Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA

e-ISSN 2477-3743 p-ISSN 2541-0024

Jenjang Karir Perawat dan Kepuasan Pasien terhadap Kualitas Pelayanan


Keperawatan
Richa Noprianty1*
1
Program Studi Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada,
Bandung, Indonesia
*Email korespondensi : richa.noprianty@gmail.com

ABSTRAK
ARTICLE INFO
Kesenjangan antara kualitas pelayanan perawat ideal dengan perawat aktual
HOW TO CITED:
merupakan masalah serius di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tuntutan
Noprianty, R. (2019). Jenjang pasien tinggi, atau disebabkan lemahnya kemampuan perawat, pengetahuan
Karir Perawat dan Kepuasan dan keterampilan perawat dalam melayani pasien. Oleh karena itu, rumah sakit
Pasien terhadap Kualitas
Pelayanan Keperawatan. sudah mengembangkan jenjang karir sesuai dengan keahliannya, serta
Jurrnal Pendidikan menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan
Keperawatan Indonesia 5(2),
p.146-156 potensi perawat. Penelitian ini bertujuan menghubungkan antara jenjang karir
perawat dengan kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan.
Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan desain analitik korelasi dengan
DOI:
pendekatan cross sectional. Instrumen menggunakan kuesioner Patient
10.17509/jpki.v5i2.17404 Satisfaction With Nursing Care Quality Questionnaire. Populasi menggunakan
ARTICLE HISTORY: proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 68 pasien.
Accepted Analisa data bivariate dengan menggunakan uji Kendall Tau-C. Hasil
October 07, 2019 penelitian menunjukkan bahwa jenjang karir terbanyak adalah PK I (36.8%),
Revised PK II (29.4), dan PK III (33.8), sedangkan untuk kepuasan pasien sebagian
November 29, 2019
besar baik (72.1%). Pemerataan jenjang karir perawat di ruang rawat inap
Published belum merata. Hal ini mengakibatkan ketidak sesuaian kewenangan klinik
December 31, 2019
yang dilaksanakan oleh PK I, PK II dan PK III. Disisi lain dari pasien justru
mengungkapkan bahwa mereka tidak mempermasalahkan perawat junior atau
senior yang penting perawat tersebut terampil, ramah dan memberikan
informasi yang tepat kepada pasien dan keluarga. Kesimpulan penelitian ini
adalah tidak ada hubungan antara jenjang karir dengan kepuasan pasien
terhadap kualitas pelayanan perawat dengan nilai p value 0.276. Disarankan
untuk pihak Manajemen Rumah Sakit, terutama Kepala Bidang Keperawatan
dan jajaran agar memperhatikan pemerataan perawat berdasarkan jenjang
karir. Hal ini tentu harus dipertimbangkan dari beberapa sisi, antara lain adalah
karakteristik ruangan, tingkat ketergantungan pasien di ruangan, dan jumlah
perawat yang ada.

Kata kunci: jenjang kar ir , kepuasan pasien, kualitas keper awatan,


perawat klinik

146
Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

ABSTRACT
The service quality gap between ideal nurses and actual nurses is a serious problem in hospitals. It is
influenced due to the high demands of patients or due to the weakness of nurses' abilities, knowledge and skills
of nurses in serving patients. Therefore, hospitals have developed career paths according to their expertise, and
provide better opportunities according to the abilities and potential of nurses. This study aims to correlation the
career paths of nurses with patient satisfaction with nursing care quality. This research is quantitative research
with analytical correlation design and a cross-sectional approach. The research instrument uses the Patient
Satisfaction With Nursing Care Quality Questionnaire. The population used a proportionate stratified random
sampling with a sample size of 68 patients — bivariate data analysis using the Kendall Tau-C test. The results of
the study showed that the distribution of nurses' career paths in the inpatient room was not evenly distributed. It
results in the incompatibility of clinical authorities carried out by PK I, PK II and PK III.
On the other hand, the patient revealed that they did not question the important junior or senior nurses as long
as the nurses were skilled, friendly and provided appropriate information to patients and families. This study
concludes that there is no relationship between career paths and patient satisfaction with nurse service quality
with a p-value of 0.276. It is recommended for Hospital Management, especially the Head of Nursing and ranks
to pay attention the equal distribution of nurses based on career paths. It certainly must be considered from
several sides, including the characteristics of the room, the level of dependence of patients in the room, and the
number of nurses available.

