Al-Qur’an
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Ruum (30):21).
As-Sunnah
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
” Tiga kelompok yang berhak mendapat pertolongan Allah. Mujahid di jalan Allah, budak
yang ingin merdeka, orang yang menikah yang ingin menjaga kesucian (dari zina)” (HR at-
Turmudzi)
2. Hukum Pernikahan
Hukum menikah dalam pandangan syariah. Para ulama ketika membahas hukum
pernikahan, menemukan bahwa ternyata menikah itu terkadang bisa mejadi sunnah,
terkadang bisa menjadi wajib atau terkadang juga bisa menjadi sekedar mubah saja. Bahkan
dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh. Dan ada juga hukum pernikahan yang haram
untuk dilakukan.
Semua akan sangat tergantung dari kondisi dan situasi seseorang dan permasalahannya.
Apa dan bagaimana hal itu bisa terjadi, mari kita bedah satu persatu.
“Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal
dan binatang ternak yang kamu tunggangi.” (QS.An-Nur : 33)
Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk
menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan
seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui
dan menerima keadaannya.
Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan
diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah
sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon
pasangannya.
Seperti orang yang terkena penyakit menular yang bila dia menikah dengan seseorang
akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya
untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.
3. Rukun Pernikahan
Rukun dalam pernikahan yaitu:
Ijab
yaitu ucapan penyerahan calon mempelai wanita dari walinya atau wakilnya kepada
calon mempelai pria untuk dinikahi. Misalnya: “Saya nikahkan kamu dengan Fulanah”.
Qabul
yaitu ucapan penerimaan pernikahan dari calon mempelai pria / walinya.
4. Sunnah Pernikahan
5. Tujuan Pernikahan
Tujuan dari pernikahan:
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan
agama. (At-aubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya.
(At-Taghabun: 14)
Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-
Furqan: 74)
Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah
(makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika
beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara
berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang
tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada
suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan
paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-
Thalaq: 7)
Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya
terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi,
Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang,
tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak
memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam
rumah sendiri. (Abu Dawud).
Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-
Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-
hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu
kepada istrinya. (AI-Baqarah: 40)
Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah
pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi
daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah: a. Menyerahkan dirinya, b.
Mentaati suami, c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, d. Tinggal di tempat
kediaman yang disediakan suami, e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam
kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)
Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu
sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami
meridhainya. (Muslim)
Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni
dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya.
(Tirmidzi)
Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam
keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, Tirmidzi)
Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya
dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada
suaminya. .. (Timidzi)
Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan
suami(Thabrani)
Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya
(saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)
Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit harta
(3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)
Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama empat
bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan menjaga
kemaluannya. (An-Nur: 30-31)
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.
- QS At-Talaq 65:1-7
ص وا ْال ِع َّد َة َوا َّتقُ وا هَّللا َ َر َّب ُك ْم الَ ُت ْخ ِر ُج وهُنَّ مِن ُب ُي وت ِِهنَّ َوال َي ْخ رُجْ َن إِالَّ أَن ُ ْأَ ُّي َها ال َّن ِبيُّ إِ َذا َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َساء َف َطلِّقُوهُنَّ لِ ِع َّدت ِِهنَّ َوأَح
ِث َبعْ دَ َذل َِك أَمْ رً ا
ُ ك ُح ُدو ُد هَّللا ِ َو َمن َي َت َع َّد ُح ُدو َد هَّللا ِ َف َق ْد َظلَ َم َن ْف َس ُه الَ َت ْد ِري لَ َع َّل هَّللا َ يُحْ د َ * َيأْت
َ ِين ِب َفا ِح َش ٍة ُّم َب ِّي َن ٍة َوت ِْل
ُ ف َوأَ ْش ِه ُدوا َذ َويْ َع ْد ٍل مِّن ُك ْم َوأَقِيمُوا ال َّش َها َد َة هَّلِل ِ َذلِ ُك ْم يُو َع
ٍ ارقُوهُنَّ ِب َمعْ رُو َ ٍ َفإِ َذا َبلَ ْغ َن أَ َجلَهُنَّ َفأ َ ْمسِ ُكوهُنَّ ِب َمعْ رُو
ظ ِب ِه َمن ِ ف أ ْو َف
ْ َّ هَّللا ْ هَّلل
ان ي ُْؤمِنُ ِبا ِ َوال َي ْو ِم اآلخ ِِر َو َمن َي َّت ِق َ َيجْ َعل ل ُه َمخ َرجً ا َ * َك
ْث الَ َيحْ َتسِ بُ َو َمن َي َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ َفه َُو َحسْ ُب ُه إِنَّ هَّللا َ َبالِ ُغ أَ ْم ِر ِه َق ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْدرً ا
ُ * َو َيرْ ُز ْق ُه مِنْ َحي
ض عْ َن َ ال أَ َجلُهُنَّ أَن َي ِ الت األَحْ َم ُ ِض َن َوأ ُ ْو ْ ِيض مِن ِّن َسا ِئ ُك ْم إِ ِن ارْ َت ْب ُت ْم َف ِع َّد ُتهُنَّ َثال َث ُة أَ ْشه ٍُر َوالالَّئِي لَ ْم َيح
ِ َوالالَّئِي َيئِسْ َن م َِن ْال َمح
َ
* َح ْملَهُنَّ َو َمن َي َّت ِق هَّللا َ َيجْ َعل لَّ ُه مِنْ أمْ ِر ِه يُسْ رً ا
نزلَ ُه إِلَ ْي ُك ْم َو َمن َي َّت ِق هَّللا َ ُي َك ِّفرْ َع ْن ُه َس ِّي َئا ِت ِه َويُعْ ظِ ْم لَ ُه أَجْ رً ا
َ َك أَ ْم ُر هَّللا ِ أ
َ ِ* َذل
َّضعْ َن َحمْ لَهُن ِ َض ِّيقُوا َعلَي ِْهنَّ َوإِن ُكنَّ أُوال
َ ت َح ْم ٍل َفأَنفِ ُقوا َع َلي ِْهنَّ َح َّتى َي َ ضارُّ وهُنَّ لِ ُت ُ أَسْ ِك ُنوهُنَّ مِنْ َحي
َ ْث َس َكن ُتم مِّن وُ جْ ِد ُك ْم َوالَ ُت
ُورهُنَّ َو ْأ َت ِمرُوا َب ْي َن ُكم ِب َمعْ رُوفٍ َوإِن َت َعا َسرْ ُت ْم َف َس ُترْ ضِ ُع لَ ُه أ ُ ْخ َرى
َ ضعْ َن لَ ُك ْم َفآ ُتوهُنَّ أُج
َ ْ* َفإِنْ أَر
لِيُنف ِْق ُذو َس َع ٍة مِّن َس َع ِت ِه َو َمن قُد َِر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُ ُه َف ْليُنف ِْق ِممَّا آ َتاهُ هَّللا ُ ال ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْف ًسا إِالَّ َما آ َتا َها َس َيجْ َع ُل هَّللا ُ َبعْ دَ عُسْ ٍر يُسْ رً ا
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan
mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu
iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari
rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.
