Anda di halaman 1dari 85

MODUL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DIAGNOSASEHAT, RESIKO DAN GANGGUAN

Untuk Ners Generalis

Disusun untuk

Editor:
TIM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRUBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2021
2

DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN SEHAT JIWA...........................................................................................3
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Bayi................................................4
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Kanak-Kanak..................................6
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Pra Sekolah.....................................9
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah.........................................13
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Remaja..........................................18
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa Muda...............................22
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa.........................................26
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Lansia...........................................28
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN RESIKO GANGGUAN JIWA...............................................................31
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ansietas........................................................32
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh.................................36
Standar Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan................................................................39
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Berduka Disfungsional.................................44
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keputusasaan................................................47
KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN : DIAGNOSIS
KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA...............................................................................50
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Halusinasi.....................................................51
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan...........................57
Standar Asuhan Keperawatan Keperawatan Klien Dengan Defisit Perawatan Diri............63
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial.................................................67
Standar Asuhan Keperawatan Harga DiriRendah Kronik...................................................72
Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham.........................................................77
Standar Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri...............................................................82
3

KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN :


DIAGNOSIS KEPERAWATAN SEHAT JIWA
4

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Bayi


TAHAP BAYI (Percaya Versus Tidak percaya)

1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar
terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang
dihadapi oleh bayi.

2. Karakteristik Perilaku
2.1 KarakteristikNormal
2.1.1 Menangis ketika ditinggalkan olehibunya
2.1.2 Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas,sakit.
2.1.3 Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidakdikenalnya
2.1.4 Segera terdiam saat digendong, dipeluk ataudibuai
2.1.5 Saat menangis mudah dibujuk untuk diamkembali
2.1.6 Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang
yang tidakdikenalnya
2.1.7 Mendengarkan musik atau bernyanyi dengansenang
2.1.8 Menoleh mencari sumber suara saat namanyadipanggil
2.1.9 Saat diajak bermain memperlihatkan wajahsenang
2.1.10 Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong danmembantingnya.

3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat merumuskan
diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan Bayi

4. Intervensi
4.1 Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayimenangis
4.2 Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah,sakit)
4.3 Memberi selimut saat bayikedingingan
4.4 Mengajak berbicara denganbayi
5

4.5 Memanggil bayi sesuai dengannamanya


4.6 Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, bendaberbunyi)
4.7 Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan padabayi
4.8 Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami
masalah kesehatan atausakit.

Daftar Pustaka

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Restiana.N., Keliat.B.A., Gayatri, G. Helena, N. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik Terhadap Kemampuan Ibu Dalam Menstimulasi Rasa Percaya Bayi Di
Kelurahan Mulyasari Kota Tasikmalaya. FIK UI : Jakarta
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
Cetakan 1.Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Stuart,(2013)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC
Tim Penulis (2016).Draf Standard Asuhan KeperawatanProgramPendidikan Kekhususan
Keperawatan Jiwa Ilmu Keperawatan UniversitasIndonesia
6

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Kanak-Kanak


Tahap Kanak-Kanak (Otonomi Versus Ragu-Ragu)

1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan anak usia 18-36 bulan dimana pada usia ini anak belajar
melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan biasanya dicirikan anak
mengeksplor lingkungan sekitar. Jika anak tidak mampu mencapai tugas
perkembangan pada masa ini anak akan cenderung kurang percaya diri.

2. KarakteristikPerilaku
2.1 KarakteristikNormal
2.1.1 Mengenal dan mengakuinamanya
2.1.2 Sering menggunakan kata“jangan/tidak/nggak”
2.1.3 Banyak bertanya tentang hal/ benda yang asingbaginya.

2.1.4 Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah, misalnyaminum
sendiri, berpakaian sendiri, makansendiri.
2.1.5 Bertindak semaunya sendiri dan tidak maudiperintah
2.1.6 Mulai bergaul dengan orang lain tanpadiperintah
2.1.7 Mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang lain di luarkeluarganya
2.1.8 Minimal mampu berpisah sementara dengan orangtua
2.1.9 Menunjukkan rasa suka dan tidaksuka
2.1.10 Meniru kegiatan keagamaan yang dilakukankeluarga
2.1.11 Tampak percaya diri tampil di depan/ tidak takut melakukansesuatu

3. Diagnosakeperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan Kanak-kanan

4. Rencana Tindakan Keperawatan untukKanak-Kanak


4.1 Latih anak untuk melakukan kegiatan secaramandiri
7

4.2 Puji keberhasilan yang dicapai anak.


4.3 Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi melatih anak memberikan pilihan
– pilihan dalam memuaskan keinginannya.
4.4 Hindari suasana yang membuat anak bersikap negatif.
4.5 Tidak menakut – nakuti anak dengan kata – kata ataupun perbuatan, tidak
mengancam anak.
4.6 Berikan mainan sesuai usia perkembangan (boneka, mobil – mobilan, balon, bola,
kertas gambar, dan pensil warna).
4.7 Saat anak mengamuk (tempertantrum), pastikan ia aman dan awasi dari jauh.
4.8 Beri tahu tindakan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, tindakan baik
dan buruk dengan kalimat positif.
4.9 Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan.

5. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


5.1 Informasikan pada keluarga mengenai cara yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi kemandirian anak –anak.
5.2 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan digunakan keluarga untuk
menstimulasi kemandirian anak – anak.
5.3 Latih keluarga mengenai metode tersebut dan damping saat keluarga
melakukannya pada anak.
5.4 Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan dalam melatih kemandirian
anak.

Daftar Pustaka

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta: EGC
Stuart. (2013)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC
Tim Penulis (2016).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
8

Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
CetakanJakarta: penerbit buku kedokteranEGC
Trihadi,D., Keliat, B.A.K., dan Hastono, S.P (2009) Pengaruh terapi kelompok terapeutik
terhadap kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan dini
usia kanak-kanak di kelurahan Bubulak. FIK UI : Jakarta
9

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Pra Sekolah


TAHAP PRASEKOLAH ( Inisiatif Versus Rasa Bersalah)

1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin,
meniru

2. KarakteristikPerilaku
2.1 Anak suka mengkhayal dankreatif
2.2 Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
2.3 Anak suka bermain dengan temansebaya
2.4 Anak mudah berpisah dengan orangtua
2.5 Anak mengerti mana yang benar dan yangsalah
2.6 Anak belajar merangkai kata dankalimat
2.7 Anak mengenal berbagaiwarna
2.8 Anak membantu melakukan pekerjaan rumahsederhana
2.9 Anak mengenal jeniskelaminnya
2.10 Belajar ketrampilan baru melaluipermainan

3. DiagnosaKeperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan pra sekolah

4. Tindakan KeperawatanPasien
4.1 Tujuan
4.1.1 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yangoptimal
4.1.2 Mengembangkanketrampilanmotorikkasardanhalus
4.1.3 Mengembangkanketrampilanberbahasa
4.1.4 Mengembangkanketrampilanadaptasipsikososial
10

4.1.5 Pembentukan indentitas dan peran sesuai jeniskelamin


4.1.6 Mengembangkankecerdasan
4.1.7 Mengembangkan nilai-nilaimoral
4.1.8 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan
4.2 Tindakankeperawatan
4.2.1 Pemenuhan kebutuhan fisik yangoptimal
4.2.1.1 Kaji pemenuhan kebutuhan fisikanak
4.2.1.2 Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yangseimbang
4.2.1.3 Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan(booster)
4.2.1.4 Ajarkan kebersihandiri
4.2.2 Mengembangkan ketrampilan motorik kasar danhalus
4.2.2.1 Kaji kemampuan motorik kasar dan halusanak
4.2.2.2 Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap boladll)
4.2.2.3 Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus(belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balokdll)
4.2.2.4 Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain dirumah
4.2.3 Mengembangkan ketrampilanbahasa
4.2.3.1 Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasaianak
4.2.3.2 Berikan kesempatan anak bertanya danbercerita
4.2.3.3 Sering mengajakkomunikasi
4.2.3.4 Ajari anak belajarmembaca
4.2.3.5 Belajarbernyanyi
4.2.4 Mengembangkan ketrampilan adaptasipsikososial
4.2.4.1 Kaji ketrampilan adaptasi psikososialanak
4.2.4.2 Berikan kesempatan anak bermain dengan temansebaya
4.2.4.3 Berikan dorongan dan kesempatan ikutperlombaan
4.2.4.4 Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebihdewasa
4.2.5 Membentuk indentitas dan peran sesuai jeniskelamin
4.2.5.1 Kaji identitas dan peran sesuai jeniskelamin
4.2.5.2 Ajari mengenal bagian-bagiantubuh
11

4.2.5.3 Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis kelamin
anaklain
4.2.5.4 Berikan pakaian dan mainan sesuai jeniskelamin
4.2.6 Mengembangkankecerdasan
4.2.6.1 Kaji perkembangan kecerdasananak
4.2.6.2 Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,bercerita
4.2.6.3 Bimbing anak belajar ketrampilanbaru
4.2.6.4 Berikan kesempatan dan bombing anak membantu melakukan pekerjaan rumah
sederhana
4.2.6.5 Ajari pengenalan benda, warna, huruf,angka
4.2.6.6 Latih membaca, menggambar danberhitung
4.2.7 Mengembangkan nilai moral
4.2.7.1 Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan padaanak
4.2.7.2 Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yangpositif
4.2.7.3 Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dantidak
4.2.7.4 Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukananak
4.2.7.5 Latihkedisplinan
4.2.8 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
4.2.8.1 Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangananak
4.2.8.2 Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadapanak
4.2.8.3 Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudahdilakukankeluarga
4.2.8.4 Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya kefasilitas kesehatan
(posyandu, puskesmasdll)
4.2.8.5 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergiziseimbang
4.2.8.6 Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
prasekolah
4.2.8.7 Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usiaprasekolah
12

Daftar Pustaka

Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan
Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar Lampung. FIK UI :
Jakarta
Depkes.(2006). Pedoman pelaksanaan simualsi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: DepkesRI
Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011).Manajemen keperawatan psikososial dan
kader kesehatan jiwa: CMHN (intermediate course). Jakarta: EGC
13

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Sekolah


TAHAP USIA SEKOLAH (Industri Versus Harga Diri Rendah)

1. Pengertian
Anak Usia Sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 – 12 tahun. Pekembangan
kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri (Keliat,
Daulima, Farida. 2011).

