Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI SI FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN KIMIA FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN

KELOMPOK : I (SATU)

ANGKATAN : ALIH JENJANG 2020

PRODI SI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada hasil

pengamatan atau observasi mengenai gejala alam dan interaksinya. Salah satu

pokok bahasan dalam pembelajaran fisika adalah menentukan tegangan

permukaan zat cair. Tegangan permukaan diartikan sebagai suatu kemampuan

atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas

permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau

ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru

(Eko dkk, 2016 ).

Dengan menggunakan alat sederhana tersebut, kita dapat menentukan

tegangan permukaan dengan menggunakan konsep kapilaritas yaitu peristiwa

naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler (pipa sempit). Kapilaritas

dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara zat cair dengan dinding

kapiler. Namun, dilapangan belum banyak ditemukan alat peraga sederhana

untuk menentukan tegangan permukaan zat cair (Eko dkk, 2016 ).

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang

harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam.

Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs.

Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung
dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali

tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali (Eko dkk,2016).

Beberapa gejala tegangan permukaan yang sering kita jumpai adalah

pada sebuah pipet (penetes obat cair) akan mengeluarkan fluida setetes demi

setetes dan tidak mengalir, sebatang jarum yang diletakkan dipermukaan air

tidak akan tenggelam dan lalat yang hinggap pada permukaan airpun tidak

tenggelam. Tegangan permukaan zat cair pada pipa kapiler dipengaruhi oleh

adhesi dan kohesi. Adhesi menyebabkan zat cair yang dekat dengan dinding

naik. Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang ada di tengah ikut naik.

Naiknya zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu sendiri (Eko dkk,

2016).

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati dan menentukan

tegangan permukaan cairan atau larutan secara relatif dengan metode kenaikan

pipa kapiler.

C. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip praktikum ini adalah didasarkan pada gaya tarik -

menarik di dalam rongga cairan yang lebih besar daripada gaya tarik oleh uap

molekul yang ada diatas permukaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan

zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh

suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan

sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu

menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan

datar atau bulat seperti bola ( Eko dkk, 2016 ).

Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan permukaan,

antara lain, peristiwa jarum, silet, penjepit kertas, atau nyamuk yang dapat

mengapung di permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada

sarang laba-laba, air yang menetes cenderung berbentuk bulat-bulat dan

air berbentuk bola di permukaan daun talas ( Eko dkk, 2016).

Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya

tegang yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal

dari gaya tarik kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul

cairan. Gaya kohesi yang bekerja pada molekul P (di dalam cairan dan

molekul Q (di permukaan). Molekul P mengalami gaya kohesi dengan

molekul-molekul disekitarnya dari segala arah, sehingga molekul ini

berada pada keseimbangan (resultan gaya nol). Namun, molekul Q tidak


demikian. Molekul ini hanya mengalami kohesi dari partikel di bawah dan

di sampingnya saja. Resultan gaya kohesi pada molekul ini ke arah bawah

(tidak nol). Gaya-gaya resultan arah ke bawah akan membuat permukaan

cairan sekecil-kecilnya. Akibatnya permukaan cairan menegang seperti

selaput yang tegang. Keadaan ini dinamakan tegangan permukaan ( Eko

dkk, 2016).

Peristiwa kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya kohesi

yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan

akan mempengaruhi besar kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa

kapiler. Tegangan permukaan bekerja sepanjang keliling pipa kapiler yang

menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan mengadakan reaksi sebagai

balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan gaya yang sama

besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik dinding

sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan permukaan air

raksa yang mengalami kenaikan atau penurunan juga merupakan akibat

tegangan permukaan ( Wahyu Arini, 2019 ).

a. Macam-macam Metode Tegangan Permukaan

Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan

beberapa metode antara lain : (Eko dkk, 2016).

1) Metode cincin de-Nouy

Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan

permukaan dan tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja

alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan


untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding

dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka. Gaya

yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan

oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.

2) Metode kenaikan kapiler

Ada beberapa metode penentuan tegangan muka

diantaranya adalah metode kenaikan pipa kapiler. Metode

kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu pipa kapiler

dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka

cairan akan naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka.

Kenaikan cairan sampai suhu tinggi tertentu sehingga terjadi

keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah.

Gaya kebawah : F = πr2 h ρ g

Keterangan :

h : tinggi muka

g : percepatan gravitasi

ρ : berat jenis

r : jari-jari kapiler

Gaya keatas : F’ = 2 πr cos 

Keterangan :

 adalah tegangan muka dan  adalah sudut kontak.


