Pemikiran Dan Praktik Administrasi - Ngusmanto
Pemikiran Dan Praktik Administrasi - Ngusmanto
PEMBANGUNAN
Dr. H. NGUSMANTO, M.Si
Editor:
Dr. Erdi
Bima Sujendra, S.IP, M.Si
Mitra
Wacana
Media
P E N E R B I T
PEMIKIRAN DAN PRAKTIK ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
Dr. H. Ngusmanto, M.Si
Editor:
Dr. Erdi
Bima Sujendra, S.IP, M.Si
Edisi Asli
Hak Cipta © 2015, Penerbit Mitra Wacana Media
Mitra Telp. : (021) 824-31931
Wacana Faks. : (021) 824-31931
Media Website : http//www.mitrawacanamedia.com
P E N E R B I T E-mail : mitrawacanamedia@gmail.com
Ngusmanto
ISBN:
S
egala puji dan syukur serta memohon ridha ke hadirat
Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah dalam
bentuk buku yang berjudul: Pemikiran dan Praktik Administrasi
Pembangunan. Ada 2 (dua) keuntungan apabila membaca dan
memahami isi buku ini yaitu keuntungan mendapat teori dan
aplikasinya. Keuntungan teori terlihat dari konsep-konsep yang
diperkenalkan dan prinsif administrasi pembangunan, sedangkan
keuntungan praktis terlihat dari implementasi kaidah-kaidah
teoritis dalam praktik penyelenggaraan negara, khususnya oleh
aparatur pemerintah, dalam rangka memajukan bangsa dan
Negara serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Di sisi lain, pembaca buku juga akan mengetahui betapa
pentingnya suatu pendekatan, pendekatan yang digunakan
dan bagaimana mengaplikasikan pendekatan yang dipakai.
Beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam buku ini terdiri
dari pendekatan organisasi, manajemen, sejarah, ekologi dan
partisipasi. Untuk pembangunan administrasi dijelaskan melalui
pendekatan organisasi, sehingga organisasi yang dibahas lebih
difokuskan pada birokrasi negara (khususnya pemerintah) atau
organisasi publik. Pendekatan berikutnya adalah pendekatan
iii
iv Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
vii
viii Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
Pendahuluan
A
da 2 (dua) hal penting yang menjadi isi dari Bab
pendahuluan yaitu gambaran umum dan metodologi.
Gambaran umum berisi tentang isi buku secara garis besar
yang disajikan mulai dari Bab I sampai dengan Bab VII, sedangkan
metodologi berisi tentang pendekatan yang dipergunakan penulis
buku pada masing-masing bab. Penjelasan kedua hal ini diuraikan
seperti penjelasan berikut.
A. Gambaran Umum
Kerangka pikir dan isi suatu karya ilmiah akan dapat dipahami
oleh pengguna karya atau buku secara lebih baik apabila mereka
berusaha membaca semua bab yang dipersiapkan oleh penulis.
Tuntutan demikian menjadi persoalan tersendiri bagi mereka yang
memiliki waktu sempit atau sibuk. Untuk mengatasi persoalan
tersebut ada 2 (dua) pilihan. Pertama membaca daftar isi buku
dan hanya memilih dan membaca pada bab yang diperlukan
saja. Kedua membaca bab pendahuluan yang umumnya telah
memberikan ringkasan isi buku secara garis besar. Dalam bab
pendahuluan yang dituangkan dalam Bab 1 pada buku ini, si
pengguna atau pembaca akan mengetahui tema-tema sentral apa
saja yang akan dibahas, sehingga pembaca buku akan mendapat
1
2 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
gambaran awal atau garis besar tentang isi buku serta metodologi
yang dipergunakan oleh penulis buku. Penegasan ini perlu
mendapat perhatian karena banyak pembaca buku yang sering
kali melewatkan untuk membaca isi bab pendahuan dan banyak
yang berpendapat bahwa bab pendahuluan tidak penting. Pada
hal isi bab pendahuluan sesungguhnya sangat penting dan dapat
membantu si pembaca buku. Tentang pilihan sub-sub pembahasan
atau tema pokok dalam buku Pemikiran dan Praktik Administrasi
Pembangunan oleh penulis banyak terkait dengan kebutuhan
mahasiswa yang menekuni kajian ilmu sosial. Pilihan tema dan
sub tema dalam buku ini, dapat dijelaskan seperti uraian berikut.