2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik perilaku anak usia sekolahmeliputi:
2.1.1 Perkembangan yang normal :Industri/produktif
2.1.1.1 Menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yangdiberikan
2.1.1.2 Mempunyai rasa bersaing(kompetisi)
2.1.1.3 Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabatkarib
2.1.1.4 Berperan dalam kegiatankelompok
2.1.1.5 Mulai mengerti nilai mata uang dansatuannya
2.1.1.6 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikantempat tidur,menyapudll
2.1.1.7 Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,menggambar
2.1.1.8 Tidak ada tanda bekas lukapenganiayaan
2.1.2 Penyimpangan Perkembangan : Harga diri rendah
2.1.2.1 Tidak mau mengerjakan tugassekolah
2.1.2.2 Membangkang pada orangtua untuk mengerjakantugas
2.1.2.3 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesanmalas
2.1.2.4 Tidak mau terlibat dalam kegiatankelompok
2.1.2.5 Memisahkan diri dari teman sepermainan dan temansekolah

3. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia sekolah
14

4. Tindakan Keperawatan untuk Klien


4.1 Tujuan
4.1.1 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yangoptimal
4.1.2 Mengembangkan ketrampilan motorik kasar danhalus
4.1.3 Mengembangkan ketrampilan adaptasipsikososial
4.1.4 Mengembangkankecerdasan
4.1.5 Mengembangkan nilai-nilaimoral
4.1.6 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
danperkembangan
4.2 Tindakan keperawatan
4.2.1 Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yangoptimal
4.2.1.1 Kaji pemenuhan kebutuhan fisikanak
4.2.1.2 Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yangseimbang
4.2.1.3 kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang(booster)
4.2.1.4 Ajarkan kebersihandiri
4.2.2 Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
4.2.2.1 Kaji ketrampilan motorik kasar dan halusanak
4.2.2.2 Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompattali)
4.2.2.3 Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti
vas,kotak pensil, lampion dsb,)
4.2.2.4 Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untukbermain
4.2.3 Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4.2.3.1 Kaji ketrampilan adaptasi psikososialanak
4.2.3.2 Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
temankelompoknya
4.2.3.3 Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagaiperlombaan
4.2.3.4 Berikan hadiah atas prestasi yangdiraih
4.2.3.5 Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebihdewasa
4.2.4 Mengembangkan kecerdasan
4.2.4.1 Kaji perkembangan kecerdasananak
15

4.2.4.2 Mendiskusikan kelebihan dankemampuannya


4.2.4.3 Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagianak
4.2.4.4 Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkankreatifitas
4.2.4.5 Bimbing anak belajar ketrampilanbaru
4.2.4.6 Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya
masak,membersihkan mobil, menyirami tanaman,menyapu
4.2.4.7 Latih membaca, menggambar danberhitung
4.2.4.8 Asah dan kembangkan hobby yang dimilikianak
4.2.5 Mengembangkan nilai-nilai moral
4.2.5.1 Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan padaanak
4.2.5.2 Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yangpositif
4.2.5.3 Ajarkan hubungan sebab akibat suatutindakan
4.2.5.4 Bimbing anak saat menonton TV dan membaca bukucerita
4.2.5.5 Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukananak
4.2.5.6 Latihkedisplinan
4.2.6 Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
4.2.6.1 Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangananak
4.2.6.2 Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadapanak
4.2.6.3 Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukankeluarga
4.2.6.4 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergiziseimbang
4.2.6.5 Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada
usiasekolah
4.2.6.6 Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usiasekolah

5. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien


5.1 Tujuan
5.1.1 Keluarga mampu memahamu pengertian perkembangan anak usiasekolah
5.1.2 Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang
normaldan menyimpang
5.1.3 Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampuberkarya
16

5.1.4 Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anakaberkarya


5.2 Tindakan keperawatan untuk keluarga
5.2.1 Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal danmeyimpang
5.2.2 Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anakberkarya
5.2.3 Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah, seperti
membuatkue, merapikan tempattidur
5.2.4 Puji keberhasilan yang dicapai olehanak
5.2.5 Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi danbelajar
5.2.6 Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengankemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu
kemampuanbelajar
5.2.7 Tidak menyalahkan dan menghinaanak
5.2.8 Beri contoh cara menerima orang lain apaadanya
5.2.9 Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yangterorganisasi
5.2.10 Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersamaanak
5.2.11 Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untukberkarya
5.2.12 Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkaryaanak
perkembangan mental anak. Hasil penelitian Sunarto, Keliat dan Pujasari (2011)
menyatakan bahwa terapi kelompok teraupetik terhadap anak, orang tua dan guru
serta perkembangan mental anak usia sekolah.

Daftar Pustaka

Istiana, Keliat, B.A, Nuraini. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia
Sekolah pada Anak-Orang Tua Dan Anak-Guru terhadap Perkembangan Mental
Anak Usia Sekolah. FIK UI : Jakarta
Keliat, B.A, Daulima N. H. C, & Farida, P. (2011). Manajemen keperawatan psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Santrock John, W. (2007). Child Develompment. Dallas: University of Texas
Sunarto, Keliat, B.A., Pujasari (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Sekolah
Pada Anak, Orangtua, Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak di Kelurahan
Pancoranmas dan Depok Jaya. FIK UI : Jakarta
17

Soetjiningsih C, H. (2012). Perkembangan Anak: Sejak pembuahan sampai dengan


kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada Media Group.
Walter, Keliat., B.A, Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak
Kota Bandung. FIK UI : Jakarta
18

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Remaja


TAHAP REMAJA (Pembentukan Identitas Diri Vs Bingung Peran)

1. Pengertian
Istilah Remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh
untuk mencapai kematangan (Hurlock, 1999). Istilah ini mempunyai arti luas yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Periode ini adalah masa
transisi perkembangan dari masa anak menuju masa dewasa (Frisch & Frisch, 2006; Stuart
& Laraia, 2005; Papalia, Olds, & Feldman, 2001).
Tahap perkembangan remaja usia 12-18 tahun dimana pada saat ini remaja harus mampu
mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal
ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada
rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri (Keliat, Helena &
Farida, 2011).

2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik perilaku remaja yang menunjukkan pembentukan identitas diri
adalah sebagaiberikut:
2.1.1 Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangandiri
2.1.2 Bergaul denganteman
2.1.3 Memiliki temancurhat
2.1.4 Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, beladiri)
2.1.5 Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung pada
orangtua
2.1.6 Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masadepan
2.1.7 Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindakasusila
2.1.8 Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang
berlebihan dan negatif
2.1.9 Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik padateman
2.1.10 Memiliki prestasi yang berarti dalamhidup
19

2.2 Karakteristik penyimpangan perkembangan


2.2.1 Tidak menemukan ciri khas (kelebihan dan kekurangandiri)
2.2.2 Merasa bingung,bimbang
2.2.3 Tidak memiliki rencana masadepan
2.2.4 Tidak mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungan, perilakuantisosial
2.2.5 Tidak menyukai dirinya sendiri, tidakmandiri
2.2.6 Kesulitan mengambilkeputusan
2.2.7 Tidak mempunyai minat terhadap kegiatan yangpositif
2.2.8 Menyendiri, tidak suka bergaul denganteman

3. Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : Kesiapan peningkatan
perkembangan usia remaja

4. Tindakan Keperawatan
4.1 Tindakan Keperawatan pada Remaja (Klien)
Tujuan :Remaja mampu :
4.1.1 Menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
4.1.2 Menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
4.1.3 Melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal
4.2 Tindakan Keperawatan
4.2.1 Mendiskusikan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.
4.2.2 Mendiskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
4.2.2.1 Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dankekhawatiran.
4.2.2.2 Anjurkan remaja untuk mengikuti organsasi yang mempunyai kegiatan
positif (olah raga, seni, bela diri, pramuka,keagamaan)
4.2.2.3 Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai
denganperannya.
4.2.2.4 Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
20

melaksanakan rencana yang telahdibuatnya.


4.3 Tindakan Keperawatan Remaja (Keluarga)
4.3.1 Tujuan : Keluarga mampu:
4.3.1.1 Memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan remaja yang
normal dan menyimpang
4.3.1.2 Memahami cara menstimulasi perkembangan remaja
4.3.1.3 Mendemostrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan remaja
4.3.1.4 Merencanakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan psikososial
remaja
4.3.2 Tindakan keperawatan
4.3.2.1 Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal danmenyimpang
4.3.2.2 Jelaskan cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi perkembangan
remaja yangnormal.
4.3.2.3 Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompoksebaya.
4.3.2.4 Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dankekhawatiran.
4.3.2.5 Anjurkan remaja untuk mengikuti organsasi yang mempunyai kegiatan positif
(olah raga, seni, bela diri, pramuka, keagamaan)
4.3.2.6 Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
4.3.2.7 Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interaksi sosial yang
baik.
4.3.2.8 Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas bersama
kelompoknya
4.3.2.9 Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
4.3.2.10 Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri.

Daftar Pustaka
21

Astutik, W., Daulima, NHC., Rahmah, H.(2015). Peningkatan


KecerdasanEmosionalRemaja melalui TKT Remaja di KotaDepok
Bahari, K., Keliat, B,A., Gayatri,D. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Teraupetik
Terhadap Perkembanan Identitas Diri Remaja di Kota Malang. FIK UI: Depok
Dinarwiyata, Mustikasari, Setiawan, A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
(Penyuluhan) dan Terapi kelompok Terapeutik Remaja Terhadap Pengendalian
Emosi Marah Remaja di SMK Kota Depok. FIK UI : Depok
Keliat., Daulima, N, H., C., & Farida (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2011.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th edition. Missouri:
Mosby.
22

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa Muda


TAHAP DEWASA MUDA (Intim Vs Isolasi)

1. Pengertian
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan pada usia
ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson, 1963). Pada
masa ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan
dengan oranglain yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan
pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal
sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada
pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan
diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru,
dari asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua dan
memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah,
pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh
pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian
lalumenyendiri.

