NIM : 190910101124
KELAS : A2
2.- Dalam perspektif Cognitivis mengungkapkan bahwa perubahan negara dalam hal
mengadopsi atau menggunakan jasa dari organisasi internasional, sejatinya telah dirancang dan
dikoordinasikan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang membutuhkan penelitian
dalam bidang pengetahuan. Hal ini menjadi landasan dasar, mengapa konstruktivisme menjadi
salah satu pendekatan yang penting dalam perkembangan organisasi internasional. Karena
organisasi internasional merupakan suatu organ negara yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan implementasi dan mengorganisasikan aktivitas pengetahuan dan teknologi dalam
tingkat internasional. Selain itu aspek seperti kepentingan, identitas dan pengetahuan menjadi
aspek yang dibahas oleh pendekatan oleh konstruktivisme terkait dengan organisasi
internasional.
Secara ontologis, teori konstruktivis merupakan sebuah pemikiran yang menyatakan
bahwa dunia sosial dan sistem internasional merupakan sebuah konstruksi pemikiran manusia
yang didasari oleh analisis dan rasionalitas (Jackson dan Sorensen, 2009, konstruktivisme
memandang bahwa organisasi internasional memiliki peranan yang krusial terhadap negara-
negara anggotanya. Hal ini disebabkan terdapat dua fungsi utama organiasi internasional
menurut konstuktivis ,yaitu sebagai focal point dan persuation point.
Selain itu dalam kemunculan organisasi internasional, pendekatan konstruktivis memiliki
tiga argumen. Pertama, pendekatan ini percaya bahwa pengetahuan adalah sebuah instrumen
yang membentuk perilaku aktor, bukan nature behavior aktor itu sendiri. Konstruktivis percaya
bahwa setiap kebijakan atau sikap-sikap yang dikeluarkan oleh suatu aktor merupakan hasil dari
sebuah pemikiran yang analitis dan rasional. Kedua adalah, tidak ada kenyataan sosial yang
objektif dalam melihat suatu fenomena. Konstruktivis selalu melihat bahwa, aktor adalah entitas
yang subjektif, dimana memiliki sebuah kedinamisan dan likuiditas tersendiri, sehingga tidak ada
kenyataan yang bersifat rigid, karena semua kenyataan dalam sistem internasional, merupakan
sebuah olahan pemikiran dari aktor-aktor internasional. Terakhir adalah intersubjektifitas, yang
berarti tidak ada sebuah paham atau teori yang memiliki kemampuan secara mutlak dapat
menjelaskan eksistensial dari tatanan dunia. Maka dari itu dalam perspektif ini alasan sebuah
Negara bekerja sama dalam organisasi internasional adalah untuk mengindari konflik dan lebih
respect ke Negara lain
3. Association of South East Asia Nations (ASEAN)
Organisasi ini merupakan wadah kerja sama negara-negara di kawasan Asia Tenggara
yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, dan kini beranggotakan 10
negara. Tujuan ASEAN adalah untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman, damai,
stabil, dan sejahtera.
Selain sebagai salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN, Indonesia juga menjadi
penyelenggara KTT ASEAN yang pertama. Selain itu, Indonesia juga aktif dalam menyelesaikan
konflik dengan menjadi perantara perundingan damai, membantu para pengungsi akibat konflik
ataupun bencana, dan lainnya
Indonesia menjadi anggota APEC sejak organisasi tersebut didirikan, yaitu pada tahun
1989. Organisasi ini merupakan organisasi kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik yang
saat ini beranggotakan 21 negara.
Peran aktif Indonesia dalam APEC di antaranya adalah pernah menjadi Ketua APEC, menjadi
tuan rumah KTT APEC, dan menjadi perumus Bogor Declaration dan Bogor Goals, mendorong
terbentuknya ECOTECH (Economic and Technical Cooperation), dan menjadi anggota G-20
Sebagai anggota, Indonesia memiliki peran penting dengan memelopori gagasan Tata Informasi
Baru Dunia Islam, menjadi Ketua Committee of Six, menjadi tuan rumah KTT Tingkat Menteri,
KTT OKI, KTT Luar Biasa OKI, dan membantu perdamaian negara-negara Islam yang
bersengketa.
Pada awalnya, anggota PBB hanya berjumlah 50 negara dan kini sudah berkembang hingga 193
negara. Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB pada tanggal 28 September 1950. Pada tahun
1965, Indonesia sempat keluar dari PBB karena alasan politik, tetapi kemudian bergabung
kembali pada tahun 1966.
Indonesia berperan aktif dengan mengirimkan kontingen untuk perdamaian dunia, menjadi
pemimpin dan anggota organisasi di PBB (termasuk Dewan Keamanan), menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika, mengirimkan bantuan kemanusiaan, dan membantu penyelesaian
konflik di berbagai negara.
4. Dasar penyusunan struktur organisasi PBB terdapat pada piagam PBB BABIII
pasal 7 yaitu
2. Jika dianggap perlu dapat didirikan organ-organ subsider yang semacam tin sesuai
dengan Piagam ini.
Jika ingin mengubah struktur organisasi PBB yang dilakukan oleh anggotanya