Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK DESTILAT ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT PROSES REDISTILASI

THE CHARACTERISTICS OF LIQUID SMOKE DESTILAT FROM OIL PALM


EMPTY FRUIT BUNCHES IN THE PROCESS REDISTILLED

Asmawit dan Hidayati


Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak
Jl. Budi utomo No. 41 Pontianak, Indonesia
E-mail: laempaha@yahoo.com

Received: 18/05/ 2016; revised: 08/12/2016; Accepted: 16/12/2016


Published online 30/12/ 2016

ABSTRAK

Asap cair merupakan hasil pirolisis pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan-bahan yang
banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan asap cair
sebagai bahan pengawet makanan. Asap cair grade 3 yang diperoleh dari hasil pirolisis dilakukan distilasi lagi
atau redistilasi sesuai perlakukan yaitu 3, 4 dan 5 kali distilasi. Parameter yang diamati meliputi rendemen asap
cair, kadar fenol, asam asetat dan benzo[a]pyrene. Hasil yang diperoleh berupa kandungan fenol berkisar 1,20-
1,35%, asam asetat sekitar 3,7% dan kandungan benzo[a]pyrene 200-1400 µg/L. Secara keseluruhan asap cair
hasil redistilasi yang baik diperoleh pada 4 kali distilasi dengan kadar fenol 1,2% dan asam asetat 3,69%. Untuk
benzo[a]pyrene belum memenuhi persyaratan pengawet pangan alami. Kadar benzo[a]pyrene yang diizinkan
untuk pengawet bahan pangan adalah 1 g/Kg atau 1 g/L.

Kata kunci: asam asetat, asap cair, benzo[a]pyrene, fenol,redistilasi

ABSTRACT

Liquid smoke was the result of pyrolysis combustion indirectly or directly from material which contains carbon and
other compounds. This study aims to obtain a liquid smoke as a food preservative. Liquid smoke grade 3
obtained from pyrolysis of performed again distillation or redistilled as much as 3 , 4 and 5 times distilled.
Parameters measured of liquid smoke were yield, phenol, acetic acid and benzo[a]pyrene. The results obtained
were phenol content ranging from 1.2 to 1.35%, 3.7 % acetic acid and 200-1400 mg/L benzo[a]pyrene. Overall
liquid smoke redistilled good result is four times distilled with a phenol content of 1.2% and 3.69% acetic acid.
Benzo[a]pyrene not meet the requirements of natural food preservative. Levels of benzo[a]pyrene were allowed
to preservative foodstuffs are1 g/Kg or 1 g/L.

Keywords: acetic acid, benzo[a]pyrene, fenol,liquid smoke,redistilled

PENDAHULUAN lain yang jumlahnya lebih kecil seperti


hemiselulosa (20-30 %) dan lignin (15-30 %)
Kalimantan Barat merupakan salah satu (Dekker 1991 dalam Akbar 2013). TKKS dalam
daerah sentra perkebunan kelapa sawit di bentuk serabut dapat dilihat pada Gambar 1.
Indonesia. Total luas areal perkebunan kelapa Salah satu cara pemanfaatan limbah TKKS
sawit di Kalimantan Barat pada Tahun 2014 adalah dengan memprosesnya menjadi asap
adalah 1.269.226 Ha dengan produksi 1.065.409 cair.
ton (BPS 2015). Dengan melihat perkembangan Asap cair merupakan hasil pirolisis
jumlah luasan perkebunan dan produksi kelapa pembakaran tidak langsung maupun langsung
sawit tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari bahan-bahan yang banyak mengandung
produksi limbah berupa tandan kosong pabrik karbon serta senyawa-senyawa lain. Pada
sawit juga besar. Jumlah tandan kosong kelapa dasarnya, bahan baku untuk menghasilkan asap
sawit (TKKS) ini besar karena hampir sama cair ini bermacam-macam, antara lain kayu,
dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. tandan kelapa sawit, tempurung kelapa sawit,
Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan tempurung kelapa dan ampas hasil
secara optimal. Komponen terbesar dari TKKS penggergajian. Pirolisis adalah proses
adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen penguraian yang tidak teratur dari bahan organik
8
©2016-BI Ambon. All right reserved
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 8-14

