Anda di halaman 1dari 7

Permasalahan dan Tantangan Guru PKn Menghadapi Perubahan Kurikulum 2013 (Yosaphat Haris Nusarastriya)

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN GURU PKn MENGHADAPI


PERUBAHAN KURIKULUM (2013)

Yosaphat Haris Nusarastriya


Program Studi S1 PPKn
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Perubahan kurikulum selalu untuk menjawab tantangan yang sedang dirisaukan masyarakat, salah
satunya ialah karena siswa lebih cenderung memiliki (mendapatkan) kompetensi kognitif. Apa yang
harus dijawab dengan kurikulum mendatang? Untuk menjawab pertanyaan itu harus mengerti benar
tentang kelemahan dalam pendidikan pada umumnya di Indonesia. Banyak ahli menilai bahwa
pendidikan di Indonesia lebih mengisi pikiran dari pada mengajarkan cara berpikir. Hasil berpikir
dan bernalar siswa-siswa Indonesia masih rendah dan oleh karena itu tantangan terbesar pendidikan
di Indonesia adalah bagaimana menerjemahkan konsep successful intelligence (SI) ke dalam operasional
sistim pendidikan. Pendidikan di Indonesia nampaknya belum berhasil membentuk SI, khususnya
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam hal inilah tantangan guru PKn menghadapi kurikulum
2013 yang arahnya tidak hanya memberi pengetahuan tetapi juga mengajar cara berpikir. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki kepentingan untuk menterjemahkan berpikir tingkat tinggi
dalam proses pem-belajarannya karena salah satu tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah membentuk kepribadian di mana berpikir kritis merupakan unsur penting dalam kepribadian itu.
Kata Kunci: Perubahan Kurikulum, Tantangan Guru dan Pendidikan Berpikir Kewarganegaraan.

PENDAHULUAN menghadapi kurikulum 2013 yang penerapannya


sudah dilakukan di beberapa sekolah.
Perubahan kurikulum selalu untuk menja-
wab tantangan yang sedang dirisaukan masya- Kurikulum 2013
rakat, salah satunya ialah karena siswa lebih
Sebelumnya perlu diajukan pertanyaan
cenderung memiliki (mendapatkan) kompetensi
sebagai berikut: “Kemana arahnya dengan
kognitif dalam proses pembelajarannya.
perubahan kurikulum 2013 ini?”. Saya setuju dan
Apa yang harus dijawab dengan kurikulum
menggaris bawahi sebagaimana yang dikemuka-
2013? Untuk menjawab pertanyaan itu harus
kan oleh Suyadi (2013), bahwa perubahan
mengerti benar tentang kelemahan dalam pendi-
kurikulum sudah jelas arahnya, yaitu perubahan
dikan yang sedang berlangsung. Di Indonesia
kurikulum dimaksudkan dapat meningkatkan dan
kelemahan itu berkaitan dengan masih lemahnya
menyeimbangkan antara kompetensi sikap
pada aspek bernalar. Sedangkan tantangan terbesar
(attitude), keterampilan (skills) dan pengetahuan
pendidikan di Indonesia berkaitan dengan bagai-
(knowledge).
mana mengupayakan proses belajar mengajar agar
Apa yang harus dijawab dengan kurikulum
dapat mengatasi kondisi rendahnya kemampuan
mendatang? Rupanya perubahan kurikulum selalu
berpikir. Dalam hal inilah tantangan guru pada
untuk menjawab tantangan yang sedang diri-
umumnya dan guru PKn pada khususnya
saukan masyarakat, salah satunya ialah karena
anak-anak (peserta didik) lebih cenderung memi-
Tulisan ini pernah disajikan dalam Forum Guru-Guru PKn liki (mendapatkan) kompetensi kognitif. Kerisau-
Salatiga dan Sekitarnya di UKSW April 2013 dan telah an masyarakat sebagaimana yang dikemukakan
disempurnakan.
23
Satya Widya, Vol. 29, No.1. Juni 2013: 23-29

