Disusun untuk
Editor:
TIM
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN SEHAT JIWA...........................................................................................3
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Bayi................................................4
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Kanak-Kanak..................................6
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Pra Sekolah.....................................9
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah.........................................13
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Remaja..........................................18
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa Muda...............................22
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa.........................................26
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Lansia...........................................28
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN RESIKO GANGGUAN JIWA...............................................................31
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ansietas........................................................32
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh.................................36
Standar Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan................................................................39
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Berduka Disfungsional.................................44
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keputusasaan................................................47
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA...............................................................................50
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Halusinasi.....................................................51
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan...........................57
Standar Asuhan Keperawatan Keperawatan Klien Dengan Defisit Perawatan Diri............63
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial.................................................67
Standar Asuhan Keperawatan Harga DiriRendah Kronik...................................................72
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham.........................................................77
Standar Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri...............................................................82
3
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar
terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang
dihadapi oleh bayi.
2. Karakteristik Perilaku
2.1 KarakteristikNormal
2.1.1 Menangis ketika ditinggalkan olehibunya
2.1.2 Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas,sakit.
2.1.3 Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidakdikenalnya
2.1.4 Segera terdiam saat digendong, dipeluk ataudibuai
2.1.5 Saat menangis mudah dibujuk untuk diamkembali
2.1.6 Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang
yang tidakdikenalnya
2.1.7 Mendengarkan musik atau bernyanyi dengansenang
2.1.8 Menoleh mencari sumber suara saat namanyadipanggil
2.1.9 Saat diajak bermain memperlihatkan wajahsenang
2.1.10 Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong danmembantingnya.
3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat merumuskan
diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan Bayi
4. Intervensi
4.1 Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayimenangis
4.2 Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah,sakit)
4.3 Memberi selimut saat bayikedingingan
4.4 Mengajak berbicara denganbayi
5
Daftar Pustaka
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan anak usia 18-36 bulan dimana pada usia ini anak belajar
melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan biasanya dicirikan anak
mengeksplor lingkungan sekitar. Jika anak tidak mampu mencapai tugas
perkembangan pada masa ini anak akan cenderung kurang percaya diri.
2. KarakteristikPerilaku
2.1 KarakteristikNormal
2.1.1 Mengenal dan mengakuinamanya
2.1.2 Sering menggunakan kata“jangan/tidak/nggak”
2.1.3 Banyak bertanya tentang hal/ benda yang asingbaginya.
2.1.4 Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah, misalnyaminum
sendiri, berpakaian sendiri, makansendiri.
2.1.5 Bertindak semaunya sendiri dan tidak maudiperintah
2.1.6 Mulai bergaul dengan orang lain tanpadiperintah
2.1.7 Mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang lain di luarkeluarganya
2.1.8 Minimal mampu berpisah sementara dengan orangtua
2.1.9 Menunjukkan rasa suka dan tidaksuka
2.1.10 Meniru kegiatan keagamaan yang dilakukankeluarga
2.1.11 Tampak percaya diri tampil di depan/ tidak takut melakukansesuatu
3. Diagnosakeperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan Kanak-kanan
Daftar Pustaka
Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
CetakanJakarta: penerbit buku kedokteranEGC
Trihadi,D., Keliat, B.A.K., dan Hastono, S.P (2009) Pengaruh terapi kelompok terapeutik
terhadap kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan dini
usia kanak-kanak di kelurahan Bubulak. FIK UI : Jakarta
9
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin,
meniru
2. KarakteristikPerilaku
2.1 Anak suka mengkhayal dankreatif
2.2 Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
2.3 Anak suka bermain dengan temansebaya
2.4 Anak mudah berpisah dengan orangtua
2.5 Anak mengerti mana yang benar dan yangsalah
2.6 Anak belajar merangkai kata dankalimat
2.7 Anak mengenal berbagaiwarna
2.8 Anak membantu melakukan pekerjaan rumahsederhana
2.9 Anak mengenal jeniskelaminnya
2.10 Belajar ketrampilan baru melaluipermainan
3. DiagnosaKeperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan pra sekolah
4. Tindakan KeperawatanPasien
4.1 Tujuan
4.1.1 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yangoptimal