Keywords: career path, clinic nurse, nursing care quality, patient satisfaction

PENDAHULUAN
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan.
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan Kualitas pelayanan keperawatan di Indonesia
di rumah sakit memegang peranan penting da- masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari ban-
lam upaya mencapai tujuan pembangunan yaknya keluhan dari masyarakat yang disam-
kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan paikan melalui media sosial. Pelayanan yang
bergantung pada partisipasi perawat dalam diberikan perawat di Indonesia masih menerap-
memberikan perawatan yang berkualitas bagi kan pelayanan kepada orang sakit dan lebih
pasien (Potter & Perry AG, 2010). Keberhasilan memprioritaskan teknik pelayanan dibandingkan
pemberian asuhan keperawatan oleh perawat perasaan pasien. Hal ini sering menimbulkan
yang menempati 1/3 dari keseluruhan tenaga ketidaknyamanan pada pasien (Nurhidayah,
kesehatan di Indonesia baik di RS maupun di 2005).
Pelayanan Primer ini perlu didukung oleh Hal ini didukung dari hasil penelitian bahwa
mekanisme upaya peningkatan profesionalisme tenaga perawat yang memiliki kompetensi level
perawat (Kementrian Kesehatan RI, 2017). lebih tinggi, terbukti lebih kecil kemungkinan
Profesionalisme perawat dituntut agar ter- melakukan insiden keselamatan pasien.
jadi perubahan dalam berbagai aspek di pela- Perawat level 3 sebanyak 25% melakukan in-
yanan kesehatan. Hal ini membawa konsekuensi siden keselamatan pasien, perawat level 2 sebe-
terhadap keperawatan, khususnya tuntutan sar 42.1% melakukan insiden keselamatan
masyarakat terhadap peran perawat yang lebih pasien dan perawat level 1 sebanyak 53.8%
profesional. Masyarakat terus-menerus berkem- melakukan insiden keselamatan pasien
bang atau mengalami perubahan, demikian pula (Sumihar, 2015).
dengan profesi keperawatan. Dengan terjadinya Pemerintah di Indonesia sudah berupaya
perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor untuk meningkatkan kualitas perawat di Indone-
yang mempengaruhi keperawatan, maka akan sia. Upaya yang dilakukan adalah: 1) meningkat-
terjadi perubahan atau pergeseran dalam kan mutu perguruan tinggi, dengan memberikan
keperawatan, baik perubahan dalam pelayanan/ bantuan tenaga pendidik hingga anggaran untuk
asuhan keperawatan (Nursalam, 2017). Hal ter- mempersiapkan calon tenaga perawat profe-
sebut diperkuat dalam penelitian Hubber dalam sional, dan 2) untuk tenaga perawat, memfasili-
Pertiwiwati & Rizany (2016), mengatakan bah- tasi pendidikan berkelanjutan serta mewajibkan
wa sebanyak 90% pelayanan yang dilakukan di kepada semua fasilitas kesehatan untuk mem-

JPKI 2019 volume 5 no. 2 147


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

memberikan izin perawat mengembangkan ke- dari terpenuhinya kompetensi yang tercapai. 4)
mampuannya dalam rangka meningkatkan kuali- pekerjaan yang menantang, mencakup dukungan
tas keterampilan. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan
pemerintah tersebut diharapkan agar pasien me- sertifikasi serta keterampilan spesialis dan
rasa puas terhadap caring keperawatan. Selain pemindahan pekerjaan. 5)promosi, berkaitan erat
itu, dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat dengan peningkatan status, perubahan titel,
(Firmansyah, Noprianty, & Karana, 2019 ; kewenangan yang lebih banyak dan tanggung
Yulianti & Madiawati, 2015). Salah satunya jawab yang besar.
terkait dengan peningkatan karir. Selain dampak positif yang ditimbulkan, ada
Jenjang karir perawat di Indonesia telah pula dampak negatif apabila sistem jenjang karir
disusun oleh PPNI bersama Departemen professional perawat ini tidak terlaksana dengan
Kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir baik. Hayes, Bonner, & Pryor, (2010) dampak
perawat tahun 2006, dan telah berkembang hing- yang ditimbulkan apabila tidak dilaksanakannya
ga tahun 2017. Dimana peraturan terbaru terkait jenjang karir perawat di rumah sakit akan mem-
dengan jenjang karir perawat sudah diatur dalam berikan dampak pada tingkat kepuasan perawat
Permenkes RI Nomor 40 Tahun 2017 tentang di rumah sakit dan akan mempengaruhi motivasi
pengembangan jenjang karir professional kerja perawat.
perawat klinis. Pengembangan karir tersebut Beberapa rumah sakit pemerintah dan
digunakan untuk penempatan perawat pada jen- swasta sudah mengembangkan jenjang karir
jang yang sesuai dengan keahliannya, serta me- sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,
nyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai peraturan terkait dengan jenjang karir profesion-
dengan kemampuan dan potensi perawat. al perawat. Fenomena yang sering terjadi di be-
Pengembangan karir profesional perawat berapa rumah sakit, terutama berkaitan dengan
mencakup empat peran utama perawat yaitu, pelayanan perawat adalah adanya kesenjangan
Perawat Klinis (PK), Perawat Manajer (PM), antara kualitas pelayanan perawat ideal dengan
Perawat Pendidik (PP), dan Perawat Peneliti/ perawat aktual. Hal ini disebabkan karena tuntu-
Riset (PR). Masing-masing pengembangan karir tan pasien tinggi, masih kurangnya kemampuan
perawat di Rumah Sakit maupun Pelayanan Pri- perawat, baik secara pengetahuan dan ketrampi-
mer memiliki 5 (lima) level yaitu, level I sampai lan perawat dalam melayani pasien. Mengingat
dengan level V, dimana dari masing masing lev- tugas perawat sangat penting, yaitu sebagai pem-
el pengembangan karir tersebut, memiliki tugas beri asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor
dan kewenangan yang berbeda beda yang bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan,
memungkinkan peralihan jalur karir ke Perawat peneliti, pelaksana tugas berdasarkan pelim-
Manajer, Perawat Pendidik, atau Perawat Riset pahan wewenang dan pelaksana tugas dalam
(Kementrian Kesehatan RI, 2017). keadaan keterbatasan tertentu (Republik Indone-
Dampak dari penerapan sistem jenjang karir sia, 2014).
perawat ada bermacam-macam. Menurut
penelitian Suroso (2011) ada 5 dampak positif METODE
berdasarkan riset yang ditimbulkan apabila sis- Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan
tem jenjang karir perawat dapat terlaksana desain analitik korelasi dengan pendekatan cross
dengan baik. 1) pengembangan karir, karena sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
dapat memperbaiki moral perawat melalui pasien di ruang rawat inap Mawar dan Melati
kepuasan kerja akibat pekerjaan yang dilakukan. yang diberikan asuhan keperawatan oleh PK I,
2) Pengakuan, yaitu dengan cara memberi kes- PK II dan PK III berjumlah 208 pasien. Pengam-
empatan kepada karyawan untuk berpartisipasi bilan sampel dengan menggunakan proportion-
dalam proses pengambilan keputusan. 3) ate stratified random sampling dengan jumlah
penghargaan, dalam bentuk kenaikan jenjang sampel 68 pasien. Instrument penelitian
dan peningkatan penghasilan sebagai dampak menggunakan kuesioner Patient Satisfaction

