Anda di halaman 1dari 16

JL. Haluoleo No.

5 Kompleks Perkantoran Bumi Praja Anduonohu Kendari

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PEKERJAAN :

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I. RORAYA III

LOKASI :

KEC. PALANGGA, KAB. KONAWE SELATAN

TAHUN ANGGARAN 2020


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI TEKNIS)


PEKERJAAN PENINGKATAN SALURAN IRIGASI

BAGIAN I UMUM

Pasal 1
PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS

1. Persyaratan Teknis ini merupakan Pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan (yang


disebut kegiatan) termasuk seluruh konstruksi dan pekerjaan-pekerjaan lainnya
sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini berlaku
untuk seluruh konstruksi yang termasuk dalam pekerjaan kegiatan ini, disesuaikan
dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan tambahan tertulis dan perintah-
perintah Direksi/Pengawas.
3. Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dukumen ini mengacu dan harus
mengikuti persyaratan tersebut pada Bab II Pasal 1 dan Standard Nasional
Indonesia (SNI), Standard Konsep Standard Nasional Indonesia (SK SNI), serta
peraturan-peraturan Nasional Internasional lain yang ada hubungannya dangan
pekerjaan ini.
4. Standard-standard utama yang dipakai adalah standard-standard yang dibuat dan
berlaku resmi dinegara ini, apabila tidak terdapat standard yang dapat
diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan standard
internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
standard dari Negara produsen bahan yang menyangkut pekerjaan tersebuat yang
dibelakukan.
5. Gambar denah, potongan-potongan dinyatakan dalam gambar rencana dan
dijelaskan pula dalam gambar detail lengakp dengan ukurannya. Dan apabila
terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar, maka Pelaksana wajib meminta
penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/Pengawas Teknik sebelum pekerjaan
dikerjakan.

Pasal 2
LOKASI PEKERJAAN

1. Lokasi Pekerjaan ini di Daerah Irigasi (D.I.) Roraya III yang terletak di Kecamatan
Palangga Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Roraya III adalah pembuatan pasangan
batu pada saluran sekunder sepanjang 392 m’, rehabilitasi talang 1 (satu) buah, rehabilitasi
bangunan terjun 4 (empat) buah, pemasangan pintu air 1 (satu) buah dan pasangan
bronjong sepanjang 22 m’ dengan anggaran sebesar Rp. 1.922.500.000,- (Satu milyar
sembilan ratus dua puluh dua juta lima ratus ribu rupiah), termasuk pajak.

Pasal 4
PEKERJAAN PENUNJANG KEGIATAN

1. Kantor Lapangan
a. Pelaksana harus menyediakan kantor lapangan sebagai Kantor direksi dan Kantor
Pelaksana termasuk perlengkapannya yang cukup memadai sebagai ruang
kerja/ruang rapat lapangan (site meeting).
b. Pelaksana harus pula menyediakan gudang penyimpanan material di lokasi
Kegiatan yang ditempatkan pada posisi yang aman dan strategis sehingga tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan.
c. Biaya pembuatan bangunan sederhana atau biaya sewa bangunan dan
perlengkapan untuk maksud tersebut pada poin a dan b diatas, menjadi beban
Pelaksana.
2. Izin-izin
Pengurusan izin-izin yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
sampai selesai serta biaya-biaya yang timbul karenanya jadi beban Pelaksana dan
harus sudah diperhitungkan sebelumnya.
3. Mobilisasi/Penyediaan Peralatan
Apabila untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan kendaraan/alat-alat berat
atau peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang
pelaksanaan Pekerjaan, maka hal ini menjadi kewajiban Pelaksana untuk
menyediakannya, dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan kewajiban
Pelaksana.
4. Sarana/Kelengkapan Penunjang Lain-lain
a. Pelaksana harus memperitungkan adanya fasilitas penerangan dan penyediaan air
bersih yang cukup pada saat penyediaan pekerjaan.
b. Pelaksana harus menyediakan lampu-lampu penerangan apabila pekerjaan
tersebut dilaksanakan pada malam har, termasuk pula kabel-kabel serta alat yang
diperlukan lampu-lampu penerangan yang akan menjamin lancarnya pekerjaan.
c. Pelaksana harus menyediakan rambu-rambu untuk keperluan lalu lintas melewati
jalan dan rambu tersebut cukup jelas untuk menjamin lancarnya pekerjaan.
d. Kotak obat-obatan lengkap dengan isinya pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalau tersedia selama masa pelaksanaan pekerjaan.
e. Pelaksana harus mengusahakan atas tanggungannya sendiri, langkah-langkah dan
peralatan yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan
agar tidak rusak dan berkurangnya mutu karena pengaruh cuaca.
f. Apabila sewaktu-waktu Pemberi Tugas atau tamu-tamu yang berkepentingan atas
pelaksaan Pekerjaan mengadakan peninjauan lokasi pekerjaan, atas
diselenggarakan Site Meeting, Pelaksana harus menyediakan konsumsi.