4.1.2 Mengembangkanketrampilanmotorikkasardanhalus
4.1.3 Mengembangkanketrampilanberbahasa
4.1.4 Mengembangkanketrampilanadaptasipsikososial
10
4.2.5.3 Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis kelamin
anaklain
4.2.5.4 Berikan pakaian dan mainan sesuai jeniskelamin
4.2.6 Mengembangkankecerdasan
4.2.6.1 Kaji perkembangan kecerdasananak
4.2.6.2 Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,bercerita
4.2.6.3 Bimbing anak belajar ketrampilanbaru
4.2.6.4 Berikan kesempatan dan bombing anak membantu melakukan pekerjaan rumah
sederhana
4.2.6.5 Ajari pengenalan benda, warna, huruf,angka
4.2.6.6 Latih membaca, menggambar danberhitung
4.2.7 Mengembangkan nilai moral
4.2.7.1 Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan padaanak
4.2.7.2 Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yangpositif
4.2.7.3 Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dantidak
4.2.7.4 Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukananak
4.2.7.5 Latihkedisplinan
4.2.8 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
4.2.8.1 Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangananak
4.2.8.2 Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadapanak
4.2.8.3 Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudahdilakukankeluarga
4.2.8.4 Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya kefasilitas kesehatan
(posyandu, puskesmasdll)
4.2.8.5 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergiziseimbang
4.2.8.6 Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
prasekolah
4.2.8.7 Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usiaprasekolah
12
Daftar Pustaka
Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan
Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar Lampung. FIK UI :
Jakarta
Depkes.(2006). Pedoman pelaksanaan simualsi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: DepkesRI
Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011).Manajemen keperawatan psikososial dan
kader kesehatan jiwa: CMHN (intermediate course). Jakarta: EGC
13
1. Pengertian
Anak Usia Sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 – 12 tahun. Pekembangan
kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri (Keliat,
Daulima, Farida. 2011).
2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik perilaku anak usia sekolahmeliputi:
2.1.1 Perkembangan yang normal :Industri/produktif
2.1.1.1 Menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yangdiberikan
2.1.1.2 Mempunyai rasa bersaing(kompetisi)
2.1.1.3 Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabatkarib
2.1.1.4 Berperan dalam kegiatankelompok
2.1.1.5 Mulai mengerti nilai mata uang dansatuannya
2.1.1.6 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikantempat tidur,menyapudll
2.1.1.7 Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,menggambar
2.1.1.8 Tidak ada tanda bekas lukapenganiayaan
2.1.2 Penyimpangan Perkembangan : Harga diri rendah
2.1.2.1 Tidak mau mengerjakan tugassekolah
2.1.2.2 Membangkang pada orangtua untuk mengerjakantugas
2.1.2.3 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesanmalas
2.1.2.4 Tidak mau terlibat dalam kegiatankelompok
2.1.2.5 Memisahkan diri dari teman sepermainan dan temansekolah
3. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia sekolah
14
Daftar Pustaka
Istiana, Keliat, B.A, Nuraini. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia
Sekolah pada Anak-Orang Tua Dan Anak-Guru terhadap Perkembangan Mental
Anak Usia Sekolah. FIK UI : Jakarta
Keliat, B.A, Daulima N. H. C, & Farida, P. (2011). Manajemen keperawatan psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Santrock John, W. (2007). Child Develompment. Dallas: University of Texas
Sunarto, Keliat, B.A., Pujasari (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Sekolah
Pada Anak, Orangtua, Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak di Kelurahan
Pancoranmas dan Depok Jaya. FIK UI : Jakarta
17
1. Pengertian
Istilah Remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh
untuk mencapai kematangan (Hurlock, 1999). Istilah ini mempunyai arti luas yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Periode ini adalah masa
transisi perkembangan dari masa anak menuju masa dewasa (Frisch & Frisch, 2006; Stuart
& Laraia, 2005; Papalia, Olds, & Feldman, 2001).
Tahap perkembangan remaja usia 12-18 tahun dimana pada saat ini remaja harus mampu
mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal
ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada
rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri (Keliat, Helena &
Farida, 2011).
2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik perilaku remaja yang menunjukkan pembentukan identitas diri
adalah sebagaiberikut:
2.1.1 Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangandiri
2.1.2 Bergaul denganteman
2.1.3 Memiliki temancurhat
2.1.4 Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, beladiri)
2.1.5 Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung pada
orangtua
2.1.6 Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masadepan
2.1.7 Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindakasusila
2.1.8 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang
berlebihan dan negatif
2.1.9 Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik padateman
2.1.10 Memiliki prestasi yang berarti dalamhidup
19
3. Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : Kesiapan peningkatan
perkembangan usia remaja
4. Tindakan Keperawatan
4.1 Tindakan Keperawatan pada Remaja (Klien)
Tujuan :Remaja mampu :
4.1.1 Menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
4.1.2 Menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
4.1.3 Melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal
4.2 Tindakan Keperawatan
4.2.1 Mendiskusikan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.
4.2.2 Mendiskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
4.2.2.1 Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dankekhawatiran.