148 JPKI 2019 volume 5 no. 2


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

With Nursing Care Quality Questionnaire dari yang menjaga di ruangan sebagian besar dari
Laschinger, Hall, Pedersen, & Almost (2004). responden (67.6%) adalah dengan orang lain.
Kuesioner terdiri dari 19 pernyataan dan 3 pern- Berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel
yataan tentang kesimpulan persepsi secara kese- 3 dapat diidentifikasi bahwa masih banyak
luruhan. Sedangkan untuk jenjang karir perawat, perawat yang berada pada jenjang karir PK 1
menggunakan data sekunder dari ruangan untuk dibandingkan PK II dan PK III. Sementara dari
kategori PK I, PK II, dan PK III. Tabel 4 dapat diidentifikasi bahwa kepuasan
Pengumpulan data dilakukan setelah peneli- pasien terhadap kualitas pelayanan perawat se-
ti mendapatkan jadwal dinas perawat beserta bagian besar responden (72.1%) adalah baik.
jenjang karir perawat di ruangan. Hasil wa- Meskipun sebagian kecil dari responden (2.9%)
wancara dengan kepala ruang mengatakan bah- masih ada yang mengatakan kurang baik.
wa metode asuhan keperawatan yang diterapkan Pada Tabel 5, didapatkan hasil pada jenjang
di ruangan adalah metode tim, yang terdiri dari 2 karir PK I dan III ada 1.5% responden yang
tim. Sedangkan jenjang karir perawat di ruangan mengatakan kurang baik untuk kualitas pela-
terdiri dari PK I, PK II, dan PK III. yanan. Untuk PK I, hampir sebagian besar re-
Kepala ruang mendelegasikan kepada Ket- sponden (29.4%) mengatakan kualitas pelayanan
ua Tim untuk membagi pasien kelolaan kepada perawat baik, sedangkan untuk PK III, sebagian
perawat pelaksana berdasarkan tingkat ketergan- kecil responden (10.3%) mengatakan kualitas
tungan pasien dan disesuaikan dengan jenjang pelayanan perawat sangat baik. Analisis
karir perawat. Hal ini berlaku untuk setiap shift menggunakan statistic non parametric dengan
kerja perawat. Kendal-tau-b didapatkan bahwa p value 0.276 >
Pada saat perawat telah melakukan asuhan 0.05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara
keperawatan kepada masing-masing pasien, jenjang karir dengan kepuasan pasien terhadap
peneliti memberikan kuesioner kepuasan pasien pelayanan perawat.
terhadap perawat yang telah memberikan asuhan
keperawatan. Sehingga hal tersebut dapat men- PEMBAHASAN
gurangi bias dalam penelitian. Jenjang Karir perawat
Uji normalitas data dengan Kolmogorov Jenjang karir perawat masih banyak yang
Smirnov. dengan nilai p-value 0.000 yang berar- berada pada PK I. Hal ini dikarenakan masa ker-
ti data tidak terdistribusi normal. Analisa data ja perawat masih berada di 1- 5 tahun dan untuk
univariat menggunakan distribusi frekuensi. Un- tingkat pendidikan berada pada Diploma 3
tuk analisis bivariate menggunakan non para- Keperawatan. Hasil ini sesuai dengan Permen-
metric dengan uji korelasi kendall’s tau-b. Jika kes, RI No 40 Tahun 2017 bahwa pengem-
nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, artinya tidak ada bangan jenjang karir perawat dilihat dari tingkat
hubungan antar variabel. pendidikan dan masa kerja. Pengembangan karir
perawat yang diterapkan saat ini masih berfokus
HASIL pada pengembangan karir secara struktural dan
Gambaran karakteristik responden disajikan penerapan jenjang karir di RS ini masih berada
dalam Tabel 2. Karakteristik responden dalam pada level PK III, sedangkan PK tertinggi adalah
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian be- PK V.
sar (61,8%) berjenis kelamin perempuan, hampir Penerapan sistem jenjang karir di rumah
seluruh responden (98.53%) berusia produktif sakit ini dimulai tahun 2013. Sampai dengan
atau berada pada usia 15-64 tahun. Status tahun 2017 ini, jenjang karir perawat tertinggi
perkawinan hampir seluruh responden (79.4%) ada pada level PK III. Sebelum adanya pedoman
menikah. Hampir setengah dari responden jenjang karir yang dibuat oleh peraturan menteri
(45.6%) dirawat 2 kali dan menilai tingkat kesehatan RI No. 40 tahun 2017, rumah sakit ini
kesehatannya kurang baik (33.8%). Setengahnya dalam penerapan sistem jenjang karir mengacu
(50%) dari pasien masuk ke RS melalui IGD dan kepada Permenkes RI No. 57 tahun 2012 tentang

JPKI 2019 volume 5 no. 2 149


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

pola karir pegawai negeri sipil, dan keputusan Pengembangan jenjang karir profesional
bersama Mentri Kesehatan dan Kepala Badan perawat mencakup empat peran utama perawat
Kepegawaian Negara Nomor 733/Menkes/SKB/ profesional, yaitu perawat klinik (PK), perawat
VI/2002, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan manajer (PM), perawat pendidik (PP) dan
fungsional perawat. Dalam evaluasi pelaksanaan perawat peneliti/riset (PR). Pembahasan dalam
jenjang karir, rumah sakit ini menerapkan eval- penelitian ini difokuskan hanya untuk jenjang
uasi selama 3 tahun sekali, di mana dimuat da- karir profesional perawat klinik saja, ini dikare-
lam Nota Dinas UM.01.05/4637/2017. nakan perawat klinik merupakan perawat yang