2. Karakteristik Perilaku
2.1 Karakteristik PrilakuNormal
2.1.1 Menjalin interaksi yang hangat dan akrab denganoranglian
2.1.2 Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar,sahabat)
2.1.3 Membentukkeluarga
2.1.4 Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja danberinteraksi
2.1.5 Merasa mampu mandiri karena sudahbekerja
2.1.6 Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial danemosional
2.1.7 Mempunyai konsep diri yangrealistis
2.1.8 Menyukai diri dan mengetahui tujuanhidup
2.1.9 Berinteraksi baik dengankeluarg
2.1.10 Mampu mengatasi strss akibat perubahandirinya
2.1.11 Menganggap kehidupan sosialnyabermakna
23

2.1.12 Mempunyai nilai yang menjadi pedomanhidupnya


2.2 Karakteristik penyimpangan perkembangan
2.2.1 Tidak mempuyai hubunganakrab
2.2.2 Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmenhidup
2.2.3 Konsep diri tidakrealistis
2.2.4 Tidak menyukai dirisendiri
2.2.5 Tidak mengetahui arahhidup
2.2.6 Tidak mampu mnegatasistres
2.2.7 Hubungan dengan orangtua tidakharmonis
2.2.8 Bertindak semaunya sendiri dan tidakbertanggungjawab
2.2.9 Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudahterpengaruh
2.2.10 Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindakasusila)

3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : Kesiapan peningkatan
perkembangan usia dewasa awal

4. Intervensi Keperawatan
Keliat dkk (2011) menyatakan tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial
dewasa muda bertujuan :
4.1 DewasaMuda
4.1.1 Tujuan
4.1.1.1 Individu dewasa muda mampu memahami karakteristik perkembangan
psikososial yang normal danmenyimpang
4.1.1.2 Individu dewasa muda mampu memahami cara mencapai perkembangan
psikososialyang normal:
1) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawanjenis
2) Mempunyaipekerjaan
4.1.1.3 Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yangnormal
4.1.2 Intervensi
24

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa muda:


4.1.2.1 Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal danmenyimpang
4.1.2.2 Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
1) Menetapkan tujuanhidup
2) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawanjenis
3) Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan dimasyarakat
4) Memilih calon pasanganhidup
5) Menetapkankarier/pekerjaan
6) Mempunyaipekerjaan
7) motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan tindakan yang
dapat memenuhi perkembanganpsikososialnya.
4.2 Keluarga
4.2.1 Tujuan
4.2.1.1 Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan
dewasa muda yang normal danmenyimpang
4.2.1.2 Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan dewasamuda
4.2.1.3 Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan dewasa muda
4.2.1.4 Keluarga mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan dewasamuda
4.2.2 Intervensi
4.2.2.1 Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan dewasa muda yang
normal dan menyimpang
4.2.2.2 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan
psikososial dewasa muda yangnormal
4.2.2.3 Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa muda
yangnormal

Daftar Pustaka

Agustine, (2012). Pengaruh terapi kelompok terapeutik; dewasa muda terhadap


perkembangan intimasi pada mahasiswa Akademi Keperawatan Kabupaten
Subang dan Sumedang Provinsi Jawa Barat. FIK UI : Depok
25

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).
Cetakan 1.Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Stuart,(2013)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby
Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC
Tim Penulis (2014).Draf StandardAsuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan UniversitasIndonesia
26

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa


TAHAP DEWASA (Generativity Versus Self-Absorption And Stagnation )

1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana pada tahap ini
merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari hal
ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam
pekerjaan dan keuangan.
2. Karakteristik perilaku
2.1.1 Menilai pencapaianhidup
2.1.2 Merasa nyaman dengan pasanganhidup
2.1.3 Menerima perubahan fisik dan psikologis yangterjadi
2.1.4 Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif danbijaksana
2.1.5 Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudahlansia
2.1.6 Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yangbermanfaat
2.1.7 Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain,
mengisi waktu luang dengan hal yang positif danbermanfaat
2.1.8 Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan oranglain.
2.1.9 Mengembangkan minat danhobi.

3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan
perkembangan usia dewasa

4. Intervensi Keperawatan
4.1 Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan perkembangan
yangmenyimpang
4.2 Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga
4.3 Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati kebersamaan dengan
27

keluarga
4.4 Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
4.5 Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara positif
28

Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Lansia

1. Pengertian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) bedasarkan sudut pandangnya. lansia
yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna.

2. Karakteristik Perilaku
2.1 Mempunyai harga diritinggi
2.2 Menilai kehidupan nyabearti
2.3 Menerima nilai dan keunikan oranglain
2.4 Menerima dan menyesuaikan kematianpasangan
2.5 Menyiapkan diri menerima datangnyakematian
2.6 Melaksanakan kegiatan agama secararutin
2.7 Merasa dicintai dan bearti dalamkeluarga
2.8 Berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompokmasyarakat
2.9 Menyiapakan diri ditinggalkan anak yang telahmandiri

3. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan
usia dewasa

4. Tindakan Keperawatan
4.1 Lansia
4.1.1 Tujuan
4.1.1.1 Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan
social dan keagamaan di lingkungan. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai
29

perkembangan psikososial yang normal dan merasa hidupnyabermakna.


4.1.1.2 Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yangnormal
4.1.2 Tindakan Keperawatan bagi Lansia
4.1.2.1 Tindakan Keperawatan bagi Perkembanganlansia
4.1.2.2 Jelaskan ciri perilaku lansia yang normal dan menyimpang (lihat tabelsebelumnya)
4.1.2.3 Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas
diri yang utuh
4.1.2.4 Mendiskusikan makna hidup lansia selamaini
4.1.2.5 Melakukan life review (menceritakan kembali masa
lalunya,terutamakeberhasilannya)
4.1.2.6 Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapailansia
4.1.2.7 Mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya
4.1.2.8 Melakukan kegiatankelompok
4.1.2.9 Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritasutuh.
4.1.2.10 Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana rencana yang telahdibuatnya
4.2 Keluarga
4.2.1 Tujuan
4.2.1.1 Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
perkembangan psikososial yang normal danmenyimpang
4.2.1.2 Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
4.2.1.3 Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
4.2.1.4 Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan
Psikososial lansia
4.2.2 Tindakan Keperawatan
4.2.2.1 Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
perkembangan psikososial yang normal danmenyimpang
4.2.2.2 Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan
keluarga
4.2.2.3 Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini
4.2.2.4 Mendiskusikan kebehasilan yang telah dicapai lansia
4.2.2.5 Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial(arisan,menengok yang sakit,dll)
di lingkungan
30

4.2.2.6 Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan....


4.2.2.7 Mendorong lansia untuk melakukan life review ( menceritakan kembali masa
lalunya terutama keberhasilannya)
4.2.2.8 Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan piskosoial lansia
4.2.2.9 Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia.

Daftar Pustaka

Potter, Patricia A, and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept, process,
and practice. St Louis : The C.V. Mosby Company
Spesialis Jiwa FIK 2005-2014 dan Tim Pengajar Spesialis Jiwa (2014). Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister Keperawatan Jiwa
FIK UI
Stolte, K. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC
31

KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN :


DIAGNOSIS KEPERAWATAN RESIKO GANGGUAN JIWA
32

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ansietas

1. Pengertian
Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang
spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang baru seperti
masuk sekolah, pekerjaan baru, atau melahirkan anak (Stuart, 2013).

2. Tanda dan Gejala

2.1 Subyektif:

2.1.1 Tidak nafsumakan


2.1.2 Diare/konstipasi
2.1.3 Gelisah
2.1.4 Berkeringat
2.1.5 Tangangemetar
2.1.6 Sakit kepala dan sulittidur
2.1.7 Lelah
2.1.8 Sulitberfikir
2.1.9 Mudahlupa
2.1.10 Merasa tidakberharga
2.1.11 Perasaan tidakaman
2.1.12 Merasa tidakbahagia
2.1.13 Sedih dan seringmenangis
2.1.14 Sulit menikmati kegiatanharian
2.1.15 Kehilangan minatgairah

2.2 Obyektif :
2.2.1 nadi dan tekanan darahnaik
2.2.2 tidak mampu menerima informasi dari luar
2.2.3 berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
2.2.4 Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
2.2.5 Pekerjaan sehati-hari terganggu
33

2.2.6 Tidak mampu melakukan kegiatan harian


2.2.7 Gerakan meremas tangan
2.2.8 Bicara berlebihan dan cepat

3. Diagnosa
Ansietas

4. Tindakan Keperawatan untuk pasien

4.1 Tujuan:
4.1.1 Pasien mampu mengenalansietas
4.1.2 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknikrelaksasi
4.1.3 Pasien mampu mengatasi ansietas melaluidistraksi
4.1.4 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis limajari
4.1.5 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatanspiritual

4.2 Tindakan keperawatan pada klien ansietas


4.2.1 Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,akibat
4.2.2 Melatih teknik relaksasifisik
4.2.3 Melatih mengatasi ansietas dengandistraksi
4.2.4 Melatih mengatasi ansietas melalui hipnotis limajari
4.2.5 Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatanspiritual

4.3 Tindakan keperawatan pada keluarga klien ansietas


4.3.1 Tujuan keluarga mampu:
4.3.1.1 Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pasien dan masalah
merawat pasienansietas
4.3.1.2 Keluarga mampu mengambil keputusan merawat klien denganansietas
4.3.1.3 Merawat klien denganketidakberdayaan
4.3.1.4 Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang nyaman denganansietas
4.3.1.5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up dan
menccegah kekambuhan klien denganketidakberdayaan
4.3.2 Tindakan keperawatan pada keluarga ansietas
4.3.2.1 Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klienansietas.
34

4.3.2.2 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawatklien


4.3.2.3 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinyaansietas
4.3.2.4 Mendiskusikan akibat yang mungkin terjadi pada klienansietas
4.3.2.5 Menjelaskan dan melatih keluarga klien ansietas cara : relaksasi fisik,
distraksi, hipnotis 5 jari danspiritual
4.3.2.6 Menjelaskan lingkungan yang terapeutik untukklien.
4.3.2.7 Mendiskusikan anggota keluarga yang dapat berperan dalam
merawatklien
4.3.2.8 Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung dalam
perawatanklien
4.3.2.9 Melibatkan pasien dalam aktivitaskeluarga
4.3.2.10Melatih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada
klienansietas
4.3.2.11Memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatanterdekat untuk follow-up
danmencegah kekambuhanklien.
4.3.2.12Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
tersediadimasyarakat
4.3.2.13Follow up
4.3.2.14Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan mencegah kekambuhan
4.3.2.15Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan rujukan

Daftar Pustaka

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
Penebit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams &
Wilkins
Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company:
Philadelphia.
Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
35

NANDA. (2012). Diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.9. Philadelphia:
Elsevier Mosby.
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
36

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh

1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan (Stuart, 2013)

2. Tanda dan Gejala

2.1 Subyektif:
2.1.1 Mengungkapkan perasaan adanya perubahan pandangan tentang tubuhnya
(misalnya: penampilan, struktur danfungsi)
2.1.2 Mengungkapkan persepsi adanya perubahan pandangan tentang tubuhnya
dalampenampilan
2.1.3 Mengungkapkan merasa tidak puas dengan hasiloperasi
2.1.4 Mengatakan merasa asing terhadap bagian tubuh yanghilang
2.1.5 Mengatakan perasaan negatif tentangtubuhnya
2.1.6 Khawatir adanya penolakan dari oranglain

2.2 Obyektif :
2.2.1 Perubahan dan hilangnya anggota tubuh baik bentuk struktur danfungsi
2.2.2 Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yangterganggu
2.2.3 Menolak melihat atau menyentuh bagiantubuh
2.2.4 Aktifitas sosialmenurun

3. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Citra Tubuh

4. Tindakan keperawatan untuk klien dengan gangguan citra tubuh


4.1 Tujuan klien mampu:
4.1.1 Mengenal bagian tubuh yangterganggu
4.1.2 Mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi dan yangterganggu
37

