Anda di halaman 1dari 5

NAMA : BERGAS WAHYU SEJATI

NIM : 190910101124

KELAS : A2

MATKUL : ORGANISASI INTERNASIONAL

1. Menurut friedrich dan G Ruggie Organisasi Internasional sebagai sebuah cabang


keilmuan telah mengalami pasang surut semenjak berakhirnya Perang Dunia Kedua. Studi
mengenai organisasi internasional merefleksikan adanya kebutuhan akan adanya tata kelola
internasional. Dewasa ini Organisasi Internasional sebagai studi dipelajari melalui berbagai
praktik yang terjadi. Secara historis, pada 1931 organisasi internasional muncul sebagai cara
untuk memberikan deskripsi dan menjelaskan bagaimana masyarakat modern mengelola
negaranya sendiri. Dalam hal tersebut, esensi dari pemerintahan diasumsikan untuk mempartisi
koordinasi pada aktivitas kelompok sebagaimana untuk melaksanakan busnis publik, dan
beberapa fitur lain yang mana kemudian tata kelola internasional memiliki posisi pada
kedaulatan nasional

Seiring dengan meningkatnya kompleksitas organisasi internasional, ditemukan berbagai


pergeseran pada studi tersebut yang melahirkan variabel-variabel baru yang dipengaruhi oleh
kasus-kasus tertentu sehingga memunculkan adanya empat fokus analisis utama dalam mengkaji
organisasi internasional. Pertama adalah fokus institusi formal. Dalam fokus tersebut organisasi
interasional dianggap sebagai bagian dari tata kelola internasional, selain itu atribut formal dari
organisasi internasional seperti perjanjian, prosedur voting, serta struktur organisasi merupakan
operasional aktual dalam suatu institusi yang dieksplorasi melalui referensi dari mandate
konstitusional (Kratochwill dan Ruggie, 1986). Fokus kedua adalah proses institusional, yang
mana fokus ini berkonsentrasi pada proses pengambilan kebijakan aktual dalam organisasi
internasional. Fokus ini lahir untuk menjembatani korelasi antara struktur konstitusional dengan
praktek-praktek organisatoris dalam organisasi internasional. Fokus ketiga adalah peran
organisasional yang mana kajiannya menekankan pada peran organisasi internasional sebagai
resolusi pada permasalahan internasional, sebagai contoh peran IAEA untuk mengawasi
penggunaan nuklir. Peran organisasional berusaha memandang organisasi internasional melalui
perannya dalam tatanan global melalui cakupan yang lebih luas. Yang terakhir adalah fokus
rezim internasional. Fokus tersebut menunjukkan bahwa organisasi internasional kini telah
membentuk rezim tersendiri dalam berjalannya dunia, seperti rezim perdagangan, rezim moneter,
hingga rezim kelautan

2.- Dalam perspektif Cognitivis mengungkapkan bahwa perubahan negara dalam hal
mengadopsi atau menggunakan jasa dari organisasi internasional, sejatinya telah dirancang dan
dikoordinasikan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang membutuhkan penelitian
dalam bidang pengetahuan. Hal ini menjadi landasan dasar, mengapa konstruktivisme menjadi
salah satu pendekatan yang penting dalam perkembangan organisasi internasional. Karena
organisasi internasional merupakan suatu organ negara yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan implementasi dan mengorganisasikan aktivitas pengetahuan dan teknologi dalam
tingkat internasional. Selain itu aspek seperti kepentingan, identitas dan pengetahuan menjadi
aspek yang dibahas oleh pendekatan oleh konstruktivisme terkait dengan organisasi
internasional.
Secara ontologis, teori konstruktivis merupakan sebuah pemikiran yang menyatakan
bahwa dunia sosial dan sistem internasional merupakan sebuah konstruksi pemikiran manusia
yang didasari oleh analisis dan rasionalitas (Jackson dan Sorensen, 2009, konstruktivisme
memandang bahwa organisasi internasional memiliki peranan yang krusial terhadap negara-
negara anggotanya. Hal ini disebabkan terdapat dua fungsi utama organiasi internasional
menurut konstuktivis ,yaitu sebagai focal point  dan persuation point.
Selain itu dalam kemunculan organisasi internasional, pendekatan konstruktivis memiliki
tiga argumen. Pertama, pendekatan ini percaya bahwa pengetahuan adalah sebuah instrumen
yang membentuk perilaku aktor, bukan nature behavior aktor itu sendiri. Konstruktivis percaya
bahwa setiap kebijakan atau sikap-sikap yang dikeluarkan oleh suatu aktor merupakan hasil dari
sebuah pemikiran yang analitis dan rasional. Kedua adalah, tidak ada kenyataan sosial yang
objektif dalam melihat suatu fenomena. Konstruktivis selalu melihat bahwa, aktor adalah entitas
yang subjektif, dimana memiliki sebuah kedinamisan dan likuiditas tersendiri, sehingga tidak ada
kenyataan yang bersifat rigid, karena semua kenyataan dalam sistem internasional, merupakan
sebuah olahan pemikiran dari aktor-aktor internasional. Terakhir adalah intersubjektifitas, yang
berarti tidak ada sebuah paham atau teori yang memiliki kemampuan secara mutlak dapat
menjelaskan eksistensial dari tatanan dunia. Maka dari itu dalam perspektif ini alasan sebuah
Negara bekerja sama dalam organisasi internasional adalah untuk mengindari konflik dan lebih
respect ke Negara lain
3. Association of South East Asia Nations (ASEAN)
Organisasi ini merupakan wadah kerja sama negara-negara di kawasan Asia Tenggara
yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, dan kini beranggotakan 10
negara. Tujuan ASEAN adalah untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman, damai,
stabil, dan sejahtera.