atau senyawa kompleks menjadi zat dalam tiga skala industri kecil, masa simpan menjadi salah
bentuk yaitu padatan, cairan dan gas yang satu permasalahan yang sering dihadapi. Hal ini
disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa mengingat bahwa pemakaian bahan kimia
berhubungan dengan udara luar pada suhu sebagai bahan pengawet sering disalahgunakan
yang cukup tinggi (Sulaiman 2004). Menurut peruntukannya. Untuk mengatasi
Tranggono,dkk. (1996), pada proses ini penyalahgunaan pengawet kimia, asap cair
diperlukan sistem peralatan yang terdiri dari adalah salah satu alternatif pengganti pengawet
pirolisator, pemanas, pipa penyalur asap, kolom kimia pangan tersebut. Hal ini disebabkan
kondensasi dan penampung destilat. Menurut karena sifat fungsional asap cair di antaranya
Pszczola (1995) bahwa asap cair didefinisikan sebagai antioksidan (adanya senyawa fenol),
sebagai cairan kondensat dari asap kayu yang antibakteri (adanya formaldehid), antijamur dan
telah mengalami penyimpanan dan penyaringan potensinya dalam pembentukan warna coklat
untuk memisahkan tar dan bahan tertentu. pada produk sehingga asap cair dapat
Penggunaan berbagai jenis kayu sebagai bahan diaplikasikan pada bahan pangan karena dapat
bakar pengasapan telah banyak dilaporkan. berperan dalam pengawetan bahan pangan.
Komponen utama dalam reaksi Pemanfaatan asap cair sebagai
pengasapan hanya tiga senyawa, yaitu asam, pengawet memiliki beberapa keunggulan antara
fenol dan karbonil (Hollenbeck 1977). Komposisi lain yaitu lebih ramah lingkungan karena tidak
asap dipengaruhi oleh beberapa faktor, menimbulkan pencemaran udara, dapat
diantaranya adalah jenis kayu, kadar air dan diaplikasi secara cepat dan mudah, tidak
suhu pembakaran yang digunakan. Menurut membutuhkan instalasi pengasapan, peralatan
Maga (1987), bahwa keuntungan penggunaan yang digunakan lebih sederhana dan mudah
asap cair antara lain lebih intensif dalam dibersihkan, konsentrasi asap cair yang
pemberian kontrol hilangnya citarasa lebih digunakan bisa disesuaikan dengan yang
mudah, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis dikehendaki dan senyawa-senyawa penting
bahan pangan (sebagai pengawet pengganti yang bersifat volatil mudah dikendalikan (Lestari
pengawet formalin pada produk tahu), industri 2008). Produk yang dihasilkan mempunyai
perkebunan (industri karet), industri kayu dan kenampakan seragam, berperan dalam
lain-lain. Asap memiliki kemampuan untuk pembentukan senyawa sensoris serta
mengawetkan bahan makanan karena adanya memberikan jaminan keamanan pangan
senyawa asam, fenol dan karbonil. Pirolisis (Swastawati 2008).
tempurung kelapa menghasilkan asap cair Penelitian tentang asap cair sudah
dengan kandungan senyawa fenol sebesar pernah dilakukan di Baristand Industri Pontianak
4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2% namun hanya mencapai grade 3 yaitu untuk
(Darmadji 1996). pengawetan kayu atau karet. Asap cair yang
Di Kalimantan Barat, selain industri dimanfaatkan untuk pengawet bahan pangan
besar seperti pengolahan kelapa sawit dan harus mencapai minimal grade 2. Hal ini dapat
pengolahan minyak makan, juga terdapat dilakukan dengan cara meredistilasi asap cair
industri kecil menengah bidang pangan, seperti grade 3 dan melakukan pengujian terhadap
pengolahan tahu, pengolahan ikan asap dan karakteristik asap cair berbahan baku TKKS
lain-lain. Khusus dalam pengolahan pangan yang dihasilkan.

