Anda di halaman 1dari 8

Human Papilloma Virus ( HPV )

a. Pengertian
HumanPapilloma Virus (HPV) merupakan virus yang menyebabkan
keganasan kanker serviks. Virus ini bersifatonkogenik yang berpotensi
menyebabkan kanker serviks. Angka prevalensi di dunia mengenai
karsinoma servik adalah 99,7% (Sukaca, 2009).

b. Ciri-ciri Human Papilloma Virus


Adapun ciri-ciri Human Papilloma Virus adalah:
1) Berdiameter 55 ym
2) Birus ini mempunyai kapsul isohedral
3) Telanjang dengan 72 kapsomer
4) Mengandung DNA sirkuler dengan untaian ganda
5) Berat molekulnya 5 x 106 dalton.
Saat ini telah diindentifikasikan sekitar 100 tipe HPV. Masing-masing
tipe mempunyai sifat tertentu pada kerusakan epitel dan perubahan
morfologi yang ditimbulkan. Kurang lebih 23 tipe HPV dapat
menimbulkan infeksi pada alat kelamin wanita dan laki – laki yaitu HPV
tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 45, 52, dan 58 ( Sukaca,
2009).

c. Patogenesis Human Papillomavirus


Menurut Khan (2009), siklus hidup HPV terjadi hanya pada
keratinosit yang sedang berdiferensiasi. Pada infeksi yang tidak
menyebabkan keganasan (lesi jinak), DNA virus diatur secara terpisah
dengan DNA sel leher rahim (lokasinya ekstra kromosom pada nukleus)
sebagai episome. Pada infeksi yang menyebabkan keganasan, DNA virus
akan berintegrasi dengan genom sel leher rahim yang menyebabkan
terjadinya mutasi.
Integrasi HPV-DNA mengganggu atau menghilangkan bagian E2.
Fungsi E2 adalah sebagai down-regulation transkripsi E6 dan E7.
Gangguan fungsi E2 akan meningkatkan ekspresi E6 dan E7. Kedua
protein tersebut masing-masing mensupresi gen p53 dan gen Rb
(retinoblastoma) yang merupakan gen penghambat perkembangan tumor.
Apabila fungsi gen tersebut terganggu, maka neoplasma akan terbentuk
(Pradipta & Sungkar). Pada lesi jinak, protein E6 tidak mengakibatkan
efek pada stabilitas p53 sedangkan E7 mengikat Rb dengan afinitas yang
rendah. Selanjutnya produk protein E5 akan meningkatkan aktivitas
mitogen-activated protein kinase. Hal tersebut menyebabkan peningkatan
respon seluler terhadap faktor pertumbuhan dan diferensiasi.

d. Keterlibatan virus HPV pada kanker dipengaruhi beberapa faktor,


yaitu
1) Timbulnya keganasan yang diinduksi dengan virus papilloma
2) Terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondiloma
akuminata
3) Pada penelitian epidemiologi infeksi HPV ditemukan angka kejadian
kanker serviks yang meningkat.
4) DNA HPV sering ditemukan pada LIS (Lesi Intrapitel Serviks)
(Sukaca, 2009).

e. Klasifikasi HPV
Berdasarkan tingkat resiko HPV dibagi menjadi 3 yaitu:
1) HPV risiko rendah yaitu HPV tipe 6, 11, dan 46 jarang ditemukan
pada karsinoma invasive.
2) HPV risiko sedang yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58
3) HPV risiko tinggi yaitu HPV tipe 16, 18, 31 (Sukaca, 2009).
Sedangkan menurut Andrijono, klasifikasi HPV adalah:
1) HPV risiko tingkat rendah yaitu : HPV tipe 6, 11, 42, 43, dan 44
2) HPV risiko tingkat tinggi yaiitu : HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45,
51, 52, 56, dan 58.
HPV terdapat lebih dari 40 tipe yang mempengaruhi saluran genetalia.
Tipe yang resiko tinggi HPV 16,18, 31, 33, dan 35 dikaitkan dengan
displasian serviks yang dapat menyebabkan pekembangan kanker serviks,
anus, penis dan vulva dan tipe yang lain dapat menyebabkan kutil
genetelia (Farley dan Tharpe, 2012).

f. Cara Penularan Virus HPV ( Human Papilloma Virus )