4.1.3 Mengafirmasi dan melatih bagian tubuh yangsehat


4.1.4 Melatih bagian tubuh yangterganggu
4.2 Tindakan keperawatan generalis :
4.2.1 Mendiskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini,
perasaan, dan harapan terhadap citra tubuhnya saatini.
4.2.2 Memotivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara bertahap, bantu
klien menyentuh bagian tubuhtersebut.
4.2.3 Mengobservasi respon klien terhadap perubahan bagiantubuh.
4.2.4 Mendiskusikan kemampuan klien mengatasi masalah bagiantubuh.
4.2.5 Mendiskusikan bagian tubuh yang berfungsi dan yangterganggu
4.2.6 Membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yangsehat
4.2.7 Mengajarkan klien melakukan afirmasi dan melatih bagian tubuh yangsehat
4.2.8 Memberi kesempatan klien mendemostrasikan afirmasi positif (3kali).
4.2.9 Memberi Pujian yang realistis atas kemampuanklien
4.2.10 Mengajarkan klien untuk meningkatkan citra tubuh dan melatih bagian tubuh yang
terganggu dengan cara sebagai berikut: Menggunakan protese, kosmetik atau alat
lain sesegera mungkin dan gunakan pakaian yang baru, Memotivasi klien untuk
melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal,
Menyusun jadwal kegiatan sehari-hari, Memotivasi klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga dansosial
4.3 Tindakan keperawatan pada keluarga
4.3.1 Tujuan keluarga mampu:
4.3.1.1 Mengenal masalah gangguan citratubuh.
4.3.1.2 Mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
4.3.1.3 Merawat klien dengan gangguan citra tubuh.
4.3.1.4 Menyusun rencana tindakan untuk klien dengan gangguan citratubuh
4.3.2 Tindakan keperawatan generalis
4.4.1 Menjelaskan kepada keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi padaklien.
4.4.2 Menjelaskan kepada keluarga tentang cara mengatasi masalah gangguan citratubuh
4.4.3 Melatih keluarga membimbing klien melakukan afirmasi dan melatih bagian tubuh
yangsehat
4.4.4 Mengajarkan kepada keluarga tentang cara mengatasi masalah gangguan citratubuh
38

4.4.5 Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan klien dirumah


4.4.6 Memfasilitasi interaksi dirumah
4.4.7 Melaksanakan kegiatan di rumah dan kegiatansocial
4.4.8 Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukanklien
4.4.9 Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk gangguan
citratubuh
4.4.10 Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilankeluarga
4.4 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh
adalah:

4.4.1 TAK stimulasi persepsi untuk harga dirirendah


4.4.1.1 Sesi 1: Identifikasi kemampuan / hal positif padadiri
4.4.1.2 Sesi 2: Melatih kemampuan / hal positif padadiri
4.4.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Gangguan citratubuh
39

Standar Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan

1. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2012).
Ketidakberdayaan adalah kondisi dimana seseorang merasakan kehilangan kekuatan,
kehilangan otoritas untuk melakukan sesuatu, merasa tidak memiliki kekuatan fisik, tidak
memiliki energy, tidak mempunyai harapan, tidak memiliki motivasi, tidak memiliki
pengetahuan, tidak memiliki harga diri, tidak mempunyai kekuatan psikologis, dan tidak
memiliki sistim pendukung sosial. (Miller,2000).

2. Tanda dan Gejala

2.1 Subyektif:
2.1.1 Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhisituasi.
2.1.2 Mengungkapkan tidak dapat menghasilkansesuatu
2.1.3 Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitassebelumnya.
2.1.4 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilanperan.
2.1.5 Mengatakan ketidakmampuan perawatandiri

2.2 Obyektif:
2.2.1 Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentangperawatan
2.2.2 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikankesempatan
2.2.3 Enggan mengungkapkan perasaansebenarnya
2.2.4 Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasabersalah.
2.2.5 Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
2.2.6 Apatis danpasif
40

2.2.7 Ekspresi mukamurung


2.2.8 Bicara dan gerakanlambat
2.2.9 Tidurberlebihan
2.2.10 Nafsu makan tidak ada atauberlebihan
2.2.11 Menghindari oranglain

3. Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan

4. Tindakan keperawatan untukpasien


4.1 Tujuan klien mampu:
4.1.1 Mengenali ketidakberdayaan yangdialaminya
4.1.2 Mengontrol ketidakberdayaannya dengan latihan berfikirpositif
4.1.3 Mengontrol ketidakberdayaannya dengan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perawatannyasendiri
4.1.4 Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan
situasi yang masih bisa dilakukanpasien
4.2 Tindakan Keperawatan pada klien ketidakberdayaan
4.2.1 Diskusikan tentang penyebab dan perilaku akibatketidakberdayaannya
4.2.2 Bantuklien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area
situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untukmengontrol
4.2.3 Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap ketidak berdayaannya
4.2.4 Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untukmenyimpulkan
4.2.5 Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau subtitusi
4.2.6 Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yangpositif
4.2.7 Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuatpasien
4.2.8 Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya
yang tidak rasional
41

4.2.9 Latih mengembangkan harapan positif (afirmasipositif)


4.2.10Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan
kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu
klien mengidentifikasi area- area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya.
Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien) misalnya
klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedangsakit.
4.3 Tindakan keperawatan pada keluarga ketidakberdayaan
4.3.1 Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klienketidakberdayaan.
4.3.2 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawatklien
4.3.3 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinyaketidakberdayaan
4.3.4 Mendiskusikan akibat yang mungkin terjadi pada klienketidakberdayaan
4.3.5 Menjelaskan dan melatih keluarga klien ketidakberdayaan cara : afirmasi positif
dan melakukan kegiatan yang masih dapatdilakukan
4.3.6 Menjelaskan lingkungan yang terapeutik untukklien.
4.3.7 Mendiskusikan anggota keluarga yang dapat berperan dalam merawatklien
4.3.8 Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung dalam
perawatanklien
4.3.9 Melibatkan pasien dalam aktivitaskeluarga
4.3.10Melatih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada
klienketidakberdayaan
4.3.11Memanfaatkan fasilitas pelayanankesehatanterdekat untuk follow-
updanmencegah kekambuhanklien.
4.3.12Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersediadimasyarakat
4.3.13Followup
4.3.14Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan mencegahkekambuhan
4.3.15Mengidentifikasi tanda-tanda relaps danrujukan

Daftar Pustaka
42

Banon, E, Keliat,B., A., & Besral (2011). Pengaruh terapi reminiscence dan psikoedukasi
keluarga terhadap kondisi depresi dan kualitas hidup lansia di Katulampa Bogor. FIK
UI : Depok
Kanine,E., Daulima,N.,H.,C., & Nuraini. (2011). Pengaruh Terapi Generalis dan Logoterapi
Individu Terhadap Respon Ketidakberdayaan Klien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit
Provinsi Sulawesi Utara. FIK UI : Depok
Lestari., S., P., Daulima., N., H., C., Astari. E., N., (2013). Pengaruh Terapi Kelompok
Suportif Ekspresif Terhadap Ketidakberdayaan dan Hardiness Klien Kanker Serviks di
RSUP dr. Kariadi Semarang. FIK UI : Depok
Missesa, Keliat., B., A., Wardhani, I., C., (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif
Ekspresif Terhadap Ketidakberdayaan dan Hardiness Klien Kanker Serviks di RSUP
dr. Kariadi Semarang. FIK UI : Depok
NANDA, (2012), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Nauli, Keliat,B., A., & Besral .(2011). Pengaruh Logoterapi Lansia dan Psikoedukasi
Keluarga terhadap Depresi dan Kemampuan Memaknai Hidup pada Lansia di
Kelurahan Katulampa Bogor Timur. FIK : UI Depok
Nurwiyono, A., Keliat., B.A., Daulima., N., H., C., .(2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Reminiscence Terhadap Depresi Psikotik Lansia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa
Timur. FIK UI : Depok
Ramadia, A., Keliat, B.A., Wardhani, I., C., .(2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Psikoedukasi Keluarga Terhadap Depresi, Ketidakberdayaan Dan Kemampuan
Mengubah Pikiran Negatif Pada Klien Stroke di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta. FIK UI : Depok
Syarniah, Keliat,B, A,. Hastono,S.P, Daulima, CD. (2010). Pengaruh terapi kelompok
reminiscence terhadap depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan. FIK UI : Depok
Widuri, E., Daulima, N., H., C. , & Mustikasari (2012). Pengaruh Acceptance and
Commitment Therapy Terhadap Respon Ketidakberdayaan Klien Gagal Ginjal Kronik
di RSUP Fatmawati JakartI. FIK UI : Depok
43

Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychyatric Nursing. 9th edition. Missouri:
Mosby.
Towsend, M.C., (1998). Buku saku diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3,
Jakarta:EGC.
44

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Berduka Disfungsional

1. Pengertian
Respons intelektual dan emosional serta perilaku oleh individu, keluarga dan komunitas
yang merupakan proses modifikasi dari konsep diri yang didasari oleh persepsi potensial
kehilangan (NANDA, 2012).

2. Tanda dan Gejala

2.1 Marah

2.2 Menolak potensialkehilangan

2.3 Menolak kehilangan yangsignifikan

2.4 Mengekspresikan distress dari potensialkehilangan

2.5 Rasabersalah

2.6 Perubahan kebiasaan, makan, pola, tidur, polamimp

2.7 Perubahan tingkataktivitas

2.8 Perubahan polakomunikasi

2.9 Perubahanlibido

2.10 Tawarmenawar

2.11 Kesulitan mengatakan yang baru atau peran yangberbeda

2.12 Potensial kehilangan objek yang signifikan (misal orang, hak milik, pekerjaan,
status, rumah, bagian dan prosestubuh)

2.13 Berdukacita

3. Intervensi Generalis

3.1 TujuanUmum
Klien dapat mengatasi rasa berduka yang dialaminya

3.2 Tujuan Khusus


45

3.2.1 Klien mampu mengenal kehilangan yangdialaminya


3.2.2 Klien mampu mengatasi rasa kehilangan atau berduka yangdialami

3.3 Intervensi Keperawatan


3.3.1 Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap kehilangan, keberadaan support
system dan kegiatan berduka yang biasadilakukan
3.3.2 Jelaskan karaktersistik yang normal dan abnormal dariberduka
3.3.3 Diskusikan perbedaan pola individu terhadap berduka (misalnya antara laki-laki
dan perempuan)
3.3.4 Dukung klien untuk memverbalisasi ketakuan dan berkonsentrasi pada
potensial kehilangan, termasuk konflik dalamkeluarga
3.3.4.1 Bantu klien unutk sharing rasa takut, rencana dan harapan terhadap anggota
keluarga yang lain.
3.3.4.2 Pada klien anak bantu untuk mengklarifikasi konsep yang salah tentang
kematian atau kehilangan
3.3.4.3 Grieve WorkFasilitation
3.3.4.3.1 Identifikasi tentang kehilanganklien
3.3.4.3.2 Jelaskan tentang tahapan proses berduka dan beridukungan
3.3.4.3.3 Dukung klien untuk mengidentifikasi kehilangan objek atauorang
3.3.4.3.4 Beri dukungan untuk mengekspresikan perasaan terhadapkehilangan
3.3.4.3.5 Beri dukungan untuk mengidentifikasi ketakutan yang besar yang
menyertaikehilangan
3.3.4.3.6 Beri dukungan klien untuk mengimplementasikan budaya, religius
dan sosial dan kehilangan
3.3.4.3.7 Gunakan kata-kata yang jelas seperti “kematian” atau meninggal dari
euphemisme (peristilahan)
3.3.4.3.8 Pada klien anak : beri dukungan untuk mengekspresikan rasa
nyaman seperti menulis, menggambar ataubermain
3.3.4.4 AnticipatoryGuidance
3.3.4.4.1 Latih teknik koping untuk perkembangan atau situasi krisis
denganklien
3.3.4.4.2 Lengkapi dengan informasi yang realistis yang berhubungan dengan
perilakuklien
46