Tabel 1. Jumlah Sampel Pengamatan Tabel 2. Karakteritik Responden (n=68)

Ruangan Jumlah Perhitungan Jumlah No Karakteristik N %


Pasien sampel Sampel 1 Jenis kelamin : 6
Mawar 110 org (110/208)x68 36 sampel Laki-laki 26 38.2
Perempuan 42 61.8
Melati 98 org (68/208)x68 32 sampel
2 Usia (Depkes, 2016)
Total sampel 68 sampel 15-64 (Usia Produktif) 67 98.53
≥65 (Usia Non produktif) 1 1.47
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenjang Karir
3 Status Perkawinan
Perawat
Belum menikah 9 13.2
Menikah 54 79.4
Karakteristik F % Cerai 1 1.5
Janda/duda 4 5.9
PK I 25 36.8
4 Berapa kali dirawat
PK II 20 29.4 1 kali 19 27.9
PK III 23 33.8 2 kali 31 45.6
3 kali 8 11.8
Total 68 100 4 kali 8 11.8
Lebih dari 4 kali 2 2.9

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kepuasan pasien terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan


No Karakteristik N %
1 Kurang baik (30 – 49%) 2 2.9
2 Baik (50 – 74%) 49 72.1
3 Sangat baik (> 75%) 17 25.0

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kepuasan pasien terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan berdasarkan
Jenjang Karir Perawat di Ruangan

Kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan perawat


Kurang Baik Baik Sangat baik Total Value
Jenjang karir
(30 – 49%) (50 – 74%) (>75%)
N % N % N % N %
Perawat Klinik I 1 1.5 20 29.4 4 5.9 25 36.8
Perawat Klinik II 0 0 14 20.6 6 8.8 20 29.4
Perawat Klinik III 1 1.5 15 22.1 7 10.3 23 33.8 0.276

Total 2 2.9 4 72.1 17 25.0 68 100

150 JPKI 2019 volume 5 no. 2


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

paling banyak di RS dan berperan dalam mem- penerapan jenjang karir juga dirasakan oleh ru-
berikan asuhan keperawatan kepada pasien. mah sakit. Hal ini terbukti dari penelitian yang
Rumah sakit ini sudah menentukan mendapatkan data bahwa semakin banyak
kewenangan klinis sesuai dengan Pedoman jumlah registered nurse, memiliki angka ke-
Permenkes RI No. 40 Tahun 2017 tentang matian yang lebih rendah. Selain itu, banyaknya
pengembangan jenjang karir professional registered nurse menyebabkan lebih dari 90 %
perawat klinis walaupun belum sepenuhnya cost saving karena menurunkan hari rawat
menerapkan. Jumlah yang tidak seimbang antar pasien di ruangan (Dunton, Gajewski, Klaus, &
level akan mempengaruhi pelayanan keperawa- Pierson, 2008).
tan. Menurut Pedoman, makin tinggi level Hasil distribusi frekuensi yang memiliki
perawat, maka kewenangan klinik akan makin tingkat ketidaksesuaian yang paling tinggi yaitu
bertambah. Akan tetapi pada saat berdinas keti- PK II. Hal tersebut dikarenakan pada saat dil-
ka perawat dihadapkan kepada kondisi pasien akukan observasi masih adanya perawat yang
yang komplek sedangkan di ruangan tidak ada mengerjakan diluar kewenangan klinis, karena
perawat dengan level tinggi, maka perawat level keterbatasan jumlah perawat diruangan sehingga
1 juga yang memberikan perawatan kepada berdampak kepada tindakan yang tidak sesuai,
pasien. Hal ini tentunya bertentangan dengan dimana angka ketidaksesuainya mencapai 50%.
kewenangan klinik yang sudah ditetapkan. Tetapi untuk hasil keseluruhan menunjukan
Peningkatan ke jenjang karir profesional lebih banyak yang sesuai dengan kewenangan
yang lebih tinggi, perawat klinis harus melalui klinis yang sudah di tetapkan pihak rumah sakit,
pengembangan profesional berkelanjutan dan mulai dari kewenangan klinis I, kewenangan
pengakuan terhadap kemampuan yang didasar- klinis II dan kewenangan klinis III.
kan kepada pengalaman kerja dan kinerja prak- Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
tik keperawatan, serta memenuhi persyaratan penelitian Saragih & Lala (2013), dimana ting-
tingkat pendidikan, pengalaman kerja klinis kat kesesuain jenjang karir perawat di rumah
keperawatan sesuai area kekhususan serta per- sakit Santo Borromeus yang berjumlah 228 re-
syaratan kompetensi yang telah ditentukan. Pen- sponden, menunjukan bahwa 101 orang (44.3%)
ingkatan jenjang karir profesional melalui sesuai, dan 127 orang atau (55.7%) tidak sesuai.
pengembangan profesional berkelanjutan yang Perbedaan hasil penelitian tersebut dikarenakan
berdasarkan pendidikan dapat dilakukan melalui jenis rumah sakit yang berbeda karena jenis ru-
dua (2) cara yaitu pendidikan formal dan pen- mah sakit ini merupakan kategori rumah sakit
didikan berkelanjutan berbasis kompetensi khusus, sehingga dalam pemberian tindakan
(sertifikasi) (Permenkes No. 40, 2017). lebih cenderung sedikit dari pada rumah sakit
Rumah sakit dengan penerapan sistem jen- umum.
jang karir yang sudah sesuai, akan memiliki Rumah sakit dengan penerapan sistem jen-
dampak yang baik untuk perawat maupun rumah jang karir yang sudah sesuai, akan memiliki
sakit itu sendiri. Menurut Kornela K, Febi., dampak yang baik untuk perawat maupun rumah
Hariyanto, Tatong., & Pusparahaju (2013) sakit itu sendiri. Menurut Sulistyawati et al.,
manfaat penerapan sistem jenjang karir adalah (2016) manfaat penerapan sistem jenjang karir
mengembangkan prestasi pegawai, mencegah adalah mengembangkan prestasi pegawai,
pegawai minta berhenti karena pindah kerja, mencegah pegawai minta berhenti karena pindah
meningkatkan loyalitas pegawai, memotivasi kerja, meningkatkan loyalitas pegawai, memoti-
pegawai agar dapat mengembangkan bakat dan vasi pegawai agar dapat mengembangkan bakat
kemampuannya, mengurangi subjektivitas da- dan kemampuannya, mengurangi subjektivitas
lam promosi, memberi kepastian hari depan, dalam promosi, memberi kepastian hari depan,
mendukung organisasi memperoleh tenaga yang mendukung organisasi memperoleh tenaga yang
cakap dan terampil melaksanakan tugas. cakap dan terampil melaksanakan tugas.
Hasil penelitian mengatakan bahwa manfaat