4.2.2.2 Anjurkan remaja untuk mengikuti organsasi yang mempunyai kegiatan
positif (olah raga, seni, bela diri, pramuka,keagamaan)
4.2.2.3 Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai
denganperannya.
4.2.2.4 Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
20
Daftar Pustaka
21
1. Pengertian
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan pada usia
ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson, 1963). Pada
masa ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan
dengan oranglain yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan
pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal
sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada
pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan
diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru,
dari asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua dan
memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah,
pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh
pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian
lalumenyendiri.
2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik PrilakuNormal
2.1.1 Menjalin interaksi yang hangat dan akrab denganoranglian
2.1.2 Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar,sahabat)
2.1.3 Membentukkeluarga
2.1.4 Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja danberinteraksi
2.1.5 Merasa mampu mandiri karena sudahbekerja
2.1.6 Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial danemosional
2.1.7 Mempunyai konsep diri yangrealistis
2.1.8 Menyukai diri dan mengetahui tujuanhidup
2.1.9 Berinteraksi baik dengankeluarg
2.1.10 Mampu mengatasi strss akibat perubahandirinya
2.1.11 Menganggap kehidupan sosialnyabermakna
23
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : Kesiapan peningkatan
perkembangan usia dewasa awal
4. Intervensi Keperawatan
Keliat dkk (2011) menyatakan tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial
dewasa muda bertujuan :
4.1 DewasaMuda
4.1.1 Tujuan
4.1.1.1 Individu dewasa muda mampu memahami karakteristik perkembangan
psikososial yang normal danmenyimpang
4.1.1.2 Individu dewasa muda mampu memahami cara mencapai perkembangan
psikososialyang normal:
1) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawanjenis
2) Mempunyaipekerjaan
4.1.1.3 Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yangnormal
4.1.2 Intervensi
24
Daftar Pustaka
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana pada tahap ini
merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari hal
ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam
pekerjaan dan keuangan.
2. Karakteristik perilaku
2.1.1 Menilai pencapaianhidup
2.1.2 Merasa nyaman dengan pasanganhidup
2.1.3 Menerima perubahan fisik dan psikologis yangterjadi
2.1.4 Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif danbijaksana
2.1.5 Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudahlansia
2.1.6 Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yangbermanfaat
2.1.7 Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain,
mengisi waktu luang dengan hal yang positif danbermanfaat
2.1.8 Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan oranglain.
2.1.9 Mengembangkan minat danhobi.
3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia dewasa
4. Intervensi Keperawatan
4.1 Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan perkembangan
yangmenyimpang
4.2 Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga
4.3 Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati kebersamaan dengan
27
keluarga
4.4 Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
4.5 Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara positif
28
1. Pengertian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) bedasarkan sudut pandangnya. lansia
yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna.
2. Karakteristik Perilaku
2.1 Mempunyai harga diritinggi
2.2 Menilai kehidupan nyabearti
2.3 Menerima nilai dan keunikan oranglain
2.4 Menerima dan menyesuaikan kematianpasangan
2.5 Menyiapkan diri menerima datangnyakematian
2.6 Melaksanakan kegiatan agama secararutin
2.7 Merasa dicintai dan bearti dalamkeluarga
2.8 Berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompokmasyarakat
2.9 Menyiapakan diri ditinggalkan anak yang telahmandiri
3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan
usia dewasa
4. Tindakan Keperawatan
4.1 Lansia
4.1.1 Tujuan
4.1.1.1 Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan
social dan keagamaan di lingkungan. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai
29
Daftar Pustaka
Potter, Patricia A, and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept, process,
and practice. St Louis : The C.V. Mosby Company
Spesialis Jiwa FIK 2005-2014 dan Tim Pengajar Spesialis Jiwa (2014). Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister Keperawatan Jiwa
FIK UI
Stolte, K. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC
31
1. Pengertian
Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang
spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang baru seperti
masuk sekolah, pekerjaan baru, atau melahirkan anak (Stuart, 2013).