oleh Suyadi di atas ternyata juga dirasakan oleh Oleh karena itu kurikulum hendaknya
Abduhzen (2013) yang mengemukakan bahwa dapat menjawab masalah tersebut dengan tidak
kemampuan berpikir dan bernalar siswa-siswa hanya memberi kompetensi kognitif saja,
Indonesia masih rendah. Pernyataan itu bersumber melainkan ada sikap dan keterampilan yang
dari hasil penelitian Internasional yang mempo- didasari tiga pilar utama yakni, kreatif, inovatif
sisikan Indonesia berada pada urutan terendah. dan produktif. Dengan kata lain Kurikulum 2013
Menurutnya itu pulalah yang menjadi dasar bagi adalah hendaknya merupakan kurikulum yang
pemerintah untuk mengubah kurikulum pen- mencerdaskan. Kurikulum yang baru diharapkan
didikan. Abduhzen menambahkan bahwa selama akan dapat merubah mindset pendidikan menjadi
ini model pendidikan di Indonesia hanya mengisi dua paradigma yakni akademik dan karakter.
pikiran, tetapi tak mengajarkan berpikir. Karena Maksud dari ungkapan cerdas akademik adalah
itulah orang Indonesia sangat lemah dalam kreativitas anak dipacu dengan cara anak diajari
berpikir dan bernalar. mengamati, memanfaatkan inderawi untuk
Senada dengan Abduhzen, Megawangi melihat fenomena. Dengan mengamati dimaksud-
dalam Forum Mangunwijaya VII (2013) kan anak juga didorong untuk bertanya. Dengan
mengemukakan bahwa tantangan terbesar bertanya-tanya anak akan sampai pada tingkat
pendidikan kita adalah bagaimana menerjemah- bernalar, dan akhirnya sampai bereksperimen.
kan konsep successful intelligence (SI) ke dalam Menurut Nugroho (2013) ada lima hal yang
operasional sistim pendidikan. Menurutnya harus dilakukan guru agar sukses menjadi pelaku
pendidikan di Indonesia belum berhasil implementasi KK 2013. Kelima hal tersebut
membentuk SI, misalnya dalam kemampuan meliputi: penguasaan pembelajaran dengan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking pendekatan tematik, penguasaan pedagogi materi
skills/HOTS). Hal itu berdasarkan data dari subjek, kemampuan mengajarkan keahlian
TIMMS 2007 (Trends in International Math and berpikir, kemampuan mengembangkan dan
Science Survey), dimana hanya satu persen siswa mengimplementasikan authentic assessment dan
Indonesia memiliki kemampuan berpikir yang terakhir adalah kemampuan untuk mem-
advanced. Secara rinci perbandingannya dengan bangun mindset perubahan dalam dirinya.
negara lain adalah dapat dilihat pada tabel yang
menunjukkan diantara negara-negara Asia Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Hongkong, Kaitannya dengan tulisan ini, apa yang
Jepang) Indonesia berada pada posisi terendah dikemukakan Nugroho (2013) memperlihatkan
sebagai berikut: satu hal yang relevan yaitu tentang ketrampilan
berpikir. Ketrampilan berpikir dinyata-
Higher Order Lower Order kan sebagai salah satu nilai lebih KK
No Negara Thinking Skills Thinking Skills
2013 dimana orientasi ideologisnya
(Hots) (Lots)
secara sadar mengarahkan siswa untuk
1 Indonesia 1% 78% menguasai kemampuan berpikir tingkat
2 Taiwan Rata-rata di atas 40% Dibawah 15% tinggi (higher order thinking) sebagai
3 Korea Selatan Rata-rata di atas 40% Dibawah 15% prakondisi untuk bersaing di abad 21
4 Singapura Rata-rata di atas 40% Dibawah 15%
ini. Nugroho juga mencatat bahwa
5 Hongkong Rata-rata di atas 40% Dibawah 15%
sampai hari ini praktis pendidikan
negeri ini dominan mengajarkan
6 Jepang Rata-rata di atas 40% Dibawah 15%
kemampuan berpikir tingkat rendah
Disarikan dari: Forum MangunwijayaVII, Penerbit Kompas, (2013) (lower order thinking) sebagaimana
yang berlangsung di sekolah setiap hari
anak-anak diajarkan untuk mahir dalam