Pasal 5
GAMBAR - GAMBAR

1. Gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada Pelaksana dan
gambar tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen
kontrak. Gambar-gambar tersebut adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah
diadakan perubahan-perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan pekerjaan
2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana
dan spesifikasi-spesifikasi yang berhubungan dengan hal itu. Tidak dibenarkan menarik
keuntungan dari kesalahan atau kekurangan yang ada pada gambar atau perbedaan
ketentuan antara gambar dan isi spesifikasi teknis.
3. Apabila ternyata terdapat kekurangan dan hal lain yang meragukan, Pelaksana harus
mengajukan kepada Direksi secara tertulis, dan Direksi akan mengoreksi dan
menjelaskan gambar-gambar rencana tersebut untuk kelengkapan yang telah
disebutkan dalam spesifikasi.
4. Penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan
selanjutnya oleh Direksi, dan akan disampaikan kepada Pelaksana secara tertulis.
Pelaksana harus menyiapkan gambar-gambar yang mengajukan perbedaan antara
gambar-gambar kontak dan gambar-gambar pelaksanaan, semua biaya untuk
menyiapkan dan mencetak akan ditanggung oleh Pelaksana.
5. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan, Pelaksana harus membuat gambar
lengkap sesuai pelaksaan dilapangan atau As Built Drawing termasuk gambar-gambar
setelah terjadi perubahan dan harus diserahkan kepada pihak Pekerjaan sebelum
mengajukan termijn terakhir.

Pasal 6
RENCANA KERJA

Pelaksana harus menyiapkan suatu rencana kerja dan harus disampaikan kepada
Direksi. Rencana kerja tersebut harus mencakup :
1. Tanggal mulai, serta selesainya pekerjaan konstruksi dan atau pemasangannya.
Instruksi dari berbagai bagian termasuk pengujiannya.
2. Jam kerja bagi tenaga-tanaga yang disediakan oleh Pelaksana.
3. Jumlah dari tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahap pekerjaan disertai dengan
latar belakang pendidikan serta pengalamannya.
4. Macam serta jumlah mesin-mesin serta alat-alat yang dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
5. Cara pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 7
PENGADAAN MATERIAL

1. Pengadaan bahan/material harus berpedoman pada Syarat-Syarat Teknis dan


Gambar Rencana, baik ditinjau dari segi kualitas, kualitas ataupun ukuran-ukuran
sebagaimana yang disyaratkan, dimana Direksi/Pengawas Teknik berhak menolak
bahan bangunan yang tidak sesuai dan Pelaksana berkewajiban segera
menyingkirkan bahan yang tidak sesuai tersebut dari lokasi pekerjaan.
2. Cara penyimpanan/penimbunan/penumpukan bahan bangunan harus memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan masing-masing jenis bahan atau sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Teknik.
3. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, maka dapat diganti
dengan bahan lain yang sejenis dan setara, dimana sebelumnya Pelaksana harus
mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas Teknik.
4. Pelaksana harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.