Gambar 1. Serabut TKKS

9
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02)Desember (2016) 8-14

METODE PENELITIAN tahap pertama merupakan reaksi hidrolisis asam


yang diikuti oleh dehirasi yang menghasilkan
Bahan penelitian yang digunakan adalah glukosa dan tahap kedua pembentukan asam
serabut TKKS, gas LPG dan air. Peralatan yang asetat dan homolognya bersama air serta
digunakan dalam penelitian ini adalah 1(satu) sejumlah kecil senyawa kimia furan dan fenol
unit alat pirolisis dan 1(satu) unit alat distilasi. (Girard 1992).
Pada pembuatan asap cair dari serabut
0
Proses Pirolisasi TKKS dilakukan pirolisis pada temperatur 350 C.
Serabut TKKS kering ditimbang Proses pirolisis ini menghasilkan cairan yang
sebanyak 5 kg kemudian dimasukkan ke dalam berbau menyengat, terdiri dari dua lapisan yaitu
tangki pirolisator. Pembakaran dilakukan selama lapisan atas berwarna coklat kehitaman yang
o
±5 jam pada suhu 350 C. Asap cair hasil disebut sebagai asap cair dan lapisan bawah
kondensasi ditampung dan selanjutnya berwarna hitam kental sebagai tar. Selain itu
dilakukan proses redistilasi. Hasil proses pirolisis juga diperoleh residu berupa arang TKKS dan
serabut TKKS yaitu asap cair grade 3 dapat gas yang tidak dapat terkondensasi. Gas yang
dihitung rendemennya dengan menggunakan dihasilkan dari proses pirolisis ini tidak dapat
Persamaan 1. terkondensasi oleh pendingin sehingga tidak
tertampung pada penampung cairan. Sebagian
dari gas ini terjebak pada penampung dan yang
lain terlepas dari penampung tersebut keluar
melalui pipa penyalur asap dan lepas ke
Proses Redistilasi atmosfer. Rendemen asap cair yang diperoleh
Asap cair yang dihasilkan pada proses pada pembuatan asap cair melalui proses
pirolisis adalah asap cair grade 3. Asap cair pirolisis yaitu 25% dengan bobot asap cair
grade 3 ini didiamkan selama 1 bulan untuk sebesar 5 liter dan bobot bahan baku 20 Kg,
memisahkan tar dan fraksi berat yang ada, artinya untuk menghasilkan asap cair grade 3
kemudian dimurnikan melalui proses distilasi sebanyak 1 liter diperlukan 4 kg bahan baku
berulang atau redistilasi sesuai perlakuan yaitu serabut TKKS.
redistilasi sebanyak 3, 4 dan 5 kali (P1, P2 dan Perhitungan rendemen asap cair untuk
P3). Asap cair hasil redistilasi kemudian redistilasi sebanyak 3 kali (perlakuan 1)
dilakukan penyaringan dengan menggunakan diperoleh sebesar 96% dengan bobot asap cair
kertas saring Whatman no. 41 sebanyak 4 sebesar 4,8 liter dan bobot bahan baku 5 liter.
(empat) kali. Parameter yang diamati pada asap Rendemen hasil redistilasi sebanyak 4 kali
cair yang dihasilkan meliputi rendemen asap (perlakuan 2) diperoleh 93,75% dengan bobot
cair, kadar fenol, asam asetat dan asap cair sebesar 4,5 liter dan bobot bahan baku
benzo[a]pirene. Pengujian kadar fenol 4,8 liter. Rendemen hasil redistilasi sebanyak 5
menggunakan metode spektrofotometri, asam kali (perlakuan 3) diperoleh 94,73% dengan
asetat menggunakan metode titrimetri dan bobot asap cair sebesar 3,6 liter dan bobot
benzo[a]pirene menggunakan alat Gas bahan baku 3,8 liter.
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).
Produk Akhir Asap Cair
HASIL DAN PEMBAHASAN Asap cair hasil pirolisis TKKS didiamkan
selama 1 bulan untuk mengurangi kadar tar
Rendemen Asap Cair setelah itu dilakukan penyaringan dengan zeolit
Pirolisis merupakan proses pemecahan sebelum proses redistilasi sesuai perlakuan
lignoselulosa oleh panas dengan oksigen yang yaitu 3, 4 dan 5 kali. Proses redistilasi dilakukan
terbatas dan menghasilkan gas, cairan dan untuk mengurangi zat yang bersifat
arang yang jumlahnya tergantung pada jenis karsinogenik. Asap cair yang dihasilkan
bahan, metode dan kondisi pirolisanya. Pada berwarna kuning keputih-putihan (jernih).
proses pirolisa selulosa mengalami 2 tahap yaitu