Pada kesetimbangan, gaya kebawah sama dengan gaya

keatas maka :

F’= F

2 πr cos  = πr2 h ρ g

Untuk air dan kebanyakan organik umumnya  = 0 atau

dapat dianggap batas lapisan paralele dengan kapiler, sehingga

harga cos  = 1 maka :  = ½ r h ρ g

b. Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair

cenderung untuk menegang, sehingga permukaannya tampak seperti

selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara

molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar gaya

kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang

nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering

digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa

kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler

adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat

cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya

tarikmenarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-

menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). Molekul biasanya

saling tarikmenarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan

dikelilingi oleh molekulmolekul cairan di samping dan di bawah. Di


bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan

tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total

yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian.

Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh

molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya,

pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah

karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang

terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya

dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan

cairan pada permukaan seolaholah tertutup oleh selaput elastis yang

tipis (Eko dkk, 2016).

Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai

gugus polar dan non polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan

dalam air pada konsentrasi yang rendah, maka molekul-molekul

surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan

monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini

mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi

yang lebih tinggi molekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air

membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat

misel ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).

Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak

banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel kritik suatu

surfaktan dapat ditentukan dengan metode tegangan permukaan. Cara


sederhana untuk menentukan tegangan permukaan adalah dengan

menggunakan kawat yang dibengkokkan berbenruk huruf U dan

kawat kedua CD dengan panjang l yang dapat digerakkan sepanjang

kawat U (Eko dkk, ).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan (Eko dkk,

2016)

1) Suhu

Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu,

karena meningkatnya energi kinetik molekul. Pada umumnya

nilai tegangan permukaan zat cair berkurang dengan adanya

kenaikan suhu. Perhatikan nilai tegangan permukaan berbagai zat

cair pada tabel 2.1 berikut :


2) Zat terlarut (solute)

Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan

mempengaruhi tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut

akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan

permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada

dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka

akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut

dengan surfaktan.

3) Surfaktan

Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat

mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi

pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi

yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun

merupakan salah satu contoh dari surfaktan.

4) Jenis Cairan

Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara

molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga

besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik

antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga

kecil.

5) Konsentrasi Zat Terlarut

Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner

mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk


tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah

diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan

menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi

dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.

Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan

menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan

yang lebih kecil daripada didalam larutan.

2. Kapilaritas

Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya zat cair di dalam pipa

kapiler (pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan

adhesi antara zat cair dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler

gaya adhesi antara partikel air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi

antara partikel-partikel air, maka air akan naik dalam pipa kapiler.

Sebaliknya raksa cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya kohesinya

lebih besar daripada gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair

pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan ( γ ) yang

bekerja pada keliling persentuhan zat cair dengan pipa (Eko dkk, 2016)

Gambar 2.2 (a) Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa

kapiler naik. (b) jika sudut kontak lebih besar dari 90°, maka permukaan zat cair dalam

pipa kapiler turun


B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI edisi III : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : Larut dalam etanol gliser

Penyimpanan : Baik dalam wadah tertutup

2. NaCL (FI edisi III : 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

Rumus Molekul : NaCl

Berat Molekul : 58,44

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7

bagian air mendidih,dan dalam kurang

lebih 10 bagian gliserol P, sukar larut

dalam etanol (95%) P

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa

asin

Penyimpanan : Baik dalam wadah tertutup


3. Alkohol (FI edisi III, 79)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Rumus Molekul : C2H6O

Berat Molekul : 46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas

rasa panas, mudah terbakar dan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform dan dalam eter .

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar

dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala

api.

4. Aseton (FI edisi III : 655)

Nama Resmi : ACETONIUM

Nama Lain : Aseton

Rumus Molekul : CH3COCH3

Berat Molekul : 58,08

Pemerian : Cairan Jernih tidak berwarna, mudah


menguap, bau khas, mudah terbakar
Kelarutan : Dapat bercampur demean air, etanol 95%,
ester, kloroform membentuk larutan jenuh
5. Benzen (FI edisi III, 658)

Nama Resmi : BENZEN

Nama lain : Benzena

Rumus molekul : C6H6

Berat molekul : 78,0

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna dan

mudah menyala

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

6. Toluena (FI edisi III, 735)

Nama resmi : Toulen

Nama lain : Toluen

Rumus Molekul : C6H5CH3

Berat Molekul : 0,860,8

Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,mudah

terbakar

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,dapat campur

dengan etanol mutlak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pipa kapiler,

alat berat tetes, botol timbang, labu erlenmeyer, micrometer atau mistar,

thermometer, dan piknometer.

2. Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest,

alkohol, aseton, benzene, toluene, dan larutan NaCl 0,2.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang piknometer kosong

3. Dimasukkan 50 ml sampel kedalam Piknometer

4. Ditimbang Piknometer yang telah diisi sampel

5. Sampel dikeluarkan dari piknometer dan kedalam gelas kimia

6. Gelas kimia yang berisi sampel ditentukan tegangan permukaanya

menggunakan pipa kapiler

7. Dicatat hasil yang didapatkan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Tegangan
Berat Pikno Kenaikan
No. Sampel + Permukaan
Kapiler (h)
Sampel (y)
1. Aquadest 68,94 g 4,2 cm

2. Alkohol 59,46 g 2,7 cm

3. Aseton 61,20 g 3,4 cm

4. Benzen 62,39 g 2,1 cm

5. Toluene 62,55 g 2,6 cm

6. NaCl 69,21 g 3,8 cm

B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Arini, 2019. Tingkat Daya Kapilaritas Jenis Sumbu Pada Hidroponik
Sistem Wick Terhadap Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.). Jurnal
Perspektif Pendidikan P-Issn 0216-9991 Vol 13 No 1. Stkip Pgri
Lubuklinggau, Indonesia

Eko Juliyanto dkk, 2016. Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal
Kajian Pendidikan Sains. Universitas Sains AlQuran
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang Piknometer kosong

Dimasukkan 50 ml sampel kedalam Piknometer

Ditimbang Piknometer yang telah diisi sampel

Sampel dikeluarkan dari piknometer dan kedalam gelas kimia

Ditentukan tegangan permukaanya menggunakan pipa kapiler

Dicatat hasil yang didapatkan

B. Perhitungan

1. Bobot Jenis

(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) − 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


BJ =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
a. Air

(68,94 𝑔) − 23,08 𝑔
BJ Air =
50 𝑚𝑙
45,86 𝑔
= 50 𝑚𝑙

= 0,91 g/ml

b. Alkohol

(59,46 𝑔) − 23,08 𝑔
BJ Alkohol =
50 𝑚𝑙

36,38 𝑔
= 50 𝑚𝑙

= 0,72 g/ml

c. Aseton

(61,20 𝑔) − 23,08 𝑔
BJ Aseton =
50 𝑚𝑙
38,12 𝑔
= 50 𝑚𝑙

= 0,76 g/ml

d. Benzena

(32,39 𝑔) − 23,08 𝑔𝑟
BJ Benzena =
50 𝑚𝑙
9,31 𝑔
= 50 𝑚𝑙

= 0,18 g/ml
e. Toluen

(62,55 𝑔) − 23,08 𝑔𝑟
BJ Toluen =
50 𝑚𝑙
39,47 𝑔
= 50 𝑚𝑙

= 0,78 g/ml

f. NaCl 0,2 N

(69,21 𝑔) − 23,08 𝑔𝑟
BJ NaCl =
50 𝑚𝑙
46,13 𝑔
=
50 𝑚𝑙

= 0,92 g/ml

2. Tegangan Permukaan

y = 1/2 x r x h x d x g

a. Air

y = ½ x 1,2 x 4,2 x 0,91 x 10

= 22.93 dyng/cm2

b. Alkohol

y = ½ x 1,2 x 2,7 x 0,72 x 10

= 011.66 dyng/cm2

c. Aseton

y = ½ x 1,2 x 3,4 x 0,76 x 10

= 15,50 dyng/cm2

d. Benzena

y = ½ x 1,2 x 1,2 x 0,029 x 10

= 2,2 dyng/cm2
e. Toluen

y = ½ x 1,2 x 2,6 x 0,78 x 10

= 12,16 dyng/cm2

f. NaCl 0,2 N

y = ½ x 1,2 x 2,6 x 0,032 x 10

= 20,97 dyng/cm2

g. Foto Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Piknometer kosong ditimbang Ket : Sampel dimasukkan kedalam

piknometer
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Piknometer + Sampel Ket : Sampel dipindahkan kedalam

ditimbang gelas kimia

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI SI FARMASI PRODI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Sampel diukur tegangan Ket : Sampel diukur tegangan

permukaannya menggunakan permukaannya menggunakan pipa

pipa kapiler kapiler


h. Foto Kehadiran zoom

La Ode Sarmin_D1B120150 Irsyal Rinaldi_D1B120017

Nurdianti_D1B120126 Rasmi_D1B120048
Aninditya Dwi Lestari_D1B1201

Anda mungkin juga menyukai