Makalah Prasarana Transportasi Darat (Asep Solehudin-1903020011)
Makalah Prasarana Transportasi Darat (Asep Solehudin-1903020011)
DOSEN :
Dedi budiman, M.T
DISUSUN OLEH
Asep Solehudin
1903020011
UNIVERSITAS PERJUANGAN
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa selesaikan makalah ilmiah
mengenai prasarana taranportasi darat.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar.
Akhir kata penulis meminta semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat ini bisa memberi manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................6
2.1 Jalur Gerak.............................................................................................................6
2.2 Terminal...............................................................................................................18
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Jalan;
3. Kendaraan;
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelompokkan sub-komponen prasarana transportasi darat ?
5
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Pengertian
Jalan raya, menurut Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan, adalah
suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang melipuli segala
bagian jalan temasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu limas. Dalarn pengertian ini yang dimaksud dengan:
• Bangunan pelengkap aalah bangunan yalng melekat dan tidak dapat
dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, misalnya Jembatan, ponton, lintas
atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong tembok Penahan tanah
(lebing), saluran air.
• Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar-pasang dan
dipindahkan dari jalan. Tanpa bangunan ini jalan masih dapat digunakan,
misalnya rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, pagar pengaman lalu
lintas, patok daerah milik jalan (DMJ), serta lampu lalu lintas.
6
2. Klasifikasi
Gambar 2.1 Pembedaan sistem jaringan jalan, (a) primer, dan (b) sekunder
2. Peranan (Fungsi)
7
• Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang
(angkutan pengumpul atau pembagi) dengan kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk (persimpangan sebidang) masih
dibatasi.
• jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk (persimpangan
sebidang) tidak dibatasi.
3. Peruntukan
Berdasarkan peruntukannya jaringan jalan hanya dibedakan atas dua jenis:
• Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
• Jalan khusus adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum
atau jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum seperti jalan
yang terdapat dikompleks-kompleks perumahan, perkebunan,
kehutanan, pertambangan, kompleks hankam, jalan pipa, jalan inspeksi
(irigasi an gas).
4. Klasifikasi Teknis
Klasifikasi teknis jaringan jalan dapat juga dibedakan berdasarkan
klasifikasi teknis atau kelas jalan terkait kemampuan teknis tiap-tiap kelas
jalan dalam mendukung beban lalu lintas berat kendaraan) yang
melewatinya. Berdasarkan pembagian ini, jalan dapat dikategorikan
menjadi enam kelas yang biasanya terkait langsung dengan kelompok
jaringan jalan lain seperti kelompok berdasarkan peranan (fungsi)
jalannya. Jalan kelas I biasanya jalan itu adalah jalan arteri primer an arteri
8
sekunder. Jalan kelas II biasanya jalannya berupa jalan kolektor primer dan
sekunder begitu eterusnya kebawah sampai Jalan Kelas IV.
5. Status (wewenang pembinaan)
Dalam hal status dan wewenang pembinaannya, jalan dibedakan atas jalan
nasional (negara), jalan provinsi, jalan kabupaten (kota), dan jalan desa.
Pembagian jalan berdasarkan status ini juga dapat dikaitkan langsung
kepada kelompok jaringan jalan berdasarkan system, peranan (fungsi), dan
berdasarkan klasifikasi teknisnya:
− Jalan nasional (negara) adalah janngan jalan primer, aarteri, dan kelas
I yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian
PU cq. Direktorat Jenderal Bina Marga)
− Jalan desa umumnya merupakan jalan lokal dan jalan akses untuk
mencapai pekarangan rumah. Jalan desa ini bisa berupa jalan lokal
primer dan jalan akses yang pembinaanya dilakukan oleh
pemerintahan desa setempat melalui swadaya masyarakat dan bantuan
dana dari pemerintahan yang lebih tinggi.