Selain sebagai salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN, Indonesia juga menjadi
penyelenggara KTT ASEAN yang pertama. Selain itu, Indonesia juga aktif dalam menyelesaikan
konflik dengan menjadi perantara perundingan damai, membantu para pengungsi akibat konflik
ataupun bencana, dan lainnya

Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

Indonesia menjadi anggota APEC sejak organisasi tersebut didirikan, yaitu pada tahun
1989. Organisasi ini merupakan organisasi kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik yang
saat ini beranggotakan 21 negara.

Peran aktif Indonesia dalam APEC di antaranya adalah pernah menjadi Ketua APEC, menjadi
tuan rumah KTT APEC, dan menjadi perumus Bogor Declaration dan Bogor Goals, mendorong
terbentuknya ECOTECH (Economic and Technical Cooperation), dan menjadi anggota G-20

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) adalah organisasi


internasional yang merupakan perkumpulan sebagian besar negara yang ada di dunia. Organisasi
ini didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 di San Fransisco, California, dan memiliki markas
besar di New York, Amerika Serikat.

Tujuan dibentuknya PBB adalah untuk menciptakan perdamaian internasional, menjadi


penghubung antarbangsa, dan membantu mengatasi persoalan masyarakat dunia, seperti
kemiskinan, penyakit, dan buta aksara, serta menghargai hak dan kebebasan manusia. 
as Islam, mendukung perdamaian dunia, dan membantu perjuangan kemerdekaan Palestina.

Sebagai anggota, Indonesia memiliki peran penting dengan memelopori gagasan Tata Informasi
Baru Dunia Islam, menjadi Ketua Committee of Six, menjadi tuan rumah KTT Tingkat Menteri,
KTT OKI, KTT Luar Biasa OKI, dan membantu perdamaian negara-negara Islam yang
bersengketa.

Pada awalnya, anggota PBB hanya berjumlah 50 negara dan kini sudah berkembang hingga 193
negara. Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB pada tanggal 28 September 1950. Pada tahun
1965, Indonesia sempat keluar dari PBB karena alasan politik, tetapi kemudian bergabung
kembali pada tahun 1966.

Indonesia berperan aktif dengan mengirimkan kontingen untuk perdamaian dunia, menjadi
pemimpin dan anggota organisasi di PBB (termasuk  Dewan Keamanan), menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika, mengirimkan bantuan kemanusiaan, dan membantu penyelesaian
konflik di berbagai negara.

4. Dasar penyusunan struktur organisasi PBB terdapat pada piagam PBB BABIII
pasal 7 yaitu

1. Telah dibentuk sebagai organ-organ utama Perserikatan Bangsa-Bangsa : Majelis


Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian. Mahkamah
International dan Sekretanat.

2. Jika dianggap perlu dapat didirikan organ-organ subsider yang semacam tin sesuai
dengan Piagam ini.

Jika ingin mengubah struktur organisasi PBB yang dilakukan oleh anggotanya

1. Setiap anggota Majelis Umum mempunyai satu suara.

2. Keputusan-keputusan Majelis Umum tentang persoalan-persoalan penting diambil


dengan suara terbanyak yang berjumlah dua-pertiga dari anggota-anggota yang hadir
dan ikut memberikan suara. Dalam persoalan-persoalan ini termasuk:
rekomendasirekomendasi mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional, pemiIihan anggota-anggota tidak terap Dewan Keamanan, pemilihan
anggota-anggota Dewan Ekonomi dan Sosial, pemilihan anggota-anggota Dewan
Perwalian sesuai dengan ayat 1(c) Pasal 86, penerimaan Angqota-anggota baru
Perserikatan Bangsa-Bangsa, penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa keanggotaan,
pemberhentian keanggotaan, persoalan-persoalan yang bertalian dengan
penyelenggaraan sistim perwalian, dan persoalan-persoalan anggaran belanja.

3. Keputusan-keputusan tentang masalah-masalah lain. termasuk penentuan mengenai


kategori-kotegori tambahan, yang harus diputuskan dengan suara mayoritas dua-
pertiga suara dari jumlah anggota- anggota yang hadir dan turut memberikan suara

Anda mungkin juga menyukai