10
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 8-14

Tabel 1. Kadar fenol


No Redistilasi (kali) Kadar Fenol (%)
1. 3 1,3135
2. 4 1,2385
3. 5 1,3460

Senyawa Fenol disarankan berkisar 0,020-1% tergantung dari


Senyawa fenol berperan sebagai produknya. Dalam bentuk larutan sampai
antioksidan sehingga dapat memperpanjang konsentrasi 1%, fenol berfungsi sebagai
masa simpan produk asapan. Menurut Girard bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi yang
(1992), kuantitas fenol pada kayu sangat lebih tinggi berperan sebagai bakterisidal. Fenol
bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg. Analisa pada konsentrasi 0,51% bisa digunakan sebagai
senyawa kimia fenol dilakukan dengan anastesi lokal dan dapat diinjeksikan sampai 10
menggunakan metode spektrofotometri pada ml pada jaringan sebagai analgesik (Barylko dan
panjang gelombang 460 nm atau 500 nm (SNI Pikielna 1978).
06-6989.21-2004). Kadar fenol dalam asap cair Kadar fenol bervariasi antara 2,10-
yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat 2,13% tergantung pada macam dan bentuk kayu
pada Tabel 1. dengan rata-ratanya 2,85%, sedangkan untuk
Tabel 1 menunjukkan kadar fenol asap tempurung kelapa sebesar 5,13% (Tranggono
cair hasil redistilasi yang diperoleh untuk setiap dkk, 1996). Menurut Darmadji (1996), pirolisis
perlakuan berbeda-beda berkisar 1,20-1,35%. tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair
Kadar fenol terendah diperoleh pada redistilasi akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%,
asap cair sebanyak 4 kali yaitu sebesar 1,2385% karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa
dan teringgi diperoleh pada redistilasi asap cair tersebut mampu mengawetkan makanan
sebanyak 5 kali yaitu sebesar 1,3460%. Ada sehingga mampu bertahan lama karena memiliki
beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya fungsi utama yaitu sebagai penghambat
kandungan fenol dalam asap cair diantaranya perkembangan bakteri. Asap cair merupakan
adalah banyaknya kandungan lignin dalam bahan kimia hasil destilasi asap hasil
bahan. Semakin besar kandungan lignin pembakaran yang mampu menjadi desinfektan
semakin besar pula kandungan fenol dalam sehingga bahan makanan dapat bertahan lama
asap cair. Faktor lainnya kadar fenol tinggi yaitu tanpa membahayakan konsumen.
kurang optimalnya temperatur pirolisis sehingga Fenol yang diperoleh pada penelitian ini
kandungan lignin pada bahan belum efektif dapat digunakan sebagai bakterisidal karena
terurai sempurna. kadarnya melebihi 1%. Bakterisidal atau
Penggunaan senyawa fenol sebagai Bakteriosidal adalah zat yang bersifat
antimikrobia pada makanan dibatasi karena efek membunuh bakteri (Anonim 2011).
toksiknya. Konsentrasi penambahan fenol yang

