Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang menjadi faktor sukses penting yang perlu diperhatikan dalam refomasi?
2. Apa saja rumusan strategi nasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi?
3. Apa yang menjadi tujuan dalam pengawasan dan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan
pengawasan?
4. Apa saja yang menjadi penilaian satuan kerja berpredikat WBK dan WBBM?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor sukses penting yang perlu diperhatikan dalam reformasi.
2. Untuk mengetahui rumusan strategi nasional dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
3. Untuk mengetahui tujuan dalam pengawasan dan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan
pengawasan.
4. Untuk mengetahui penilaian satuan kerja berpredikat WBK dan WBBM.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Sukses Penting yang Perlu Diperhatikan dalam Reformasi Birokrasi

2.2 Rumusan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stratanas)


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplementasikan ke dalam 6 (enam)
strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:

1. Melaksanakan upaya upaya pencegahan.


2. Melaksanakan langkah langkah strategis dibidang penegakan hukum.
3. Melaksanakan upaya upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan
dibidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya.
4. Melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil Tipikor.
5. Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi.
6. Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya
pemberantasan korupsi.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), Kementerian
Kesehatan telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai
cara dan bentuk, antara lain:

1. Disiplin kehadiran menggunakan system fingerprint, ditetapkan masuk pukul7.30 dan


pulang kantor pukul 16.00, untuk mencegah pegawai melakukan korupsi waktu.
2. Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Sasaran Kinerja Pegawai(SKP), dan
dievaluasi setiap tahunnya, agar setiap pegawai mempunyai
tugas pokok dan fungsi yang jelas, dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
kinerjanya.
3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan efektif,ramah dan
santun, diwujudkan dalam pelayanan prima.
4. Penandatanganan fakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di kementrian
kesehatan. Hal ini untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK),Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
5. Terlaksananya Strategi Komunikasi pendidikan dan Budaya AntiKorupsi melalui
sosialisasi dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal/seluruh Satker
Kementerian Kesehatan.
6. Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, sesuai dengan Pasal 12 b Ayat (1)
UU Nomor 31 Tahun 1999, menyatakan “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
sipil atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan kewajiban atau tugasnya”.
7. Pemberlakuan Sistem Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE).
8. Layanan Publik Berbasis Teknologi Informasi seperti seleksi pendaftaran pegawai
melalui online dalam rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Tidak Tetap (PTT).
9. Pelaksanaan LHKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan didukung dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 03.01/ Menkes/066/I/2010, tanggal 13
Januari 2010.
10. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi, berdasarkan Surat Keputusan Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor 01.TPS.17.04.215.10.3445, tanggal 30 Juli
2010.
11. “Tanpa Korupsi”, “Korupsi Merampas Hak Masyarakat untuk Sehat”, “Hari Gini
Masih Terima Suap”, dll.

2.3 Tujuan Pengawasan dan Prinsip-prinsip dalam Pelaksanakan Pengawasan

2.3.1 Tujuan Pengawasan

Didalam suatu perusahaan ataupun organisasi pastinya terdapat pengawasan yang


dilakukan oleh pimpinan atau manajer, dan pengawasan itu juga memiliki tujuan yang
jelas untuk kepentingan organisasi ataupun perusahaan.

Tujuan pengawasan menurut beberapa ahli :

a) Menurut Simbolon (2004:62) Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan


diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
b) Menurut Silalahi (2003:181) tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut :
 Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
 Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan.
 Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang atau
mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
 Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya.
 Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan.
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan kontrol dilakukan
sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif
control) dibandingkan dengan tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan
(repressive control).
c) Menurut Bohari (2002:5) tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya
terjadi, dengan maksud untuk secepatnya melaporkan kesalahan atau hambatan
kepada pimpinan atau penanggung jawab kegiatan yang bersangkutan agar dapat
diambil tindakan yang korektif yang perlu. 
d) Menurut Siagian (2002:259) pengawasan dilakukan bertujuan untuk mencegah
terjadinya diviasi dalam operasional atau rancana, sehingga berbagai kegiatan
operasional yang sedang berlangsung terlaksana dengan baik dalam arti bukan hanya
sesuai rencana, akan tetapi juga dengan tingkat efesiensi dan efektifitas yang setinggi
mungkin. 

2.3.2 Prinsip-prinsip dalam Pelaksanaan Pengawasan

Agar pengawasan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya
prisip-prinsip dasar pengawasan .diantaranya adalah:

a).Adanya rencana tertetu dalam pengawasan.

b).Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan dari berbagai kegiatan yang
diawasi.

c). Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan.

d).Bersifat fleksibel ,dinamis,dan ekonomis.


e).Dapat mereflesikan pola organisasi

e).dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif.


Wewenang dan juga instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan kepada
bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik atau tidak.