3.3.4.4.3 Beri buku dan literatur untuk dibaca klien sebagaidukungan


3.3.4.4.4 Lengkapi klien dengan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk
memberikan dukungan, jika klien mengalamikesulitan
3.3.4.4.5 Buat jadwal follow up untuk mengevaluasi keberhasilan klien atau
untuk kebutuhan reinforcement
3.3.4.5 Kolaborasi
3.3.4.5.1 Rujuk pada sumber daya yang sesuai seperti keompok pendukung,
dukungan legal, dukungan keuangan, pekerjaan sosial, grief counselor,
genetic counselor,dll.
3.3.4.5.2 Identifikasi sumber daya pendukung dikomunitas
3.3.4.6 Tindakan untuk Keluarga:
3.3.4.6.1 Kaji pengalaman masa lalu keluarga terhadap kehilangan,
keberadaan support system dan kegiatan berduka yang biasadilakukan
3.3.4.6.2 Jelaskan karakteristik yang normal dan abnormal dariberduka
3.3.4.6.3 Jelaskan tentang tahapan proses berduka dan beridukungan
3.3.4.6.4 Anjurkan keluarga unutk memberi dukungan dan membantu klien
melalui tahapan berduka
3.3.4.6.5 Beri reinforement pada peran keluarga yang positif terhadapklien
47

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keputusasaan

1. Pengertian
Keputusaasan merupakan keadaan subyektif seorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energi yang dimikinya (NANDA, 2012).

2. Tanda dan Gejala

2.1 Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (”Saya
tidak dapat melakukansesuatu”)

2.2 Sering mengeluh dan nampakmurung

2.3 Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara samasekali

2.4 Menunjukkan kesedihan, afek datar atautumpul.

2.5 Menarik diri darilingkungan

2.6 Kontak matakurang

2.7 Mengangkat bahu tanda masabodoh

2.8 Nampak selalu murung atau blue mood

2.9 Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia,takipneu)

2.10 Menurun atau tidak adanya seleramakan

2.11 Peningkatan waktutidur

2.12 Penurunan keterlibatan dalamperawatan

2.13 Bersikap pasif dalam menerimaperawatan

2.14 Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yangbermakna

3. Diagnosa Keperawatan Keputusasaan


IntervensiGeneralis

3.1 Tujuan Umum: klien memiliki kembali harapan terhadap kemampuan


mengatasimasalahnya.
48

3.2 Tujuan Khusus: Klien mampu:


3.2.1 membina hubungan salingpercaya
3.2.2 mengenal masalahkeputusasaannya
3.2.3 berpartisipasi dalamaktivitas
3.2.4 menggunakan keluarga sebagai sistempendukung

3.3 Tindakan Keperawatan


3.3.1 Bina hubungan salingpercaya
3.3.2 Ucapkansalam.
3.3.3 Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yangdisukai.
3.3.4 Tanyakan nama klien dan panggilan yangdisukai
3.3.5 Jelaskan tujuanpertemuan
3.3.6 Dengarkan klien dengan penuhperhatian
3.3.7 Bantu klien penuhi kebutuhandasarnya.
3.3.8 Klien mengenal masalahkeputusasaannya
3.3.8.1 Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan sedih/ kesendirian/
keputusasaannya.
3.3.8.2 Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengan cara pandang perawat terhadap kondisiklien.
3.3.9 Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa :
pembicaraan abnormal/ negatif, menghindari interaksi dengan kurangnya
partisipasi dalamaktivitas.
3.3.10 Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi masalah,
tanyakan manfaat dari cara yangdigunakan.
3.3.11 Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan
olehklien.
3.3.12 Beri alternatif penyelesaian masalah atausolusi.
3.3.13 Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif, Identifikasi
kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah faktor risiko terbesar
dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode, dan cara
bunuhdiri.
3.3.14 Klien berpartisipasi dalamaktivitas
3.3.15 Identifikasi aspek positif dari dunia klien ("keluarga anda menelpon RS setiap
49

hari untuk menanyakankeadaanmu”)


3.3.16 Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putusasa.
3.3.17 Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan
perasaan positif.
3.3.18 Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam
mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalamaktivitas.
3.3.19 Klien menggunakan keluarga sebagai sistempendukung
3.3.20 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
3.3.21 Ucapkansalam
3.3.22 Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yangdisukai.
3.3.23 Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hub. dgklien.
3.3.24 Jelaskan tujuanpertemuan
3.3.25 Buat kontrakpertemuan.
1) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asaklien.
2) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimanahasilnya.
3) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasimasalahnya.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan:
3.3.26 Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidakdiatasi
3.3.27 Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping,akibat bila
tidak patuh minum obat.
3.3.28 Cara keluarga merawatklien.
3.3.29 Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas,RS).
50

KUMPULAN DRAFT STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN : DIAGNOSIS KEPERAWATAN
GANGGUAN JIWA
51

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Halusinasi

1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013; Laraia, 2009). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Caroline ,
Keliat dan Sabri (2008) meneliti bahwa dengan pelaksanaan standar asuhan keperawatan
(SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif klien meningkat 47%, psikomotor meningkat
48%. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda
dan gejala halusinasi sebesar14%.

2. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan
pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:

2.1 DataObyektif
2.1.1 Bicara atau tertawasendiri.
2.1.2 Marah-marah tanpasebab.
2.1.3 Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengarsesuatu
2.1.4 Menutuptelinga.
2.1.5 Menunjuk-nunjuk ke arahtertentu.
2.1.6 Ketakutan pada sesuatu yang tidakjelas.
2.1.7 Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauantertentu.
2.1.8 Menutuphidung.
2.1.9 Seringmeludah.
2.1.10 Muntah.
2.1.11 Menggaruk-garuk permukaankulit.

2.2 Data Subyektif


2.2.1 Mendengar suara-suara ataukegaduhan.
2.2.2 Mendengar suara yang mengajakbercakap-cakap.
2.2.3 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yangberbahaya.
2.2.4 Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
52

ataumonster.
2.2.5 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itumenyenangkan.
2.2.6 Merasakan rasa seperti darah, urin ataufeses
2.2.7 Merasa takut atau senang denganhalusinasinya.
2.2.8 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedangsendirian.
2.2.9 Mengatakan sering mengikuti isi perintahhalusinasi

3. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi

4. TindakanKeperawatan
4.1 Tujuan : Pasien mampu:
4.1.1 Mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan,respon.
4.1.2 Mengontrol halusinasi dengan caramenghardik.
4.1.3 Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakanobat.
4.1.4 Mengontrol halusinasi dengan carabercakap-cakap.
4.1.5 Mengontrol halusinasi dengan cara melakukanaktifitas.
4.2 Tindakan Keperawatan
4.2.1 Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasipencetus,perasaan, respon terhadaphalusinasi.
4.2.2 Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
4.2.2.1 Menghardikhalusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
4.2.2.2 Menggunakan obat secarateratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan
sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/
berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar jenis,
guna, frekuensi, cara, kontinuitas minumobat).
53

4.2.2.3 Bercakap –cakap dengan oranglain.


4.2.2.4 Melakukan aktifitas yangterjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas yang biasa
dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun jadual
aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual
pelaksanaan kegiatan, memberikanreinforcement.
4.3 Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)

4.3.1 Tujuan : Keluarga mampu :

4.3.1.1 Mengenal masalah merawat pasien dirumah.

4.3.1.2 Menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala halusinasi dan proses
terjadinya).

4.3.1.3 Merawat pasien denganhalusinasi.

4.3.1.4 Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien denganhalusinasi

4.3.1.5 Mengenal tanda dan gejala kambuhulang.

4.3.1.6 Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien denganhalusinasi.

4.3.2 Tindakan keperawatan

4.3.2.1 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawatpasien.

4.3.2.2 Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinyahalusinasi

4.3.2.3 Jelaskan dan latih cara merawat anggotakeluargayang mengalami halusinasi:


menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukanaktivitas.

4.3.2.4 Diskusikan cara menciptakan lingkungan yangdapatmencegah


terjadinyahalusinasi.

4.3.2.5 Diskusikan tanda dan gejalakekambuhan.

4.3.2.6 Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanankesehatanterdekat untukfollow-


upanggota keluarga denganhalusinasi.

5. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

5.1 Sesi 1: mengenalhalusinasi


5.2 Sesi 2: mengontrol halusinasi denganmenghardik
54

5.3 Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukankegiatan


5.4 Sesi 4: mencegah halusinasi denganbercakap-cakap
5.5 Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minumobat

Daftar Pustaka

Carolina, Keliat, BA, Sabri, L (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS Dr.Soeharto
Heerdjan Jakarta.
Gajali, Mustikasari dan Susanti,Y (2014). Pengaruh Family Psychoeducation Theraphy
Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia dengan Halusinasi Di
Kota Samarinda Kalimantan Timur. FIK UI : Depok
Hastuti (2013). Efektivitas rational emotive behaviour therapy berdasarkan profile
multimodal therapy pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perilaku
kekerasan dan halusinasi di RSMM Bogor. FIK UI : Depok
Lelono, S.K., Keliat, B.A., Besral, (2011). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan,
Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri:
Mosby.
Sudiatmika, I.K., Keliat, B.A., Wardani, IY., (2011): Efektivitas cognitive behaviour therapy
dan rational emotive behaviour therapy terhadap klien dengan perilaku kekerasan
dan halusinasidiRumahSakitDr.H.MarzoekiMahdiBogor.FIK UI:Depok
Sulistiowati, N., M (2010). Pengaruh Acceptance and Commitment Therapy Terhadap
Gejala dan Kemampuan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan dan Halusinasi di
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.FIK UI : Depok
Sukma, Keliat & Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan Cognitive
Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial
di Rumah Sakit.FIK UI : Depok
55

Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Wahyuni, S., Keliat, B. A. dan Yusron, Susanti, H. (2010): Pengaruh cognitive behaviour
therapy terhadap halusinasi pasien di Rumah Sakit Jiwa Pempropsu Medan. FIK UI :
Depok
Wardaningsih, Keliat, dan Daulima (2007). Pengaruh Family Psychoeducation terhadap
Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien dengan Halusinasi di
Kabupaten Bantul Yogyakarta.FIK :Depok
56

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Resiko Perilaku


Kekerasan

1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan
(panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik
atau konsep diri (Stuart & Laraia. 2013). Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni (2012)
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan . Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik,
kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakitfisik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik terapi generalis maupun terapi spesialis
memberikan hasil yang signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan. Tindakan
keperawatan generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan lama rawat klien
(Keliat, dkk2009).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

2.1 Subjektif
2.1.1 Mengungkapkan perasaan kesal ataumarah
2.1.2 Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain danlingkungan
2.1.3 Klien suka membentak dan menyerang oranglain

2.2 Objektif
2.2.1 Mata melotot/ pandangantajam
2.2.2 Tangan mengepal dan Rahangmengatup
2.2.3 Wajahmemerah
2.2.4 Postur tubuhkaku
2.2.5 Mengancam dan Mengumpat dengan kata-katakotor
2.2.6 Suarakeras
2.2.7 Bicara kasar,ketus
57

2.2.8 Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain


2.2.9 Merusaklingkungan
2.2.10 Amuk/agresif

3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

4. Tindakan keperawatan generalis pada klien Resiko Perilaku Kekerasan


4.1 Tujuan: Klienmampu
4.1.1 Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilakukekerasan
4.1.2 Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam dan cara fisik
2: pukul kasu/bantal
4.1.3 Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secarateratur
4.1.4 Mengontrol perilakuk kekerasan dengan cara verbal/bicarabaik-baik
4.1.5 Mengontrol perilaku kekerasan dengan caraspiritual
4.2 Tindakan keperawatan generalis
4.2.1 Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan serta
melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasurbantal
4.2.1.1 Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilakukekerasan
4.2.1.2 Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukulkasur/bantal
4.2.1.3 Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: tarik nafas
dalam dan fisik 2: pukulkasur/bantal
4.2.1.4 Melatih klien memasukkan latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal ke
dalam jadwal kegiatanharian.
4.2.2 Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.
4.2.2.1 Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara,
orang dan kontinuitas minumobat).
4.2.2.2 Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat denganklien
4.2.2.3 Melatih klien cara minum obat secarateratur
58

4.2.2.4 Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.
4.2.3 Melatih cara verbal/ bicara baik-baik
4.2.3.1 Menjelaskan cara menontrol perilaku kekerasan dengan verbal/bicarabaik-baik
4.2.3.2 Melatih klien cara verbal/bicarabaik-baik
4.2.3.3 Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /bicara baik-baik minum obat ke dalam
jadwal kegiatanharian.
4.2.4 Melatih cara spiritual
4.2.4.1 Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan denganspiritual
4.2.4.2 Melatih klien caraspiritual
4.2.4.3 Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal kegiatanharian.

5. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien Resiko Perilaku Kekerasan


5.1 Tujuan: Keluargamampu
5.1.1 Mengenal masalah resiko perilakukekerasan
5.1.2 Mengambil keputusan untuk merawat klien resiko perilakukekerasan
5.1.3 Merawat klien resiko perilakukekerasan
5.1.4 Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien resiko perilakukekerasan
5.1.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien resiko
perilaku kekerasan dan mencegahkekambuhan.
5.2 Tindakan
5.2.1 Menjelaskan masalah resiko perilakukekerasan
5.1.1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko perilakukekerasan
5.1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilakukekerasan.
5.2.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien resiko perilaku
kekerasan
5.2.2.1 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien resiko perilaku
kekerasan
5.2.2.2 Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien resiko
perilakukekerasan
59

5.2.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko perilaku kekerasan
5.2.3.1 Menjelaskan cara merawat klien resiko perilakukekerasan
5.2.3.2 Memotivasi,membimbingdan memberi pujian kepadaklienuntuk
latihantariknafasdalam dan pukul kasurbantal.
5.2.3.3 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk minum obat
dengan prinsip 6benar.
5.2.3.4 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara
verbal/bicara baik- baik.
5.2.3.5 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan caraspiritual
5.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi
klien resiko perilaku kekerasan
5.2.4.1 Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
5.2.4.2 Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
5.2.4.3 Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam merawatklien
5.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up, cara
rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan
5.2.5.1 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia
5.2.5.2 Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
5.2.5.3 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
5.2.5.4 Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke
pelayanankesehatan.

6. Terapi Aktivitas Kelompok


6.1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsi
Sesi 1 : Mengenal perilakukekerasan
Sesi 2 : Mencegah PK dengan kegiatan fisik
Sesi 3 : Mencegah PK dengan patuh minum obat
Sesi 4 : Mencegah PK dengan kegiatanasertif
60

Sesi 5 : Mencegah PK dengan kegiatan ibadah


6.2. Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Resiko PerilakuKekerasan

Daftar Pustaka

Aini,K., Keliat,B., A., & Nuraini, T. (2011). Pengaruh Assertive Training Therapy terhadap
Kemampuan Asertif Suami dan Risiko Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Bogor
Tahun 2011. FIK UI : Depok
Alini. (2010). Pengaruh Terapi Assertiveness Training dan Progressive Muscle
RelaxationTerhadap Gejala dan Kemampuan Klien Dengan Perilaku Kekerasan Di
RS Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
Fauziah, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2009). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif pada Klien
Skizoprenia dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. FIK
UI : Depok
Gowi, Hamid, A., Y., & Nuraini. (2011). Pengaruh latihan asertif terhadap perilaku
kekerasan orang tua pada anak usia sekolah di Kelurahan Tanjungpura Kabupaten
Karawang. FIK UI :Depok
Hidayat,E., Keliat., B., A., & Wardani, I., Y. Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) dan
rational emotive behavior therapy (REBT) terhadap klien perilaku kekerasan dan
harga diri rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI :Depok
Hidayati,E., Mustikasari & Pujasari., H. (2011). Pengaruh terapi kelompok suportif
terhadap kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizopfrenia di
Rumah Sakit Dr. Amino Gondohutomo kota semarang. FIK UI : Depok
Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B. A., Akemat., Helena C. D., Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lelono,S., K., Keliat, B., A. & Besral. Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan
Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan,
Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI
:Depok
Nancye,P., M., Hamid,A.,Y., & Eryando., T. (2007). Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap
61

Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Masalah Perilaku Kekerasan di


Kota Surabaya. FIK UI : Depok
NANDA. (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Putri,E.K., Keliat, B., A., & Nasution, Y. (2010). Pengaruh Rational Emotive Behaviour
Therapy Terhadap Klien Dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor Tahun 2010. FIK UI : Depok
Sari,H. Keliat, B., A., & Mustikasari. Pengaruh Family Psychoeducation Therapy terhadap
Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kabupaten
Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam. FIK UI : Depok
Stuart,G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition. Missouri:
Mosby.
Sudiatmika,I., K. Keliat, B., A., & Ice Yulia Wardani. (2011). Efektivitas cognitive behaviour
therapy dan rational emotive behaviour therapy terhadap klien dengan perilaku
kekerasan dan halusinasi di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI :
Depok
Sulistiowati., N., M., (2010). Pengaruh Acceptance and Commitment Therapy Terhadap
Gejala dan Kemampuan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan dan Halusinasi di
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI :Depok
Wahyuningsih, D., Keliat, B., A., & Hastono, S., P., (2009). Pengaruh Assertiveness Training
Terhadap Perilaku Kekerasan pada Klien Skizoprenia. FIK UI : Depok
62

Standar Asuhan Keperawatan Keperawatan Klien Dengan Defisit


Perawatan Diri

1. Pengertian:
Defisit perawatan diri adalah kelemahan kemampuan untuk melakukan atau melengkapi
aktifitas mandi/kebersihan diri (NANDA 2012-2014).

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri (WHO & FIK UI, 2006).

2. Tanda dan Gejala


2.1 Subyektif
2.1.1 Menyatakan tidak ada keinginan mandi secarateratur
2.1.2 Perawatan diri harusdimotivasi
2.1.3 Menyatakan Bab/bak di sembarangtempat
2.1.4 Menyatakan tidak mampu menggunakan alat bantumakan
2.2 Obyektif
2.2.1 Tidak mampu membersihkanbadan
2.2.2 Penampilan tidak rapi, pakaian kotor, tidak mampu berpakaian secarabenar
2.2.3 Tidak mampu melaksanakan kebersihan yang sesuai, setelah melakukan toileting
2.2.4 Makan hanya beberapa suap dari piring/porsi tidakhabis

3. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri

4. Tindakan keperawatan generalis pada klien defisit perawatan diri


Tujuan : Klienmampu
63

4.1. Mengidentifikasi perawatan kebersihan diri (mandi, berhias, makan


minum,toileting)
4.2. Melatih cara melakukan perawatan diri:mandi
4.3. Melatih cara perawatan diri:berdandan/berhias
4.4. Melatih cara perawatan diri:makan/minum
4.5. Melatih cara perawatan diri:BAB/BAK
Tindakan
4.1. Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri serta
melatih klien merawat diri:mandi
4.1.1. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatandiri
4.1.2. Menjelaskan cara perawatan diri : mandi (tanyakan alasan tidak mau mandi,
berapa kali mandi dalam sehari, manfaat mandi, peralatan mandi, cara mandi
yangbenar)
4.1.3. Melatih klien cara perawatan diri:mandi
4.1.4. Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatanharian
4.2. Menjelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan diri: berhias

4.2.1. Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang dibutuhkan,
kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu berdandan, manfaat berdandan,
kerugian jika tidak berdandan
4.2.2. Melatih caraberdandan
4.2.3. Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatanharian
4.3. Melatih cara melakukan perawatan diri:makan/minum

4.3.1. Mendiskusikan cara perawatan diri; makan/minum (tanyakan alat-alat yang


dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan minum, manfaat makan minum dan
kerugian jika tidak makan minum
4.4.1. Melatih cara perawatan diri: makan minum
4.5.1. Melatih klien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal kegiatan harian
4.4. Melatih cara melakukan perawatan diri: BAK/BAK

4.4.1. Mendiskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang dibutuhkan, kegiatan
BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK yang benar, manfaat BAB/BAK yang benar,
kerugian jika BAB/BAK tidakbenar).
4.4.2. Melatih cara perawatan diri:BAB/BAK
64

4.4.3. Melatih klien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal kegiatanharian.

5. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien defisit perawatan diri


