H Acara Pa
H Acara Pa
MATA KULIAH
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
I. Identitas Mata Kuliah
Nama mata kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama
Semester : V (lima)
1. Pendahuluan
1.1 Pengertian
1.2 Asas-asas
1.3 Sumber Hukum
1.4 Susunan Badan Kekuasaan Peradilan
3. Acara istimewa
3.1 Pemanggilan secara patut
3.2 Gugatan gugur
3.3 Putusan verstek
5. Pembuktian
5.1 Pengertian
5.2 Pembagian beban pembuktian
5.3 Asas-asas pembuktian
5.4 Alat-alat bukti
6. Putusan
6.1 Pengertian
6.2 Sistematika putusan
6.3 Jenis-jenis putusan
6.4 Kekuatan putusan
7. Upaya hukum
7.1 Upaya hukum biasa
7.2 Upaya hukum luar biasa
8. Pelaksanaan putusan
8.1 Pengertian
8.2 Jenis-jenis Pelaksanaan putusan
VII. Tugas-tugas
Mahasiswa diwajibkan untuk membuat tugas mandiri, terstruktur baik secara
berkelompok maupun perorangan sebagaimana ditentukan dalam block book. Tugas-
tugas perorangan harus dikumpulkan dan tugas kelompok harus dipresentasikan
dalam power point, terutama setelah memasuki materi gugatan, proses tanya jawab,
pembuktian, putusan, upaya hukum dan eksekusi.
VIII. Ujian-ujian
Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester yakni UTS dan UAS. Ujian
dilakukan dalam bentuk tertulis dalam bentuk ujian essay. Namun dimungkinkan
melakukan ujian lisan terhadap mahasiswa yang tidak ikut ujian tulis, dan harus
mendapat persetujuan Bapak Pembantu Dekan I.
IX. Penilaian
Penilian atas mata kuiah hukun acara peradilan agama ini meliputi kahadiran
75%, penilaian soft skills dan hard skills. Penilaian hard skills dilakukan atas nilai
tugas – tugas, UTS dan UAS dengan perhitungan sesuai Buku Pedoman Fakultas
Hukum sbb :
NA = TT + UTS + 2 (UAS)
2
X. Bahan Bacaan
1. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Press, Jakarta
2. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar
Grafika, Jakarta
3. ----------------------, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2008
4. R.M Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta
5. Mukti Artho, 1998, Praktek perkara perdata pada peradilan agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
6. Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan
Agama (Buku II)
7. Afandi Mansur, Peradilan Agama Setrategi dan Taktik Membela Perkara di
Pengadilan Agama, Setara Press, Malang
8. Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, Alumni Bandung,
1993.
9. I Ketut Tjukup SH MH. Dkk. Diktat Hukum Acara Perdata.
10. Prof. Soebekti, Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
11. Undang- Undang No. 7 Tahun l987, Undang-Undang tentang Peradilan Agama.
12. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, perubahan atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1987 tentang Peradilan Agama.
XII. PERTEMUAN-PERTEMUAN
PERTEMUAN PERTAMA
Lecture 1
Kontrak Perkuliahan
I. Pendahuluan dan Tindakan Persiapan Sebelum Sidang
a. Pengertian
b. Asas-asas
c. Sumber Hukum
d. Susunan Badan Kekuasaan Peradilan
e. Tindakan persiapan sebelum sidang
f. Tuntutan Hak
g. Gugatan lisan dan tertulis
h. Isi permohonan dan isi gugatan
i. Komulasi/penggabungan
j. Kompetensi peradilan
k. Upaya untuk menjamin hak
Pengertian “ Antara orang-orang yang Beragama islam” disini termasuk orang atau
badan hukum yang menundukkan diri dengan sukarela pada hukum islam tentang hal
yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama.