Menurut Yayat M Herujito (2001: 242) di dalam prinsip pelaksanaan pengawasan,


diperlukan pribsip-prinsip sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan kita
tersebut. Setelah prinsip pokok tersebut, maka suatu sistem pengawasan harus
mengandung prinsip-prinsip berikut:

a) Dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang


harus diawasi.
b) Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
c) Fleksibel atau Luwes.
d) Dapat merefleksi pola organisasi.
e) Ekonomis
f) Dapat dimengerti.
g) Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif atau perbaikan.
Setiap kegiatan membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda sesuai dengan
karakteristik kegiatan tersebut. Pengawasan pembelajaran tentunya berbeda dengan
pengawasan ketatausahaan.

Suatu sistem pengawasan yang efektif harus dapat segera melaporkan


penyimpangan-penyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan-penyimpangan
itu dapat diambil tindakan untuk  pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan
keseluruhan benar-benar dapat sesuai atau mendekati apa yang direncanakan
sebelumnya.

Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan


tersebut memenuhi prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap
dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar
dugaan.
Titik berat pengawasan adalah berkisar pada manusia, karena manusialah yang
melakukan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi,
kegiatan-kegiatan atau tugas-tugasnya sudah tergambar dalam organisasi, maka
sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip dapat merefleksikan pola
organisasi.

Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak


seharusnya membuat sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan
dapat diwujudkan melalui sistem pengawasan yang murah.

Siapapun yang mengawasi kegiatan-kegiatan, haruslah memahami dan menguasai


sistem pengawasan yang dianut dalam suatu organisasi. Tanpa memahami sistem
pengawasan, maka pelaksanaan pengawasan tidak dapat efektif.

Akhirnya suatu sistem pengawasan barulah dapat dikatakan efektif, apabila dapat
melaporkan kegiatan yang salah, dimana kesalahan itu terjadi dan siapa yang
bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Ini sesuai dengan salah satu tujuan
pengawasan, yaitu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

2.4 Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK dan WBBM

Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan
kepada Satker yang memenuhi sebagian besar program Manajemen Perubahan,
Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan dan
Penguatan Akuntabilitas Kinerja.

Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang
diberikan kepada Satker yang memenuhi sebagian besar program Manajemen
Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan
Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja dan Penguatan Kualitas Pelayanan
Publik.

Proses pembangunan Zona Integritas merupakan tindak lanjut pencanangan Zona


Integritas yang difokuskan pada penerapan program Manajemen Perubahan, Penataan
Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat
konkrit.

Dalam membangun Zona Integritas, telah ditetapkan Satker yang diusulkan sebagai
WBK dan WBBM. Proses pemilihan Satker yang berpotensi sebagai WBK/WBBM
dilakukan dengan membentuk kelompok kerja/tim untuk melakukan identifikasi
terhadap Satker tersebut. Setelah melakukan identifikasi, kelompok kerja/tim
mengusulkan kepada Kakanwil/Kasatker untuk ditetapkan sebagai usulan Satker
berpredikat Zona Integritas menuju WBK/WBBM.

Selanjutnya dilakukan penilaian mandiri (self assessment) oleh Tim Penilai


Internal (TPI). Setelah melakukan penilaian, TPI melaporkan kepada Menteri Hukum
dan HAM tentang Satker yang akan di usulkan ke Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai unit kerja berpredikat Menuju
WBK/WBBM. Apabila Satker yang diusulkan memenuhi syarat sebagai Zona
Integritas Menuju WBK/WBBM, maka langkah selanjutnya adalah penetapan dengan
Keputusan Kementerian Hukum dan HAM sebagai Zona Integritas Menuju WBK dan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
penetapan sebagai Zona Integritas Menuju WBBM. Dalam penetapan Zona Integritas
menuju WBK dan WBBM ditentukan dengan 2 komponen yang harus dibangun yaitu
komponen pengungkit dan komponen hasil.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik


daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat
yang termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke
arah kemajuan dan Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.
Dapat disimpulkan bahwa reformasi birokrasi adalah mengubah atau membuat
sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah ke arah kemajuan
dalam sistem pemerintahan. Untuk dapat terlakasananya reformasi birokrasi tentu
terdapat beberapa faktor penting yang mensukseskannya. Terdapat pula strategi
nasional pencegahan dan pembrantasan korupsi yang bertujuan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya yang
memegang prinsip diantaranya adalah Adanya rencana tertetu dalam pengawasan,
Bersifat fleksibel ,dinamis,dan ekonomis, dsb. Dari hasil pengawasan kita dapat
memberi penilaian satuan kerja berpredikat WBK dan WBBM.
3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah yang telah ditulis ini dapat memberikan
pengetahuan dan sajian informasi kepada pembaca. Bukan hanya sekedar wacana,
tetapi juga sebagai pengetahuan mengenai Visi & Misi Reformasi Birokrasi serta
Tujuannya dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Sebagai Bagian
dari Anti Korupsi. Penulis memahami begitu kurangnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki dan informasi yang didapat, sehingga penulis berharap kepada pembaca
agar pembaca bisa memberikan saran  dan kritik yang membangun untuk
penulisan makalah yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/4417/3/Waspada%20Purba%20Wisesa%20BAB%20II.pdf

https://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/1587/3Buku_Pedoman_WBK_WBBM
.pdf

http://pemerintah.net/pembangunan-zona-integritas/

Anda mungkin juga menyukai