6. Kualitas/bentuk permukaan
Kualitas permukaan membedakan jalan atas jalan aspal dan jalan
campuran aspal—beton, jalan kerikil_ dan jalan tanah. Pembedaan jalan
menurut jenis permukaan ini dapat dikaitkan langsung dengan kelompok
jalan yang didasarkan pada system peranan. Klasifikasi teknis, peruntukan,
dan status serta wewenang pembinaannya. Umumnya jalan aspal (dan
campuran aspalbeton) adalah jalan negara, provinsi_ kabupaten (kota)
9
yang bisa berupa jalan kelas I hingga VI dan bisa Juga merupakan jalan
arteri primer dan sekunder, jala tol, jalan kolektor primer, jalan sekunder,
atau jalan lokal primer dan sekunder. Sementara itu, jalan kerikil biasanya
jalan kabupaten dan desa, jalan lokal primer. Jalan tanah biasanya berada
di desa-desa dan merupakan jalan local, namun pada zaman pembangunan
sekarang ini, untuk menjaga perekonomian masyarakat, sudah jarang
ditemui jalan tanah kecuali, salah satunya, di areal perkebunan.
3. Tipe
Di Indonesia, menurui Standar MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), tipe
jalan raya dibedakan atas:
− Jalan perkotaan (dalam kota) ditandai derigan kegiatan yang padat
(intensitas tinggi) di kiri-kanan jalan dan ukuran jalan lebih lebar.
− Jalan antar kota (Iuar kota) ditandai oleh kondisi di kiri-kanan jalan dengan
kegiatan yang sedikit (intensitas rendah) dan ukuran Jalan yang relatif
lebih sempit.
4. Karakteristik Fisik
10
Sumber: Miro (2011)
5. Penampang Melintang
− Selokan pinggir yang berfungsi untuk menurunkan muka air tanah dalam
11
yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan dan
keamanan pengguna jalan. Untuk jangka panjang, daerah ini akan
digunakan untuk pelebaran daerah manfaat jalan di kemudian hari. DMJ
ini diberi tanda patok DMJ sebagai penjelasan batasnya.
12
Sumber: Miro (2011)
Tabel 2.2 Tipe Jalan Raya di Indonesia Menurut MKJI (Manual Kapasitas Jalan
Indonesia)
13
Sumber: Miro (2011)
14
Sumber: Miro (2011)
15
Sumber: Miro (2011)
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan jalan dilakukan secara teratur oleh badan pembinaan jalan yaitu
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum atau dinas di
daerah yang meliputi pengawasan, perbaikan, dan pelebaran.
7. Lain-lain
Hal utama terkait jalan raya adalah pertemuan dua ruas jalan raya
(persimpangan). Terdapat dua jenis persimpangan dalam system jaringan jalan
raya secara fisik, yaitu:
16
Pada persimpangan ini lalu lintas yang akan berbelok ke kanan harus
berbelok ke kiri terlebih dahulu baru melintasi jalur asalnya. Sebagai
contoh antara lain adalah Jembatan Semanggi, Simpang-susun Cawang
(Jakarta), Simpangsusun Waru, Surabaya.
1. Pengertian
Jalan rel merupakan kelompok jalan buatan yang terbuat dari baja yang
dilewati oleh roda yang terbuat dari baja dan dapat dikonstruksikan dibawah
tanah (kereta api bawah tanah, di permukaan tanah, dan melayang
(ditinggikan). Jalan rel hanya dapat dipakai oleh kendaraan yang baroda besi
saja (kereta api) secara eksklusif dalam arti tidak ada jenis kendaraan lain
yang dapat melewatinya.
Konstruksi jalan rel terdiri atas: ,.
1) Konstruksi bagian atas
− Rel-rel yang setiap batang panjangnya 12 meter yang disambung dan
diletakkan di atas bantalan secara sejajar
− Bantalan (terbuat dari bahan kayu, baja, atau beton bertulang) yang
memegang kedua rel dan meneruskan tekanan roda kereta api pada
alas balas
− Paku penjepit rel ke bantalan yang berbentuk baut atau pandrol agar
rel
dapat dibongkar pasang untuk pemeliharaan dan pengontrolan 2)
Konstruksi bagian bawah
− Pelat dasar di bawah rel dan di atas alas kerikil
− Alas pasir dan kerikil (balas)
− Tubuh tanah di bawah alas balas
2. Klasifikasi
Jalan rel pun dapat dikelompokkan atas:
• Jalan rel umum lintas utama yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan
untuk lalu lintas umum pada jalur dengan perjalanan jarak jauh jalur
17
• Jalan rel umum lintas lokal yang dimanfaatkan umuk lalu lintas umum
pada jalur dengan perjalanan jarak dekat seperti kereta api jabodetabek
atau kereta api dalam kota lainnya
• Jalan rel khusus yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan untuk lalu
lintas keperluan-keperluan khusus oleh badan usaha tertentu dan
kepentingan sendiri seperti kompleks perkebunan karet, kelapa sawit,
semen, batu bara, pabrik, dan lain-lain.