2. Asas Kebebasan
a. Bebas dari campur tangan kekuasaan negara lainnya
b. Bebas dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak ektra judicial
(Pihak lain diluar kekuasaan kehakiman)
c. Kebebasan melaksanakan wewenang yudisial (menerapkan, menafsirkan, menemukan
hukum)
Akibat pelanggaran asas terbuka untuk umum : Seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau
putusannya batal demi hukum (pasal 59 ayat (2) UU No.7/1989 jo Pasal 19 ayat (2) UU No.4
tahun 2004)
Dalam asas hakim pasif ini mengandung juga asas hakim aktif misalahnya dalam hal hakim
berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak, menjaga agar persidangan berjalan dengan
aman dan lantjar, menunda persidangan, memerintahkan pembuktian, menjelaskan mengenai
upaya hukum dan sebagainya.
11. Asas Ferhendalung Maxime
Bahwa proses pembuktian dalam hukum acara perdata adalah merupakan kewajiban
penggugat dalam membuktikan dalil-dalilnya dan tergugat untuk membuktikan dalil-dalil
bantahannya
Berbeda dengan sistem BRV (sebagai sumber hukum acara perdata) mengharuskan para
pihak yang mempunyai perkara wajib mewakilkan pada kuasa dengan akibat batalnya
gugatan jika gugatan tidak diwakilkan pada seorang kuasa dan ditentukan harus seorang
sarjana hukum.
C. Sumber Hukum Acara Peradilan Agama
Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah Hukum Acara
Perdata yang berlaku dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam
Undang-Undang ini.
Menurut ketentuan tersebut, Hukum acara peradilan agama bersumber (garis besarnya) kepada dua aturan
yaitu : ketentuan dalam UU peradilan agama dan yang berlaku di lingkungan peradilan umum
Peraturan perundang-undangan yang menjadi inti hukum acara perdata peradilan umum, antara lain :
Peraturan perundang-undangan tentang Acara Perdata yang sama-sama berlaku bagi lingkungan
Peradilan Umum dan Peradilan Agama, adalah sebagai berikut :
Pasal 18 UU no.48 Tahun 2009 penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan agama
dan sebuah Mahkamah Konstitusi.
Pengadilan Agama sebagai peradilan khusus karena PA mengadili perkara-perkara tertentu atau
golongan rakyat tertentu.
PN, PA, Mahmil, dan PTUN disebut pengadilan tingkat pertama karena ia adalah pengadilan sehari-
hari yang pertama kali menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara pada lingkungannya
masing-masing.
PT, PTA, Mahmili dan PTTUN disebut pengadilan tingkat banding, karena ia menerima perkara
bandingan yang berasal dari pengadilan tingkat pertama pada lingkungannya masing-masing.
Pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan tingkat banding disebut “Judex Facti” artinya perkara
di tingkat banding (dalam hal banding) akan diperiksa secara keseluruhan, baik tentang fakta-fakta
maupun tentang bukti-bukti dan lain sebagainya seperti pemeriksaan selengkapnya di muka pengadilan
tingkat pertama dulunya.
Mahkamah Agung (Kasasi) Judex Jure hanya memeriksa mengenai kekeliruan penerapan
hukumnya saja.
Diadakannya Mahkamah Agung yang tunggal dan bukan lagi bersifat juderx facti adalah untuk
uniformitas hukum karena menjunjung prinsip negara kesatuan dalam satu wawasan nusantara dan
satu wawasan hukum serta demi keadilan hukum (banyangkan bila terjadi pertentangan putusan
pengadilan tingkat pertama dan tingkat kedua, kalau tidak ada Mahkamah agung tunggal untuk
mengadilinya)
Mahkamah agung memiliki organisasi, administrasi dan keuangan (finansial) tersendiri, tetapi masing-
masing lingkungan dari empat lingkungan peradilan, maka organisatoris, administrative dan finansioalnya
berada di bawah kekuasaan masing-masing departemen yang bersangkutan.
Peradilan Umum (PN dan PT) Departemen Kehakiman, Peradilan Agama (PA dan PTA)
Departemen Agama, Peradilan Militer (Mahmil dan Mahmilti) Departemen Pertahanan dan
Keamaanan dan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab), Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN dan
PTTUN) Departemen Kehakiman
F. Tuntutan Hak
• Tuntutan Hak (Sudikno Mertokusumo) tindakan yang bertujuan untuk memperoleh
perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah terjadinya eigenrichting.