Tujuan: keluargamampu
5.1. Mengenal masalah klien defisit perawatandiri
5.2. Mengambil keputusan untuk merawat klien defisit perawatdiri
5.3. Merawat klien defisit perawatandiri
5.4. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien defisit perawatandiri
5.5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien defisit
perawatan diri dan mencegahkekambuhan
Tindakan:
5.1. Menjelaskan masalah klien defisit perawatandiri
5.1.1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien defisit perawatandiri
5.2. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin yang terjadi pada klien defisit
perawatandiri
5.2.1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien defisit
perawatandiri
5.2.2. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien defisit perawatandiri
5.3. Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien defisit perawatandiri

5.3.1. Menjelaskan cara merawat klien defisit perawatandiri


5.3.2. Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien latihan perawatan
diri: mandi
5.3.3. Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien latihan perawatan
diri: berdadan
5.3.4. Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien latihan perawatan
diri: makan/minum
5.3.5. Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien latihan perawatan
diri: Bab/Bak
5.4. Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi klien
defisit perawatandiri
5.4.1. Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
5.4.2. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
65

5.4.3. Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya merawatklien


5.5. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up, cara
rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan.
5.5.1. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia
5.5.2. Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
5.5.3. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
5.5.4. Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke
pelayanankesehatan

6. Terapi Keperawatan Kelompok Defisit Perawatan Diri


6.1. Terapi AktivitasKelompok
6.2. Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga tentang Defisit PerawatanDiri

Daftar Pustaka

Parendrawati, D., P., Keliat, B., A.,Haryati, T., H. (2009). Pengaruh Terapi Token Ekonomi
Pada Klien Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Dr Marzuki Mahdi Bogor. FIK
UI : Depok
Sari, H., Keliat.,B.,A., & Mustikasari. (2009). Pengaruh Family Psychoeducation Therapy
terhadap Beban dan Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di
Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam. FIK UI :Depok
66

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial

1. Pengertian:
Kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang
lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi baik verbal dan nonverbal pada klien yang menarik diri di Rumah
Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat dkk, 1999). Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa terapi generalis dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi klien
(Jumaini, Keliat, Hastono, 2010; Surtiningrum, Hamid, Waluyo, 2011; Nyumirah, Hamid,
Mustikasari, 2012).

2. Tanda dan Gejala


2.1 Subyektif
2.1.1 Tidakberminat
2.1.2 Perasaan berbeda dengan oranglain
2.1.3 Tidak mampu memenuhi harapan oranglain
2.1.4 Merasasendirian
2.1.5 Menolak interaksi dengan oranglain
2.1.6 Mengungkapkan tujuan hidup yang tidakadekuat
2.1.7 Merasa tidakditerima
2.2 Obyektif
2.2.1 Tidak ada dukungan orang yang dianggappenting
2.2.2 Afektumpul
2.2.3 Adanya kecacatan ( missal fisik,mental)
2.2.4 Tindakan tidakberarti
2.2.5 Tidak ada kontakmata
2.2.6 Menyendiri / menarikdiri
2.2.7 Tindakanberulang
2.2.8 Afeksedih
2.2.9 Tidakkomunikatif
67

3. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

4. Tindakan keperawatan generalis pada klien Isolasi sosial

4.1 Tujuan : Klienmampu


4.1.1 Mengenal masalah isolasisosial
4.1.2 Berkenalan dengan perawat atau klienlain
4.1.3 Bercakap-cakap dalam melakukan kegiatanharian.
4.1.4 Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dansebagainya.

4.2 Tindakan

4.2.1 Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosials
• Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasisosial
• Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak
memilikiteman.

4.2.2 Menjelaskan dan melatih klien berkenalan


• Menjelaskan caraberkenalan
• Mendemostrasikan caraberkenalan
• Melatih klien berkenalan 2 - 3 orang ataulebih

4.2.3 Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.

4.2.4 Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta Sesutu, berbelanja


dansebagainya.

4.3 Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien isolasi sosial

4.3.1 Tujuan : Keluarga mampu

4.3.1.1 Mengenal masalah klien Isolasisosial

4.3.1.2 Mengambil keputusan untuk merawat klien Isolasisosial

4.3.1.3 Merawat klien Isolasisosial

4.3.1.4 Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien Isolasisosial

4.3.1.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien Isolasi


68

sosial dan mencegahkekambuhan.

4.3.2 Tindakan

4.3.2.1 Menjelaskan masalah klien Isolasi sosial padakeluarga


1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien Isolasisosial
2. Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya Isolasisosial.

4.3.2.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien Isolasi sosial
1. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
Isolasisosial
2. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien Isolasisosial
4.3.2.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien Isolasisosial
1. Menjelaskan cara melatih klienberkenalan
2. Menjelaskan cara melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatansehari-
hari.
3. Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meinta sesuatu, berbelanja
dan sebagainya.
4. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
latihanberkenalan
5. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
bercakap- cakap saat melakukan kegiatansehari-hari.
6. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
berbicara sosial.
4.3.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi klien
isolasi sosial.
1. Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
2. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
3. Mengajurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya merawatklien
4.3.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up , cara
rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan.
1. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia.
2. Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
3. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
69

4. Menjelaskan dan menganjurkan follw up dan merujuk klien ke


pelayanankesehatan.

5. Tindakan Keperawatan Kelompok Isolasi sosial

5.1 Terapi Aktivitas KelompokSosialisasi


5.1.1 Sesi 1 : kemampuan memperkanalkandiri
5.1.2 Sesi 2 : kemampuanberkenalan
5.1.3 Sesi 3 : kemampuan bercakap –cakap
5.1.4 Sesi 4 : kemampuan bercakap – cakap topiktertentu
5.1.5 Sesi 5 : kemampuan bercakap – cakap masalahpribadi
5.1.6 Sesi 6 : kemampuanbekerjasama
5.1.7 Sesi 7 : Evaluasi kemampuansosialisasi
5.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok Keluarga tentang Isolasisocial

Daftar Pustaka :

Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social Skill Tarining
(BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS.
Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Keliat, B. A, dkk. (1999). Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
terhadap kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pada klien menarik diri di
Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Indonesia, II (8), 277-283.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa :
CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif
70

terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino
Gonhutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidakdipublikasikan.
Renidayati, Keliat, B., A., & Sabri., L. (2008). Pengaruh Social Skills Training Pada Klien
Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang Sumatera Barat. FIK UI :
Depok
Sukma, Keliat, B., A., Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan
Cognitive Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan
Isolasi Sosial di Rumah Sakit. FIK UI : Depok
Surtiningrum. A., Hamid, A., Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap
kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino
Gondohutomo Semarang. FIK UI : Depok
Stuart, G.W., (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). St Louis:
Mosby.
Surtiningrum, A., Hamid, A.Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh Terapi Supportif Terhadap
Kemampuan Sosialisasi klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Wiyati,R., Hamid, A., Y., & Gayatri. (2009). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. FIK UI : Depok
71

Standar Asuhan Keperawatan Harga DiriRendah Kronik

1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013)
menyatakan harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan
perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga,
dan tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah kronis secara
signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan (Pardede, Keliat, dan Wardani, 2013)

2. Tanda dan Gejala

2.1 DataSubjektif

2.1.1 Sulittidur
2.1.2 Merasa tidak berarti dan Merasa tidakberguna
2.1.3 Merasa tidak mempuanyai kemampuanpositif
2.1.4 Merasa menilai dirinegatif
2.1.5 Kurang konsentrasi dan Merasa tidak mampu melakukanapapun
2.1.6 Merasamalu

2.2 Data Objektif


2.2.1 Kontak mata berkurang danMurung
2.2.2 Berjalan menunduk dan Postur tubuhmenunduk
2.2.3 Menghindari oranglain
2.2.4 Bicara pelan dan Lebih banyakdiam
2.2.5 Lebih senang menyendiri dan Aktivitasmenurun
2.2.6 Mengkritik oranglain

3. Diagnosa Keperawatan
72

Harga Diri Rendah Kronis

4. Tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri RendahKronik


Tujuan : Klienmampu
4.1 Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat Harga
diri rendah kronik
4.2 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yangdimiliki
4.3 Menilai kemampuan yang dapatdigunakan
4.4 Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuaikemampuan
4.5 Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuaikemampuan
4.6 Melakukan kegiatan yang sudahdilatih

5. Tindakan Keperawatan Generalis

5.1 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikiklien.


5.1.1 Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekatpasien.
5.1.2 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yangnegatif.

5.2 Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

5.2.1 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saatini.
5.2.2 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkanpasien.
5.2.3 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yangaktif

5.3 Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

5.3.1 Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukansehari-hari.
5.3.2 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan
73

terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat


dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-
haripasien.

5.4 Melatih kemampuan yang dipilih klien


5.4.1 Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yangdipilih
5.4.2 Melatih kemampuan pertama yangdipilih
5.4.3 Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yangdilakukan

6. Tindakan Keperawatan pada keluarga

Tujuan : KeluargaMampu
6.1 Mengenal masalah harga diri rendahkronik
6.2 Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendahkronik
6.3 Merawat klien dengan harga diri rendahkronik
6.4 Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diriklien
6.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan
mencegahkekambuhan

Tindakan Keperawatan pada keluarga klien harga diri rendah kronik

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawatpasien


2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
mengambil keputusan merawatpasien
3) Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum
dan setelahsakit
4) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikanpujian
5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien
serta membimbing keluarga merawat harga diri rendah dan beripujian

7. Tindakan KeperawatanKelompok
7.1 Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)
Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk klien dengan harga diri rendah kronik adalah
:
74

7.1.1 TAK stimulasi persepsi untuk harga dirirendah


sesi 1 : Identifikasi untuk harga diri rendah / hal positif pada diri
sesi 2 : Melatih kemampuan / hal positif pada diri
7.1.2 TAKSosialisasi
Sesi 1 : kemampuan memperkanalkan diri
Sesi 2 : kemampuan berkenalan
Sesi 3 : kemampuan bercakap – cakap
Sesi 4 : kemampuan bercakap – cakap topik tertentu
Sesi 5 : kemampuan bercakap – cakap masalah pribadi
Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
7.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien harga diri rendah kronik

Daftar Pustaka

Hidayat, E., Keliat, B., A., Wardani, I.Y., (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT)
dan rational emotive behavior therapy (REBT) terhadap klien perilaku kekerasan
dan haga diri rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
Keliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic Course.
Jakarta: EGC
Lelon, S. K., Keliat, B., A., & Besral. (2011). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
dan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku
Kekerasan, Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
FIK UI : Depok
Maryatun,S., Hamid, A.Y., & Mustikasari. (2011). Pengaruh Logoterapi terhadap
Perubahan Harga Diri Narapidana Perempuan dengan Narkotika di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. FIK UI : Depok
NANDA. (2012). Nursing Diagnosis : Definitions & Classification 2012-2014. Philadelphia:
NANDA international
Nurwiyono, A., Keliat, B., A., & Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Kognitif Dan
Reminiscence Terhadap Depresi Psikotik Lansia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa
75

Timur. FIK UI : Depok


Rahayuningsih, Atih., Hamid, A. Y., & Mulyono., S. (2007). Pengaruh terapi kognitif
terhadap tingkat harga diri dan kemandirian klien dengan kanker payudara. FIK
UI : Depok
Rinawati, F., Mustikasari, & Setiawan, A. (2014). Pengaruh Self Help Group terhadap
Harga Diri pada Pasien Kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri Jawa Timur. FIK UI :
Depok
Rochdiat, Daulima, & Nuraini. (2011). Pengaruh Tindakan Keperawatan Generalis dan
Terapi Kelompok Suportif Terhadap Perubahan Harga Diri Klien Diabetes Melitus di
RS Panembahan Senopati Bantul. FIK UI : Depok
Sasmita, Keliat, B, A., & Budiharto. (2007). Efektifitas Cognitive Behaviour Therapy Pada
Klien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2007. FIK
UI : Depok
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing (9 th ed) Philadelphia:
ElsevierMosby
Wahyuni, S., Keliat, B.A., & Budiharto. (2007). Pengaruh Logoterapi Terhadap Peningkatan
Kemampuan Kognitif dan Perilaku Pada lansia Dengan Harga Diri Rendah di Panti
Wredha Pekanbaru Riau. FIK UI : Depok
76

Standar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham

1. Pengertian:
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terusmenerus,tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, Akemat, Helena dan
Nurhaeni,2012).