24
Permasalahan dan Tantangan Guru PKn Menghadapi Perubahan Kurikulum 2013 (Yosaphat Haris Nusarastriya)

menghafal dan menirukan. Menurutnya sejak Komponen penting yang harus diperhatikan
duduk di bangku LPTK, mahasiswa calon guru Guru PKn
memang kurang dibekali ketrampilan mengajar- Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat
kan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Bekal besar andilnya untuk membentuk kepribadian
yang mahasiswa dapat masih sebatas bagaimana yang cerdas sebagai warga negara. Oleh karena
mengajarkan materi pelajaran sehingga akibatnya itu PKn harus dikemas dengan baik, dengan model
sampai ketika menjadi guru juga hanya berkutat pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkem-
bagaimana mengajarkan materi subjek bukan bangan berpikir siswa. Walaupun setiap tingkat
mengajarkan keahlian berpikir tingkat tinggi satuan pendidikan belum tentu sama model
sesuai bidang studi atau matapelajarannya. Wajar pembelajarannya, namun demikian dari beberapa
saja jika kini mereka gagap dan gugup jika dituntut tingkatan/jenjang pendidikan ada tujuan pengiring
bisa mengajarkan berpikir tingkat tinggi. yang sama yaitu pengembangan berpikir siswa.
(Nugroho:2013) UNESCO menyatakan bahwa belajar pada abad
Selanjutnya Al Muhtar, Abdul Karim (2011) 21 harus didasarkan kepada empat pilar yaitu:
dalam Nusarastriya (2013) mengemukakan bahwa 1. Learning how to know
kualitas pendidikan masih lemah dengan ditandai 2. Learning to do
oleh salah satu cirinya yaitu proses pendidikan 3. Learning how to live together
yang memberikan sebanyak mungkin bahan 4. Learning to be
pelajaran untuk mencapai target kurikulum,
sedangkan kapasitas berpikir tidak ditingkatkan Keempat hal tersebut oleh UNESCO
kepada tarap yang optimal (higher order thinking disebut sebagai empat pilar belajar dari manusia
skills). Keprihatinan semacam itu juga muncul abad 21 untuk menghadapi arus informasi dan
dari Sanusi (1998:222-227) dalam Nusarastriya kehidupan yang terus menerus berubah. Arus
(2013) dalam pembahasannya mengenai perspek- informasi yang begitu cepat berubah semakin lama
tif pendidikan Ilmu (Pengetahuan) Sosial yang semakin banyak tidak mungkin lagi dikuasai oleh
mengemukakan bahwa pengajaran IPS di sekolah manusia karena kemampuan otaknya yang
cenderung menitikberatkan pada penguasaan terbatas. Oleh sebab itu proses yang terus menerus
hafalan dan pencapaian tujuan kognitif yang terjadi seumur hidup ialah antara lain belajar
“mengulit bawang” dan dominannya latihan bagaimana belajar berpikir. Bagaimana belajar
berpikir termasuk dalam learning how to know
berpikir taraf rendah.
(Nusarastriya:2013).
Kritikan tajam muncul juga dari Pita-
Selaras dengan empat pilar khususnya pilar
lokasari, I. (2012) dalam Nusarastriaya (2013)
mengenai learning how to know dimana di
yang menyoroti proses pembelajaran kaitannya
dalamnya termasuk learning how to think, maka
dengan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang
pembiasaan berpikir dalam proses pembelajaran
mengatakan bahwa “jika dosen masih mengguna-
PKn merupakan upaya yang sangat sesuai dengan
kan metode mengajar ‘konvensional, maka tujuan nasional sebagaimana yang dimuat di
kurikulum sebagus apa pun tidak bisa membentuk dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
lulusan yang berkualitas”. Menanggapi pernyataan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal itu berarti
yang keras tersebut penulis mengerti maksudnya dunia pendidikan mempunyai tanggung jawab
bahwa mengajar perlu variasi dalam prosesnya yang strategis untuk ikut mewujudkannya melalui
sehingga jangan hanya didominasi oleh guru/ proses belajar dan mengajar di sekolah dari level
dosen melainkan ada inovasi sehingga terjadi yang paling rendah sampai pendidikan tinggi.
keseimbangan antara pendekatan teacher centre
strategies, material centre strategies dan student Permasalahan
centre strategies. Dalam kenyataannya PKn sering dipandang
dengan sebelah mata dan diremehkan serta