• Dalam gugatan minimal terdapat 2 pihak didalamnya yaitu : pihak penggugat dan pihak
tergugat hasilnya akhir berupa putusan pengadilan
• Dalam permohonan hanya terdapat 1 pihak saja yaitu pihak pemohon dengan hasil akhir
berupa penetapan pengadilan.
I. Komulasi/penggabungan
Tidak diatur dalam HIR maupun R.Bg, namun dalam praktek biasa dilakukan karena
komulasi dapat menghemat baik waktu maupun biaya.
Komulasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
- Komulasi subyektif
- Komulasi obyektif
Komulasi subyektif
Dalam suatu perkara yang mengadung sengketa tidak jarang penggugatnya terdiri dari
beberapa orang melawan satu orang tergugat, atau beberapa orang penggugat melawan
beberapa tergugat
Pada prinsipnya antara para penggugat ataupun para tergugat dapat saja digabungkan
karena memang tidak ada larangan atas hal itu (Pasal 284 KUH Perdata) ini disebut
komulasi subyektif
Komulasi Obyektif
Merupakan penggabungan dari beberapa tuntutan dalam satu surat gugatan.
Pada prinsipnya tidak dilarang dan tidak dipersyaratkan adanya koneksitas antara tuntutan
yang satu dengan tuntutan yang lainnya.
J. Kompetensi peradilan
1. Kekuasaaan Relatif
Berkaitan dengan daerah hukum
Kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan dalam perbedaannya dengan
kekuasaaan pengadilanyang sama jenis dan sama tingkatannya : missal pengadilan agama
muara enim dengan pengadilan agama baturaja.
Pasal 4 ayat (1) UU No.7/89 : pengadilan agama berkedudukan di kotamadya atau di ibu
kota kabupaten yang daerah hukum nya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten.
Penjelasan : pada dasarnya tempat kedudukan pengadilan agama ada di kotamadya tau
ibukota kabupaten yang daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten, tetapi
tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian.
2. Kekuasaan Absolut
Berkaitan dengan jenis perkara dan jenjang pengadilan
Kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau
tingkatan pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau
tingkatan pengadilan lainnya, missal : untuk perkawa perkawinan islam (pengadilan agama)
sedangkan non islam menjadi kuasa peradilan umum.
L. Bacaan
a. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Press, Jakarta
b. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar
Grafika, Jakarta
c. ----------------------, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2008
d. R.M Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta
e. Mukti Artho, 1998, Praktek perkara perdata pada peradilan agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
f. Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Peradilan Agama (Buku II)
g. Afandi Mansur, Peradilan Agama Setrategi dan Taktik Membela Perkara di
Pengadilan Agama, Setara Press, Malang
h. Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, Alumni Bandung,
1993.
i. I Ketut Tjukup SH MH. Dkk. Diktat Hukum Acara Perdata.
j. Prof. Soebekti, Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
k. Undang- Undang No. 7 Tahun l987, Undang-Undang tentang Peradilan
Agama.
l. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun
1987 tentang Peradilan Agama.
PERTEMUAN KEDUA
Tutorial 1
Mendiskusikan tugas pada Lecture 1
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
1. Membaca
2. Menentukan kata-kata susah
3. Brain storming
4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
5. Mencari Prior Knowledge
6. Menjawab Learning Goal
7. Reporting
c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member
masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
A dan B sama-sama beragama islam dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan Hukum
Islam. Dimana dalam perkawinan tersebut dilakukan dihadapan penghulu disaksikan oleh 2
orang saksi laki-laki dan dicatatkan di Kantor Catatan Nikah dan dikeluarkanlah akta
pernikahan. Secara yuridis material dan yuridis formal bahwa perkawinan tersebut adalah
sah. Berselang beberapa tahun setelah perkawinannya, mempunyai 2 orang anak laki dan
perempuan yang kini sudah berumur 3 tahun dan 4 tahun. Kini kehidupan rumah tangganya
mengalami gocangan dan perkawinan tersebut tidak mungkin untuk dipertahankan lagi. Hal
ini disebabkan karena si istri memiliki PIL. Akhirnya si suami menggugat cerai istrinya
dihadapan pengadilan yang berwenang.
