perubahan yang terjadi pada diriku bisa dirasakan oleh
teman-temanku. Temanku mengatakan bahwa aku sedang bermain hati, yah bisa dibilang
jatuh cinta. Aku tidak ingin merasakan cinta bertepuk sebelah tangan untuk kedua kalinya.
Tapi apa boleh buat? Itulah jalan takdirku. Aku hanya bisa mengikuti jalan takdirku bagaikan
air yang mengalir, karena pertemuan singkat ini hanya sebatas patok tenda yang tertancap di
tanah.
Keesokan harinya, aku mendapatkan giliran untuk memasak dan menjaga tenda.
Sejujurnya aku tidak bisa memasak, kecuali masak air dan mie instan. Ketika aku sedang
memasak, terdengar suara langkah kaki dari belakangku. Seseorang itu langsung menyapa
diriku. " Selamat pagi". Tanpa menoleh ke belakang, aku pun langsung membalas sapaannya.
"Selamat pagi juga". Sontak aku pun kaget saat menoleh ke belakang. Wajahku mulai
memerah. Dia lalu mulai mendekatiku sambil mengulurkan tangannya dan berkata “Kris”
dengan senyuman yang sangat manis dan tatapan yang sangat tajam. Dia menyebutkan
namanya dan segera aku raih tangannya lalu berkata " Put put Putri".

Deg.... Jantungku serasa mau copot saat aku bersalaman dengannya. Apa yang sedang
aku rasakan ini? Aku hanya terdiam dan sedikit shock lalu berpikir bahwa ini hanyalah
sebuah mimpi.

Kris lalu memulai pembicaraan diantara kami "giliran kurvei ya?"

Aku pun menjawab "iya hehe"

"Ohh sama dong, eh iya sekarang kan hari terakhir kita di Bumi Perkemahan ini", jawabnya.
"Semoga pertemuan kita ga sampai disini aja ya", seru diriku. "Semoga kita bisa kenal lebih
dalam ya put", lanjut Kris. Seketika aku tidak bisa berkata-kata saat Kris mengatakan hal
tersebut.

Sakit sekali jika aku terus menerus memikirkan Kris. Memangnya siapa dia berani-
beraninya selalu melintas dalam pikiranku. Ini semua membuat aku merasakan bete yang
berlebihan. “cepet pake seragam pramuka lengkapnya. Ayo langkah di percepat. Cepet lari ke
wantilan, cepeettt !!” gertak Ratu (pemimpin kontingenku).

"Karena ini adalah hari terakhir kalian di Bumi Perkemahan ini, jadi sekarang kakak
akan mengajak kalian untuk membuat sebuah surat yang akan kalian berikan untuk kawan
kalian dari kontingen lain, tetapi harus yang lawan jenis. Waktunya hanya 15 menit dari
sekarang", ucap Kak Cup selaku kakak pembina. "Aduh isi buat surat segala lagi,,hmm", seru
diriku sendiri. "Mana aku gak kenal peserta kontingen lain lagi, apalagi lawan jenis", saut
Dewi.

" Waktu kalian tinggal 7 menit lagi. Bagi yang sudah selesai boleh langsung diberikan
kepada orangnya, tetapi tidak boleh dibuka disini, kalian boleh membukanya saat kegiatan ini
sudah berakhir", ucap Kak Tom. Setelah lama berfikir, aku pun memutuskan untuk membuat
surat yang akan kuberikan kepada Kris.

Dengarkanlah suara hati ini…

Suara hati yang ingin ku dendangkan…

Tak mampu untuk ku sampaikan…

Kan ku ungkapkan lewat laguku…

Berawal dari perkemahan ini…

Rasa itupun hadir di hatiku…

Menghiasi relung sukmaku…

Cinta bersemi di bumi perkemahan…

Oh mungkinkah rasa cinta ini…

Akan abadi untuk selamanya…

Rasa ini semakin membelenggu…

Cinta lokasi di bumi perkemahan…

Akankah cintaku sebatas patok tenda…

Tenda terbongkar sayonara cinta…

Akankah cintaku sebatas patok tenda…

Tenda terbongkar sayonara cinta…

Hai Kris, aku berharap pertemuan kita tidak hanya sebatas patok tenda yang tertancap
di Bumi Perkemahan selama 3 hari 2 malam ini. Semoga kita bisa dipertemukan lagi suatu
hari nanti ya. Jangan lupain pertemuan kita disini ya Kris. See you Kris....

Itulah yang kutuliskan diatas selembar kertas yang akan kuberikan untuknya. Aku pun
langsung memberikan surat itu kepadanya.

"Nih buat kamu", ucapku. "Wah,makasih ya Put. Ni buat kamu juga", saut Kris. "Ka ka
kamu buat surat untukku?", saut diriku dengan sangat gugup. "Iya hehe", jawab Kris.
"Hm,makasih ya", jawabku.
"Baiklah adik-adik semuanya silahkan kembali ke kontingen kalian masing-masing", ucap
Kak Cup.

Semua peserta pun langsung bergerak cepat untuk kembali ke barisan masing-masing.

"Baik adik-adik semuanya, tidak terasa kegiatan perkemahan kita ini sudah berjalan
selama 3 hari dengan lancar. Sebelum kalian kakak bubarkan untuk kembali ke rumah kalian
masing-masing, kakak akan umumkan juara kegiatan perkemahan tahun ini. Juara kegiatan
perkemahan tahun ini jatuh kepada kontingen.......siapa ya???? Selamat kepada Kontingen
SMP Negeri 2 Mengwi. Beri tepuk tangan yang meriah untuk SMP Negerib2 Mengwi. Untuk
perwakilan juara silahkan maju ke depan", ucap Kak Tom. Semua peserta pun memberikan
tepuk tangan yang sangat meriah. Aku tidak menyangka, bahwa kontingenkulah yang
menjadi juara perkemahan tahun ini.

"Baiklah adik-adik semuanya, sebelum mengakhiri kegiatan alangkah baiknya kita


berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai....berdoa selesai.
Kegiatan perkemahan 2018 kakak tutup secara resmi, tok tok tok (memukul mic).

"Horeeeeeeee"

Semua peserta bersorak ria, tetapi berbeda dengan diriku. Aku tidak tahu aku harus
bahagia akan kemenangan kontingenku dan bahagia karena aku akan bertemu keluargaku
kembali atau aku harus sedih karena tidak akan berjumpa lagi dengannya. Kini tidak ada lagi
patok tenda yang tertancap di tanah.

Itulah kisahku dengannya. Kisah dimana hanya sebatas patok tenda yang tertancap di
Bumi Perkemahan.
*PUISI :

SATU KATA BERSEJARAH

Hingga detik ini ribuan darah telah tertumpah

Hingga detik ini ribuan nyawa telah melayang

Hingga detik ini ribuan belulang telah berserakan

Sebuah harga yang harus dibayar

Demi terwujudnya kemerdekaan bangsa

Detik ini bangsa kita telah merdeka

Detik ini Indonesia telah merdeka

Bangsa besar telah lahir

Terwujud dengan semangat para pejuang

Yang terbayarkan dengan tetesan darah dan air mata

Serta jiwa-jiwa yang terkorbankan

Tak terhitung jiwa gugur di medan pertempuran

Darah segarmu merasuk ke dalam sela-sela tanah air

Dengan bangga jenazahmu tersenyum

Menyaksikan kemenangan yang tak pernah kau nikmati

Semua hanya demi satu kata bersejarah

Merdeka…

Anda mungkin juga menyukai