Tabel 2. Kadar asam asetat


No Redistilasi (kali) Kadar asam asetat (%)
1. 3 3,69
2. 4 3,69
3. 5 3,77

Gambar 2. Kadar asam asetat asap cair hasil redistilasi

11
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02)Desember (2016) 8-14

Senyawa Kimia Asam Asetat terutama yang memiliki 4 sampai 6 cincin


Senyawa asam pada asap cair aromatik (Luch dan Baird 2005).
mempunyai peranan sebagai antibakteri dan Benzo[a]pyrene (C20H12) adalah lima
membentuk citarasa produk asapan. Salah satu cincin PAH yang bersifat mutagen, sangat
senyawa asam yang terdapat pada asap cair karsinogen, berbentuk padatan kristal kuning
adalah asam asetat. Kadar asam asetat yang yang merupakan senyawa hasil pembakaran
ada pada asap cair hasil pirolisis serabut TKKS tidak sempurna pada suhu antara 350-600°C.
dapat dilihat pada Tabel 2. Keamanan produk asapan sangat bervariasi
Kandungan selulosa dalam serabut tergantung pada metoda serta tujuan
TKKS berpengaruh pada kadar asam asetat pengasapan. Pengasapan yang bertujuan
asap cair yang diperoleh. Jika kandungan menghasilkan citarasa asap pada produk, relatif
selulosa dalam bahan tinggi makan kadar asam sedikit terpapar oleh senyawa toksik dan
asetat asap cair yang diperoleh juga tinggi karsinogen karena intensitas pengasapan yang
(Akbar dkk, 2013). Ada juga faktor lain yang lebih ringan. Berbeda dengan pengasapan yang
mempengaruhi kadar asam asetat dalam asap bertujuan untuk pengawetan.
cair yakni suhu dan waktu proses. Tabel 2 Tingkat pencemaran senyawa
menunjukkan bahwa kadar asam asetat tertinggi karsinogen juga tergantung pada kayu yang
diperoleh sebesar 3,77% pada redistilasi asap digunakan sebagai bahan asap. Produk asapan
cair sebanyak 5 kali. Untuk perlakuan redistilasi yang diasap menggunakan kayu apel akan
sebanyak 3 dan 4 kali, kadar asam asetat yang terpapar PAH dengan konsentrasi yang rendah
diperoleh adalah sama yaitu sebesar 3,69%, hal sedangkan produk asapan yang diasap dengan
ini dapat dilihat pada Gambar 2. kayu cemara akan terkontaminasi PAH dalam
Asam asetat (cuka) merupakan senyawa bentuk benzo[a]pyrene pada konsentrasi yang
kimia asam organik yang dikenal sebagai tinggi sampai 35,07 μg/kg, demikian juga kayu
pemberi rasa asam dan aroma asam yang pekat yang bergetah, pada proses pembakaran akan
jika dirasakan dalam makanan. Asam asetat menghasilkan asap dengan cemaran
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku benzo[a]pyrene yang tinggi. Untuk produk
industri penting. Dalam industri makanan asam asapan yang diasap secara tradisional, juga
asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. produk yang kontak langsung dengan nyala api
Beberapa jenis asam organik yang pada suhu yang tinggi menunjukkan tingkat
dapat digunakan untuk mengawetkan makanan cemaran benzo[a]pyrene yang tinggi sepert,
adalah asam asetat, asam laktat, asam ayam, ikan bakar dan sate bakar (Darmadji,
propionat, asam fumarat, asam tartarat dan 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
asam sitrat. Asam asetat atau asam cuka total 44 sampel produk asapan 23 sampel
merupakan pengawet makanan yang paling terpapar benzo[a]pyrene sebesar lebih 5,9
efektif karena hampir tidak ada batas maksimal µg/Kg melebihi dari persyaratan yang ditetapkan
penggunaannya untuk makanan. Beberapa FAO/WHO maksimum sebesar 1 µg/Kg (Yabiku
peneliti menyatakan penggunaan asam asetat dkk, 1993 dalam Darmadji, 2009).
untuk makanan dalam jangku waktu lama tidak Pada penelitian ini, benzo[a]pyrene yang
membahayakan kesehatan karena dapat dihasilkan masih tinggi sehingga untuk
dimetabolisir oleh tubuh kemudian dikeluarkan pengawetan bahan pangan belum dapat
dari tubuh (Behaki 2012). digunakan dan perlu dilakukan pemurnian
terhadap asap cair yang dihasilkan. Hasil
Senyawa Kimia Benzo[a]pyrene analisis terhadap parameter benzo[a]pyrene
Benzo[a]pyrene merupakan senyawa pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
kimia Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) yang Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin
mempunyai potensi karsinogenik paling tinggi banyak redistilasi maka kadar benzo[a]pyrene
dan dijadikan indikator pencemaran PAH pada yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini
lingkungan. PAH merupakan molekul aromatic disebabkan distilasi dilakukan dibawah titik didih
yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin benzo[a]pirene. Titik didih benzo[a]pirene yaitu
o
aromatik dan disusun oleh atom karbon dan 495 C sedangkan distilasi pada penelitian ini
o
hidrogen. Beberapa senyawa PAH diketahui dilakukan pada suhu 100 C.
memiliki sifat karsinogenik yang cukup tinggi,

12
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02) Desember (2016) 8-14

Tabel 3. Kadar benzo[a]pyrene


No. Redistilasi (kali) Benzo[a]pyrene (µg/L)
1. 3 217,76
2. 4 281,44
3. 5 1435,21

Gambar 3. Kadar benzo[a]pyrene asap cair hasil redistilasi

KESIMPULAN blogspot.co.id/2012/12/tanda-tanya-
besar-tentang-si-asam-asetat.html.
Hasil penelitian redistilasi asap cair (diakses : 12 Januari 2016)
berbahan baku serabut TKKS adalah kandungan
fenol berkisar 1,20-1,35%, asam asetat sekitar BPS. 2014. Kalimantan Barat dalam Angka.
3,7% dan kandungan benzo[a]pyrene 200-1400 Badan Pusat Statistik Provinsi
µ/L. Secara keseluruhan asap cair hasil Kalimantan Barat.
redistilasi yang baik adalah 4 kali redistilasi Darmadji, P. 2009. Teknologi Asap Cair dan
dengan kadar fenol 1,2% dan asam asetat Aplikasinya Pada Pangan dan Hasil
3,69%. Untuk benzo[a]pyrene belum memenuhi Pertanian. teks Pidato dalam
persyaratan pengawet pangan alami. Kadar pengukuhan Guru Besar dalam Bidang
benzo[a]pyrene yang diizinkan untuk pengawet Teknologi-pangan dan Hasil Pertanian
bahan pangan adalah 1 g/Kg atau 1 g/L. pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Darmadji, P. 1996. Antibakteri asap cair dari
Akbar, F., Zulisma, A. dan Hamidah, H. 2013. limbah pertanian. Agritech. 16 (4) : 19-
Pengaruh waktu simpan film plastik 22.
biodegradasi dari pati kulit singkong Girard, J.P. 1992. Smoking in technology of
terhadap sifat menikalnya. Jurnal meat products.clermont ferrand. New
teknik kimia. 2 (2). York : Ellis Horwood.
Anonim. 2011. Bakteriosidal. Kamus Hollenbeck, C.M. 1977. Novel concept in
Kesehatan. technology and design of machinery
http://kamuskesehatan.com/arti/bakteri for production and application of
osidal/. (diakses : 13 Deseber 2015) smoke in the food industry. In
Barylko, N. and Pikielna. 1978. Contribution of Rutkowski, A.(ed.). Advance in
smoke compunds to sensory Smoking of Foods. Oxford :
bacteriostatic and antioxidative effect Pergamon Press.
in smoked foods. Pure and appl.chem. Lestari, H. 2008. Pengawetan asap dengan asap
49:1667-1671. Oxford : Pergamon cair. http//Suara Merdeka.com.
Press. (diakses : 12 Januari 2016)
Behaki, Jafar. 2012. Tanda tanya besar tentang Luch A, Baird WM. 2005. Metabolic activation
si asam asetat. http://jafarbehaki10. and detoxification of polycyclic
13
Asmawit dan Hidayati/ Majalah BIAM 12 (02)Desember (2016) 8-14

aromatic hydrocarbons dalam The fasa diam. Skripsi. F-MIPA. UGM.


Carcinogenic Effects of Polycyclic Yogyakarta.
Aromatic Hydrocarbons. Luch A editor. Swastawati, Fronthea. 2008. Quality and safety
London: CRC Press. of smoked catfish (Arius talassinus)
Maga, J.A. 1987. Smoke in food processing. using paddy chaff and coconut shell
Florida : CRC Press, Inc. Boca Raton. liquid smoke. Journal of coastal
Pszczola, D. E. 1995. Tour higlights production development. 12 (1) : 47-55.
and uses of smoke base flavors. Food
tech. 49 (1) : 70-74. Tranggono, Suhardi, Setiadji, B., Darmadji, P.,
Sulaiman, S. 2004. Penjernihan asap cair hasil Supranto dan Sudarmanto. 1996.
pirolisis tempurung kelapa Identifikasi asap cair dari berbagai
menggunakan kolom kromatografi jenis kayu dan tempurung kelapa.
dengan zeolit alam teraktivasi sebagai Jurnal ilmu dan teknologi pangan. 1 (2)
: 15–24.

14

Anda mungkin juga menyukai