Ada 2 (dua) konsep besar dari Administrasi Pembangunan
yang harus dipahami terlebih dahulu, sebelum kita memahami
konsep-konsep penting berikutnya sebagai sub-sub bahasan
administrasi pembangunan. Pertama konsep administrasi dan
kedua pembangunan. Untuk itu, titik awal dalam pemahaman
Administrasi Pembangunan tidak akan dapat melepaskan diri
dari administrasi dan pembangunan. Kedua konsep yang harus
dipahami tersebut akan dijelaskan pada Bab II yang diberi tema
Pemahaman Konsep Administrasi dan Pembangunan.
Selanjutnya, Administrasi Pembangunan sebagai suatu
disiplin ilmu administrasi publik menurut para ahli memiliki
2 (dua) ruang lingkup yang penting yaitu pembangunan
administrasi (the development of administration) atau penyempurnaan
administrasi negara (publik) dan Administrasi Pembangunan (the
administration of development) atau administrasi bagi pembangunan
itu sendiri. Kartasasmita (1997: 2) menegaskan bahwa
pembangunan administrasi dapat dijelaskan dari pendekatan
organisasi, sedangkan administrasi bagi pembangunan dapat
dijelaskan menggunakan pendekatan manajemen. Mengenai
ruang lingkup Administrasi Pembangunan dijelaskan pada Bab III.
Pemahaman penting berikutnya yang juga dijelaskan dalam Bab III
berkaitan dengan embrio kelahiran Administrasi Pembangunan.
BAB 1 – Pendahuluan 3
B. Metodologi
Untuk memahami isi buku yang diberi judul Pemikiran Dan
Praktik Administrasi Pembangunan ini, pertama dan yang utama
perlu diketahui terlebih dahulu oleh pembaca buku berkaitan
dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh penulis
buku. Dengan pernyataan lain, pendekatan yang dipergunakan
dapat membantu pembaca buku tentang logika berpikir, cara atau
sudut pandang atau metodologi atau kerangka berpikir si penulis
buku. Untuk itu, kita bisa bertanya, di mana nilai penting dari
suatu pendekatan dalam penulisan buku? Nilai penting suatu
pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan buku adalah
setiap pendekatan yang dipergunakan dapat membantu pembaca,
untuk menjawab pertanyaan mengapa isi buku administrasi
pembangunan tidak sama antara satu penulis dengan penulis buku
lainnya. Isi buku satu dengan buku lain dengan topik sama, tetapi
isinya berbeda karena penulis buku tersebut memiliki pendekatan
yang berbeda. Pemahaman inilah yang dapat membantu
BAB 1 – Pendahuluan 7
P
embicaraan tentang administrasi pembangunan jauh lebih
baik apabila kita mengawali dari pemahaman tentang ilmu
administrasi dan administrasi itu sendiri terlebih dahulu,
baru dilanjutkan pemahaman tentang pembangunan dan konsep
administrasi pembangunan (yang akan dijelaskan dalam bab
tersendiri). Konsep atau batasan dari kedua tema besar tersebut
perlu dijelaskan terlebih dahulu, agar pembaca buku memiliki
pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dimaksud
seperti yang diharapkan oleh penulis buku. Penjelasan secara
rinci dan mendalam dari masing-masing konsep administrasi dan
pembangunan dapat diuraikan seperti penjelasan berikut.
A. Administrasi
Penulis mengenal dan memahami apa itu administrasi dimulai
sejak awal kuliah, tepatnya pada bulan Juli 1981, terus diperkuat
dan lebih mendalami ilmu administrasi sejak April 1987–
Sekarang, setelah penulis menjadi tenaga pengajar pada jurusan
Ilmu Administrasi, dengan program studi Ilmu Administrasi
Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak Kalimantan Barat
(Kalbar). Dalam perjalanan selama 28 tahun (masa kerja penulis
9
10 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
melayani secara intensif atau yang baik. Lebih mudah lagi, makna
administrasi sama dengan memberikan pelayanan yang terbaik
(mudah, cepat dan murah). Pengertian kedua adalah makna
administrasi dari sudut pandang pengertian sempit. Administrasi
di sini disamakan dengan tata usaha kantor, tata usaha warkat,
tulis menulis, surat menyurat, arsip, ketik mengetik dan pekerjaan
kantor (clerical work). Pengertian sempit demikian merupakan
pengertian yang ditanamkan oleh penjajah Belanda sewaktu
berkuasa di Ibu Pertiwi. Pengertian sempit ini sangat populer dan
banyak pendukung hingga dewasa ini. Bermula dari pemahaman
makna sempit inilah yang memunculkan pandangan sinis, jelek
serta mengecilkan makna dan arti penting dari administrasi dan
ilmu administrasi seperti yang telah diungkapkan.