Pasal 8
JENIS DAN MUTU BAHAN

1. Semua bahan yang dipakai harus berkualitas baik.


2. Semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) type 1 yang berkualitas baik
dalam artian belum mengeras/membatu.
3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung pecah ukuran 10-20 cm, terdiri dari
batuan keras dengan permukaan keras tanpa cacat dan retak dan bebas dari kotoran
lumpur.
4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan kandungan lempung atau bahan
lolos saringan No. 200 tidak boleh melebihi 6% dari berat pasir.
5. Agregat keras (kerikil) adalah kerikil alam dengan butiran yang keras dan bergradasi
menerus dengan diameter maksimum 3,0 cm. Butirannya harus bersih dengan
kandungan lumpur maksimim 1%.
6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti : lumpur, minyak,
asam dan unsur organik.

Pasal 9
PENYEDIAAN PERALATAN DAN TENAGA

1. Peralatan dan Tenaga Kerja yang diperlukan bagi pelaksaan pekerjaan harus
disediakan/disiapkan sendiri oleh Pelaksana dengan jumlah dan kapasitas/kemampuan
yang memadai sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan harus disetujui oleh
Direksi/Pengawas Teknik.
2. Pelaksana harus mengajukan daftar peralatan secara terperinci, yang akan digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui oleh Direksi dalam hal
pembuatanya, nomor pengenal, kondisi dan rencana waktu tiba dilokasi pekerjaan.
3. Kerusakan yang timbul pada bagian atau keseluruan alat-alat tersebut yang akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti, sehingga
Direksi menganggap pekerjaan segera dimulai.

Pasal 10
PENJELASAN UMUM

1. Semua uraian yang tercantum dalam persyaratan ini termasuk gambar kerja adalah
mengikat dan akan dinyatakan lebih lanjut dalam masing-masing bagian pada pasal-
pasal berikut dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan.
2. Apabila ada bagian yang tidak disebutkan dalam uraian ini, pelaksanaannya disesuaikan
dengan gambar.
3. Jika terdapat perbedaan gambar dengan uraian ini, Pelaksana diwajibkan menghubungi
Direksi Teknis/Pengawas guna mendapatkan pemecahanya.
4. Jika terdapat kekurangan pada gambar kerja dan penjelasan, Pelaksana dapat
melengkapinya dengan petunjuk Direksi.

Pasal 11
PEMBERSIHAN LOKASI

1. Lapangan harus dibersihkan dari semak-semak, dan sisa-sisa bongkaran/sampah


dan lain-lain.
2. Pohon-pohon kayu yang mengganggu kelancaran harus ditebang, dan hasil
penebangannya dibuang sesuai tempat yang ditentukan Direksi.

Pasal 12
PENGUKURAN, PEMATOKAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Semua pekerjaan pengukuran dan pematokan yang berkaitan dengan pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab Pelaksana dilaksanakan dengan alat ukur yang baik
atau sesuai kebutuhan seperti : Theodolit, Water Pass dan Roll Meter.
2. Pelaksana harus mengerjakan pengukuran dan pematokan untuk menentukan
kedudukan dan peil dasar konstruksi sesuai dangan gambar rencana. Pelaksanaan ini
harus seluruhnya telah di setujui oleh Direksi sebelum memulai pekerjaan
sebelumnya.
3. Pelaksana harus menaati dan meneliti ukuran-ukuran yang tertera pada gambar, dan
apabila ada perbedaan pada gambar harus dilaporkan dan dibicarakan dengan
Direksi/Pengawas untuk pemecahannya.
4. Direksi harus melaksanakan revisi pemasangan patok tersebut apabila dipasang perlu
dan Pelaksana harus mengerjakan revisi tersebut dengan petunjuk Direksi.
5. Sebelum melalui pekerjaan pemasangan patok tersebut, Pelaksana harus
memberitahukan kepada Direksi dalam waktu tidak kurang dari 2 x 24 jam
sebelumnya, sehingga direksi dapat menyiapkan peralatan yang perlu untuk
melakukan pengawasan.
6. Pekerjaan mematok yang sudah sesuai diukur oleh Pelaksana untuk kemudian
disetujui oleh Direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Direksi dapat
digunakan sebagai dasar pembayaran.
7. Seluruh biaya yang diperlukan pekerjaan yang dimaksud dalam pasal ini manjadi
beban pihak Pelaksana.