2. Tanda danGejala

2.1 Subyektif

2.1.1 Mudah lupa dan sulitkonsentrasi


2.1.2 Tidak mampu mengambilkeputusan
2.1.3 Berpikir tidakrealistis
2.1.4 Pembicaraansirkumstansial
2.2 Obyektif
2.2.1 Bingung
2.2.2 Inkoheren
2.2.3 Flight ofidea
2.2.4 Sangatwaspada
2.2.5 Khawatir
2.2.6 Sedih berlebihan atau gembiraberlebihan
2.2.7 Perubahan polatidur
2.2.8 Kehilangan seleramakan
2.2.9 Wajah tegang
2.2.10 Perilaku sesuai isiwaham
2.2.11 Banyakbicara
2.2.12 Menentang ataupermusuhan
2.2.13 Hiperaktif
2.2.14 Menarikiri
2.2.15 Tidak bisa merawatdiri
77

3. Diagnosa Keperawatan
Waham

4. Tindakan keperawatan generalis pada klien waham


4.1 Tujuan: Klienmampu
4.1.1 Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dariwaham
4.1.2 Latihan orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dantempat/lingkungan
4.1.3 Minum obat dengan prinsip 6 benar minum obat, manfaat/keuntungan minum obat
dan kerugian tidak minumobat
4.1.4 Mengidentifikasi kebutuhan dasar yang tidak terpenuhiakibat wahamnya,
memenuhi kebutuhan yang tidakterpenuhi
4.1.5 Melakukan kegiatan/aspek positif yangdipilih
4.2Tindakan
4.2.1 Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku kekerasan serta
melatih latihan orientasirealita
4.2.1.1 Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibatwaham
4.2.1.2 Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita: panggil
nama, orientasi waktu, orang dantempat/lingkungan
4.2.1.3 Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang
dantempat/lingkungan
4.2.1.4 Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal
kegiatanharian
4.2.2 Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar,
manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minumobat.
4.2.2.1 Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis, frekuensi, cara,
orang dan kontinuitas minumobat).
4.2.2.2 Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat denganklien
4.2.2.3 Melatih klien cara minum obat secarateratur
4.2.2.4 Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadwal
kegiatan harian.
4.2.3 Melatih cara pemenuhan kebutuhandasar
78

4.2.3.1 Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhikebutuhannya
4.2.3.2 Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat wahamnya
dan kemampuan memenuhikebutuhannya
4.2.3.3 Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam jadwal
kegiatanharian
4.2.4 Melatih kemampuan positif yang dimiliki
4.2.4.1 Menjelaskan kemampuan positif yang dimilikiklien
4.2.4.2 Mendiskusikan kemampuan positif yang dimilikiklien
4.2.4.3 Melatih kemampuan positif yangdipilih
4.2.4.4 Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam jadual
kegiatanharian

5. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klienwaham


5.1 Tujuan:Keluargamampu
5.1.1 Mengenal masalahwaham
5.1.2 Mengambil keputusan untuk merawat klienwaham
5.1.3 Merawat klienwaham
5.1.4 Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klienwaham
5.1.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien waham dan
mencegah kekambuhan
5.2 Tindakan

5.2.1 Menjelaskan masalahwaham


5.2.1.1 Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klienwaham
5.2.1.2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilakukekerasan

5.2.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klienwaham
5.2.2.1 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klienwaham
5.2.2.2 Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klienwaham
79

5.2.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klienwaham


5.2.3.1 Menjelaskan cara merawat klienwaham
5.2.3.2 Memotivasi,membimbingdan memberi pujian kepadaklienuntuk latihan
orientasi realita
5.2.3.3 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk minum obat
dengan prinsip 6benar.
5.2.3.4 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi karena waham dan kemampuan dalam memenuhikebutuhan
5.2.3.5 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien latihan kemampuan
positif yangdimiliki

5.2.4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi
klienwaham
5.2.4.1 Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatanklien
5.2.4.2 Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatanklien
5.2.4.3 Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam merawatklien

5.2.5 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up,
cara rujukan kesehatan klien dan mencegahkekambuhan
5.2.5.1 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yangtersedia
5.2.5.2 Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahanrelaps
5.2.5.3 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinankambuh
5.2.5.4 Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk ke pelayanankesehatan

6. Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)


6.1.1 Terapi Aktifitas Kelompok Orientasi Realita
Sesi 1: PengenalanOrang
Sesi 2: Pengenalan tempat
Sesi 3: Pengenalan Waktu
6.1.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok Keluarga tentangwaham

DaftarPustaka
80

Arif, I.S. (2006). Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Cetakan I. Jakarta :
penerbit Refina Aditama
Carpenito, L.J., (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis (terjemahan).
Edisi 6.Jakarta : EGC
Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Erawati,E., Keliat, B. A., Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Metakognitif
terhadap intensitas waham dan kemampuan metakognitif di RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang. FIK UI : Depok
FKUI dan WHO., (2006). Modul praktek keperawayan profesional jiwa (MPKP Jiwa).
(Cetakan I).Fakultasi Kedokteran Universitasi Indonesia dan WHO.
Hawari, D., (2006). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Edisi kedua.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultasi Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Cetakan
2012.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend, M.C., (1998). Buku saku diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatrik
pedoman untuk pembuatan rencana perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, I. (2007), Keperawatan jiwa. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Refika Aditama
81

Standar Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri

1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh
diri menurut Edwin Schneidman dalam Kaplan 2010 adalah tindakan pembinasaan yang
disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada
kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan
sebagai pemecahan yang terbaik.
Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan
ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan
yang tidak dapat ditanggung, menyempitkan pilihan yang dirasakan dan kebutuhan
meloloskan diri; orang bunuh diri menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan &
Saddock, 2010)

Perilaku yang muncul meliputi


1.1 isyarat, Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri Pada
kondisi ini mungkin klien sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan
perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-
hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga dirirendah.
1.2 ancaman, Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri hidupnya dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai percobaan bunuh diri.
1.3 percobaan Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat
yangtinggi.
82

2. Tanda dan gejala


Isyarat BunuhDiri
Klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri
Subyektif:

2.1 “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih
baik tanpasaya.”

2.2 Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa /
tidakberdaya.

2.3 Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
dirirendah
Obyektif:
1) Sedih
2) Murung
3) Marah
4) Nangis
5) Banyakdiam
6) Kontak matakurang
7) Emosi labil
8) Tidurkurang

Ancaman Bunuh Diri


Subyektif:
1) Ungkapan ingin mati diucapkan oleh pasien berisi keinginan untukmati
2) Ungkapan rencana untuk mengakhirikehidupan
3) Ungkapan dan tindakan menyiapkan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.
Obyektif:
1) Banyakmelamun
2) Menyiapkan alat untuk rencana bunuhdiri
3) Gelisah
83

4) Mudahemosi
5) Sedih
6) Murung
7) Menangis
8) Jalanmondar-mandir
.
Percobaan Bunuh Diri
Subyektif:
1) Maumati
2) Jangan tolongsaya
3) Biarkansaya
4) Saya tidak mauditolong
5) Emosi labil
Obyektif
klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi , membenturkan kepala

3. Diagnosa keperawatan; Resiko bunuhdiri

4. Tindakan Keperawatan pada klien percobaan bunuh diri

Klienmampu:

4.1 Tetap aman dan selamat / Klien tidak menciderai dirisendiri.

4.2 Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan membuat daftar
aspek positif diri sendiri.

Tindakan Keperawatan generalis klien:


1) Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isarat, ancaman, percobaan
(jika percobaan segerarujuk)
2) Mengidentifikasi benda-benda berbahaya danmengamankannya (lingkungan
aman untuk pasien)
3) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
diri sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yangdimiliki
84

4) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga
danlingkungan
5) Mendiskusikan harapan dan masadepan
6) Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masadepan
7) Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap
demisetahap)
8) Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masadepan

5. Tindakan Keperawatan generalis pada keluarga klien Percobaan Bunuhdiri


5.1 Tujuan umum: Keluarga berperan serta merawat dan melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuhdiri
5.2 Tujuankhusus
Keluarga mampu keluarga mengenal tanda gejala dan proses terjadinya resiko bunuh diri
5.3 Tindakan Keperawatan generalis:
5.3.1 Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawatpasien
5.3.2 Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya risiko bunuh diri
(gunakan booklet)
5.3.3 Menjelaskan cara merawat risiko bunuhdiri
5.3.4 Melatih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan
pencapaian masa depan
5.3.5 Melatih cara memberi penghargaan pada pasien dan
menciptakansuasanapositif dalam keluarga: tidak membicarakan keburukan
anggotakeluarga
5.3.6 Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang
harapanmasadepansertalangkah-langkahmencapainya
5.3.7 Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untukmencapai
harapan masadepan
5.3.8 Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh,rujukan

6. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


85

6.1 Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan resiko bunuh diri
adalah: TAK stimulasi persepsi untuk harga dirirendah
Sesi 1: Identifikasi kemampuan / hal positif pada diri
Sesi 2: Melatih kemampuan / hal positif pada diri
6.2 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga klien Resiko bunuhdiri

Daftar Pustaka

NANDA. (2012). Diagnosa Keperawatan definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Cetakan 2012.Jakarta: Penerbit buku kedokteranEGC.
Keliat, BA, Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jiwa Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.
Keliat, BA, Akemat, Helena C D, Nurhaeni , H (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G.W.(2013) Principles and Practise 0f Psychiatric Nursing. 8 ed. Missouri:Mosby

Anda mungkin juga menyukai