Sebenarnya, makna administrasi dari sudut pandang sempit
yang diajarkan oleh penjajah Belanda karena ada beberapa motivasi
atau alasan, yang terkait dengan kepentingan penjajah. Pertama,
penjajah Belanda hanya membutuhkan pegawai rendahan, dengan
tugas pokok terkait dengan pekerjaan kantor. Kebutuhan pegawai
yang demikian, oleh mereka cukup dipenuhi dari orang pribumi
atau rakyat jajahan dibandingkan medatangkan orang Belanda,
yang biayanya jauh lebih besar dan mahal atau menjadi tidak
ekonomis. Kedua, penjajah Belanda tidak menghendaki rakyat
jajahan menjadi lebih pintar dari penjajah. Mereka sadar di masa
itu bahwa rakyat jajahan yang pintar dapat menimbulkan ancaman
bagi kelangsungan kekuasaanya, sehingga konsep administrasi
dimaknai dalam arti sempit saja. Ketiga, hampir semua wilayah
jajahan Belanda diberikan pemahaman administrasi sama dengan
tata usaha.
Pengertian ketiga dari administrasi dikaji dari sudut pandang
yang luas. Dalam pengetian ini, penulis mengutif beberapa
pengertian yang ditulis oleh pakarnya. White (1955) menegaskan
bahwa administration is a common process to all group efforts, public
or private, civil or militery, large scale or small scale (administrasi
14 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
B. Pembangunan
Studi pembangunan menurut Hettne (2001:6) dianggap sebagai
studi yang berorientasi pada masalah, bersifat terapan dan
lintas ilmu, yang menganalisis perubahan masyarakat dalam
kontek dunia, namun tetap memperhatikan kekhasan berbagai
masyarakat dalam hal sejarah, ekologi, kebudayaan dan
sebagainya. Berdasarkan pandangan yang demikian, wajar
apabila tidak mudah memahami apa itu pembangunan, sebagai
konsekuensi logis dari cakupan lintas ilmu dan aspek kehidupan
manusia. Konsekuensi lebih lanjut, banyak makna pembangunan
dan objek yang dikaji serta ditulis oleh banyak pakar yang begitu
beragam. Ada makna pembangunan yang didasarkan pada
sudut kepentingan serta ada makna dari sudut padang orang
kecil, penguasa (pejabat), dan pendapat pakar. Ada pula makna
pembangunan yang objektif dan ada makna yang subjektif. Ada
makna pembangunan menurut pandangan negara maju dan
ada makna pembangunan menurut pandangan negara sedang
berkembang. Ada makna pembangunan menurut kajian ekonomi
dan ada pula makna pembangunan menurut kajian sosiologis.
Realitas demikian dapat ditegaskan bahwa kita bisa menemukan
beragam pengertian tentang apa itu pembangunan.
BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan 25
dan identitas. Apabila ada jati diri yang hilang maka seseorang
akan kehilangan segala-galanya. Nilai kedua ini didasari oleh
masuknya nilai-nilai modern yang berasal atau bersumber dari
negara maju yang menimbulkan kejutan dan kebingungan di
banyak negara sedang berkembang dan malahan ada yang sampai
kehilangan harga diri dan jati diri.
Kebebasan dari sikap menghamba yang bermakna
kemampuan untuk memilih merupakan bentuk suatu
kemerdekaan seseorang. Kemerdekaan atau kebebasan harus
diartikan secara luas yakni sebagai kemampuan untuk berdiri
tegak, sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek
material dalam kehidupan. Sekali kita terjebak dalam perbudakan
materi maka sederet kecenderungan negatif akan muncul seperti
sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan, sikap mementingkan
diri sendiri, ego dan mengorbankan orang lain akan jadi racun
dalam kehidupan sendiri. Kebebasan harus juga bermakna kita
mampu berpikir jernih, menilai segala sesuatu atas keyakinan dan
pikiran sehat.
Perlu ditegaskan pula bahwa pembangunan yang berhasil
tidak semata-mata diukur dari kemajuan ekonomi. Untuk
itu, muncul model pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan. Konsep pembangunan ini merupakan konsep yang
mengintegrasikan ekologi, ekonomi, dan sosial yang disebut
pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, yang
telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya United
Nation Conference On The Human Environment (UNCHE) di
Stockholm pada tahun 1972. Model ini muncul sebagai upaya
mengatasi kelemahan model-model pembangunan sebelumnya.