25
Satya Widya, Vol. 29, No.1. Juni 2013: 23-29

terkesan kurang menarik bahkan dirasa mem- Untuk mencapai kompetensi yang diharap-
bosankan karena hanya begitu-begitu saja. kan sebagaimana tuntutan kurikulum 2013, guru
Fenomena inilah yang harus disikapi dengan serius PKn harus memperhatikan tiga komponen dasar
oleh komunitas Pendidik PKn. Hal semacam ini dalam Civic Education yaitu: Civic knowledge,
harus dijadikan tantangan dengan mengembang- Civic values, Civic skills. Jika tiga komponen
kan PKn dari berbagai segi baik itu yang utama ini diberikan secara proporsional melalui
menyangkut proses pembelajarannya, materi, proses pembelajaran maka akan memenuhi
metode pembelajaran, media pembelajarannya harapan sebagaimana yang dituntut melalui
dan pengemasannya. perubahan kurikulum 2013 yang arahnya dimak-
Rasanya dibutuhkan keseriusan menangani sudkan dapat meningkatkan dan menyeimbang-
PKn ini yang berarti dibutuhkan pengembangan kan antara kompetensi sikap (attitude), kete-
atau aktualisasi supaya benar-benar menarik dan rampilan (skills) dan pengetahuan (knowledge).
menyenangkan sehingga efektif dalam mencapai Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan yang
tujuannya. Salah satu hal yang menurut penulis meliputi: Civic knowledge, Civic values, Civic
harus diperhatikan adalah perlunya memberi spirit skills tidak akan tercapai jika guru hanya
berpikir. Walaupun dalam konteks PKn posisinya menekankan pada kompetensi kognitif saja,
sebagai tujuan pengiring tetapi kalau itu tidak karena baru mengenai civic knowledge. Secara
berhasil mengembangkan cara berpikir (pemikir- skematis tiga komponen utama Civic Education
an) warga negara maka tujuan PKn juga tidak akan dapat dilihat pada skema 1.
mencapai kompetensi yang diha-
rapkan. Pemberian spirit berpikir Tiga Komponen
dalam PKn mensyaratkan adanya Utama
CE
model pembelajaran tertentu,
karena tidak semua model memberi
peluang yang besar bagi tumbuhnya
Civic Civic Civic
spirit berpikir. Oleh karena itu knowledge Skills disposition
model pembelajaran yang memberi
kesempatan siswa untuk mengem-
bangkan cara berpikir kewarga-
negaraan dalam PKn harus diu-
Intelectual Partisipation
payakan dalam proses pembelajar- skills skills
an di setiap jenjang/satuan tingkat
pendidikan dari SD sampai Pergu-
ruan Tinggi. Kecakapan
Memberi spirit berpikir da- Berpikir Disarikan dari Branson dkk:1999
kritis
lam PKn akan sangat membantu
tercapainya kompetensi yang Skema 1 Civic Education
diharapkan. Alasannya yaitu salah
satu tujuannya adalah membentuk kepribadian
yang cerdas sebagai warga negara. Oleh sebab itu
pembiasaan berpikir dalam proses-proses
pembelajarannya sangat diharapkan agar
kompetensi bisa dicapai. Arah dari pembelajaran
yang memberi spirit berpikir tidak lain adalah
tercapainya apa yang disebut dengan kecerdasan
majemuk.

