Anda di halaman 1dari 6

FEMINISME DAN GERAKAN SOSIAL

Pendahuluan

Gambaran penindasan yang dialami perempuan mendorong lahirnya berbagai gerakan


sosial untuk memperjuangkan keadilan dan membebaskan perempuan dari penindasan.
Paradigma yang semula memperjuangkan hak-hak perempuan kini berkembang menjadi
perjuangan keadilan universal bagi semua. Feminisme juga bertujuan untuk membangun
masyarakat yang bebas dari penindasan dan pembagian kelas, kasta, dan prasangka gender.
Kesadaran akan pentingnya memperjuangkan keadilan universal telah berkembang pesat dan
menyebar ke seluruh dunia.

Indonesia merupakan wilayah yang tidak bisa lepas dari gerakan feminis. Gerakan feminis yang
berkembang di Indonesia biasanya dilakukan dengan model terstruktur di dalam institusi atau
organisasi perempuan. Jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 merupakan era kebangkitan
baru dalam memperjuangkan keadilan bagi institusi perempuan

Pembahasan

Feminisme

Feminisme berasal dari bahasa latin femina, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
inggris menjadi femine yang artinya memiliki sifat feminin. Secara umum feminisme biasanya
diartikan sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan. Landasan teori feminis adalah perlunya memahami alasan mengapa perempuan
ditindas untuk membalikkan tatanan sosial yang didominasi laki-laki. Perkembangan awal
feminisme dimulai pada 1792-1960, dan itu berasal dari karya Mary Wollstonecraft, filsuf dan
feminis pada abad ke-18.

Feminisme gelombang kedua lebih merupakan gerakan pembebasan perempuan, atau lebih
dikenal dengan gerakan pembebasan perempuan. Selain itu, sebagaimana kita ketahui bersama,
secara hukum dan politik, hal ini sebenarnya dicapai melalui feminisme gelombang pertama,
namun sebenarnya belum tercapai secara maksimal.

Feminisme gelombang ketiga, juga dikenal sebagai post-feminisme. Namun demikian, banyak
kalangan feminis yang meyakini bahwa feminisme ketiga berbeda dengan post-feminisme,
misalnya dari sudut pandang mereka, feminisme ketiga memiliki keragaman dan perubahan,
seperti globalisasi, post-kolonialisme, dan post-struktur, isme dan postmodernisme. Dalam hal
ini, feminisme gelombang ketiga sebagian besar dipengaruhi oleh postmodernisme yang
merupakan pencipta feminisme gelombang ketiga. Menurut Lyotard dan Vattimo, pengaruh
postmodernisme terhadap feminisme gelombang ketiga dapat dilihat pada empat ciri. Dalam tiga
tahapan atau gelombang tersebut telah melahirkan berbagai aliran feminisme itu sendiri.Seperti
disebutkan di atas, gelombang ketiga meliputi empat aliran feminis, yaitu feminisme
postmodern, feminisme multikultural, dan feminisme global, serta feminisme ekologis.

Feminisme postmodern bertitik tekan dalam teks menjadi dasar berpikirnya. Aliran feminisme
ini jua menolak cara berpikir yg fanatik atau tradisional. Di samping itu, sebagiamana Gadis
Arivia ungkapkan pada Filsafat Berperspektif Feminisme bahwa pemikiran feminisme
postmodern ini melihat wanita menjadi «yg lain». Pengaruh eksistensialisme, psikoanalisa &
dekonstruksi sangat terasa pada genre feminisme postmodern.Feminisme multikultural senada
menggunakan teori genre feminisme sebelumnya yg jua melihat individu menjadi sesuatu yg
terfragmentasi. Karenanya, feminisme multikultural lebih menyoal ilham bahwa ketertindasan
wanita bersumber menurut «satu definisi», bukan menurut kelas & ras, preferensi
seksual, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, & lain sebagainya. Secara historis, 

feminisme multikultural pertama kali berlangsung pada Amerika Serikat dimana ideologi yg
mendukung adanya diversifikasi sebagai pilihan pada gaya juga ideologinya. Hal yg ini
selanjutnya memberi jalan dalam etnisitas sekaligus integrasi, sampai melahirkan
multikulturalisme & berpengaruh bertenaga dalam genre feminisme
multikultural.Selanjutnya, yakni feminisme dunia. Fokus feminisme genre ini merupakan
penindasan global pertama lantaran kebijaksanaan nasional yg menyebabkan penindasan bagi
wanita pada global ketiga. Hanya saja, apabila feminisme multikultural penekanan dalam
rasisme, etnisitas & kelasisme, feminisme dunia justru lebih penekanan dalam informasi
kolonialisme, pada samping soal politik & ekonomi skala nasional. 