PERTEMUAN KETIGA
Tutorial 2
Mendiskusikan tugas pada lecture 1
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
1. Membaca
2. Menentukan kata-kata susah
3. Brain storming
4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
5. Mencari Prior Knowledge
6. Menjawab Learning Goal
7. Reporting
c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member
masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
A dan B sama-sama beragama islam dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan Hukum
Islam. Dimana dalam perkawinan tersebut dilakukan dihadapan penghulu disaksikan oleh 2
orang saksi laki-laki dan dicatatkan di Kantor Catatan Nikah dan dikeluarkanlah akta
pernikahan. Secara yuridis material dan yuridis formal bahwa perkawinan tersebut adalah sah.
Berselang beberapa tahun setelah perkawinannya, mempunyai 2 orang anak laki dan
perempuan yang kini sudah berumur 3 tahun dan 4 tahun. Kini kehidupan rumah tangganya
mengalami gocangan dan perkawinan tersebut tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi.
Akhirnya si suami menggugat cerai istrinya dihadapan pengadilan yang berwenang. Bahwa
selama perkawinan mereka telah memiliki harta kekayaan berupa 2 buah rumah, 3 buah mobil
dan tabungan sebesar Rp. 1.000.000.000,-
diskusikan permasalahan antara perkara perceraian dengan perkara pembagian harta bersama.
Apakah dapat dibuat dalam satu surat gugatan atau secara terpisah
PERTEMUAN KEEMPAT
Lecture 2
B. Gugatan gugur
Penggugat yang mengajukan gugatan setelah dipanggil secara patut justru tidak hadir atau
tidak mengirim wakilnya dalam persidangan yang telah ditentukan.
Menurut Pasal 150 R.Bg / 126 HIR jika yang bersangkutan telah dipanggil satu kali
secara patut, masih diberikan toleransi panggilan sekali lagi bahkan dalam praktek
terkadang sampai tiga kali panggilan
jika penggugat tidak hadir, sedangkan tergugat hadir maka hakim dapat menjatuhkan
putusan “Gugatan Gugur” disertai dengan membebankan kepada penggugat untuk
membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini mereka dapat mengajukan gugatn
lagi setelah membayar buata perkara tersebut (Pasal 148 R.bg / 124 HIR) Baca juga
Pasal 161-a ayat (6) R.Bg / 135-a ayat (6) HIR).
C. Putusan verstek
Jika yang tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya kedalam persidangan setelah dipanggil
secara patut itu adalah pihak tergugat maka hakim dapat menjatuhkan putusan verstek
(Pasal 149 R.Bg/Pasal 126 HIR)
• Putusan verstek tidak selalu mengabulkan gugatan penggugat
• Jika gugatan tidak berdasarkan hukum peristiwa-peristiwa sebagai dasar tuntutan tidak
membenarkan tuntutan maka gugatan akan dinyatakan tidak dapat diterima (niet
onvenklijk verklaard)
• Sedangkan jika gugatan tidak berasalan tidak diajukan alasan-alasan yang
membenarkan tuntutan maka gugtan dinyatakan ditolak
• Jika dalam sidang pertama tergugat hadir dan dalam sidang berikutnya walaupun telah
dipangguil secara patut tergugat juga tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya maka
perkara diperiksa secara contradictoir.
E. Jawaban gugatan
• Dalam R.Bg/HIR tidak diwajibkan untuk menjawab gugatan penggugat.
