Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dwi Cahyo Prasetyo

Nim : 041076887
Jurusan Administrasi Negara
Tugas 2

1. Konsep, latar belakang, dan pengertian Good corporate governance


2. Bagaimanakah Penerapan azas GCG bagi kepentingan stakeholder?
3. Mengapa GCG perlu diterapkan pada badan usaha milik negara/daerah?
4.  Bagaimanakah Korelasi penerapan asas GCG dengan kepentingan pemegang saham,
kepentingan manajemen dan karyawan, dengan kepentingan publik?

Jawaban

1. Konsep
Konsep dalam Good Corporate merupakan kesatuan susunan aturan yang
menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hal dan
tanggung jawab. Dimana GCG merupakan sebuah mekanisme administratif yang
mengatur hubunganhubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi,
pemegang saham serta kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain.
Dimana yang menjadi tujuan dari GCG adalah untuk menciptakan sistem
pengendalian dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah
penyalahgunaan dari sumber daya yang diberikan dan mampu mendorong terjadinya
pertumbuhan perusahaan dengan menerapkan konsep GCG tersebut.

Latar Belakang
Hampir seluruh negara berkembang dan negara-negara transisi pascakrisis
memiliki sistem Corporate Governance yang menyoroti tingginya konsentrasi
kepemilikan perusahaan. Dimana karena tingginya konsentrasi kepemilikan ini
menimbulkan social cost baik pada level perusahaan maupun pada level negara. Pada
level perusahaan, beban ini menyangkut eksploitasi yang dilakukan oleh manajer
perusahaan yang dilakukan oleh manajer dan owner perusahaan, buruknya kinerja
perusahaan, rendahnya pengendalian risiko, dan masalah likuiditas yang mempersulit
perdagangan saham oleh para investor. Pada level negara, beban yang dihadapi adalah
tidak berkembangnya industry pasar modal. Struktur kepemilikan juga dapat
mempengaruhi keefektifan dari mekanisme Corporate Governance yang ada.
Di Indonesia sendiri, Pemerintah semakin menyadari penerapan good
governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan Good Corporate Governance
oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public
governance dan patisipasi masyarakat. Untuk itu, pada bulan November 2004,
Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian No.
KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari SubKomite Publik dan Sub-Komite
Korporasi adalah menciptakan pedoman Good Corporate Governance bagi dunia
usaha dalam membangun, melaksanakan dan mengkomunikasikan praktik Good
Corporate Governance kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Pengertian
Holly J. Gregory dan Marshall E. Simms (2000:3-4) menyebutkan bahwa
pengelolaan perusahaan (corporate governance) itu sendiri dapat didefinisikan secara
luas dan terbatas. Secara terbatas, istilah tersebut berkaitan dengan hubungan antara
manajer, direktur, dan pemegang saham. Secara luas istilah pengelolaan perusahaan
dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan pendaftaran, dan praktik pribadi
yang memungkinkan perusahaan menarik modal masuk, memiliki kinerja secara
efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat secara umum
dan sekaligus kewajiban hokum
Komite Cadbury (1992) mendefinisikan corporate governance sebagai Sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.
Dimana hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer,
pemegang saham dan sebagainya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Good Corporate Governance
merupakan Sistem pengelolaan perusahaan dengan tujuan mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan kewenangan yang diperlukan perusahaan dan bertanggungjawab kepada
seluruh pemangku kepentingan, dimana hal-hal ini dapat dikaitan dengan kinerja
perusahaan yang efisien, profitable, serta memenuhi harapan masyarakat secara
umum dan sekaligus kewajiban hukum.

2. Penerapan Asas GCG terhadap kepentingan stakeholder:


A. Transparansi
Pada penerapannya perusahaan harus memiliki prinsip keterbukaan,
dimana perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan. Perusahaan juga harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal-hal penting
lainnya yang dapat digunakan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya (stakeholders) untuk membuat suatu keputusan.

B. Akuntabilitas

Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan


kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Dala melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus
berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati.
Dimana akuntabilitas merupakan suatu prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan, karena hal tersebut perusahaan
harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar.

C. Responsibilitas

Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan


memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar dan peraturan perusahaan (by-laws) serta melaksanakan tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan sehingga kesinambungan usaha dalam jangka panjang.
D. Independensi
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain. Terutama pada setiap pemangku kepentingan (stakeholders) tidak
dapat mengintervensi suatu perusahaan dan mendominasi kendali sebuah
perusahaan.

E. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)


Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi
kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuatu
dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. Selain
itu juga, Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan, Dan juga Perusahaan harus memberikan
kesempatan yang sama dalam perencanaan karyawan, berkarir dan
melaksanakan tugasnya secara professional tanpa membedakan suku, agama,
ras, golongan, gender, dan kondisi fisik

3. Konsep GCG perlu diterapkan pada badan usah milik negara/daerah, hal ini
dikarenakan BUMN/D merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional.
Dimana perlunya pengelolaan yang baik terhadap setiap usaha dan pengambilan
segala keputusan terkait kegiatan BUMN/D dalam menjalankan misi pembangunan
ekonomi nasional. Penerapan GCG pada BUMN/D tidak terlepas dari program
privatisasi yang dilakukan oleh Pemerintah. Dimana dengan penerapan GCG dapat
diharapkan BUMN/D dapat memaksimalkan kinerja dan elektabilitas nya bagi
perekonomian negara dan mampu berbicara banyak terhadap pembangunan ekonomi
nasional. Penerapan GCG juga diperlukan sebagai mencegah terjadinya intervensi
suatu pihak untuk menguasai organisasi BUMN/D atau melakukan monopoli pasar
untuk kepentingan kelompok tertentu dan juga kemungkinan terjadinya tindakan
pidana korupsi yang dapat merugikan perekonomian nasional. Sehingga GCG dapat
berperan sebagai regulasi yang membatasi kewenangan seluruh pemegang
kepentingan (stakeholder) terkait pengelolaan usaha BUMN/D.