JPKI 2019 volume 5 no. 2 151


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

Kepuasan Pasien terhadap Kualitas Pela- purna pula kualitasnya. Sebagaimana yang
yanan Keperawatan dikemukakan oleh Govranos & Newton (2014),
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan menunjuk
bahwa sebagian besar responden (72.1%) kuali- pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
tas pelayanan yang diberikan adalah baik. Hal dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap
ini terlihat dari jawaban pasien terhadap item pasien. Makin sempurna kualitas pelayanan
pernyataan yang diberikan oleh peneliti tentang kesehatan yang diberikan makin tinggi pula
kesimpulan mengenai kualitas pelayanan dan kepuasan yang dirasakan oleh pasien.
jasa yang anda terima saat anda dirawat di ru- Kualitas pelayanan kesehatan sangat penting
mah sakit menyatakan baik (51.5%), sangat baik dilaksanakan dengan baik, karena dengan kuali-
(23.5%), dan luar biasa (16.2%). Untuk kes- tas pelayanan yang baik tentunya pasien akan
impulan mengenai kualitas pelayanan perawat merasa sangat puas. Hughes (2013) mengatakan
yang diterima saat dirawat dirumah sakit menya- bahwa kualitas pelayanan kesehatan akan men-
takan baik (50.0%), sangat baik (25.0%) dan dorong terwujudnya tingkat kepuasan pasien dan
luar biasa (14.7%). Dan pada item pertanyaan pelayanan yang berkualitas akan menciptakan
tentang akan merekomendasikan rumah sakit ini kepuasan pasien. Jadi dapat dikatakan bahwa
kepada teman dan keluarga saya, hampir seluruh kualitas pelayanan kesehatan adalah faktor
responden setuju (80.9%). penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan
Hasil dari item pernyataan yang diberikan rumah sakit.
mulai dari kejelasan instruksi yang diberikan Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian
perawat terhadap hasil laboratorium, penjelasan tentang pengembangan jenjang karir. Penelitian
terhadap tindakan operasi, perawat menjawab oleh Pool, Poell, & Berings (2016) menyatakan
pertanyaan pasien, menginformasikan kondisi bahwa terdapat motivasi utama perawat dalam
pasien kepada keluarga, perhatian dan kepedu- jenjang karir adalah untuk meningkatkan kom-
lian perawat, kemampuan perawat dalam mem- petensi agar terlibat dalam pembelajaran mandiri
buat pasien nyaman dan tenang adalah sebagian maupun pembelajaran formal selama bekerja
besar responden menjawab baik dan sangat baik. sehingga timbul keinginan perawat untuk
Hal ini tentu menjadi dasar utama dalam mem- mengupdate pengetahuan dengan cara mengikuti
berikan asuhan pelayanan yang tepat dan sesuai seminar, pelatihan bahkan mendaftar di pas-
dengan yang diharapkan pasien. casarjana.
Pada saat peneliti bertanya kepada pasien, Semakin banyak perawat yang memiliki
mereka mengatakan bahwa mereka kompetensi dengan level tinggi, akan
menginginkan perawat yang cepat tanggap dan mempengaruhi kepada kualitas pelayanan. Hal
ramah. Mereka tidak terlalu memperdulikan ini dilaporkan dari penelitian Cho et al (2016)
pendidikan ataupun jenjang karir perawat junior dimana banyak registered nurse secara signif-
atau senior yang penting perlakukan perawat ikan peningkatakan keselamatan pasien sebesar
pada saat melakukan asuhan keperawatan. 88% (OR = 1,88, 95% CI = 1,40-2,52). Hasil
Bahkan banyak responden yang mengatakan penelitian lain juga menjelaskan bahwa imple-
lebih suka dirawat oleh perawat baru dan masih mentasi jenjang karir yang paling berpengaruh
muda atau bahkan mahasiswa yang praktek ka- kepada manajemen nyeri oleh perawat klinik
rena perawat tersebut dinilai lebih banyak adalah pengembangan professional berkelanju-
melakukan komunikasi kepada pasien dan mem- tan (p=0.027) (Tri Mulia Herawati, Rr. Tutik Sri
berikan penjelasan serta informasi terkait penya- Hariyati, 2017). Hal ini dapat disimpulkan bah-
kit yang diderita. wa peningkatan jenjang karir ke level tertinggi
Kualitas pelayanan kesehatan menunjukkan selain meningkatkan kualitas pelayanan, juga
kepada penampilan (performance) dari pela- dapat meningkatkan pengetahuan, penilaian diri
yanan kesehatan, dimana makin sempurna dan kepuasan kerja perawat (Wilkinson & Hay-
penampilan pelayanan kesehatan, makin sem- ward, 2017).

