Anda di halaman 1dari 2

RESUME STUDENT PROJECT 3

APPENDICITIS

Nama : Putu Anggia Dimitri Pramesti

NIM : 1770121078

SGD :3

Appendicitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan bedah umum paling sering.
Karena tanda dan gejalanya seringkali tidak spesifik, sulit untuk memastikan
diagnosanya.

Appendicitis adalah inflamasi pada appendiks. Appendiks adalah tonjolan berukuran 7-


10 cm pada caecum yang memiliki banyak jaringan limfoid sehingga mudah terjadi
inflamasi. Appendicitis terjadi akibat obtruksi pada appendiks yang menyebabkan terjadi
infeksi lokal. Infeksi tersebut bisa menyebabkan iskemia, nekrosis, hingga perforasi.
Apabila terjadi perforasi, dapat terbentuk abses atau terjadinya peritonitis.

Risiko seseorang mengalami appendicitis dalam hidupnya adalah sebesar 7%. Di Inggris,
setidaknya 35.000 prosedur appendectomy dilakukan setiap tahunnya. Appendicitis lebih
sering terjadi pada anak dan dewasa muda. Insiden appendicitis dikaitkan dengan
kebiasaan konsumsi makanan rendah serat, terutama pada negara-negara Barat.

Gejala paling umum dari appendicitis adalah nyeri pada abdomen tengah yang setelah 24
jam akan pindah ke area fossa iliac kanan/ abdomen kanan bawah. Karena terjadinya
inflamasi, gejala demam juga dapat ditemukan. Keluhan mual dan muntah dapat
ditemukan di beberapa pasien, tetapi tidak spesifik untuk appendicitis.

Saat melakukan anamnesis, pertimbangkan kemungkinan penyebab nyeri abdomen


lainnya seperti nyeri menstruasi pada wanita, keganasan gastrointestinal, atau
inflammatory bowel disease. Selain itu, terdapat banyak diagnosis banding untuk keluhan
nyeri abdomen kanan bawah seperti, gastroenteritis, torsio testis, perforasi, pancreatitis,
ca colon, endometriosis, dan masih banyak lagi.
Pemeriksaan fisik khusus untuk appendicitis yang bisa dilakukan adalah palpasi titik
McBurney di abdomen kanan bawah. Pasien akan merasakan nyeri saat dilakukan palpasi
pada daerah tersebut. Selain itu, pemeriksaan Rovsing’s sign, Obturator sign, dan Psoas
sign dapat dilakukan. Jika pasien merasakan nyeri saat dilakukan pemeriksaan, maka
hasil pemeriksaan positif. Untuk menegakkan diagnosa, pemeriksaan darah lengkap dan
USG dapat dilakukan.

Manajemen appendicitis yang sudah terkonfirmasi adalah appendectomy. Appendectomy


saat ini dapat dilakukan melalui prosedur open atau laparoscopy. Sebelum pembedahan
dilakukan, pasien harus diberikan analgesic, antibiotic lewat IV, serta asupan cairan yang
cukup. Prosedur open appendectomy dilakukan dengan membuat sayatan yang lebih
besar pada abdomen dibandingkan laparoscopic appendectomy. Saat ini, pada beberapa
rumah sakit yang sudah memiliki alat laparoskopi, laparoskopi menjadi pilihan utama
karena bekas luka yang lebih kecil, serta risiko infeksi yang lebih rendah dibandingkan
prosedur open.

Referensi :

Dixon F, Singh A, Acute appendicitis, Surgery.


https://doi.org/10.1016/j.mpsur.2020.03.015

Anda mungkin juga menyukai