4. Bagaimanakah Korelasi penerapan asas GCG dengan kepentingan pemegang saham,


kepentingan manajemen dan karyawan, dengan kepentingan publik?
A. Korelasi penerapan asas GCG dengan kepentingan manajemen dan karyawan
Kepentingan manajemen yang paling utama adalah menciptakan manajemen
perusahaan yang efektif dan efisien sehingga terjadi peningkatan kapabilitas
dan kelancaran keadaan finansial perusahaan. Penerapan asas Good Corporate
Governance bagi manajemen bukan sekedar mengharuskan mereka untuk
memenuhi kepentingan stakeholder yang lain, melainkan juga memenuhi
kepentingan mereka sendiri. Asas fairness dari GCG memegang peranan untuk
menciptakan keseimbangan. Keseimbangan dalam pengertian ini termasuk
keikutsertaan manajemen dan karyawan dalam pelatihan, penetapan jenjang
karir, pemberian upah yang sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawab
masing-masing pihak, serta persyaratan kerja lainnya yang dilakukan secara
objektif tampa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi
fisik seseorang atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan.
Korelasi GCG dengan asas transparansi dimana perusahaan harus
memastikan terjadinya informasi yang perlu diketahui oleh karyawan melalui
sistem komunikasi yang berjalan baik dan tepat waktu. Optimalisasi kinerja
manajemen dan karyawan mendapat dukungan penuh dari penerapan asas
akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk menciptakan manajemen yang efektif
dan efisien. Manajemen perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya mekanisme check and balances seperti pengecekan laporan keunangan
secara berkala, pengawasan intensif terhadap semua lini manajemen,
penentuan struktur dan besarnya manajemen yang paling sesuai dengan
kondisi perusahaan. yang dilakukan oleh komisaris atau organ-organ
tambahan lainnya dalam perusahaan.
B. Korelasi penerapan asas GCG dengan Kepentingan Publik.
Menurut Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006:101-103) ada
beberapa hal yang harus dipenuhi berkaitan dengan pemenuhan kepentingan
masyarakat, yaitu :
1. Prinsip keterbukaan harus benar-benar diimplementasikan, terutama
pada saat perusahaan melakukan penawaran sahamnya kepada publik.
Dimana hal ini penting karena masyarakat biasanya masih awam akan
bidang pasar modal. Oleh karena hal tersebut, informasi yang akan
diberikan harus dalam bentuk yang sederhana dan mudah dimengerti.
Dalam kaitannya dengan informasi tersebut maka yang terutama harus
diberitahukan adalah bagaimana penggunaan dana yang sudah
dikumpulkan dari masyarakat, mengingat dana tersebut tidak boleh
diselewengkan untuk kepentingan oknum-oknum perusahaan.

2. Prinsip keterbukaan juga memiliki korelasi yang kuat dengan


pemberian informasi material yang harus segera dilaporkan kepada
masyarakat. Contohcontoh kasus mancanegara, seperti Enron Corp dan
Daimler Chrysler, serta kasus dalam negeri, seperti Lippo Bank, Bank
Pikko merupakan contoh konkret dari perusahaan yang menyebabkan
kerugian besar kepada masyarakat pemegang sahamnya akibat tidak
menerapkan prinsip keterbukan. Masyarakat berhak mengetahui
bagaimana kondisi perusahaan secara lugas dan jelas karena
masyarakat berhak untuk memperoleh keamanan dana yang telah
diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Jika informasi tidak diberikan,
tentunya mereka juga akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.

3. Pelaksanaan GCG menyebabkan opini pemegang saham publik


menjadi sangat penting untuk didengarkan. Komunikasi yang intensif
antara manajemen perusahaan dengan para pemegang saham dapat
memberikan bantuan informasi sekunder yang berguna untuk
memajukan perusahaan itu sendiri.
4. Kepentingan masyarakat konsumen juga berkesesuaian dengan asas
responsibilitas, yaitu bahwa perusahaan bertanggung jawab penuh
terhadap segala produk yang dihasilkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat menjamin terjaganya
keselarasan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar,
termasuk penerapan program kemitraan dan bina lingkungan.

C. Korelasi asas GCG dengan Pemegang saham


Asas GCG disini diterapkan sebagai suatu mekanisme dan pedoman
dalam menciptakan keseimbangan bagi para stakeholders dalam memenuhi
kepentingannya masing-masing. Apabila para anggota pemangku kepentingan
terpenuhi akan kepentingannya secara optimal tanpa harus merugikan
kepentingan stakeholders lainnya maka titik keseimbangan tercapai dan
kepentingan perusahaan akan terumuskan dengan utuh.
Sementara itu bagi pemegang saham penerapan GCG dapat
memberikan kepercayaan akan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan. Hal
ini dibutuhkan adanya penerapan asas akuntabilitas dan transparansi dalam
membangun kepercayaan publik sebagai pemegang saham minoritas bila
penerapannya berada dalam BUMN/D.

SUMBER
Badan Usaha-usaha Milik Negara dan Daerah (BMP ADPU4337).

Anda mungkin juga menyukai