Kelemahan model-model pembangunan sebelumnya antara lain:
a. Munculnya kerakusan manusia untuk mengejar materi.
b. Munculnya berbagai perilaku yang tidak manusia seperti
diinjak-ijaknya nilai-nilai kemanusiaan dan tidak dihargainya
harkat dan martabat manusia.
BAB 2 – Pemahaman Konsep Administrasi Dan Pembangunan 29
Pertumbuhan Ekonomi
Yang Tinggi
P
embicaraan ruang lingkup Administrasi Pembangunan
akan diawali dari pemahaman tentang embrio lahirnya
Administrasi Pembangunan dan pengenalan konsep
Administrasi Pembangunan terlebih dahulu, dilanjutkan
pemahaman tentang pusat perhatian Administrasi Pembangunan
dan unsur-unsurnya, perbedaan Administrasi Pembangunan
dengan Administrasi Negara (Publik) dan diakhiri dengan
pembahasan tentang ruang lingkup Administrasi Pembangunan.
Semua subbahasan atau tema yang dipilih dalam bab ini
perlu dijelaskan terlebih dahulu, agar pembaca buku memiliki
pemahaman yang baik terhadap ruang lingkup Administrasi
Pembangunan seperti yang diharapkan oleh penulis buku.
Penjelasan secara rinci dari masing-masing sub tema dalam ruang
lingkup Administrasi Pembangunan dapat diuraikan seperti
penjelasan berikut.
33
34 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
A
dministrasi pembangunan dalam buku ini akan
membahas sumbangan atau kontribusi administrasi
pembangunan terhadap pembangunan nasional yang
mencakup berbagai aspek kehidupan, terutama dan khususnya
pembangunan di bidang sosial yang mencakup pembangunan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau
sumbangan administrasi pembangunan terhadap pembangunan
nasional dapat dikaji dari apa yang harus dilakukan oleh seorang
administrator. Kegiatan dasar administrasi atau apa yang harus
dilakukan oleh seorang administrator tidak lain dan tidak bukan
sama dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. George. R.
Terry (1982) menegaskan bahwa fungsi manajemen berisi tentang
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (popular dengan
akronim POAC), sedangkan Fayol (1949) dalam bukunya yang
berjudul Administrasi Industri dan Umum (General and Industrial
Administration) mengelompokkan fungsi manajemen ke dalam
lima fungsi utama yaitu: Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Commanding (Pemberian Komando, perintah),
Coordinating (Pengkoordinasian) dan Controlling (Pengawasan).
Fungsi menajemen demikian juga berlaku dan sama dengan fungsi
manajemen pembangunan.
57
58 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
telah mampu dan menyadari mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan atau mana yang benar dan mana yang salah.
Manusia dalam hal ini bukan sekedar tahu dan menyadari, tetapi
juga tidak akan melakukan perbuatan yang salah, tercela dan
perilaku-perilaku menyimpang lainnya. Apabila internal control
demikian telah terpatri atau melekat dalam hati kecil semua
manusia, khususnya Indonesia maka pengawasan pembangunan
tidak penting untuk dilakukan atau pengawasan pembangunan
tidak diperlukan. Bisakah tuntutan demikian diwujudkan?
Jawaban kelompok optimis akan menjawab bisa, sedangkan yang
pesimis akan menjawab tidak mungkin internal kontrol dapat
tumbuh pada setiap manusia. Mereka akan selalu mendukung
bahwa pengawasan pembangunan tetap penting dan diperlukan
sampai kapan pun.
Ginanjar (1997:65) menegaskan bahwa pelaksanaan
pembangunan pada hakikatnya melibatkan 3 (tiga) faktor
yaitu: (1) Manusia dengan beragam prilakunya, (2) Faktor dana
yang tergantung pada kemampuan keuangan Negara dan (3)
Faktor alam yang sulit diramalkan. Untuk itu, agar pelaksanaan
pengawasan pembangunan mencapai hasil yang optimal maka
fokus pengawasan perlu diarahkan kepada pemanfaatan ketiga
faktor tersebut. Lebih khusus lagi, pengawasan pembangunan lebih
menekankan pada pengawasan penggunaan dan pemanfaatan
sumber daya manusia dan uang untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan pembangunan.
Pertanyaan berikutnya yang perlu dijawab adalah bagaimana
ukuran atau kriteria pengawasan pembangunan yang berhasil?