26
Permasalahan dan Tantangan Guru PKn Menghadapi Perubahan Kurikulum 2013 (Yosaphat Haris Nusarastriya)

Tantangan Bagi Guru PKn (PPKn) pembelajaran PKn agar tidak sekedar memberi
Guru yang professional akan berpikir ten- materi tetapi juga skills, yaitu keterampilan
tang apa yang akan diajarkan, bagaimana itu di berpikir kritis. Berpikir kritis bukan hanya
ajarkan, siapa yang menerima pelajaran, apa merupakan tuntutan dalam PKn tetapi dalam
makna belajar bagi siswa, kemampuan apa yang pembelajaran pada umumnya menghadapi era
ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar globalisasi dimana guru tidak lagi menjadi satu-
mengajar. Guru biasanya memberi tekanan yang satunya sumber informasi bagi siswa karena
berbeda-beda terhadap komponen-komponen mereka (siswa) sudah mengenal berbagai sumber
pengajaran. Pemberian tekanan pada aspek informasi seperti internet, Face Book, Twiter, BB,
tertentu pada strategi belajar-mengajar itu sangat TV, majalah, buku-buku dsb.
tergantung pada persepsi guru tentang apa belajar Pada skema 2, diberikan contoh “Desain
dan mengajar itu? Jika menggunakan pendekatan untuk Pengembangan Berpikir Kritis” yang bisa
Fromm (1976:22) maka akan dikenal dua modus digunakan untuk tidak sekedar mengajar aspek
yaitu modus “memiliki” dan modus “menjadi”. kognitif saja tetapi juga melatih berpikir kritis
Untuk melaksanakan proses pembelajaran menghadapi berbagai objek (informasi, fenomena,
dalam kerangka kurikulum 2013 maka guru PKn pernyataan dll) sehingga siswa mengalami proses
hendaknya memilih model atau metode serta habituasi dalam PBM. Jika Kurikulum 2013 siswa
strategi pembelajaran yang dapat menyeimbang- diajari mengamati, memanfaatkan inderawi untuk
kan dua modus yaitu tidak hanya berhenti pada melihat fenomena, bertanya agar siswa bisa
“modus memiliki tetapi juga mencakup “modus sampai pada tingkat bernalar, dan akhirnya sampai
menjadi”, tidak hanya mengisi pikiran tetapi juga bereksperimen maka perlu pilihan metode pembe-
mengajar bagaimana berpikir, tidak hanya mem- lajaran yang memiliki kontribusi pada hal-hal tadi.
beri pengetahuan (aspek kognitif/ knowledge), Dalam Desain ini digunakan Project Citicen (PC)
tetapi juga menyeimbangkan dengan aspek skills yang intinya ada enam langkah yaitu (1)
dan attitude (sikap/karakter). Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang
Perbedaan tekanan pada dua modus me- ada dalam masyarakat, (2) Pemilihan masalah
nurut Erich Formm dapat dilihat pada tabel 2. sebagai fokus kajian kelas, (3) Pengumpulan
Untuk itu perlu inovasi dalam proses pem- informasi terkait masalah yang menjadi fokus
belajaran khususnya di dalam mengisi perubahan kajian kelas, (4) Pengembangan suatu portofolio
kurikulum 2013. Pada kesempatan ini perlu kelas, (5) Penyajian portofolio (show case), (6)
memberi tekanan pada pendidikan berpikir dalam Kajian pengendapan atas pengalaman belajar yang
dilakukan.

Tabel 2 Belajar Menurut Erich Fromm

Dalam Modus “Memiliki” Dalam Modus “menjadi”

Menghafal Memahami
Pasif Aktif
Berpegang terus pada apa yang mereka Menanggapi apa yang mereka dengar
telah pelajari
Memegang/menyimpan pengetahuan Timbul pertanyaaan-pertanyaan baru
Tidak perlu menciptakan sesuatu yang baru Produktif, tidak sekedar memperoleh
pengetahuan
Disarikan dari Fromm, Erich (1976:22-23)

