A. PENDAHULUAN
Berbagai persoalan kemanusiaan yang timbul pada akhirnya akan bermuara
kepada persoalan agama. Ini artinya bahwa dari sekian banyak persoalan pada
akhirnya berakar pada keyakinan dan pemahaman terhadap suatu agama yang
kemudian di wujudkan kedalam sekian banyak tata aturan dan terinstitusionalisasikan.
Sekalipun tiak bisa dikatakan bahwa segala persoalan dan problem manusia
bersumber dari agama ataupun setiap masalah jalan keluarnya adalah agama, karena
jika demikian secara tidak langsung kita telah mengkambing-hitamkan agama.
Disamping itu, perspektif yang digunakan dalam mengkaji agama terutama
dalam kaitannya dengan gejala-gejala sosial dari pemeluknya, sangat menetukan sikap
dan pandangan seseorang terhadap agama yang dianutnya.
Kemudian dapat diklarifikasikan dua macam pendekatan dalam mengkaji
suatu agama. Pertama, agama ditelaah sebagai seperangkat ajaran dalam teks-teks
kitab suci. Artinya, agama dipahami sebagai sebagai suatu keyakianan yang sakral
dan mutlak, yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, alam sekitar
dan antar sesama manusia. Kedua, agama ditelaah sebagai kenyataan sosio-historis
yang tumbuh dan berkembang daam pengalaman dan perilaku para pemeluknya.
Dalam tulisan ini akan mengkaji agama dari dua macam pendekatan tersebut
dan mencoba mencari akar permasalahan tentang kehidupan keberagaman
kontenporer, khususnya di Indonesia. Dalam kajian ini pertama kali akan dibahas
tentang makna agama sebagai dasar dari pemahaman selanjutnya. Kemudian alasan-
alasan serta tujuan dari mengapa manusia itu bergama dan cenderung tidak bisa lepas
dari agama atau bagaimana sebenarnya agama dan fitrah keberagaman manusia itu
sendiri. Dan pada akhirnya tulisan ini akan akan mencoba mengetengahkan tentang
budaya dari pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kebudayaan
Bugis atau Makassar.
B. Pengertian Agama
Dalam pemahaman tentang pemberian definisi dari agama, para tokoh atau
pemikir menghadapi kesulitan. Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
kesulitan-kesulitan tersebut. Diantaranya karena di dunia ini didapati kenyataan
bahwa agama amatlah beragam. Pendangan seseorang tentang agama tentunya
ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri2. atau seperti
yang pernah digambarkan oleh Bapak Perbandingan Agama, Mukti Ali, sebagaimana
dikutip oleh Prof.Dr. H. Abdullah Ali, M.A. dalam bukunya agama dalam ilmu
perbandingan, sebagai berikut:
Barangkali tidak ada kata yang paling sulit untuk diberi pengertian selain
“agama”, pertama, karena pengalaman agama adalah soal batin dan juga
snagat individulistis;kedua barangkali tidak ada orang yang berbicara begitu
semangat dan emosi yang lebih daripada membicarakan agama;ketiga, ialah
bahwa konsepsi pengertian agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang
memberikan pengertian agama tersebut. (Mukti Ali, agama, Universalitas dan
Pembagunan).3
Hal itu bukan berarti bahwa agama tidak dapat didefinisikan, kan tetapi untuk
mengdapatkan definisi yang mengandumg pemahaman secara utuh dan lebih benar
atau mendekati kebenaran tentang agama membutuhkan kesungguhan sekaligus
berhati-hati. Karena ketika membahas agama, maka kan dibahas juga tentang
keyakinan yang sifatnya sengat personal dan bervariasi. Kesulitan-kesulitan itu pada
akhirnya berimplikasi pada perbedaan dalam pemberian definisi terkait dengan
kompleksitas masalah-masalah yang menyangkut kehidupan manusia serta sifat
agama yang cenderung sensitif.
Mengingat banyaknya definisi tentang agama, maka berikut ini akan
disebutkan beberapa definisi, diantaranya William James, sebagaimana dikutip oleh
Abdullah Ali dari bukunya Zakiyah Darajat, yang menegaskan makna agama dari
kacamata psikologi bahwa agama adalah perasaan dan pengalaman bani insan secara
individual yang menggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandang
sebagai Tuhan. Atau definisi Emile Durkheim bahwa:
Agama adalah kesatuan sistem kepercayaan dan praktik-praktik yang berkaitan
dengan hal yang sakral, yaitu hal-hal yang disisihkan dan terlarang kepercayaan dan
praktik-praktik yang menyatukan seluruh orang yang menganut dan menyakini hal-
hal tersebut kedalam suatu komunitas moral tunggal yang disebut Gereja.4
Ada beberapa definisi yang ditawarkan dalam sosiologi kontenporer 5, dengan
tetap berdasarkan pada perspektif Dhukheimian dan Weberian yang datang
kemudaian mengungkit persoalan makna diantanya oleh Clifford Geertz:
Sistem simbol yang digunakan untuk membentuk mood dan motibvasi –
motivasi yang begitu kuat, melingkupi damn bertahan lama dalam diri
manusia dengan memformulasikan konsepsi-konsepsi tatanan umum eksistensi
dan menyelubungi konsep-konsep tersebut dengan semacam aura faktualitas
sehingga mood dan motivasi-motivasi tersebut secara unik dapat ditangkap
sebagai sesutau yang religius.
Atau yang ditawarkan oleh D.Bell:
Agama adalah jawaban secara menyeluruh terhadap pertanyaan-pertanyaan
ekssistensial yang selalu dihadapi oleh umat manusia mengkodifikasikan
jawaban-jawaban ini kedalam bnetuk-bnetuk kredo menjadi segnifikan bagi
para penganutnya, ritual-ritual dan upacara-upacaranya memberikan ikatan
emosional bagi setiap individu yang melaksanakannya dan pembentukan
tubuh institusional membewa mereka yang sama-sama kredo dan
melaksanakan ritus dan upacara tersebut kedalam kogregasi dan yang
penting tubuh institusi tersebut institusi tersebut mampu melanggengkan ritus-
ritus tersebut dari generasi ke generasi.
Atau definisi P.L.Berger:
Agama adalah upaya manusia yang dengannyalah yang sakral dibentuk. Atau
dengan kata lain agama adalah kosmisasi hal-hal yang sakral. Sakral di sini
diartikan sebagai sebuah kualitas kekuatan yang misterius dan menngetarkan,
bukan manusia namun berhubungan dengannya, yang dia yakini ada dan
terdapat dalam objek-objek tertentu pengalamannya. Kosmos secara sakral
dihadapi manusia sebagai realitas yang begitu kuat melebihi kemampuannya.
Akan tetapi kekuatuan ini menyelamatkan diri pada manusia dan manusia
menempatkan dirinya di dalam sebuah tatanan yang peneh makna.
Pertama, agama adalah sistem credo (tata keimanan atau tata keyakianan) terhadap
adanya sesuatu adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.Kedua, disamping itu,
agama adalah suatu sistem ritual (tata perbandingan) manusia kepada yang dianggap
mutlak itu. Ketiga, disamping merupakan satu sistem credo dan ritual, agama juga
merupakan sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia
dengan sesama manusia dan manusia dengan alam semesta, sesuai dan sejalan dengan
tata keimanan dan tata kepribadian termasuk diatas
Kebudayaan Bugis Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis Makassar yang
mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau Sulawesi. Jazirah itu merupakan
suatu provinsi Sulawesi Selatan yang sekarang terdiri dari 23 kabupaten. Diantaranya dua
buah kota madya.
DAFTAR PUSTAKA