Ukuran atau kriteria pengawasan pembangunan yang berhasil
adalah: (1) Pelaksanaan pengawasan mengacu atau berpedoman
pada dokumen perencanaan; (2) Pelaksana pengawasan
menguasai objek yang diawasi; (3) Pelaksana pengawasan
bertindak objektif dalam pelaksanaan tugasnya dalam arti
mengatakan atau menyebutkan apa adanya terhadap temuannya;
76 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
dalam pembangunan. Untuk itu, agar rasa lelah dan jenuh dapat
diminimalkan maka manusia memerlukan peralatan atau mesin.
Bekerja dengan menggunakan mesin akan sangat membantu
menghilangkan rasa capek, mempercepat, memperlancar proses
penyelesaian pekerjaan, serta melipatgandakan hasil produksi.
Manusia juga memerlukan dukungan cara dan material.
Bagaimana cara yang tepat untuk pelaksanaan pembangunan,
pengelolaan keuangan atau memobilisasi dana pembangunan dan
cara pengawasan yang baik atau pun cara-cara lainnya. Material
dapat berupa informasi atau data, bahan mentah, bahan setengah
jadi maupun bahan jadi. Material dalam pembangunan dapat
berbentuk bahan mentah, bahan setengah jadi maupun bahan jadi.
Semua sarana seperti yang telah dijelaskan sangat diperlukan
dalam pembangunan nasional dan harus diatur. Tidak ada
dukungan sarana manajemen yang terdiri dari Men, Money,
Machines, Methods dan Materials maka pembangunan tidak dapat
berjalan. Tugas administrator pembangunan adalah mengatur
dan mengendalikan penggunaan sarana pembangunan, sehingga
pengaturan dan pengendalian yang dilakukan dapat mewujudkan
tujuan pembangunan yaitu peningkatan dan perbaikan
kesejahteraan rakyat seoptimal mungkin.
(1) Masih cukup besar dari anak bangsa kita, termasuk pejabat
kita yang merasa alergi untuk menyebut Pancasila, (2) Sebagian
besar anak bangsa lupa dan mulai melupakan atau berpaling dari
Pancasila dan beranggapan bahwa Pancasila merupakan masa
lalu, (3) Sebagian warga Negara Indonesia (WNI) berpandangan
bahwa menyebut Pancasila sama dengan tidak reformis dan atau
orang Orde Baru (Orba), (4) Banyak anak bangsa yang tidak tahu
dengan sila-sila Pancasila, (5) Banyak WNI hapal Pancasila di luar
kepala, tetapi sangat kurang atau lemah dalam pengamalannya,
(6) Banyak pemimpin kita (formal maupun Informal) yang tidak
dapat dijadikan panutan (teladan) dalam pengamalan Pancasila
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (7) Banyak
pemimpin kita yang munafik, (8) Banyak penegak hukum yang
memperjual belikan keadilan, yang bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila, (9) Banyak orang yang sebenarnya salah yang
seharusnya dihukum, tetapi tetap bebas di luar serta beberapa
fenomena lainnya yang tidak sejalan dengan ideologi Pancasila.
Untuk level kelembagaan atau organisasi, secara legal formal
memang telah mencantumkan Pancasila sebagai dasar lembaga
atau organisasi. Persoalannya adalah pencantuman Pancasila
tersebut hanya sekedar memenuhi persyaratan formal, tetapi
secara material tidak mewarnai langkah perjuangan organisasi.
Di sisi lain, hampir semua aspek kehidupan kita (politik,
ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan) menghadapi
persoalan-persoalan besar yang dapat membahayakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengapa berbagai
persoalan tersebut muncul dan menimbulkan ancaman terhadap
kelangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara? Jawaban
atas pertanyaan ini tidak lain dan tidak bukan karena banyak anak
bangsa, termasuk pemimpin-pemimpin kita yang melupakan
Pancasila, tidak memiliki komitmen dan tidak serius dalam
pengamalannya. Kita harus sadar bahwa Pancasila memiliki nilai
strategis dilihat dari fungsi dan kedudukannya bagi bangsa dan
80 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
kehidupan yang dianggap baik, benar, bahagia lahir dan batin serta
adil dan makmur; (3) Kita tidak akan mudah terombang-ambing
atau dapat berdiri kokoh; (4) Kita akan dapat mengatasi berbagai
permasalahan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam; (5)
Kita akan selamat sampai ketujuan yang ingin kita capai; (6) Kita
akan memiliki pedoman, pegangan dan atau penuntun supaya
kita menjadi selamat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia bermakna bahwa
nilai-nilai Pancasila telah menjadi budaya bangsa Indonesia
dan telah menjiwai dan bahkan sudah ada nilai-nilai yang
telah mendarah-daging atau telah menjadi bagian kehidupan
keseharian. Untuk itu, mencabut Pancasila berarti menjabut
jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian Indonesia
bermakna bahwa kepribadian bangsa Indonesia bersumber dari
nilai-nilai Pancasila. Kedua fungsi dan kedudukan Pancasila ini
bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan telah ada dan diamalkan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia, baik di masa pra kolonial,
masa penjajahan, masa perjuangan mengusir penjajah, dan masa
kemerdekaan. Beberapa contoh kepribadian yang diwariskan oleh
nenek moyang kita antara lain: (1) Dalam berjuang tidak mengenal
lelah dan pantang untuk menyerah; (2) Selalu berdoa dalam
berjuang, (3) Bangsa Indonesia lahir atas kekuatan sendiri; dan (4)
Percaya pada diri sendiri.