• Namun tergugat dapat menjawab gugatan penggugat baik secara lisan maupun secara
tertulis (Pasal 145 ayat (2) R.Bg /121 ayat (2) HIR
• Jika tergugat menjawab gugatan penggugat secara tertulis maka jawaban tergugat dapat
berisikan : a. pengakuan, b. bantahan diluar pokok perkara yang disebut dengan tengkisan
atau eksepsi dan c. Bantahan dalam yang langsung mengenai pokok perkara (verweer
ten pricipale) disebut dengan sangkalan dimungkinkan pula bahwa tergugat
menggugat penggugat yang disebut dengan gugatan balik atau gugatan rekovensi.
F. Replik duplik
Setelah jawaban gugatan, maka giliran pihak penggugat untuk menjawab jawaban tergugat
atas gugatan penggugat.
Jawaban penggugat untuk menjawab jawaban gugatan tersebut disebut “replik”.
Replik dari penggugat dijawab oleh terguga namanya “duplik”.
Jika penggugat memandang perlu untuk menjawab duplik tergugat maka dijawab dengan
“rereplik”.
Rereplik dijawab oleh tergugat namanya reduplik demikan seterusnya hingga sampai
proses jawab – menjawab dianggap cukup.
III. Bacaan
a. M. Yahya Harahap, Hukum Acara Peradilan Agama
b. ----------------------, Kedudukan , Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar
Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005
c. I Ketut Tjukup SH, MH, dkk Diktat Hukum Acara Perdata, hal 37.
d. -------------------, Bahan Ajar Hukum Acara Perdata.
e. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 79
PERTEMUAN KELIMA
Tutorial 3
Mendiskusikan tugas pada lecture 2
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
MASA UTS
PERTEMUAN KEDELAPAN
Lecture 3
I. Pembuktian
a. Pengertian
b. Pembagian beban pembuktian
c. Asas-asas pembuktian
d. Alat-alat bukti
a. Pengertian
Setiap tuntutan hak atau menolak tuntutan hak harus dibuktikan di maka sedang pengadilan.
Dalam pembuktian ini diperlukan alat-alat bukti. Alat bukti adalah alat-alat atau upaya yang
bisa dipergunakan oleh pihak-pihak yang berperkara di muka sidang pengadilan untuk
meyakinkan hakim akan kebenaran tuntutan atau bantahannya. Alat bukti ini sangat penting
artinya bagi para pihak yang berperkara merupakan alat atau sarana untuk
meyakinkan kebenaran tuntutan hak penggugat atau menolak tuntutan hak bagi hakim. Dan
bagi hakim, alat bukti tersebut dipergunakan sebagai dasar memutus perkara.
Suatu perkara di pengadilan tidak dapat diputus oleh hakim tanpa didahului dengan
pembuktian. Dengan kata lain, kalau gugatan penggugat tidak berdasarkan bukti maka
perkara tersebut akan diputus juga oleh hakim tetapi dengan menolaknya gugatan karena
tidak ada bukti.
Di dalam kitab-kitab fiqih kebanyakan fuqaha menyebut dengan alat bukti dengan Al
Bayyinah, Al Hujjah , Ad Dalil, Al Burhan, tetapi yang tiga terakhir ini tidak lazim diperkara.
Sebagaimana disebutkan di atas pengertian bayyinah merupakan suatu bukti-bukti yang
menjelaskan dalam keperluan pembuktian agar menyakinkan hakim. Yang dimaksudkan
dengan yakin adalah sesuatu yang ada berdasarkan kepada penyelidikan yang mendalam dan
sesuatu yang telah diyakini tidak akan lenyap kecuali datangnya keyakinan yang lain lebih
kuat dari pada keyakinan yang ada sebelumnya.
Kalau seorang ahli waris ingin menuntut pembagian harta pusaka (warisan) seseorang yang
belum pernah diadakan pembagian warisan, maka ia terlebih dahulu harus membuktikan
dirinya bahwa ia betul-betul ahli waris dari si mayit (al mahrum) dan bahwa barang-barang
sengketa termasuk harta peninggalan dari si mati yang belum terbagi, kesemuanya ini harus
dibuktikan akan kebenaran yang diajukan ke pengadilan, walau demikian hakim juga tidak
langsung menerima keinginan si pemohon tersebut, akan tetapi ia harus meneliti dan
memeriksa bukti-bukti yang diajukan itu.