Menurut Sukaca (2009) Cara penularan virus HPV dengan berbagai jalur
yaitu:
1) Melalui seksual
Wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi HPV, apalagi
yang sering berganti pasangan dan kehidupan seksual tidak bersih,
maka lebih dar 75% pernah terinveksi HPV.
2) Melalui jalur non seksual
Penularan jalur non seksual adalah dengan cara penularan langsung.
Misalnya yaitu dari ibu kebayinya pada saat persalinan. Tentu saja ini
pada ibu yang telah tertular virus HPV.
3) Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam, alat-alat
kedokteran yang tidak steril.

g. Perkembangan dari HPV menuju kanker serviks


Menurut Sukaca (2009) ada tiga pola utama pada pra kanker yaitu:
a. Tahap I yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau
Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions (LSILs). Dimulai
dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel-sel abnormal.
Tahapan ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV
onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.
b. Tahap II yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau
High Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSILs). Berlanjut
menjadi Intrapithelial Neoplasia. Dalam tahap ini sel-sel semakin
menunjukan abnormal pra kanker.
c. Tahap III yaitu Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III).
Dalam tahap ini lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel -
sel abnormal dan semakin menjadi abnormal. Infeksi parsisten
dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau
menunjukkan kehadiran lesi pra kanker seperti CNI I, II dan II dan
Carcinoma In Situ (CIS). Kanker serviks yang semakin invatif
yang berkembang dari CIN III, akhirnya menjadi kanker serviks
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian 
a. Anamnesa
1. Identitas
2. Riwayat keluarga
3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
4. Factor psikologis: cemas, stress dan takut
b. Pemeriksaan Fisik
1. Status penampilan kesehatan : lemah
2. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal
3. Aktivitas/ istirahat : penurunan kekuatan, keterbatasan rentang
gerak, gangguan masa otot, perubahan tonus.
4. Sirkulasi : Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
terdapat kutil
5. Integritas ego : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan, ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah
6. Neurosensori : Penurunan reflek tendon
7. Nyeri/ ketidaknyamanan : Tidak ada nyeri
8. Pernafasan : Merokok
9. Pemeriksaan lab
a. Biopsy : dilakukan untuk diagnosis dan menggambarkan
pengobatan
b. Hitung darah lengkap: penurunan leukosit
c. Pap smear : terdapat virus HPV 
2. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b.d trauma, kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial)
2. Gangguan citra tubuh, perubahan penampilan b.d proses penyakit,
kecacatan
3. Ansietas b.d krisis situasi (koping tidak adekuat, kecacatan/ ancaman
kematian)
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, keb. pengobatan b.d
salah interprestasi informasi.

3. Intervensi
1. Dx: Kerusakan integritas kulit b.d trauma, kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial)
Intervensi Rasional
a. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
c. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk kulit
d. Balikan/ ubah posisi dengan sering
e. Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun tanpa resep
dokter 1. Terlalu lembab merusak dan mempercepat kerusakan
kulit
f. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
g. Membantu mencegah friksi/ trauma kulit
h. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
i. Dapat meningkatkan iritasi

2. Dx: gangguan citra tubuh, perubahan penampilan peran b.d proses


penyakit, kecacatan
Intervensi Rasional
a. Berikan penguatan positif terhadap klien
b. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
c. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan
d. Kaji makna kehilangan pada pasien
e. Terima dan akui ekspresi frustasi
f. Catat factor budaya yang mempengaruhi perubahan peran
g. Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping
positif
3. Dx: ansietas b.d krisis situasi (koping tidak adekuat, kecacatan/
ancaman kematian)
Intervensi Rasional
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
b. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan
c. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/ situasi
d. Dorong pasien untuk mengkomunikasikan dengan seseorang
tentang masalah yang dialami 
e. Berikan penguatan penjelasan factor resiko
f. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap penyakit
4. Dx: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, keb. pengobatan
b.d salah interprestasi informasi
Intervensi Rasional
a. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, dan efek samping
pengobatan
b. Berikan informasinyang jelas dan akurat dalam cara yang nyata
c. Berikan penjelaskan proses penyakit individu
d. Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses
trauma dan pengaruh sesudahnya
e. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan
4. Evaluasi
a. Klien memahami tentang penyakitnya, dan tingkat kecemasan klien
akan berkurang. 
b. Klein merasa tenang karena masih ada pihak yang membantu untuk
menyembuhkan penyakitnya
c. Setelah di lakukan operasi kutil akan hilang, akan tetapi tidak 100%
penyakit itu akan sembuh total. Kemungkinan untuk timbul lagi kutil
tersebut masih ada.
d. Walaupun sudah di lakukan operasi, pengobatan akan di lakukan
secara rawat jalan, karena untuk melihat perkembangan dari penyakit
tersebut. 

Anda mungkin juga menyukai