Pasal 13
PAPAN NAMA KEGIATAN

Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran

dan panjang lebar 80 x 120 cm2 sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan
informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan, pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan,
nama Konsultan Pengawas dan Kontaktor pelaksanaan. Papan nama kegiatan ini
dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan seluruh biaya yang timbul menjadi
beban dan kewajiban Pelaksana.

Pasal 14
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

1. Administrasi
a. Pelaksana wajib menyediakan Buku Direksi dan Buku Tamu yang disediakan pada
kantor Direksi.
b. Membuat Request Sheet untuk meminta persetujuan Direksi/Pengawas tentang
kesiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
c. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan.
d. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang mengakibatkan
terjadinya perubahan kontrak (Addendum) dalam volume pekerjaan, maka
Pelaksana wajib membuat perhitungan tambah/kurang dengan memperoleh
persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan dan hasil perhitungan terlebih dahulu
harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
2. Dokumentasi.
Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0 % (nol persen), 50 %
(lima puluh persen), dan 100 % (seratus persen).

Pasal 15
PEKERJAAN BONGKARAN
1. Uraian
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan bongkaran pasangan batu gunung/kali seperti
yang ditunjukan pada gambar rencana.
2. Metode Pekerjaan
a. Pasangan batu kali/gunung yang akan dibongkar terlebih dulu diukur bagian mana
yang akan dibongkar. Setelah diukur dan mendapat persetujuan dari Direksi
pekerjaan dapat dimulai.
b. Peralatan dan perlengkapan disediakan di lokasi pekerjaan. Alat yang dipakai
adalah linggis, pahat beton, palu/godam pemecah batu dan peralatan penunjang
lainnya.
c. Pelaksana mengarahkan prosedur pekerjaan bongkaran kepada mandor dan
diteruskan kepada pekerja.
d. Pekerja melaksanakan pekerjaan bongkaran dengan instruksi mandor dan diawasi
oleh pelaksana.
e. Pekerja membongkar pasangan batu dari bagian atas terlebih dahulu kemudian ke
bagian bawah pasangan.
f. Pasangan dibongkar dengan hati-hati menggunakan palu, spesi yang melekat pada
batu bongkaran dibersihkan dengan pahat beton, apabila dengan palu tidak berhasil
maka dibersihkan dengan menggunakan linggis.
g. Batu kali bekas bongkaran yang sudah dibersihkan dikumpulkan di lokasi yang
dekat dengan lokasi yang akan dipasang batu hasil bongkaran.
h. Pekerjaan bongkaran pasangan batu/kali selesai, pekerja membersihkan lokasi dari
spesi hasil bongkaran.
i. Pelaksana berkoordinasi dengan Direksi pekerjaan dalam proses pekerjaan
bongkaran.
j. Pelaksana selalu mengawasi pekerjaan yang sedang berlangsung, sehingga
pekerjaan dapat berjalan dengan cepat dan efisien.
k. Penyedia jasa memberitahukan kepada Direksi pekerjaan untuk diadakan
pengukuran pekerjaan galian apakah sudah sesuai dengan rencana kerja,
sfesifikasi dan RAB.
l. Apabila Direksi menyatakan sudah sesuai dengan rencana kerja, sfesifikasi dan
RAB, maka pekerjaan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Pasal 16
GALIAN TANAH BIASA

1. Uraian
Bagian ini meliputi semua galian tanah yang nyata-nyata tertera dalam gambar
dan syarat-syarat teknik.
2. Penggalian
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi dan permukaan dan
kedalaman yang disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan dalam gambar
dengan cara yang demikian rupa, sehinga persyaratan dari pekerjaan selanjutnya
terpenuhi.
b. Galian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun
memindahkan rangka\bekisting yang diperlukan, dan juga untuk mengadakan
pembersihan.
c. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari
pada galian harus diukur kembali dengan pasir dan dipadatkan.
d. Material hasil galian harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan, agar tidak
menghambat lalu lintas.