2.1 Subyektif:
2.2 Obyektif :
2.2.1 nadi dan tekanan darahnaik
2.2.2 tidak mampu menerima informasi dari luar
2.2.3 berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
2.2.4 Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
2.2.5 Pekerjaan sehati-hari terganggu
33
3. Diagnosa
Ansietas
4.1 Tujuan:
4.1.1 Pasien mampu mengenalansietas
4.1.2 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknikrelaksasi
4.1.3 Pasien mampu mengatasi ansietas melaluidistraksi
4.1.4 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis limajari
4.1.5 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatanspiritual
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
Penebit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams &
Wilkins
Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company:
Philadelphia.
Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
35
1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan (Stuart, 2013)
2.1 Subyektif:
2.1.1 Mengungkapkan perasaan adanya perubahan pandangan tentang tubuhnya
(misalnya: penampilan, struktur danfungsi)
2.1.2 Mengungkapkan persepsi adanya perubahan pandangan tentang tubuhnya
dalampenampilan
2.1.3 Mengungkapkan merasa tidak puas dengan hasiloperasi
2.1.4 Mengatakan merasa asing terhadap bagian tubuh yanghilang
2.1.5 Mengatakan perasaan negatif tentangtubuhnya
2.1.6 Khawatir adanya penolakan dari oranglain
2.2 Obyektif :
2.2.1 Perubahan dan hilangnya anggota tubuh baik bentuk struktur danfungsi
2.2.2 Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yangterganggu
2.2.3 Menolak melihat atau menyentuh bagiantubuh
2.2.4 Aktifitas sosialmenurun
3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Citra Tubuh
1. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2012).
Ketidakberdayaan adalah kondisi dimana seseorang merasakan kehilangan kekuatan,
kehilangan otoritas untuk melakukan sesuatu, merasa tidak memiliki kekuatan fisik, tidak
memiliki energy, tidak mempunyai harapan, tidak memiliki motivasi, tidak memiliki
pengetahuan, tidak memiliki harga diri, tidak mempunyai kekuatan psikologis, dan tidak
memiliki sistim pendukung sosial. (Miller,2000).
2.1 Subyektif:
2.1.1 Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhisituasi.
2.1.2 Mengungkapkan tidak dapat menghasilkansesuatu
2.1.3 Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitassebelumnya.
2.1.4 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilanperan.
2.1.5 Mengatakan ketidakmampuan perawatandiri
2.2 Obyektif:
2.2.1 Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentangperawatan
2.2.2 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikankesempatan
2.2.3 Enggan mengungkapkan perasaansebenarnya
2.2.4 Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasabersalah.
2.2.5 Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
2.2.6 Apatis danpasif
40
Daftar Pustaka
42
Banon, E, Keliat,B., A., & Besral (2011). Pengaruh terapi reminiscence dan psikoedukasi
keluarga terhadap kondisi depresi dan kualitas hidup lansia di Katulampa Bogor. FIK
UI : Depok
Kanine,E., Daulima,N.,H.,C., & Nuraini. (2011). Pengaruh Terapi Generalis dan Logoterapi
Individu Terhadap Respon Ketidakberdayaan Klien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit
Provinsi Sulawesi Utara. FIK UI : Depok
Lestari., S., P., Daulima., N., H., C., Astari. E., N., (2013). Pengaruh Terapi Kelompok
Suportif Ekspresif Terhadap Ketidakberdayaan dan Hardiness Klien Kanker Serviks di
RSUP dr. Kariadi Semarang. FIK UI : Depok
Missesa, Keliat., B., A., Wardhani, I., C., (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif
Ekspresif Terhadap Ketidakberdayaan dan Hardiness Klien Kanker Serviks di RSUP
dr. Kariadi Semarang. FIK UI : Depok
NANDA, (2012), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Nauli, Keliat,B., A., & Besral .(2011). Pengaruh Logoterapi Lansia dan Psikoedukasi
Keluarga terhadap Depresi dan Kemampuan Memaknai Hidup pada Lansia di
Kelurahan Katulampa Bogor Timur. FIK : UI Depok
Nurwiyono, A., Keliat., B.A., Daulima., N., H., C., .(2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Reminiscence Terhadap Depresi Psikotik Lansia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa
Timur. FIK UI : Depok
Ramadia, A., Keliat, B.A., Wardhani, I., C., .(2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Psikoedukasi Keluarga Terhadap Depresi, Ketidakberdayaan Dan Kemampuan
Mengubah Pikiran Negatif Pada Klien Stroke di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta. FIK UI : Depok
Syarniah, Keliat,B, A,. Hastono,S.P, Daulima, CD. (2010). Pengaruh terapi kelompok
reminiscence terhadap depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. FIK UI : Depok
Widuri, E., Daulima, N., H., C. , & Mustikasari (2012). Pengaruh Acceptance and
Commitment Therapy Terhadap Respon Ketidakberdayaan Klien Gagal Ginjal Kronik
di RSUP Fatmawati JakartI. FIK UI : Depok
43
Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychyatric Nursing. 9th edition. Missouri:
Mosby.