152 JPKI 2019 volume 5 no. 2


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

Kualitas pelayanan kesehatan lebih terkait kewenangan klinis yang harus dikuasai.
proses keperawatan. Hal ini dapat terlihat pada Perawat yang memiliki tingkat ketidaks-
caring perawat dalam memenuhi kebutuhan esuaian yang paling tinggi yaitu PK II. Hal terse-
pasien, system nilai humanistic altruistic, keya- but dikarenakan pada saat dilakukan observasi
kinan dan harapan klien, kepekaan terhadap diri masih adanya perawat yang mengerjakan diluar
sendiri dan orang lain, hubungan membantu rasa kewenangan klinis, karena keterbatasan jumlah
percaya, penerimaan ungkapan positif dan nega- perawat diruangan sehingga berdampak kepada
tive, pemecahan masalah, proses pengajaran in- tindakan yang tidak sesuai, dimana angka
terpersonal, lingkungan psikologis serta ketidaksesuainya mencapai 50%. Terlepas dari
kekuatan eksistensial fenomenologis klien dapat ketidaksesuaian yang banyak dari PK II, tetapi
mempangaruhi kepuasan pasien (Firmansyah et hasil keseluruhan menunjukan lebih banyak
al., 2019). Selain proses keperawatan, pada saat yang sesuai dengan kewenangan klinis yang
discharge planning pasien apabila dilaksanakan sudah di tetapkan pihak rumah sakit, mulai dari
dengan baik, maka akan meningkatkan kepuasan kewenangan klinis I, kewenangan klinis II dan
pada pasien (Noviyanti & Noprianty, 2019). kewenangan klinis III (Kusumah, Noprianty, R
& Laelasari, 2019).
Hubungan antara Jenjang Karir dengan Data ini didukung oleh hasil wawancara
Kepuasan Pasien terhadap Kualitas Pela- dengan bagian komisi etik keperawatan dan
yanan Keperawatan berdasarkan Nota Dinas UM.01.05/4637/2017,
Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan rumah sakit ini pada bulan februari 2018 terjadi
bahwa tidak ada hubungan antara jenjang karir mutasi/perpindahan perawat diseluruh ruangan,
dengan kepuasan pasien terhadap kualitas pela- mutasi dilaksanakan setiap 1 periode masa
yanan perawat dengan nilai p value 0.276. Hal jabatan, yaitu 3 tahun. Dampak dari mutasi yang
ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya telah dilakukan berdampak kepada penempatan
adalah belum adanya pemerataan jenjang karir perawat klinis disetiap ruangan, dimana ada
di rawat inap. Masih terdapat di beberapa ru- beberapa ruangan yang menitik beratkan kepada
angan yang tidak ada PK III, sedangkan di ru- PK tertentu, sehingga dalam pelaksanaan asuhan
angan tersebut ada pasien yang memerlukan pe- keperawatan terjadi ketimpangan. Pada tahun
nanganan lanjut dan itu merupakan kewenangan 2017, Peraturan Menteri kesehatan Republik
PK III sehingga dikerjakan oleh PK I dan PK 2 Indonesia membuat aturan terkait dengan jen-
yang ada di ruangan. Hal lainnya terlihat di ru- jang karir professional perawat. Ini menjadi acu-
ang IGD dan ICU adalah minimal perawat an baru oleh pihak rumah sakit dalam menerap-
dengan jenjang karir perawat PK II. Tetapi pada kan jenjang karir perawat.
pelaksanaannya masih ada perawat PK I yang Rumah Sakit sendiri sudah menetapkan
ditempatkan di ruangan tersebut. kewenangan klinik sesuai dengan tingkatan jen-
Faktor lainnya adalah ketidaksesuaian jang karir perawat. Makin tinggi jenjang karir,
pelaksanaan kompetensi perawat di ruangan. kewenangan klinik yang diberikan semakin ban-
Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yak dan dapat menangani pasien dengan tingkat
oleh Kusumah, Noprianty, R & Laelasari (2019) ketergantungan total. Tetapi pada kenyataannya,
bahwa untuk PK I sebanyak 43.7% tidak sesuai karena pendistribusian PK belum merata akhirn-
dalam melaksanakan kewenangan klinik, PK II ya kewenangan klinik yang seharusnya boleh
sebanyak 50.0% tidak sesuai dan PK III dilakukan oleh PK tertentu akhirnya diambil alih
sebanyak 33.3%. Untuk hasil keseluruhan adalah oleh perawat lain sehingga terjadi tumpang tin-
41.9% perawat tidak sesuai melaksanakan kom- dih kewenangan klinik.
petensi perawat dengan jenjang karirnya. Hal ini Hal ini didukung dari hasil wawancara
disebabkan karena prinsip penerapan dengan perawat di ruangan. Beberapa perawat
kewenangan klinis menunjukkan semakin tinggi menjelaskan bahwa jenjang karir perawat belum
jenjang karir, maka semakin banyak sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya.