Aliran feminisme keempat menurut gelombang ketiga merupakan ekofeminisme.Seperti halnya


feminisme multikultural & dunia, ekofeminisme jua memberi pemahaman adanya keterhubungan
antara segala bentuk penindasan manusia. Keseluruhannya diatas bisa dikatakan bahwa
meskipun bhineka secara penekanan perhatian, baik antara gelombang feminisme juga antar
genre feminisme, khususnya pada gelombang ketiga, sejumlah genre permanen menempatkan
wanita dalam posisi yg semestinya.

Gerakan Sosial

Gerakan Feminisme merupakan salah satu bentuk gerakann sosial uyang dibangun sang kaum
peremuan guna terciptanya keadilan dimuka bumi. Secara generik gerakan sosial pada
defenisikan sang maxine Molyneux menjadi sebuah gerakan yg dilakukan buat meraih tujuan
beserta. (Wahyudi, 2005). Sukanti mengutip pendapatnya Ralph Turner & Lewis M.Killian
mendefenisikan gerakan sosial menjadi suatu kolektivitas yg berlangsung pada saat yg relatif
usang & yg memiliki tujuan mengadakan perubahan atau menantang terjadinya suatu perubahan
pada masyarakat (Sukanti Suryochondr, 1984) Defenisi yg sama juga disampaikan oleh Giddens
mendefinisikan gerakan sosial menjadi suatu upaya kolektif buat mengejar suatu kepentingan
beserta melalui tindakan kolektif (colective action) diluar lingkup forum-forum yg
mapan(Suharto, 2006). Gerakan sosial terdiri menurut beberapa pendekatan yg terbangun, yaitu :
Political Oportunity Structure (POS). Reosurs Mobization Theory (RMT) & Collectiva action
fram (Burhanudin Muhtadi, 2011). Selain 3 pendekatan ini, masih terdapatb pendekatan-
pendekatan yg lain pada sebuahy gerakan sosial, tetapi 3 pendekatan ini yg tak jarang pada pakai
pada penelitian- penelitian feminisme.

Political Oportunity Structure (POS) Pada Pendekatan Political Oportunity Structure (POS) atau
struktur kesempatan politik mengungkapkan bahwa gerakan sosial terjadi lantaran ditimbulkan
sang perubahan pada struktur politik yg dicermati menjadi kesempatan (Abdul Wahib
Situmorang, 2007). Perubahan pada struktur politik nir semata-mata hanya pada pahami dalam
struktur kelembagaan secara formal, tetapi struktur politik disini jua termasuk Political Policy yg
dibangun sang sebuah forum kenegaraan. Secara Spesifik Mc Adam & Tarrow mengungkapkan
beberapa wariabel yg mengenai prosedur Political Oportunity, yaitu pertama gerakan sosial ada
waktu taraf akses terhadap forum-forum politik mengalami keterbukaan. Kedua waktu
ekuilibrium politik sedangan tercerai berai sedangkan ekuilibrium politik baru belum terbentuk.
Ketiga, waktu para elit politik mengalami pertarungan akbar & pertarungan ini digunakan sang
pelaku perubahan menjadi kesempatan. Keempat, waktu para pelaku perubahan digandeng oleh
para elit yg berada pada sistim untuk melakukan perubahan Teori moblisasi asal daya
menyatakan bahwa keluarnya gerakan sosial ditimbulkan lantaran tersedianya faktor-faktor
pendukung misalnya, faktor koalisi & dukungan dana, adanya tekanan & upaya
pengorganisasian yg efektif dan seumber daya yg penmting berupa ideologi (Mansur Fakih,
2009). Selain itu, teori ini jua beropini bahwa gerakan sosial bisa terjadi apabila pelakunya
mempunyai akses ke asal daya yg memungkinkan perorganisasian gerakan. Faktor penyebab
gerakan sosial akan selalu terdapat pada masyarakat, entah dipicu ketidakpuasan juga harapan
memeperbaiaki syarat masyarakat.. Tetapi, asal daya yg diperlukan buat tindakan kolektif nir
selalu tersedia (Kharisma Nugoho, 2011). Dari pendapat tadi, bisa ditarik suatu pemikiran bahwa
teori mobilisasi asal daya lebih menitik beratkan terjadinya suatu gerakan sosial lebih dalam
tatanan teknis apabila masih ada faktor pendukung, baik secara internal juga eksternal. Sevara
internal bisa diidentifikasi faktor pendukungnya berupa Financial Support ( dukungan dana) &
ideologisasi pada para pelaku gerakan sosial. Dan secvara eksternal, adanya pemicu ketidak
puasan & fokus terhadap pelaku gerakan sosial. Dann secara eksternal adanya pemicu ketidak
puasan & fokus terhadap pelaku gerakan soaisl sang kekuasaan. Aksi kolektif adalah salah satu
jenis gerakan sosial. Aksi kolektif sangat berafiliasi erat menggunakan teori konduite kolektif.
Teori konduite kolektif mengungkapkan mengenai kemunculan aksi sosial. Aksi Sosial adalah
sebuah tanda-tanda aksi beserta yg ditujukan buat merubah kebiasaan & nilai pada jangka saat yg
panjang. Pada sistim sosial acapkali dijumpai ketegangan baik menurut luar sistim juga menurut
pada sistim. Ketegangan ini bisa berwujud pertarungan status menjadi output menurut
diferensiasi struktur sosial yg terdapat. Teori ini melihat ketegangans ebagai variabel antara yg
menghubungkan antara individu misalnya kiprah & struktur organisasi menggunakan
.Ketegangan tadi bisa melahirkann suatu tindakan atau aksi kolektif pada sebuah kelompok.
Keteganagn ini terlahir adanya kesenjangan antara apa yg diperlukan menggunakan apa yg
sesungguhnya terjadi. Gur menyatakan bahwa " perilakum kolektif sanggup ditimbulkan sang
rasa ketidaksenangan. Sedangkan rasa ketidaksenangan adalah produk menurut lketidak-sesuaian
anatar syarat objektif (Wahyudi, 2005). Setiap aksi kolektif senantiasa melibatkan organisasi
buat mendesain anggaran-anggaran main & melaksanakan aksi kolektif tyang disepakati,
menggalang proses patisipasi, & menegakan anggaran-atuiran yg sudah diterima, yg dipercaya
akan menaruh manfaat bagi kelompok. Aspek mobiliasi merupakan aspek yg berkaitan
menggunakan pelaku gerakan (manusia) & indera rpoduksi. Aspek Opportunity adalah peluang
politik yg akan melahirkan gerakan kolekttif itu sendiri