Pasal 17
GALIAN TANAH BIASA (MEKANIS)

Galian tanah biasa (Mekanis) dilakukan untuk pekerjaan galian tanah dan galian kuku
pasangan bronjong dengan menggunakan alat Excavator dengan kedalaman galian lebih
besar sama dengan 1 m. Bagian pekerjaan harus dilaksanakan sesuai besaran dan
dimensi ukuran serta elevasi yang ditunjukkan dalam gambar kerja. Sebagian hasil galian
diletakkan dibelakang rencana pasangan bronjong sebagai timbunan tanah dudukan
bronjong dan selebihnya diletakkan pada sisi tanggul saluran atau pada tempat yang
ditentukan direksi, dirapihkan sehingga tidak membentuk gundukan tanah.

Pasal 18
PASANGAN BRONJONG (PABRIKASI)

1. Bronjong pabrikasi adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng
yang proses penganyamannya dilakukan menggunakan tenaga mesin / secara
pabrikasi yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang
dipasang pada tebing-tebing.
2. Bentuk anyaman heksagonal dengan lilitan kawat anyaman 3 kali dan berjarak
maksimum 40 mm. Ukuran ø anyaman bronjong 80 mm x 110 mm (toleransi 10%)
dengan ø kawat 2,7 mm. Bronjong berbentuk kotak serupa matras berukuran 2 m x 1
m x 0,5 m. Toleransi ukuran kotak / matras (panjang, lebar, tinggi) sebesar 5%. Pada
pemasangan, bronjong untuk penahan tanah harus ditempatkan pada bagian yang
bersinggungan dengan tanah dan diberi lapisan filter ijuk.
3. Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan
rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya,
dua kawat pengaku horizontal dari muka ke belakang harus dipasang. Keranjang,
selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu
yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang rata dan
bertumpu pada anyaman.
4. Tiap sisi antara matras bronjong satu dengan yang lain harus diikat dengan kawat
pengikat ø 2 mm sebanyak 3 kali lilitan agar tidak mengalami pergeseran pada saat
penyusunan/pemasangan.

Pasal 20
TIMBUNAN TANAH DIDATANGKAN

1. Bahan / material timbunan yang dipakai adalah tanah pilihan yang didatangkan dari
luar lokasi pekerjaan konstruksi setempat. Timbunan didatangkan dari luar digunakan
untuk menimbun area lokasi yang terbuka pasca pelaksanaan konstruksi maupun
karena kondisi eksisting dan faktor alam/gerusan hujan.
2. Timbunan harus dipadatkan lapis demi lapis dengan ketebalan dari setiap lapisan
setelah dipadatkan tidak lebih dari 20 cm dengan menggunakan alat bantu pemadat /
menggunakan lengan bucket Excavator sampai mencapai kepadatan yang diharapkan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh direksi teknis.

Pasal 21
PEKERJAAN BETON MUTU, fc’ = 21,7 MPa (K-225)

1. Persyaratan Bahan

a. Semen.

Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat-
syarat dari :
 Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
 Mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara tertulis dari
Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu
konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-
kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.
Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterima dalam
sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan
digudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai
tingginya melampaui 2 m atau maximum 10 sak. Setiap pengiriman baru harus
ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut
urutan pengirimannya.
Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai membantu, dapat ditolak
penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera
dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2x24 jam atas biaya Penyedia
Jasa Konstruksi.

b. Aggregat (Aggregates).
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat-syarat yaitu bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah
liat atau kotoran-kotoran lainnya).
Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38
mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan tertulis Direksi / Konsultan
Pengawas. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang
baik dengan semen dan air, dalam porporsi campuran yang akan dipakai.
Direksi / Konsultan Pengawas harus meminta kepada Penyedia Jasa Konstruksi untuk
mengadakan test kwalitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang
ditunjuk oleh Direksi / Konsultan Pengawas, setiap saat di laboratorium yang disetujui
Direksi / Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka Penyedia
Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Direksi /
Konsultan Pengawas.
Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tulangan, minyak
atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih
dahulu oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan
Pengawas.

Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.

d. Besi Beton ( Steel Bar ).


Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
 Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
 Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, luka dan sebagainya).
 Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton
Indonesia.
 Mempunyai penampang yang sama rata.
 Kecuali bila ditentukan lain di dalam gambar maka mutu besi beton yang digunakan
adalah :
- ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos )
- > ø12mm : BJTD U-39 ( Tulangan Ulir )
` Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Besi beton harus disupply dari satu
sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-
macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
Sebelum mengadakan pemesanan Penyedia Jasa Konstruksi harus mengadakan
pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjk dari
Direksi / Konsultan Pengawas.
Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Direksi / Konsultan Pengawas,
berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama
dan panjangnya ± 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Direksi / Konsultan
Pengawas tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak
sah.
Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam
itu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana Struktur.
Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan
tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi
tersebut.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dengan site setelah menerima instruksi
tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas, dalam waktu 2x24 jam atas biaya Penyedia
Jasa Konstruksi.
Untuk menjamin mutu besi beton, Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai
wewenang untuk juga meminta Penyedia Jasa Konstruksi melakukan pengujian
tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk
masing-masing diameter atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi atau setiap saat apabila
Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai keraguan terhadap mutu besi beton yang
dikirim.
2. Pelaksanaan Pengecoran
a. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal
serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima
atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti
yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
d. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
e. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan mulai dari
bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan
beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
f. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan dan
bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa dan disetujui
Direksi Pekerjaan secara tertulis.
g. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi pemisahan
butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat, dicor terlebih
dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang
dibutuhkan oleh beton diatasnya. Jika pengecoran permukaan telah mencapai
ketinggian lebih dari yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari
mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
h. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau disetujui
sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus segera dibuang. Beton
jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit,
kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan kemudian.
i. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus ditempatkan
pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal, dengan permukaan
dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan .
j. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap lembab
dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
k. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan
langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan butiran
dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian – bagian yang tertanam,
serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
l. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan pada
gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
m. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong lebih
tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan
ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop
sebelum dicorkan.
n. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya atau
mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus sampai dengan
selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.
Pasal 22
PASANGAN BATU

1. Uraian
Bagian ini meliputi penyedian peralatan, tenaga kerja dan dan pemasangan
semua pekerjaan pemasangan baru kali atau bagian-bagian lain yang menggunakan
batu kali sesuai dengan gambar dan persyaratan disini.
2. Metode Pelaksanaan
a. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan dengan ukuran dan bentuk-bentuk
yag ditunjukan dalam gambar
b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan, sehingga semua hubungan
batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
c. Setiap batu harus dipasang diatas lapisan dan diketok ditempatnya hingga
teguh/kuat.
d. Adukan harus memenuhi rongga-rongga antara batu, untuk mendapat massa yang
kuat dan integral.
e. Pasangan batu gunung adalah pasangan batu dengan menggunakan spesie
dimana persyaratan campuran / adukan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
f. Sebelum pasangan batu gunung dipasang, terlebih dahulu harus dibuat profil-profil
pondasi yang akan dipasang, yaitu dari kayu terutama pada sudut-sudut galian
dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan yang diinginkan dalam gambar.
g. Batu gunung pasangan pondasi, satu sama lain tidak boleh bersentuhan langsung,
harus diikat oleh campuran (spesie).
h. Di dalam pasangan batu tidak boleh ada ruang kosong (berongga).
i. Proses pengeringan tidak boleh terlalu cepat. Artinya jika matahari terlalu terik,
maka pondasi yang sedang mengering harus sering dibasahi atau dilindungi.
j. Pasangan Batu Gunung harus menggunakan adukan / campuran 1 pc : 4 pasir.