JPKI 2019 volume 5 no. 2 153


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

Perawat mengatakan pernah pada saat berdinas, Hal tersebut sejalan dengan teori From
terdapat pasien dengan tingkat ketergantungan Novice To Expert dari Benner (1984), pada level
pasien partial dan POD-1 pemasangan WSD 2 (advance beginner) dalam model dreyfus ada-
mengeluarkan cairan nanah dan harus dilakukan lah ketika seseorang menunjukkan penampilan
perawatan luka GV. Tetapi pada saat dinas han- mengatasi masalah yang dapat diterima pada
ya PK I sedangkan untuk melakukan tindakan situasi nyata. A dvance beginner mempunyai
tersebut minimal harus PK II. Pada akhirnya pengalaman yang cukup untuk memegang suatu
ditangani oleh perawat PK I di ruangan. situasi.
Penelitian ini didukung dengan penelitian Secara teori yang dikemukakan oleh Rusell
yang dilakukan oleh Patrisia (2017), menun- C. Swansburg (2001), terdapat lima tingkatan
jukan hasil sebaran ketidakpuasan pada level PK perawat klinis, salah satunya yaitu perawat klinis
1 paling besar dibandingkan dengan PK lainnya III, yang disebutkan didalamnya yaitu kompeten.
yaitu 22.9 %. Hasilnya didapatkan masih adanya Artinya Tahap competent dari Model Dreyfus
ketimpangan dalam pelaksanaan pemberian pe- ditandai dengan kemampuan mempertim-
layanan keperawatan, salah satunya PK 1 bangkan dan membuat perencanaan yang diper-
mengerjakan kewenangan PK 2 atau 3 tanpa lukan untuk suatu situasi dan sudah dapat
pendampingan. Sebagian kecil mengakui bahwa dilepaskan. Tahap competent ditandai dengan
beban kerja yang PK 1 lakukan tidak sebanding konsisten dan kemampuan memprediksi serta
dengan gaji yang diterima oleh PK 2 atau 3, pa- manajemen waktu. Perawat competent dapat
dahal mereka melakukan kewenangan yang menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada re-
seharusnya dilakukan oleh PK 2 atau 3. spon pasien, lebih realistik dan dapat menampil-
Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian kan kemampuan kritis pada dirinya.
kewenangan klinis yang diberikan dengan Pada saat peneliti melakukan wawancara
pelaksanaan kepada pasien. PK I yang diberi kepada pasien, mereka tidak terlalu memperma-
kewenangan klinis kebutuhan dasar melakukan salahkan perawat yang menanganinya apakah
tindakan invasif yang diberikan kepada minimal perawat senior atau junior. Yang penting bagi
PK II. Begitupun sebaliknya, PK III yang seha- mereka perawat tersebut harus terampil dan sela-
rusnya memberikan asuhan keperawatan kepada lu menginformasikan kepada pasien / keluarga
pasien yang kompleks, pelaksanaannya tentang tindakan yang dilakukan, terutama keti-
melakukan kebutuhan dasar pasien. Hal ini yang ka pasien akan pulang. Pasien dan keluarga
menjadikan salah satu alasan perawat tidak mau mengharapkan agar perawat dapat memberikan
meningkatkan level kompetensi. Hal ini di- penjelasan pada pasien dan keluarga yang me-
perkuat dari penelitian Suroso (2011) bahwa rawat berkaitan dengan perawatan selama
tidak ada hubungan antara level jenjang karir dirawat dirumah sakit, serta hal-hal yang harus
dengan kinerja perawat ruangan. dilakukan dirumah, dan jadwal kontrol ketika
Menurut Permenkes RI, Nomor 40 tahun pasien sudah pulang ke rumah.
2017, Perawat klinis I adalah jenjang perawat Hal ini diperkuat dari penelitian Azwir, Du-
klinis dengan kemampuan melakukan asuhan milah Ayuningtyas (2010) bahwa kualitas pela-
keperawatan dasar dengan penekanan pada ket- yanan kesehatan lebih terkait pada dimensi
erampilan teknis keperawatan dibawah bimb- ketanggapan petugas dalam memenuhi kebu-
ingan. Dengan kata lain perawat klinis I hanya tuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas
diperbolehkan mengerjakan keperawatan dasar. dengan pasien, keprihatinan serta keramah -
Sedangkan perawat klinis II adalah jenjang tamahan petugas dalam melayani pasien, dan
perawat klinis dengan kemampuan melakukan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita
asuhan keperawatan holistik pada klien secara oleh pasien. Kualitas pelayanan kesehatan juga
mandiri dan mengelola klien/sekelompok klien lebih terkait pada dimensi kesesuain pelayanan
secara tim serta memperoleh bimbingan untuk yang diselenggarakan dengan perkembangan
penanganan masalah lanjut/kompleks. ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir serta

154 JPKI 2019 volume 5 no. 2


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

otonomi profesi dalam menyelenggarakan pela- Hal ini tentu harus dipertimbangkan dari
yanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan beberapa sisi, antara lain adalah karakteristik
pasien. ruangan, tingkat ketergantungan pasien di ru-
angan, dan jumlah perawat yang ada. Dalam hal
SIMPULAN ini pihak RS juga harus memberikan support dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dil- motivasi agar perawat meningkatkan karirnya ke
aksanakan, dapat disimpulkan bahwa pemer- jenjang yang lebih tinggi seperti pemberian re-
ataan jenjang karir perawat di ruang rawat inap ward dan remunerasi sesuai dengan tingkatan
belum merata. Hal ini mengakibatkan ketidak jenjang karir. Hal ini bisa meningkatkan kepua-
sesuaian kewenangan klinik yang dilaksanakan san kerja perawat dan akan berdampak kepada
oleh PK I, PK II dan PK III. Disisi lain dari kualitas pelayanan perawat sehingga bisa
pasien justru mengungkapkan bahwa mereka didapatkan kepuasan pasien yang meningkat.
tidak mempermasalahkan perawat junior atau
senior yang penting perawat tersebut terampil, UCAPAN TERIMA KASIH
ramah dan memberikan informasi yang tepat Penelitian ini dapat berjalan dengan baik
kepada pasien dan keluarga. Secara umum, karena adanya bantuan dari beberapa pihak
pasien merasa puas terhadap pelayanan terkait. Terimakasih kepada Sekolah Tinggi
keperawatan yang diberikan. Bahkan pasien Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung yang
mengatakan lebih nyaman dirawat oleh perawat sudah memfasilitasi berupa bantuan dana se-
baru (PK I) karena perawat tersebut lebih ban- hingga penelitian ini dapat terlaksana dan juga
yak memberikan informasi daripada perawat kepada pihak Rumah Sakit X yang sudah berse-
yang senior. Hal ini dapat dijadikan alas an kare- dia untuk dilakukan penelitian. Semoga
na hasil uji statistic didapatkan bahwa tidak ada penelitian ini dapat bermanfaat terutama untuk
hubungan yang signifikan antara jenjang karir pengembangan karir professional perawat di
perawat dengan kepuasan pasien terhadap kuali- rumah sakit.
tas pelayanan perawat di rumah sakit. Disarank-
an kepada pihak Manajemen Rumah Sakit, teru-
tama Kepala Bidang Keperawatan dan jajaran
agar memperhatikan pemerataan perawat ber-
dasarkan jenjang karir.