Dari uraian singkat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan utama dari alat bukti ialah
untuk lebih memperjelas dan meyakinkan hukum sehingga ia tidak keliru dalam menetapkan
putusannya dan pihak yang benar tidak dirugikan sehingga dengan demikian keadilan di
muka bumi ini dapat ditegakkan.
c. Asas-asas pembuktian
• Bahwa hakim tidak bersikap berat sebelah, hakim harus bersikap adil dan tidak berat
sebelah (tidak bersikap parsial) dalam memikulkan beban pembuktian kepada para pihak.
• Bahwa hakim tidak boleh merugikan kepentingan salah satu pihak tetapi secara
bijaksana membaginya sesuai dengan sistem pembuktian dengan cara memberi perhitungan
yang sama kepada pihak yang berperkara oleh karena itu pembagian pembuktian harus
dialokasikan sesuai dengan mekanisme yang digariskan dalam peraturan perundang-
undangan.
d. Alat-alat bukti
Alat bukti terdiri dari beberapa macam di antaranya ada yang disepakati oleh Mazhab-
mazhab dan sebagainya lagi masih diperselisihkan. Diantara alat bukti yang kebanyakan
digunakan oleh para fuqaha seperti diungkapkan oleh Abu Yusuf :
Artinya :
(Sumpah, Pengakuan, penolakan sumpah, qasamah, bayyinah, ilmu qadhi dan petunjuk-
petunjuk).
Menurut sistem HIR dan RBg hakim terikat dengan alat-alat bukti sah yang diatur
dengan undang-undang. Ini berarti hakim hanya boleh menjatuhkan putusan berdasarkan alat-
alat bukti yang telah diatur undang-undang. Menurut ketentuan Pasal 164 HIR, 284 RBg, dan
1866 BW ada lima jenis alat bukti dalam perdata yaitu: surat, saksi, persangkaan, pengakuan
dan sumpah. Sedangkan menurut Hukum Acara Perdata yang biasa dipergunakan pada
pengadilan dalam lingkungan peradilan agama, ada 7 (tujuh) macam alat-alat bukti yang dapat
dijadikan bukti kebenaran dan ketidakbenaran suatu di pengadilan, yaitu:
1. Alat bukti surat-surat (tertulis)
2. Alat bukti saksi
3. Alat bukti persangkaan
4. Alat bukti pengakuan
5. Alat bukti sumpah
6. Alat bukti pemeriksaan setempat
7. Alat bukti keterangan ahli
III. Bacaan
a. Gatot Supramono, 1993, Hukum Pembuktian dalam Peradilan Agama, Alumni
Bandung, hal 14.
b. M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.
c. --------------------, Hukum Acara Perdata.
d. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 137
e. I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 45
l.
PERTEMUAN KESEMBILAN
Tutorial 5
Mendiskusikan tugas pada Lecture 3
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
1. Membaca
2. Menentukan kata-kata susah
3. Brain storming
4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
5. Mencari Prior Knowledge
6. Menjawab Learning Goal
7. Reporting
8. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau
member masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
Disccusion Task-StudyTtask
Seorang laki-laki bernama Lukman Hakim, umur 18 tahun dan beragama Islam,
kawin dengan seorang wanita bernama Siti Aminah, umur 17 tahun juga beragama Islam.
Pada saat melakukan perkawinan dihadapan penghulu dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang
saksi dan selanjutnya dicatatkan di Kantor Pencatatan Nikah. Dalam menjalani bahtera
rumah tangga sering terjadi perselisihan pendapat sehingga sering terjadi percekcokan.
Akibatnya perkawinan tersebut tidak langgeng sehingga si suami (Lukman Hakim)
menjatuhkan talak 1 (satu) kepada si istri (Siti Aminah) hingga akhirnya jatuh sampai pada
talak 3 (tiga). Si suami menggugat cerai istrinya di depan Pengadilan Agama setempat.