Beberapa nilai strategis Pancasila, sekaligus dapat menjadi
acuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang telah dijelaskan perlu dipahami dan diamalkan oleh semua
anaka bangsa karena: (1) Hidup manusia akan bahagia jika ada
keselarasan dan keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai
pribadi, sebagai makhluk sosial, dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah
dan kebahagian rohaniah; (2) Memberikan inspirasi dan semangat
82 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
P
embangunan administrasi atau pembaharuan (reformasi)
administrasi di Negara Sedang Berkembang (NSB) perlu
mendapat perhatian serius dari ahli administrasi Negara
(Publik) karena dalam realita, masih banyak ditemukan masalah-
masalah administrasi yang terjadi. Dalam penjelasan pada Bab
V ini, ada 2 (dua) hal penting yang akan dikaji yaitu: (1) Alasan
atau argumentasi mengapa di NSB memerlukan pembangunan
administrasi dan (2) Fokus atau prioritas pembangunan
administrasi yang mana dan dalam hal apa yang harus dilakukan.
Penjelasan secara rinci dari kedua hal penting ini diuraikan seperti
penjelasan berikut.
101
102 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
dan (4) Menjadi sumber perusak citra bangsa. Persoalan ini tidak
terlepas dari keberadaan birokrasi dan tingkah laku birokrat.
Birokrasi dalam hal ini menjadi cermin dari proses dan sistem
untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur dan
pasti. Berpijak pada persoalan demikian maka Menteri PAN dan
RB sudah lama menggariskan kepada birokrasi publik tentang
berbagai rambu-rambu dalam pemberian pelayanan seperti
kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan,
efisien, ekonomis, dan keadilan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance.
Birokrasi bagi sebagian orang dimaknai sebagai prosedur
yang berbelit-belit, menyulitkan, menjengkelkan dan mahal. Ada
pula yang memandang birokrasi dimaknai sebagai upaya untuk
mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih
tertib, memahami hak dan kewajiban serta berbagai pengaturan
lainnya. Lebih tegas lagi, ada pandangan bahwa birokrasi menjadi
alat yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, dan
ada pula pandangan negatif bahwa birokrasi menjadi alat untuk
memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan
melalui berbagai sistem dan prosedur yang kaku, berlebihan,
penyimpangan dan menutup diri dari kritik. Oleh karena itu,
salah satu yang harus diwujudkan dalam pelayanan publik terkait
dengan rambu-rambu kesederhanaan. Kesederhanaan dalam
pelayanan mempunyai maksud bahwa prosedur atau tata cara
pemberian pelayanan kepada masyarakat (publik) harus menjadi
lebih mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami
dan dilaksanakan, sehingga birokrasi tidak dipandang negatif.
Perlu ditegaskan pula bahwa pandangan negatif terhadap
birokrasi seperti yang telah diungkapkan dapat menimbulkan
pandangan tidak optimis. Mengapa? Kompleksnya permasalahan
birokrasi perizinan telah dianggap sebagai masalah abadi dan tidak
ada solusinya. Pengalaman beberapa sahabat penulis menuturkan
bahwa ada 2 (dua) jalan dalam birokrasi yaitu jalan lurus, tapi lama
BAB 5 – Pembangunan Administrasi 129
dan jalan cepat (kilat atau ekspres), tetapi mahal. Ada pula yang
memberikan istilah jalan depan (lama) dan jalan belakang, tetapi
cepat. Kedua jalan ada harga yang harus dibayar. Dalam rangka
memberikan solusi dari kerumitan sistem dan prosedur perizinan
seperti yang telah diungkapkan maka pemerintah menetapkan
kebijakan dalam wujud penyederhanaan Perizinan melalui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan terintegrasi (one-stop service);
Kebijakan ini sangat baik, tetapi dalam implementasinya belum
didukung komitmen yang optimal dari birokrat. Jadi, kebijakan
yang baik belum berarti atau bermakna, sebelum mendapat
dukungan yang optimal dari implementor. Implementor dalam
hal ini harus siap memberikan pelayanan yang terbaik, murah,
sederhana dan cepat.