Towsend, M.C., (1998). Buku saku diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3,
Jakarta:EGC.
44
1. Pengertian
Respons intelektual dan emosional serta perilaku oleh individu, keluarga dan komunitas
yang merupakan proses modifikasi dari konsep diri yang didasari oleh persepsi potensial
kehilangan (NANDA, 2012).
2.1 Marah
2.5 Rasabersalah
2.9 Perubahanlibido
2.10 Tawarmenawar
2.12 Potensial kehilangan objek yang signifikan (misal orang, hak milik, pekerjaan,
status, rumah, bagian dan prosestubuh)
2.13 Berdukacita
3. Intervensi Generalis
3.1 TujuanUmum
Klien dapat mengatasi rasa berduka yang dialaminya
1. Pengertian
Keputusaasan merupakan keadaan subyektif seorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energi yang dimikinya (NANDA, 2012).
2.1 Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya
tidak dapat melakukansesuatu”)
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Caroline ,
Keliat dan Sabri (2008) meneliti bahwa dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan
(SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif klien meningkat 47%, psikomotor meningkat
48%. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda
dan gejala halusinasi sebesar14%.
2.1 DataObyektif
2.1.1 Bicara atau tertawasendiri.
2.1.2 Marah-marah tanpasebab.
2.1.3 Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengarsesuatu
2.1.4 Menutuptelinga.
2.1.5 Menunjuk-nunjuk ke arahtertentu.
2.1.6 Ketakutan pada sesuatu yang tidakjelas.
2.1.7 Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauantertentu.
2.1.8 Menutuphidung.
2.1.9 Seringmeludah.
2.1.10 Muntah.
2.1.11 Menggaruk-garuk permukaankulit.
ataumonster.
2.2.5 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itumenyenangkan.
2.2.6 Merasakan rasa seperti darah, urin ataufeses
2.2.7 Merasa takut atau senang denganhalusinasinya.
2.2.8 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedangsendirian.
2.2.9 Mengatakan sering mengikuti isi perintahhalusinasi
4. TindakanKeperawatan
4.1 Tujuan : Pasien mampu:
4.1.1 Mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan,respon.
4.1.2 Mengontrol halusinasi dengan caramenghardik.
4.1.3 Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakanobat.
4.1.4 Mengontrol halusinasi dengan carabercakap-cakap.
4.1.5 Mengontrol halusinasi dengan cara melakukanaktifitas.
4.2 Tindakan Keperawatan
4.2.1 Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasipencetus,perasaan, respon terhadaphalusinasi.
4.2.2 Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
4.2.2.1 Menghardikhalusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
4.2.2.2 Menggunakan obat secarateratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minumobat).
53
4.3.1.2 Menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala halusinasi dan proses
terjadinya).
4.3.2.2 Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinyahalusinasi
Daftar Pustaka
Carolina, Keliat, BA, Sabri, L (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS Dr.Soeharto
Heerdjan Jakarta.
Gajali, Mustikasari dan Susanti,Y (2014). Pengaruh Family Psychoeducation Theraphy
Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia dengan Halusinasi Di
Kota Samarinda Kalimantan Timur. FIK UI : Depok
Hastuti (2013). Efektivitas rational emotive behaviour therapy berdasarkan profile
multimodal therapy pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perilaku
kekerasan dan halusinasi di RSMM Bogor. FIK UI : Depok
Lelono, S.K., Keliat, B.A., Besral, (2011). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan,
Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri:
Mosby.