27
Satya Widya, Vol. 29, No.1. Juni 2013: 23-29

Pertama, perlu menentukan apa yang PENUTUP


dimaksud berpikir kritis dan komponen apa saja Menghadapi tantangan perubahan kuri-
yang harus dipenuhi sehingga disebut berpikir kulum, guru perlu meninjau dan berefleksi
kritis? Dengan menggunakan komponen yang
telah ditentukan kita dapat menggunakan untuk
mengenai beberapa hal seperti materi yang
melihat sejauhmana pemahaman siswa mengenai
diajarkan, cara mengajar, sarana belajar-mengajar,
berpikir kritis tersebut. Hal ini perlu analisis
proses pembelajaran. Kurikulum 2013 dibuat
supaya tahu hasil pemahaman yang berkaitan
bukan tanpa dasar tetapi berangkat dari adanya
dengan komponen mana yang masih lemah dan
persoalan dan kebutuhan. Arah perubahan kuri-
yang sudah baik. Kedua, perlu dilakukan analisis
kulum dimaksudkan dapat meningkatkan dan
materi dilihat dari tingkat berpikir (mana materi
menyeimbangkan antara kompetensi sikap
yang bersifat deskriptif, mana materi yang memuat
(attitude), keterampilan (skills) dan pengetahuan
analisis-sintesis dan mana materi yang mencer-
(knowledge). Guru PKn hendaknya memilih
minkan cara berpikir linear dan mana materi yang
model atau metode serta strategi pembelajaran
menuntut berpikir kompleks. Ketiga, maping
yang dapat menyeimbangkan dua modus yaitu
(pemetaan) mana materi yang berkaitan dengan
tidak hanya berhenti pada “modus memiliki tetapi
tuntutan berpikir kritis sesuai dengan tingkatan
juga mencakup “modus menjadi”, tidak hanya
berpikir siswa dihubungkan dengan kompetensi
mengisi pikiran tetapi juga mengajar bagaimana
yang diharapkan. Keempat, pemilihan metode
berpikir, tidak hanya akademis tetapi juga karakter
pembelajaran yang memang dapat mendukung
dan tidak hanya aspek kognitif tetapi juga afektif
terwujudnya skills (dalam hal ini kemampuan /
dan psikomotorik. Aplikasi dan operasionalisasi
ketrampilan berpikir kritis). Kelima, proses
berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi dalam
pembelajaran menggunakan metode yang
mata pelajaran serta dalam operasionalisasi sistem
dimaksud. Keenam, maping (membuat pemetaan)
pendidikan.
soal/tes dengan tuntutan berpikir yang disesuaikan
dengan tuntutan kompetensi.

Pemetaan
Analisis materi
Analisis
materi dengan Pemilihan
Pemahaman
dilihat dari tuntutan metode
berpikir
tingkat berpikir dan pembelajaran
(kritis) siswa
berpikir tuntutan
kompetensi

Evaluasi Proses
Melakukan pemetaan soal/tes
Pembelajaran:
dengan tuntutan kemampuan
berpikir yang disesuaikan (Menggunakan P.C)
dengan tuntutan kompetensi

Skema:2. Contoh Desain Pembelajaran Untuk Pengembangan Berpikir

28
Permasalahan dan Tantangan Guru PKn Menghadapi Perubahan Kurikulum 2013 (Yosaphat Haris Nusarastriya)

DAFTAR PUSTAKA Nugroho. 2013. Kurikulum 2013 Butuh Guru


Hebat. Makalah pada Seminar Tentang
Abduhzen, Mohammad. 2013. Pendidikan Kita Kurikulum, Mei 2013 di UNES Semarang.
Belum Mengajar Berpikir. Suara Merdeka,
13 Januari 2013. Pitalokasari, I. 2012. Meninjau Ulang Kurikulum
PT. Suara Merdeka, 29 September 2012.
Branson M.S. dkk. 1999. Belajar Civic Education
dari Amerika. LkiS kerja sama. Sanusi, A. 1998a. Pendidikan Alternatif: Menyentuh
Asas Dasar Persoalan Pendidikan dan
Fromm, E. 1976. Memiliki dan Menjadi: Tentang Kemasyarakatan, Bandung: PT Grafindo
Dua Modus Eksistensi (Terj: F. Soesilo- Media Pratama.
hardo), Jakarta: LP3ES.
Suyadi. 2013. Kurikulum Baru, Berubah Tanpa
Forum MangunwijayaVII. 2013. Menyambut Galau. Jawa Pos, 11 Januari 2013.
Kurikulum 2013. Jakarta, Kompas.
Nusarastriya. 2013. Pengembangan Berpikir Kritis
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarga-
negaraan Menggunakan Project Citizen.
Disertasi Doktor Pada Universitas Pendi-
dikan Indonesia Bandung, tidak diterbitkan.

29

Anda mungkin juga menyukai