130 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
BAB
6
Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pembangunan
P
artisipasi masyarakat dalam segala aspek kehidupan seperti
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamaman
sangat dibutuhkan oleh bangsa manapun dan di manapun.
Kebutuhan akan partisipasi masyarakat menjadi sedemikian
penting karena semua orang dan bangsa memiliki kelemahan
atau keterbatasan kemampuan. Keterbatasan atau kelemahanan
semua orang atau bangsa hanya akan mendapat solusi atau jalan
keluar, apabila orang atau bangsa tersebut dapat memperoleh,
membangkitkan dan atau membangun partisipasi masyarakat.
Hal demikian juga bermakna bahwa partisipasi masyarakat
sangat penting dan menjadi kunci suksesnya pembangunan aspek
apa pun.
Persoalaanya adalah ada fenomena menarik tentang
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang menujukkan
atau mudah diamati bahwa tingkat partisipasi mereka dalam
pembangunan dari waktu ke waktu mengalami pasang surut
atau naik turun. Namun dalam 15 (lima belas) tahun terakhir atau
awal 2000 sampai tahun 2014 menunjukkan tingkat pastisipasi
dalam pembangunan, terutama proyek-proyek pembangunan
pemerintah memiliki tren yang terus menurun. Mengapa
tren partisipasi mengalami penurunan, apa penyebabnya
131
132 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
A. Pengertian Partisipasi
Banyak pendapat tentang konsep atau pengertian partisipasi.
Soekanto (1983: 245) menegaskan bahwa partisipasi adalah
pinjaman dari bahasa Belanda “participatie”, yang sebenarnya
dari bahasa latin “participatio”. Perkataan “participatio” terdiri dari
2 (dua) suku kata yaitu “part” yang berarti bagian, dan “capere”
yang berarti mengambil bagian. Selanjutnya, kata “participation”
itu sendiri berasal dari kata kerja “participate” yang berarti ikut
serta. Jadi, partisipasi mengandung pengertian aktif yakni adanya
kegiatan atau aktivitas.
Pengertian partisipasi menurut asal usul kata sebagaimana
dijelaskan oleh Soekanto dapat dipahami bahwa partisipasi
merupakan suatu aktivitas untuk mengambil bagian atau peran
dalam suatu kegiatan bersama. Pemahaman makna partisipasi
berikutnya sebagaimana diungkapkan oleh Davis (1962: 427) yang
menegaskan bahwa participation is difined as mental and emotional
involvement of a person in group situation which encourages him to
contribute to group goal and share responsibility in them (Partisipasi
dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan).
BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan 133
B. Penumbuhan Partisipasi
Conyers (1991: 154-155) menegaskan bahwa ada tiga alasan utama
mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Alasan
tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap masyarakat setempat yang tanpa adanya ini maka
program pembangunan dan proyek-proyek akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan
dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui
seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap proyek tersebut.
3. Adanya anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila
masyarakat yang dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri, yaitu masyarakat mempunyai hak dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di
wilayah mereka.
2. Faktor Internal
a. Tingkat ekonomi
Salah salah faktor yang dapat menghambat partisipasi
warga terkait dengan kondisi ekonomi. Makin sulit
secara ekonomi, makin sulit dalam menggerakkan
partisipasi warga, Penegasan ini logis karena warga
yang secara ekonomi mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, akan semakin terganggu
hidupnya apabila waktu mereka dipergunakan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Untuk itu,
semakin tercukupi kebutuhan warga secara ekonomi,
semakin mudah ia digerakkan dan sebaliknya. Hal ini
dapat ditegaskan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh
pada aktif tidaknya partisipasi warga. Warga dalam hal
ini akan merasa malu jika secara ekonomi tercukupi,
tetapi yang bersangkutan tidak berpartisipasi dalam
kegiatan bersama. Orang kaya memiliki status ekonomi
yang tinggi dan akan menjadi malu jika ia tidak aktif
berpartisipasi.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi gambaran status sosial
seseorang. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi
status sosial seseorang. Orang yang memiliki status
sosial tinggi akan merasa malu apabila ia tidak aktif
berpartisipasi dalam aktivitas bersama. Penegasan ini
penting karena seseorang yang memiliki status sosial
tinggi dalam masyarakat akan menjadi orang yang
terpandang dan menjadi panutan warga. Semakin
tinggi status sosial seseorang, semakin tinggi tingkat
partisipasinya.