FEMINSIME SEBAGAI GERAKAN SOSIAL

Dibeberapa negara gerakan feminisme adalah reaksi dar ragam dilema yg terjadi misalnya
ketidakadilan terhadap kaum wanita ,juga adanya proses penindasan. Kaum wanita berjuang
demi kesetraan hak-hak & kesempatan yg sama juga kebebasan buat mengontrol & memilih
jalan kehidupan nya sendiri. Reaksi ini diwujudkan sang kaum wanita pada beberapa bentuk
gerakan sosial yaitu aksi juga pada bentuk tulisan -tulisan. Perjuangan wanita pada menuntut
persamaan hak terjawab telah & berakibat output yg memuaskan. Perempuan menerima akses yg
sama menggunakan laki-laki pada hal pendidikan, pekerjaan, politik dbeberapa aspek kehidupan
bermasyarakat. Tetapi bukan dan merta kaum wanita & laki-laki telah setara. Di beberapa
negara, tubuh wanita masih dipercaya objek , hal ini sanggup terlihat dalam iklan-iklan yg
mengekspos sebagian tubuh wanita yg dipercaya seksual, ditambah lagi menggunakan informasi
pemerkosaan, kekerasan seksual & kekerasan pada tempat tinggal tangga masih saja tak jarang
terdengar .

Konsep Feminsime bisa pada katakan menjadi bentuk perubahan sosial & bentuk perlawanan
sosial menggunakan istilah lain feminisme adalah sebuah gerakan yg memiliii tujuan buat
menerima kesetaraan ndan kedudukan hak yg sama menggunakan pria . Gerakan feminisme
bukan sekedar bentuk perlawanan terhadap laki laki melainkan bentuk perlawanan dalam tatanan
sosial yangm menduga bahwa lakilaki meiliki derajat yg lebih tinggi. Gerakan feminisme hadir
buat mendobrak sistim sosial yg dimana pria memilikim kekuasaan penuh atau mendominasi
terhadap wanita . Sistim penguasaan laki laki atas wanita yg biasa dianggap budaya Patriarki.
Intinya merupakan gerakan feminisme bertujuan buat menciptakan perubahan akan ketidakadilan
sistim soaial, bahwa pria & wanita sejatinya mempunyai hak yangsama maka menurut itu
sesungguhnya int8i usaha gerakann feminismi merupakan equality atau kesetaraan. .
PENUTUP

Feminisme adalah salah satu gerakan sosial yg terdiri menurut kaum wanita . Gerakan sosial ini
bertujuan buat menerima ekuilibrium & persamaan hak- hak anatar wanita & laki -laki. Dengan
adanya gerakan sosial feminsime sanggup merobah prinsp Patriarki yg mendominasikan derajat
pria lebih tinggi menurut wanita sebagai akibatnya dalam ahirnya kesewenangan terhadap wanita
sanggup berkurang.

Anda mungkin juga menyukai