Pasal 23
PLESTERAN DAN ADUKAN

1. Uraian
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran seperti yang ditunjukan pada gambar
rencana.
2. Metode Pelaksanaan
a. Sedapat mungkin mempergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan
memadai. Persiapan dan bersihkan permukaan-permukaan yang akan diplester,
dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain dapat merusak plesteran.
b. Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyataran teknis ini harus
disingkirkan dari pekerjaan.
c. Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang
tidak rata harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.
d. Tebal plester yang dimaksud, kecuali dinyatakan lain adalah 10 mm dengan
toleransi maksimum 15 mm. Bilamana ketebalan ketebalan toleransi melampaui
karena kondisi permukaan dinding harus diperbaiki.
e. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit.
Adukan/plesteran dapat dipakai sampai batas adukan/plesteran tidak dapat diolah
(lebih kurang dari 90 menit setelah adukan jadi).
f. Membuang adukan/plesteran tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilakukan dengan
izin pengawas.
g. Membuang adukan/plesteran dengan mesin pengaduk (molen), bak molen harus
benar-benar bersih. Isikan setengah sejumlah air yang dibutuhkan berikut masukan
pasir, lalu tambahkan semen sementara bak pengaduk berputar, kemudian
tambahkan air sesuai kebutuhan.
Pasal 24
PEKERJAAN PINTU AIR

1. Dimensi dari pintu air yang diperlukan harus ditunjukkan pada gambar. Untuk pintu
sorong, dipakai standar pintu kayu / besi, dimensi dan tipe pintu sorong sebagai yang
ditunjukkan pada Gambar Standar Pintu air dari Direktorat Jenderal Pengairan Dep.
PU 1988, ditunjukkan pada “ALBUM GAMBAR-GAMBAR”.
2. Pintu air yang direncanakan, diproduksi dan dilaksanakan pemasangannya, hanya
oleh suatu pabrik yang sudah disetujui dan namanya tercantum dalam daftar
Prakualifikasi Penyedia jasa DPU untuk pembuatan pintu-pintu. Pembuatan dan
pengadaan pintu harus dilaksanakan atas dasar Sub-Kontrak oleh Penyedia jasa
Utama, yang harus bertanggung jawab atas pemesanan dan administrasinya.
Penyedia jasa dalam penawarannya agar menyertakan Sub-Kontrak yang akan
membuat pintu berikut spesifikasi teknis dan material sesuai dengan penawarannya.
Dalam lampiran analisa harga pintu agar dibedakan antara :
• harga pengadaan dan pembuatan pintu,
• harga pengepakan dan pengangkutan dari pabrik sampai ke lokasi dan
• harga pemasangan.
3. Pabrik harus mempunyai peralatan dan kemampuan serta bersedia membantu Direksi
dalam hal pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan/material yang digunakan dan
terhadap hasil akhir pekerjaan. Sebelum pembuatan pintu dimulai, maka Penyedia
jasa harus menyiapkan Gambar Pabrikan (shop drawing) dan diperiksakan kepada
direksi pekerjaan guna mendapatkan persetujuan.
Pasal 25
PEMBERSIHAN AKHIR / FINISHING

1. Pada akhir pekerjaan, seluruh permukaan pasangan batu dan sebagiannya harus
bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya.
2. Gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak
terpakai lagi harus diangkut keluar dari lokasi pekerjaan.
3. Bila ada bagian-bagian pekerjaan yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada
bagian pekerjaan tersebu belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka
Pelaksana wajib melakukan perbaikan-perbaikan terhadap bagian-bagian pekerjaan
tersebut.

Kendari, Januari 2020

Plt. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD )


Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Prov. Sultra

H. ABDUL RAHIM, S.E., M.Si


NIP. 19650308 199503 1 002

Anda mungkin juga menyukai