BAB 6 – Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan 145
c. Tingkat pemahaman
Pemahaman seseorang terhadap aktivitas bersama
terkait dengan manfaat program, tahu tentang peran
dan tugas warga, tahu hak dan kewajiban, tujuan
dan sumber dananya serta tanggung jawab warga.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman yang
baik terhadap aktivitas bersama seperti yang telah
diungkapkan menjadi kunci awal untuk menumbuhkan
partisipasi warga. Hal ini bermakna bahwa makin tahu
dan paham terhadap aktivitas bersama, makin mudah
seseorang digerakkan untuk berpartisipasi. Sebaliknya,
semakin tidak tahu dan paham, semakin sulit mereka
untuk berpartisipasi.
d. Tingkat kepedulian
Faktor kunci penentu tingkat partisipasi warga
berikutnya terkait dengan kepedulian. Orang yang
memiliki kepedulian terlihat dari perhatiannya, mau
tahu, mau berbuat dan berkorban untuk orang lain
atau aktivitas bersama dan kepentingan publik. Tidak
ada kepedulian (cuek), tidak ada partisipasi. Mengapa
partisipasi warga rendah? Jawabannya karena warga
memiliki kepedulian yang rendah atau tidak memiliki
kepedulian. Orang akan peduli apabila kegiatan bersama
merupakan kegiatan yang berhubungan langsung
dengan kebutuhannya.
e. Rasa ego
Ego berkaitan dengan sikap dan tindakan seseorang.
Ego seseorang terlihat dari sikapnya yang keras kepala,
mau benar dan menang sendiri, susah diatur dan tidak
mau tahu dengan pendapat orang atau pihak lain. Makin
tinggi ego seseorang, makin sulit untuk berpartisipasi
dan makin besar jumlah mereka, makin sulit digerakkan
146 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
Penutup
K
ita dapat mencatat bahwa administrasi pembangunan pada
umumnya memiliki pola dasar yang bersifat jiplakan atau
meniru dari sistem administrasi publik atau administrasi
negara Barat (Negara maju), sehingga teori dan prinsif-prinsif
umum yang berlaku memiliki kesamaan dengan administrasi
Negara (publik). Di sisi lain, administrasi Pembangunan harus
menjalankan fungsi-fungsi administrasi negara (publik) dan
sekaligus menjalankan fungsi pembangunan. Pelaksanaan kedua
fungsi mendasar tersebut menimbulkan dilema tersendiri bagi
administrasi pembangunan, sekaligus menimbulkan keunikan.
Mengapa pandangan demikian muncul?
Muncul dilema dan keunikan tersendiri dalam administrasi
pembangunan karena ia memiliki fungsi yang luas dan mencakup
berbagai aspek kehidupan, sehingga dalam implementasi fungsi
menimbulkan beban dan memunculkan masalah dalam administrasi
pembangunan. Kita menyadari bahwa walaupun dalam dirinya
banyak menghadapi masalah administratif dan non administrasif,
ia tetap harus melaksanakan fungsi pembangunan. Hal ini bisa
bermakna bahwa administrasi pembangunan tetap melaksanakan
fungsi-fungsi umum pemerintah dan fungsi pembangunan,
sekaligus secara terus-menerus melakukan perbaikan ke dalam
dirinya (pembangunan administrasi).
151
152 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
155
156 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
A : Abiotik
ABG : ABRI, Birokrasi dan Golkar
ABS : Asal Bapak/Bos Suka/Senang
Admpem : Administrasi Pembangunan
Admneg : Administrasi Negara
AS : Amerika Serikat
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
B : Biotik
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BKN : Badan Kepegawaian Negara
C : Cultural
CAG : Comparative Administratif Group
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FGD : Focus Group Discustion
FISIP : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Golkar : Golongan Karya
HAM : Hak Asasi Manusia
HP : Handphone
ICOR : Incremental Output Ratio
161
162 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan
165
166 Pemikiran dan Praktik Administrasi Pembangunan