Sudiatmika, I.K., Keliat, B.A., Wardani, IY., (2011): Efektivitas cognitive behaviour therapy
dan rational emotive behaviour therapy terhadap klien dengan perilaku kekerasan
dan halusinasidiRumahSakitDr.H.MarzoekiMahdiBogor.FIK UI:Depok
Sulistiowati, N., M (2010). Pengaruh Acceptance and Commitment Therapy Terhadap
Gejala dan Kemampuan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan dan Halusinasi di
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.FIK UI : Depok
Sukma, Keliat & Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan Cognitive
Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial
di Rumah Sakit.FIK UI : Depok
55
Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Wahyuni, S., Keliat, B. A. dan Yusron, Susanti, H. (2010): Pengaruh cognitive behaviour
therapy terhadap halusinasi pasien di Rumah Sakit Jiwa Pempropsu Medan. FIK UI :
Depok
Wardaningsih, Keliat, dan Daulima (2007). Pengaruh Family Psychoeducation terhadap
Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien dengan Halusinasi di
Kabupaten Bantul Yogyakarta.FIK :Depok
56
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan
(panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik
atau konsep diri (Stuart & Laraia. 2013). Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012)
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan . Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik,
kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakitfisik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik terapi generalis maupun terapi spesialis
memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan. Tindakan
keperawatan generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan lama rawat klien
(Keliat, dkk2009).
2.1 Subjektif
2.1.1 Mengungkapkan perasaan kesal ataumarah
2.1.2 Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain danlingkungan
2.1.3 Klien suka membentak dan menyerang oranglain
2.2 Objektif
2.2.1 Mata melotot/ pandangantajam
2.2.2 Tangan mengepal dan Rahangmengatup
2.2.3 Wajahmemerah
2.2.4 Postur tubuhkaku
2.2.5 Mengancam dan Mengumpat dengan kata-katakotor
2.2.6 Suarakeras
2.2.7 Bicara kasar,ketus
57
3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
4.2.2.4 Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.
4.2.3 Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
4.2.3.1 Menjelaskan cara menontrol perilaku kekerasan dengan verbal/bicarabaik-baik
4.2.3.2 Melatih klien cara verbal/bicarabaik-baik
4.2.3.3 Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /bicara baik-baik minum obat ke dalam
jadwal kegiatanharian.
4.2.4 Melatih cara spiritual
4.2.4.1 Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan denganspiritual
4.2.4.2 Melatih klien caraspiritual
4.2.4.3 Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal kegiatanharian.
5.2.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko perilaku kekerasan
5.2.3.1 Menjelaskan cara merawat klien resiko perilakukekerasan
5.2.3.2 Memotivasi,membimbingdan memberi pujian kepadaklienuntuk
latihantariknafasdalam dan pukul kasurbantal.
5.2.3.3 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk minum obat
dengan prinsip 6benar.
5.2.3.4 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara
verbal/bicara baik- baik.
5.2.3.5 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan caraspiritual
5.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi
klien resiko perilaku kekerasan
5.2.4.1 Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
5.2.4.2 Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
5.2.4.3 Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam merawatklien
5.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up, cara
rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan
5.2.5.1 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia
5.2.5.2 Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
5.2.5.3 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
5.2.5.4 Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke
pelayanankesehatan.
Daftar Pustaka
Aini,K., Keliat,B., A., & Nuraini, T. (2011). Pengaruh Assertive Training Therapy terhadap
Kemampuan Asertif Suami dan Risiko Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Bogor
Tahun 2011. FIK UI : Depok
Alini. (2010). Pengaruh Terapi Assertiveness Training dan Progressive Muscle
RelaxationTerhadap Gejala dan Kemampuan Klien Dengan Perilaku Kekerasan Di
RS Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
Fauziah, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2009). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif pada Klien
Skizoprenia dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. FIK
UI : Depok
Gowi, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2011). Pengaruh latihan asertif terhadap perilaku
kekerasan orang tua pada anak usia sekolah di Kelurahan Tanjungpura Kabupaten
Karawang. FIK UI :Depok
Hidayat,E., Keliat., B., A., & Wardani, I., Y. Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) dan
rational emotive behavior therapy (REBT) terhadap klien perilaku kekerasan dan
harga diri rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI :Depok
Hidayati,E., Mustikasari & Pujasari., H. (2011). Pengaruh terapi kelompok suportif
terhadap kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizopfrenia di
Rumah Sakit Dr. Amino Gondohutomo kota semarang. FIK UI : Depok
Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B. A., Akemat., Helena C. D., Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lelono,S., K., Keliat, B., A. & Besral. Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan,
Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI
:Depok
Nancye,P., M., Hamid,A.,Y., & Eryando., T. (2007). Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap
61
1. Pengertian:
Defisit perawatan diri adalah kelemahan kemampuan untuk melakukan atau melengkapi
aktifitas mandi/kebersihan diri (NANDA 2012-2014).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri (WHO & FIK UI, 2006).
3. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
4.2.1. Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang dibutuhkan,
kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu berdandan, manfaat berdandan,
kerugian jika tidak berdandan
4.2.2. Melatih caraberdandan
4.2.3. Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatanharian
4.3. Melatih cara melakukan perawatan diri:makan/minum
4.4.1. Mendiskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang dibutuhkan, kegiatan
BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK yang benar, manfaat BAB/BAK yang benar,
kerugian jika BAB/BAK tidakbenar).
4.4.2. Melatih cara perawatan diri:BAB/BAK
64
Daftar Pustaka
Parendrawati, D., P., Keliat, B., A.,Haryati, T., H. (2009). Pengaruh Terapi Token Ekonomi
Pada Klien Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Dr Marzuki Mahdi Bogor. FIK
UI : Depok
Sari, H., Keliat.,B.,A., & Mustikasari. (2009). Pengaruh Family Psychoeducation Therapy
terhadap Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di
Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam. FIK UI :Depok
66
1. Pengertian:
Kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang
lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi baik verbal dan nonverbal pada klien yang menarik diri di Rumah
Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat dkk, 1999). Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa terapi generalis dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi klien
(Jumaini, Keliat, Hastono, 2010; Surtiningrum, Hamid, Waluyo, 2011; Nyumirah, Hamid,
Mustikasari, 2012).
3. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
4.2 Tindakan
4.2.1 Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosials
• Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasisosial
• Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak
memilikiteman.
4.2.3 Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
4.3.2 Tindakan
4.3.2.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien Isolasi sosial
1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
Isolasisosial
2. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien Isolasisosial
4.3.2.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien Isolasisosial
1. Menjelaskan cara melatih klienberkenalan
2. Menjelaskan cara melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatansehari-
hari.
3. Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meinta sesuatu, berbelanja
dan sebagainya.
4. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
latihanberkenalan
5. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
bercakap- cakap saat melakukan kegiatansehari-hari.
6. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
berbicara sosial.
4.3.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi klien
isolasi sosial.
1. Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
2. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
3. Mengajurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya merawatklien
4.3.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up , cara
rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan.
1. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia.
2. Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
3. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
69
Daftar Pustaka :
Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social Skill Tarining
(BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS.
Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Keliat, B. A, dkk. (1999). Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
terhadap kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pada klien menarik diri di
Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Indonesia, II (8), 277-283.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa :
CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif
70
terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino
Gonhutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidakdipublikasikan.
Renidayati, Keliat, B., A., & Sabri., L. (2008). Pengaruh Social Skills Training Pada Klien
Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang Sumatera Barat. FIK UI :
Depok
Sukma, Keliat, B., A., Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan
Cognitive Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan
Isolasi Sosial di Rumah Sakit. FIK UI : Depok
Surtiningrum. A., Hamid, A., Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap
kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino
Gondohutomo Semarang. FIK UI : Depok
Stuart, G.W., (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). St Louis:
Mosby.
Surtiningrum, A., Hamid, A.Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh Terapi Supportif Terhadap
Kemampuan Sosialisasi klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Wiyati,R., Hamid, A., Y., & Gayatri. (2009). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. FIK UI : Depok
71
1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013)
menyatakan harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan
perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga,
dan tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah kronis secara
signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan (Pardede, Keliat, dan Wardani, 2013)
2.1 DataSubjektif
2.1.1 Sulittidur
2.1.2 Merasa tidak berarti dan Merasa tidakberguna
2.1.3 Merasa tidak mempuanyai kemampuanpositif
2.1.4 Merasa menilai dirinegatif
2.1.5 Kurang konsentrasi dan Merasa tidak mampu melakukanapapun
2.1.6 Merasamalu
3. Diagnosa Keperawatan
72
5.2.1 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saatini.
5.2.2 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkanpasien.
5.2.3 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yangaktif
5.3.1 Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukansehari-hari.
