Anda di halaman 1dari 3

RESUME STUDENT PROJECT 4

OSTEOMYELITIS

Nama : Putu Anggia Dimitri Pramesti

NIM : 1770121078

SGD :3

Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang seringkali ditandai dengan temuan abses
pada tulang dan rasa nyeri. Pada anak-anak, jenis osteomyelitis yang sering ditemui
adalah osteomyelitis hematogen yang terjadi pada tulang panjang seperti femur atau tibia.
Sedangkan, pada kelompok dewasa muda, osteomyelitis seringkali terjadi karena trauma
atau operasi. Pada kelompok lanjut usia, seringkali terjadi osteomyelitis yang
berhubungan dengan gangguan vaskuler, diabetes mellitus, dan ulserasi decubitus.

Osteomyelitis terbagi menurut penyebabnya yaitu, hematogen, trauma/ tindakan


operasi/ pemasangan prosthesis, dan akibat insufisiensi vaskuler. Osteomyelitis
hematogen yang terjadi pada tulang panjang akan mempengarui metafisis, yang akan
memicu reaksi inflamasi. Infeksi bisa menembus korteks dan periosteum, hingga
menyebabkan nekrosis tulang. Sequestrum adalah istilah untuk bagian tulang nekrosis
yang memisah dan bisa mengandung pus.

Diabetes mellitus menyebabkan osteomyelitis karena terjadi gangguan aliran darah


pada ekstremitas bawah/ kaki. Kondisi ini memudahkan terjadinya ulserasi, selain karena
penurunan imunitas yang menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Patogen penyebab
osteomyelitis yang sering ditemukan antara lain adalah, staphylococcus aureus, beta
hemolytic streptococcus, enterococci, pseudomonas, enterobacter, dan e. coli.

Osteomyelitis ditandai dengan nyeri subakut atau kronis pada tulang yang
mengalami infeksi. Gejala gemam dan menggigil dapat ditemui jika penyebabnya adalah
infeksi staphylococcus aureus. Karena terjadi reaksi inflamasi, ditemukan tanda seperti
kulit kemerahan dan bengkak di daerah tulang yang mengalami infeksi. Jika osteomyelitis
disebabkan karena ulserasi decubitus, maka dapat ditemukan lokasi ulserasi di dekatnya.
Selain itu, perlu dilakukan penggalian riwayat pasien untuk mengetahui apakah pasien
menderita diabetes mellitus atau gangguan vaskuler, dan apakah pasien pernah
mengalami trauma atau menjalani tindakan operasi.

Tanda klinis penting untuk diagnosis osteomyelitis. Tetapi perlu juga dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan lab darah dapat
dilakukan, dengan kebanyakan kasus memberikan hasil LED/ laju endap darah yang
abnormal serta CRP/ C-reactive protein yang abnormal. Dapat terjadi peningkatan
leukosit dan anemia, tetapi tidak selalu ditemukan.

Pemeriksaan radiologis penting dilakukan untuk memberikan gambaran keadaan


struktur tulang dan sekitarnya. Pemeriksaan radiologis yang disarankan adalah CT scan
atau MRI karena menghasilkan gambar yang lebih baik dan memiliki sensitivitas yang
lebih baik. Pemeriksaan dengan rontgen bisa kurang disarankan untuk osteomyelitis.
Pemeriksaan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui patogen penyebab infeksi yang
akan digunakan dalam penyusunan regimen terapi.

Manajemen utama untuk osteomyelitis adalah penanganan infeksi dengan


antibiotik sesuai patogen penyebabnya. Selain itu, dapat dilakukan tindakan debridemen
untuk tulang yang sudah rusak akibat infeksi, karena kerja antibiotik kurang efektif.
Berikut ini adalah jenis antibiotik yang dapat digunakan pada kasus osteomyelitis sesuai
dengan patogen penyebabnya.
Referensi :

Schmmit S. 2017. Osteomyelitis. Infect Dis Clin N Am (31); 325–338. Viewed 28 March
2021, from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28483044/

Anda mungkin juga menyukai