DAFTAR PUSTAKA
American Association of Critical-Care Nurses Cho, E., Lee, N., Kim, E., Kim, S., Lee, K.,
(AACN). (2013). Nurse Competencies of Park, K., & Hee, Y. (2016). International
Concern to Patients, Clinical Units and Sys- Journal of Nursing Studies Nurse staffing
tems. Retrieved from http://www.aacn.org/ level and overtime associated with patient
wd/certifications/content/synpract2.pcms? safety , quality of care , and care left undone
menu. in hospitals : A cross-sectional study. Inter-
Azwir, Dumilah Ayuningtyas, R. K. (2010). national Journal of Nursing Studies, 60, 263
Pengembangan Pola Karir Perawat Klinik –271.https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta 2016.05.009
Pusat. Jurnal Manajemen Pe, 13(01), 16–22. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Benner, P. (1984). From Novice To Expert Ex- Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik
cellence And Power In Clinical Nursing Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman
Practice. AJN, American Journal of Nursing. Penyelenggaraan Jenjang Karir Profesional
https://doi.org/10.1097/00000446-98412000 Perawat. Jakarta: UUD RI.
-00025

JPKI 2019 volume 5 no. 2 155


Noprianty, R. | Jenjang K arir Perawat dan K epuasan Pasien terhadap K ualitas Pelayanan K eperawatan

Nugraha Adi Kusumah, Richa Noprianty, L. Saragih Sofia, A. L. (2013). Hubungan Jenjang
(2019). Evaluasi Pelaksanaan Kompetensi Karir dengan Kepuasan Kerja Perawat di
Berdasarkan Jenjang Karir Profesional Rumah Sakit Santo Borromeus. STIKes San-
Perawat. Jurnal Kesehatan V okasional, 4(2), to Borromeus, (Juli).
93–101. Sulistyawati, W., Tutik, R., Hariyati, S., Studi,
Nurhidayah, R. E. (2005). Sistem Pengem- P., Keperawatan, I., Kadiri, U.,Universitas,
bangan Karir Perawat. Jurnal Keperawatan K. (2016). Implementasi sistem jenjang karir
Rufaidah Sumatera Utara. dalam pelaksanaan discharge planning.
Nursalam. (2017). Caring as Core V alue in Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1), 34–43.
Nursing dalam Meningkatkan Mutu Asuhan Sumihar, E. (2015). Analisis Kualitas dan
Keperawatan. Kuantitas Tenaga Keperawatan Terhadap
Patrisia. (2017). Hubungan antara kualitas ke- Persepsi Insiden Keselamatan Pasien di RS
hidupan kerja perawat dengan kepuasan X Jakarta Tahun 2015. Jurnal A dministrasi
kerja perawat dalam pilot project implemen- Rumah Sakit (ARSI), 2(1), 43–52.
tasi jenjang karir Perawat Klinik di RSUP Suroso, J. (2011a). Hubungan persepsi perawat
Dr. Hasan Sadikin Bandung. tentang jenjang karir dengan kepuasan kerja
Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2016). Peran Edu- dan kinerja perawat di RSUD Banyumas.
cator Perawat dengan Pelaksanaan Dis- Journal of Universitas Indonesia Library.
charge Planning pada Pasien di Ruang Tulip Suroso, J. (2011b). Penataan sistem jenjang karir
1C RSUD Ulin Banjarmasin. Dunia berdasar kompetensi untuk meningkatkan
Keperawatan, 4(2), 82–87. https:// kepuasan kerja dan kinerja perawat di rumah
doi.org/10.20527/dk.v4i2.2509 sakit. Eksplanasi, 6(2), 123–131.
Pool, I. A., Poell, R. F., & Berings, M. G. M. C. Tri Mulia Herawati, Rr. Tutik Sri Hariyati, E. A.
(2016). Nurse Education Today Motives and (2017). Pengembangan Profesional
activities for continuing professional devel- Keperawatan Berhubungan Dengan Kemam-
opment : An exploration of their relation- puan Perawat dalam Mengatasi Nyeri
ships by integrating literature and interview Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20
data. YNEDT, 1–7. https://doi.org/10.1016/ (1), 40–47. https://doi.org/10.7454/
j.nedt.2016.01.004 jki.v20i1.501
Potter & Perry AG. (2010). Buku A jar Funda- Wilkinson, S., & Hayward, R. (2017). Band 5
mental Keperawatan: Konsep, Proses & Nurses’ Perceptions and Experiences of Pro-
Praktik (4th ed.). Jakarta: EGC. fessional Development. Nursing Manage-
Republik Indonesia. (2014). Undang-undang ment, 24(2), 30–37. https://doi.org/10.7748/
Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 nm.2017.e1537
tentang keperawatan. Sekretariat Negara Yulianti, N., & Madiawati, P. N. (2015).
Republik Indonesia. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Rusell C. Swansburg. (2001). Pengembangan Kepuasan Pasien Pada Unit Rawat Inap Ru-
Staf Keperawatan: Suatu Komponen mah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. E-
Pengembangan SDM; (Nursing Staff Devel- Proceeding of Management, 2(2), 2056.
opement: A Component of Human Resource
Developement) (1st ed.). Jakarta: EGC.

156 JPKI 2019 volume 5 no. 2

Anda mungkin juga menyukai