5.3.2 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan
73
Tujuan : KeluargaMampu
6.1 Mengenal masalah harga diri rendahkronik
6.2 Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendahkronik
6.3 Merawat klien dengan harga diri rendahkronik
6.4 Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diriklien
6.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan
mencegahkekambuhan
7. Tindakan KeperawatanKelompok
7.1 Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)
Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk klien dengan harga diri rendah kronik adalah
:
74
Daftar Pustaka
Hidayat, E., Keliat, B., A., Wardani, I.Y., (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT)
dan rational emotive behavior therapy (REBT) terhadap klien perilaku kekerasan
dan haga diri rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
Keliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic Course.
Jakarta: EGC
Lelon, S. K., Keliat, B., A., & Besral. (2011). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
dan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku
Kekerasan, Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
FIK UI : Depok
Maryatun,S., Hamid, A.Y., & Mustikasari. (2011). Pengaruh Logoterapi terhadap
Perubahan Harga Diri Narapidana Perempuan dengan Narkotika di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. FIK UI : Depok
NANDA. (2012). Nursing Diagnosis : Definitions & Classification 2012-2014. Philadelphia:
NANDA international
Nurwiyono, A., Keliat, B., A., & Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Reminiscence Terhadap Depresi Psikotik Lansia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa
75
1. Pengertian:
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terusmenerus,tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, Akemat, Helena dan
Nurhaeni,2012).
2. Tanda danGejala
2.1 Subyektif
3. Diagnosa Keperawatan
Waham
4.2.3.1 Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhikebutuhannya
4.2.3.2 Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat wahamnya
dan kemampuan memenuhikebutuhannya
4.2.3.3 Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam jadwal
kegiatanharian
4.2.4 Melatih kemampuan positif yang dimiliki
4.2.4.1 Menjelaskan kemampuan positif yang dimilikiklien
4.2.4.2 Mendiskusikan kemampuan positif yang dimilikiklien
4.2.4.3 Melatih kemampuan positif yangdipilih
4.2.4.4 Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam jadual
kegiatanharian
5.2.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klienwaham
5.2.2.1 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klienwaham
5.2.2.2 Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klienwaham
79
5.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi
klienwaham
5.2.4.1 Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
5.2.4.2 Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
5.2.4.3 Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam merawatklien
5.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up,
cara rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan
5.2.5.1 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia
5.2.5.2 Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
5.2.5.3 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
5.2.5.4 Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk ke pelayanankesehatan
DaftarPustaka
80
Arif, I.S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Cetakan I. Jakarta :
penerbit Refina Aditama
Carpenito, L.J., (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis (terjemahan).
Edisi 6.Jakarta : EGC
Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Erawati,E., Keliat, B. A., Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Metakognitif
terhadap intensitas waham dan kemampuan metakognitif di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang. FIK UI : Depok
FKUI dan WHO., (2006). Modul praktek keperawayan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
(Cetakan I).Fakultasi Kedokteran Universitasi Indonesia dan WHO.
Hawari, D., (2006). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Edisi kedua.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultasi Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, I. (2007), Keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Refika Aditama
81
1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh
diri menurut Edwin Schneidman dalam Kaplan 2010 adalah tindakan pembinasaan yang
disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada
kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan
sebagai pemecahan yang terbaik.
Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan
ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan
yang tidak dapat ditanggung, menyempitkan pilihan yang dirasakan dan kebutuhan
meloloskan diri; orang bunuh diri menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan &
Saddock, 2010)
2.1 “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih
baik tanpasaya.”
2.2 Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa /
tidakberdaya.
2.3 Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
dirirendah
Obyektif:
1) Sedih
2) Murung
3) Marah
4) Nangis
5) Banyakdiam
6) Kontak matakurang
7) Emosi labil
8) Tidurkurang
4) Mudahemosi
5) Sedih
6) Murung
7) Menangis
8) Jalanmondar-mandir
.
Percobaan Bunuh Diri
Subyektif:
1) Maumati
2) Jangan tolongsaya
3) Biarkansaya
4) Saya tidak mauditolong
5) Emosi labil
Obyektif
klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi , membenturkan kepala
Klienmampu:
4.2 Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan membuat daftar
aspek positif diri sendiri.
4) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga
danlingkungan
5) Mendiskusikan harapan dan masadepan
6) Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masadepan
7) Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap
demisetahap)
8) Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masadepan
6.1 Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan resiko bunuh diri
adalah: TAK stimulasi persepsi untuk harga dirirendah
Sesi 1: Identifikasi kemampuan / hal positif pada diri
Sesi 2: Melatih kemampuan / hal positif pada diri
6.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Resiko bunuhdiri
Daftar Pustaka