Selama perkawinan, mereka mempunyai harta kekayaan berupa harta bersama yaitu sebuah
rumah mewah yang dibangun diatas sebidang tanah dengan luas 4 (empat) are, sebuah mobil
dan sebuah sepeda motor. Gugatan suami dikuatkan dengan alat-alat bukti untuk
menguatkan dalilnya. Berdasarkan gugatan dan alat-alat bukti tersebut Pengadilan Agama
berpendapat dan berkeyakinan bahwa gugatan Penggugat dikabulkan, juga termasuk
pembagian harta bersama.
Daftar Bacaan :
Gatot Supramono, 1993, Hukum Pembuktian dalam Peradilan Agama, Alumni
Bandung, hal 14.
M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.
--------------------, Hukum Acara Perdata.
Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 137.
I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 45
PERTEMUAN KESEPULUH
Tutorial 6
Mendiskusikan tugas pada Lecture 3
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
1. Membaca
2. Menentukan kata-kata susah
3. Brain storming
4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
5. Mencari Prior Knowledge
6. Menjawab Learning Goal
7. Reporting
c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member
masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
PERTEMUAN KESEBELAS
Lecture 4
b. Sistematika putusan
Kepala Putusan (demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa)= sebagai kekuatan
eksekusi, Nomor register perkara dan nama pengadilan yang memutus
Identitas Para Pihak
Tentang Duduk perkara
Konsidrans = pertimbangan hukum gugatan dikabulkan, ditolak, atau tidak dapat diterima
Amar / dictum= jawaban petitum gugatan
Penandatanganan.
c. Jenis-jenis putusan
Putusan ditinjau dari kehadiran para pihak
Putusan gugatan gugur = menerangkan penggugat atau wakilnya tidak hadir
setelah dipanggil secara patut
Putusan verstek = menerangkan tergugat atau wakilnya tidak hadir setelah di
panggil secara patut
Putusan contradictoir = menerangkan salah satu pihak atau wakilnya tidak
hadir pada putusan diucapkan
Putusan ditinjau dari sifatnya
Putusan deklanatoir = bersifat menerangkan apa yang sah
Putusan Constitutief = bersifat memastikan suatu keadaan hukum
Putusan Condemnatoir = bersifat memuat amar menghukum salah satu pihak
yang berperkara
Putusan ditinjau pada saat penjatuhannya
Putusan sela = dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung
Putusan akhir = dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara
d. Kekuatan putusan
Kekuatan mengikat = putusan pengadilan hanya mengikat kedua belah pihak yang berperkara
(pasal 1917 KUHper)
Kekuatan Pembuktian = dibuatnya putusan secara tertulis (vonees) adalah merupakan bukti
autentik dan suatu bukti untuk melakukan upaya hukum atau mohon pelaksanaan putusan.
Kekuatan eksekutorial = kekuatan melaksanakan secara paksa oleh alat negara.
III. Bacaan
a. M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.
b. --------------------, Hukum Acara Perdata.
c. Roihan A Rasyid, HUKUM Acara Peradilan Agama, hal 218, 223.
d. I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 56.
PERTEMUAN KEDUA BELAS
Tutorial 7
Mendiskusikan tugas pada Lecture 4
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
a. Membaca
b. Menentukan kata-kata susah
c. Brain storming
d. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
e. Mencari Prior Knowledge
f. Menjawab Learning Goal
g. Reporting
c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member
masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
PERTEMUAN KETIGA BELAS
Tutorial 8
Mendiskusikan tugas pada Lecture 4
Petunjuk:
a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,
dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag
didiskusikan
b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches
1. Membaca
2. Menentukan kata-kata susah
3. Brain storming
4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal
5. Mencari Prior Knowledge
6. Menjawab Learning Goal
7. Reporting
c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member
masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.
PERTEMUAN KEEMPAT BELAS
MASA UAS