2.2 Terminal
18
• Pelabuhan Tanjung Priok, zona Tanjung Priok di Jakarta
• Terminal bus regional Bingkuang (TRB), Air Pacah, zona TRB Air Pacah di
Padang
• Bandar Udara Sukarno-Hatta, zona bandara Sukarno-Hatta I Jakarta dan
lainlain
1. Garasi
19
2. Parkiran
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang
peruntukannya ialah sebagai tempat menghentikan kendaraan pelaku
perjalanan apabila telah sampai pada tempat tujuan atau di tengah
perjalanannya.
3. Perhentian dan Halte
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal yang berlokasi di pinggir
jalan raya I sepanjang lintasan yang dilewati kendaraan umum (bus dan
mikrolet). Letaknya sudah ditentukan sedemikian rupa sehingga penumpang
kendaraan dapat naik atau turun ke dan dari kendaraan dari tempat-tempat
yang strategis.
4. Pangkalan
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, tetapi diperuntukkan
bagi kendaraan-kendaraan yang tidak melewati suatu lintasan rute tetap (non-
trayek) seperti ojek, bajaj, becak, becak motor, taksi, dan lain-lain.
5. Pool Kendaraan
Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal, namun terdapat pada
kantor-kantor perusahaan transportasi tertentu yang diperuntukkan khusus
bagi bus-bus (armada) yang dimilikinya dan bukan untuk bus-bus lain.
6. Terminal (Stasiun) Bus Angkutan Umum dan Terminal Truk
Merupakan tempat sejumlah bus (truk) mengawali dan mengakhiri perjalanan
dan lintasan operasionalnya. Di terminal inilah penumpang bus dan barang
yang diangkut truk, memulai dan mengakhiri perjalanannya dan berganti
moda angkutan lainnya (transit). Terminal ini juga merupakan tempat
perawatan ringan kendaraan.
1) Masalah Teknis Terminal Bus (Truk)
• Penentuan kapasitas (daya tamping) dan jumlah teluk yang diperlukan
untuk kendaraan, orang, dan barang
• Geometri dan tata letak tapak terminal dari pinggir jalan raya arteri
primer kota
• Penentuan kapasitas untuk pejalan kaki, mobil pribadi, dan ruang
tunggu penumpang
20
• Perancangan model sirkulasi lalu lintas di kawasan terminal misalnya
jalur kedatangan bus antar kota dan dalam kota, jalur keberangkatan,
area menurunkan penumpang (barang), area menaikkan atau memuat
penumpang atau barang, jalur parkir kendaraan pribadi dan rambu-
rambu petunjuk lainnya.
2) Fasilitas Penunjang Terminal Bus (Truk)
Yaitu prasarana dasar untuk mendukung pengoperasian sebuah terminal
bus atau truk yang mutlak harus disediakan.
21
Sumber: Miro (2011)
22
Tabel 2.4 Lanjutan
23
- Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 8
ton/unit angkutan atau 40 penumpang/unit angkutan.
• Terminal madya adalah tempat terputusnya arus penumpang
dan barang dengan ciri sebagai berikut:
- Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang berisfat
melayani arus angkutan penumpang dan barang untuk
jarak sedang dann volume sedang
- Tempat bongkar/muat lebih besar atau sama dengan 5
ton/unit angkutan atau 20 penumpang/unit angkutan.
• Termial cabang yaitu tempat terputusnya arus penumpang dan
barang dengan ciri sebagai berikut:
- Berfungsi sebagai alat pengatur angkutan yang bersifat
melayani arus angkutan penumpang dan barang jarak
pendek/dekat dengan volume kecil/sedikit/rendah.
- Tempat bongkar/muat lebih kecil atau sama dengan 2,5
ton/unit angkutan atau 10 penumpang/unit angkutan.
c. Jenis angkutan
Berdasarkan jenis angkutannya, terminal bus (truk) terbagi atas:
• Terminal penumpang (bus) yaitu terminal untuk menaikkan
atau menurunkan penumpang. Faktor – faktor yang perlu di
perhatikan adalah:
- Jumlah kedatangan kendaraan per satuan unit armada
- Berapa lama setiap kendaraan atau armada boleh berada
dalam terminal
- Fasilitas pelayanan yang di perlukan
• Terminal barang (truk) adalah terminal untuk perpindahan
(bongkar/muat) barang dari moda transportasi yang satu ke
moda trasnportasi lain. Kapasitas terminal serta fasilitas yang
diadakan harus direncanakan dengan baik, dalam arti jangan
sampai terminal menjadi leher botol dalam mengalirkan arus
barang. Faktor – faktor yang perlu di perhatikan antara lain :
- Jeis barang yang menggunakan fasilitas terminal
24
- Jumlah barang (ton/hari atau 𝑚3/hari) dari setip jenis
barang
- Jumlah tuk yang masuk tetminal untuk bongkar muat
- Alat bongkar/muat yang cocok untuk setiap jenis barang
- Fasilitas pelayanan untuk sopir, awak dan sebagainya
Terminal khusus yaitu terminal yang di pengaruhi oleh
sifat-sifat atau jenisjenis barang yang yang diangut
seperti barang curah (batu bara, semen dan lain-lain) ,
cair (air,minyak, dan lain-lan), ikan, gas dan
sebagainya.
4) Tipe Terminal Bus
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1995 terminal
bus (penumpang) dapat dibagi atas:
• Terminal bus tipe A merupakan terminal yang melayani armada
kendaraan untuk:
- Angkutan local (angkutan kota dan pedesaan)
- Angkutan regional (antar kota dalam provinsi-AKDP)
- Angkutan nasional (antar kota antar provinsi-AKAP)
- Angkutan internasional (antar negara tau lintas batas)
• Terminal Bus tipe B merupakan terminal yang melayani armada
kerndaraan untuk:
- Angkutan lokal (angkutan kota dan pedesaan)
- Angkutan regional (antar kota dalam provinsi – AKDP)
• Terminal Bus tipe C merupakan terminal yang melayani armada
kerndaraan untuk Angkutan lokal (angkutan kota dan pedesaan) saja.
5) Ukuran Terminal (Truk)
Ukuran Terminal Bus tergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan
lahan, fungsi, peranan, peruntukan, tipe, klasifikasi, tata guna lahan, dan
pemusatan trayek asal-tujuan. Seperti misalnya terminal bus tipe A, tenru
ukurannya harus luas, besar, dan seterusnya.
6) Model Lokasi Terminal Bus Khusus Bus
Terdapat dua model lokasi terminalnya, yaitu:
25
• Model pinggiran (nearside terminating) merupakan model yang
mengembangkan sejumlah terminal di pinggir kota. Arus kendaraan
angkutann antar kota berakhir di terminal yang ada baik di pinggir kota
atau di tengah kota. Ukuran kota yang cocok untuk model ini adalah
kota besar, kota raya, dan metropolitan.
• Model tenngah kota (central terminating) merupakan model yang
hanya menggabungkan satu terminal saja di tengah kota yang melayani
semua jenis angkutan mulai dari angkutann lokal sampai nasional dan
internasional . ukutan yang cocok untuk model ini adalah kota kecil
dan sedang.
7) Daerah Kewenangan Terminal Bus/Truk
Sebuah terminal bus/truk yang dibangun di atas lahan pada lokasi yang
sudah diputuskan memiliki tiga daerah kewenangan, yaitu:
• Daerah manfaat terminal (DAMATER), diperuntukkan bagi kegiatan
utama terminal yaitu turun/naik dengan bongkar/muat barang dan
parkir kendaraan umum.
• Daerah milik terminal (DAMITER), diperuntukkan bagi kegiatan yang
menunjang kegiatan terminal. Daerah ini diberi batas pagar untuk
menunjukkan bahwa daerah ini merupakan wilayah terminal, seperti
- Bangunan (ruang tunggu) terminal
- Pergudangan (untuk termina angkutan barang/truk)
- Bangunan kantor terminal
• Daerah pengawasan terminal (DAWASTER), merupakan aerah diluar
terminal. Lahannya tidak dimiliki oleh terminal, tetapi penggunaannya
diawasi agar tidak mengganggu kegiatan terminal, seperti
bongkar/muat dan parkir kendaraan diluar terminal.
8) Kajian Terminal Bus (Truk)
Pengadaan sebuah terminal bus/truk tipe A yang representative sebenarnya
harus didahului oleh proses beberapa kajian yang antara lain:
• Rencana induk kota
• Rencana strategis (renstra) kota
• RUTRK atau RUTRW tempat terminal akan dibangun
26
• Rencana induk atau rencana strategis terminal itu sendiri
• Kajian kelayakan terminal
• Rencana detail terminal
• Kajian teknis terminal
• Kajian AMDAL terminal
• Kajian ANDALL (analisis dampak lalu lintas) terminal
• Kajian jangka pendek (program)aksi pendirian terminal
9) Perencanaan Terminal Bus/Truk
Perencanaan pengadaan sebuah terminal bus/truk harus
mempertimbangkan dan mengacu pada pangkalan data tentang:
• Ukuran kota yang ditanyakan dalam jumlah penduduk
• Bentuk kota
• Jaringan jalan
• Tata guna lahan kota (dalam RUTRK)
• Kepadatan penduduk
• Pendapatan perkapita penduduk
2.2.2 Terminal Jalan Rel (Stasiun Kereta Api)
Terminal pada jalan rel (baja) popular dengan istilah stasiun kereta api, yaitu
Kawasan yang digunakan untuk kgiatan ganti moda (transit) dari kereta api ke moa
transportasi jalan raya bus, angkot, taksi, bajaj, dan lain-lain. Selain itu, stasiun
kereta api juga berbentuk sebuah zona tempat orang beraktifitas seperti kantor
cabang perusahaan kereta api, serta usaha-usaha lain yang terdapat di dalam stasiun
kereta api, seperti bank, pertokoan, wartel, restoran, dan sebagainya.
Stasiun kereta api disebut juga sebagai emplasemen penumpang, dapat dibagi
menurut ukuran, letaknya, dan menurut bentuknya.
1. Ukuran
1) Stasiun besar (utama) yang melayani perjalanan kereta api jarak jauh
(kereta api antar kota antar provinsi) seperti stasiun Gambir (Jakarta) ke
Stasiun Gubeg (Surabaya), dan lain-lain.
2) Stasiun sedang (sekunder) yang melayani perjalanan kereta api untuk jarak
sedang atau regional (kereta api antar kota dalam provinsi) seperti stasiun
Kertapatti (Palembang, Sumatera Selatan) ke stasiun Lubuk Linggau
(Sumatera Selatan), dan lain-lain.
27
3) Stasiun kecil local (stasiun kota); stasiun ini hanya melayani perjalanan
kereta api dalam local atau jarak dekat (kereta api dalam kota) seperti
kereta api Jabotabek dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikini dan lain-lain.
2. Letak
1) Stasiun awal ialah stasiun tempat rangkaian kereta api (gerbong dan
lokomotif) benar-benar memulai perjalanannya (simpul asal).
2) Stasiun akhir ialah stasiun tempat rangkaian kereta api (gerbong dan
lokomotif) betul-betul mengakhiri perjalanannya (simpul tujuan).
3) Stasiun antara merupakan stasiun-stasiun persinggahan rangkaian kereta
api di sepanjang perjalanannya antara stasiun awal dan stasiun akhir.
4) Stasiun pertemuan ialah stasiun yang terletak pada pertemuan
(persilangan) ruas jalan rel yang menghubungkan dua jalan rel berlainan
arah seperti ruas jalan rel Jakarta-Surabaya bertemu dan bersilang di
stasiun Cikampek dengan ruas jalur rel Bandung-Jakarta, atau ruas jalan
rel Jakarta-Surabaya bertemu ruas jalan rel Jakarta-Yogyakarta yang
bertemu di stasiun Cirebon, dan lain-lain.
3. Bentuk
1) Stasiun siku-siku
2) Stasiun parallel
3) Stasiun pulau
4) Stasiun semenanjung
28
BAB 3 KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/267084233/Sarana-Dan-Prasarana-Transportasi.
Diakses 22 September 2018
2. Miro Fidel. 1997. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangg
30
31