(ayat 1)
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik
atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.(ayat 2)
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(ayat 3)
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-
perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (ayat 4)
Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan
melipat gandakan pahala baginya. (ayat 5)
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.(ayat 6)
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(ayat 7)
6. HUKUM CERAI/TALAK
Hukum talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah.
Rinciannya sbb:
Lafadz/teks talak:
- Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
- Dengan sengaja dan bukan paksaaan
8. JENIS PERCERAIAN ADA 2 (DUA)
Ditinjau dari pelaku perceraian, maka perceraian itu ada dua macam yaitu (a) cerai
talak oleh suami kepada istri dan (b) gugat cerai oleh istri kepada suami.
Selanjutnya saya membaca sighat taklik atas istri saya sebagai berikut :
Sewaktu-waktu saya :
1. Meninggalkan istri saya dua tahun berturut-turut,
2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,
3. Atau saya menyakiti badan/jasmani istri saya,
4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya enam bulan lamanya,
Kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada pengadilan agama dan
pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan tersebut, sebagai iwadh (pengganti)
kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.
Kepada Pengadilan tersebut saya kuasakan untuk menerima uang iwadh itu dan
kemudian menyerahkan kepada Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelengara Haji Cq.
Direktorat Urusan Agama Islam untuk keperluan ibadah sosial.
Yaitu perceraian yang dilakukan oleh istri kepada suami. Cerai model ini dilakukan
dengan cara mengajukan permintaan perceraian kepada Pengadilan Agama. Dan perceraian
tidak dapat terjadi sebelum Pengadilan Agama memutuskan secara resmi.
Ada dua istilah yang dipergunakan pada kasus gugat cerai oleh istri, yaitu fasakh dan
khulu’:
1. Fasakh
Fasakh adalah pengajuan cerai oleh istri tanpa adanya kompensasi yang diberikan istri
kepada suami, dalam kondisi di mana:
- Suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin selama enam bulan berturut-turut;
- Suami meninggalkan istrinya selama empat tahun berturut-turut tanpa ada kabar berita
(meskipun terdapat kontroversi tentang batas waktunya);
- uami tidak melunasi mahar (mas kawin) yang telah disebutkan dalam akad nikah, baik
sebagian ataupun seluruhnya (sebelum terjadinya hubungan suamii istri); atau
- adanya perlakuan buruk oleh suami seperti penganiayaan, penghinaan, dan tindakan-
tindakan lain yang membahayakan keselamatan dan keamanan istri.
Jika gugatan tersebut dikabulkan oleh Hakim berdasarkan bukti-bukti dari pihak istri,
maka Hakim berhak memutuskan (tafriq) hubungan perkawinan antara keduanya.
2. Khulu’
Khulu’ adalah kesepakatan penceraian antara suami istri atas permintaan istri dengan
imbalan sejumlah uang (harta) yang diserahkan kepada suami. Khulu' disebut dalam QS Al-
Baqarah 2:229
3) Kedua belah pihak (mantan suami dan mantan istri) sama-sama suka, dan yakin dapat
hidup bersama kembali dengan baik. berdasarkan firman Allah Swt:
“Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti itu dan jika mereka (para
suami) itu menghendaki islah”.
D. Hikmah Rujuk
1. Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk kepentingan kerukunan numah
tangga
2. Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah berlaku perceraian.
3. Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah berlaku perceraian.
E. Hukum Rujuk
1. Wajib apabila Suami yang menceraikan salah seorang isteri-isterinya dan dia belum
menyempurnakan pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.
2. Haram Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada isteri tersebut.
3. Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
4. Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
5. Sunat Sekiranya mendatangkan kebaikan.
F. Prosedur rujuk
Pasangan mantan suami-istri yang kan melakukan rujuk harus dapat menghadap PPN
(pegawai pencatat nikah) atau kepala kantor urusan agama (KUA) yang mewilayahi tempat
tinggal istri dengan membawa surat keterangan untuk rujuk dari kepala desa/lurah serta
kutipan dari buku pendaftaran talak/cerai atau akta talak/cerai.