Anda di halaman 1dari 5

2.

Lembaga Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK)

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah


lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Komisi ini
didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:


1. Kepastian hukum,
2. Keterbukaan,
3. Akuntabilitas,
4. Kepentingan umum,
5. Proporsionalitas.
KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri
atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap
anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali
hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat
kolektif kolegial. Pada periode 2011-2015 KPK dipimpin oleh Ketua KPK Abraham Samad,
bersama 4 orang wakil ketuanya, yakni Zulkarnaen, Bambang Widjojanto, Busyro
Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.

 Tugas dan Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
 Struktur Organisasi

Pimpinan
Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 (lima) anggota yakni Ketua yang
merangkap Anggota, serta Wakil Ketua yang terdiri atas 4 (empat) orang dan masing-masing
merangkap Anggota.
1. Ketua KPK
Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi juga merangkap sebagai anggota KPK.
2. Wakil Ketua KPK
Wakil Ketua KPK merupakan pimpinan KPK yang juga merangkap sebagai anggota
KPK. Wakil Ketua KPK terdiri dari:

1. Wakil Ketua Bidang Pencegahan;


2. Wakil Ketua Bidang Penindakan;
3. Wakil Ketua Bidang Informasi dan Data; dan
4. Wakil Ketua Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

Tim Penasihat
Tim Penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai dengan kepakarannya
kepada Komisi Pernberantasan Korupsi dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) anggota.

Pelaksana Tugas
Berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi No. PER-
08/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK, pelaksana
tugas KPK terdiri dari:

1. Deputi Bidang Pencegahan


2. Deputi Bidang Penindakan
3. Deputi Bidang Informasi dan Data
4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
5. Sekretariat Jenderal

 Regulasi
1. Dasar hukum KPK

 UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


 Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
2. Undang-Undang

 UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Dari KKN
 UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2002 Tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang

3. Peraturan Pemerintah

 PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
 PP RI No. 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah

 Kepemimpinan KPK

1. KPK di bawah Taufiequrachman Ruki (2003-2007)


2. KPK di bawah Antasari Azhar (2007-2009)
3. KPK di bawah Tumpak Hatorangan Panggabean (Pelaksana Tugas) (2009-2010)
4. KPK di bawah Busyro Muqoddas (2010-2011)
5. KPK di bawah Abraham Samad (2011-2015)
6. KPK di bawah Agus Rahardjo (2015-2019)

 Penanganan Kasus Korupsi oleh KPK

2011

 11 Februari KPK menangkap Jaksa Dwi Seno Widjanarko asal Kejaksaan Negeri


Tangerang di kawasan Pondok Aren, Bintaro, Tangerang. Dia diduga memeras Agus
Suharto, pegawai BRI Unit Juanda, Ciputat. Upaya pemerasan terhadap Agus suharto ini
diduga terkait dengan perkara penggelapan sertifikat di BRI cabang Juanda, Ciputat,
Tangerang Selatan yang ditangani Jaksa Seno. Atas perbuatannya, Seno disangkakan
melanggar Pasal 12 huruf e Undang Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Korupsi.
 4 Oktober KPK menahan FL (Bupati Nias Selatan periode 2006 s.d. 2011) dalam
dugaan tindak pidana korupsi memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelanggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajiban.
 KPK menetapkan Timas Ginting selaku pejabat pembuat komitmen di Direktorat
Jenderal Pembinaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi
(P2MKT) Kemenakertrans sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), kasus ini juga menyeret Muhammad
Nazaruddin dan istrinya Neneng Sri Wahyuni sebagai tersangka.
 26 September Penyidik KPK menahan tersangka ME (Bupati Kabupaten
Seluma)dalam pengembangan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pemberian
hadiah di Pemerintah Kabupaten Seluma.
 28 September KPK menetapkan RSP (mantan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan selaku Kuasa Pengguna Anggaran merangkap Pejabat Pembuat
Komitmen) sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan alat
kesehatan I untuk kebutuhan Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dari
dana DIPA Revisi APBN Pusat Penanggulangan Krisis Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan Tahun Anggaran 2007
 8 September KPK menahanan tersangka B (pemimpin Tim Pemeriksa BPK-RI di
Manado) dan MM (anggota tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) atas dugaan penerimaan
sesuatu atau hadiah berupa uang dari JSMR Wali Kota Tomohon periode 2005 s.d. 2010
terkait pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Kota Tomohon Tahun Anggaran (TA)
2007 
 25 Agustus KPK menangkap Kabag Program Evaluasi di Ditjen Pembinaan
Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Dadong Irba Relawan , Sesditjen P2KT I
Nyoman Suisnaya dan direksi PT Alam Jaya Papua Dharnawati terkait kasus korupsi
di Kemenakertrans , kasus ini juga membuat menakertrans Muhaimin Iskandar dan
menkeu Agus Martowardojo diperiksa.
 13 Agustus KPK menahan mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddinsebagai tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet SEA Games setelah
ditangkap di Cartagena, Colombia pada tanggal 6 Agustus 2011 dan tiba di Jakarta, pada
13 Agustus 2011. Dalam upaya untuk menangkap Muhammad Nazaruddin yang buron,
KPK melayangkan permohonan penerbitan Red Notice pada tanggal 5 Juli 2011
kepada Kepolisian RI yang diteruskan kepada Interpol. Sebelumnya KPK telah
melakukan permintaan pencegahan terhadap Muhammad Nazaruddin kepada
Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 Mei 2011.
 1 Juni KPK menangkap tangan seorang hakim Pengadilan Hubungan Industrial Imas
Dianasari di daerah Cinunu, Bandung, Jawa Barat karena menerima uang dari seseorang
berinisial OJ yang diduga merupakan karyawan PT OI.
 2 Juni KPK menangkap tangan Hakim Syarifuddin diduga menerima suap Rp250 juta
dari kurator PT Skycamping Indonesia (PT SCI), Puguh Wirawan. Selain uang Rp250
juta, KPK juga menemukan uang tunai Rp142 juta, US$116.128, Sin$245 ribu, serta
belasan ribu mata uang Kamboja dan Thailanddi rumah dinas Syarifudin 
 2 Juni KPK menangkap basah seorang Hakim pengawas di Pengadilan Niaga Jakarta
yang diduga menerima uang suap di daerah Sunter Jakarta Utara. Dia diduga menerima
suap dari kasus kepailitian.
 22 November Penyidik KPK menangkap tangan jaksa Kasub Bagian pembinaan di
Kejaksaan negeri Cibinong bernama Sisyoto bersama pengusaha E, AB dan satu orang
sopir. Dalam penangkapan itu petugas KPK menemukan uang Rp 100 juta yang diduga
merupakan suap untuk Jaksa Sisyoto.
 11 Desember Kepolisian Thailand menangkap Nunun Nurbaetie, tersangka kasus cek
pelawat yang menjadi buronan internasional. Ia ditangkap di sebuah rumah kontrakan
yang berada di Distrik Saphan Sung, Bangkok, Thailand. Selanjutnya Nunun diserahkan
ke KPK dan diterbangkan ke Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai