Anda di halaman 1dari 32

MODUL 03

MODUL KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

PELATIHAN DASAR TEKNIS BIDANG SDA

2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Modul 3 Konservasi Sumber Daya Air

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Konservasi Sumber Daya Air sebagai kemampuan
inti/substansi dalam Pelatihan Orientasi Terpadu. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Angkatan 2017 yang tersebar di beberapa unit organisasi bidang sumber daya air
di lingkungan Kementerian PUPR.

Modul konservasi sumber daya air ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi
atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
konservasi sumber daya air. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini
lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi CPNS Angkatan 2017 yang tersebar di
beberapa unit organisasi bidang sumber daya air di lingkungan Kementerian
PUPR.

Bandung, November 2017


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.


NIP. 19670908 199103 1 006

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................iv
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat............................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran......................................................................................2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................................................2
E. Estimasi Waktu...............................................................................................2
MATERI POKOK 1 DEFINISI, MAKSUD DAN TUJUAN KONSERVASI SUMBER
DAYA AIR..................................................................................................................3
1.1 Definisi Konservasi Sumber Daya Air..........................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan Konservasi Sumber Daya Air......................................3
1.3 Latihan.........................................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Rangkuman.................................................Error! Bookmark not defined.
MATERI POKOK 2 KEGIATAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR...................4
2.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air..................................................4
2.2 Pengawetan Air...........................................................................................7
2.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran AIr..................10
2.3.1 Pengelolaan Kualitas Air.....................................................................10
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Air...........................................................14
2.4 Latihan.........................................................Error! Bookmark not defined.
2.5 Rangkuman................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................18
A. Simpulan.......................................................................................................18
B. Tindak Lanjut.................................................................................................18
EVALUASI FORMATIF..........................................................................................19
A. Soal...............................................................................................................20
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut....................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi
Modul konservasi sumber daya air ini terdiri dari 2 (dua) materi pokok. Materi
pokok pertama membahas definisi, maksud dan tujuan konservasi sumber daya
air. Materi pokok kedua membahas kegiatan konservasi sumber daya air.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang


berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk mengetahui
dan memahami konservasi sumber daya air pada sektor-sektor sumber daya air.
Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi alat ukur tingkat
penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada materi pokok.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan
baik materi yang merupakan kemampuan inti/substansi dari Pelatihan Orientasi
Terpadu. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca
terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan konservasi sumber daya air.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan brainstorming, diskusi dan studi kasus dan simulasi.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, modul dan/atau bahan ajar,
flipchart, kertas plano, metaplan, film/visualisasi serta lembar instruksi.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui
dan memahami konservasi sumber daya air pada sektor-sektor sumber daya air.
Modul 3 Konservasi Sumber Daya Air

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pembinaan bidang sumber daya air pada umumnya dan konservasi
SDA pada khususnya, maka perlu dilakukan pembinaan Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang memiliki integritas dan profesional dalam bidangnya. Tuntutan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki ASN yang memiliki integritas dan
profesional tentunya membutuhkan kesungguhan dan kesiapan sumber daya
manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan ASN yang baik dan selektif.
Juga tidak bisa diabaikan adalah pentingnya pembinaan, pendidikan dan pelatihan
sumber daya ASN untuk membentuk dan mengkader aparatur yang berintegritas
dan profesional.

Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk mengubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai PNS yang berintegritas dan profesional
menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan keberhasilan
pelaksanaan konservasi SDA.

Salah satu upaya untuk menciptakan aparatur yang profesional salah satunya
adalah dengan mengikuti pelatihan ini. Dengan keikutsertaan pada pelatihan
tersebut maka diharapkan seorang ASN akan mampu untuk melaksanakan tugas
dan fungsi dengan sebaik-baiknya khususnya ASN yang akan menjalankan
kegiatan konservasi SDA.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai konservasi
sumber daya air sebagai salah satu upaya untuk menjaga dan memepertahankan
kelangsungan dan keberadaan sumber daya air, melalui metode brainstorming,
ceramah interaktif, diskusi, studi kasus, dan simulasi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1


Modul 3 Konservasi Sumber Daya Air

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu
mengetahui dan memahami konservasi sumber daya air pada sektor-sektor
sumber daya air.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a) Menjelaskan definisi, maksud dan tujuan konservasi sumber daya air;
b) Menjelaskan kegiatan konservasi sumber daya air pada sektor-sektor
sumber daya air;

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul Konservasi Sumber Daya Air ini akan membahas materi:
1. Definisi, maksud dan tujuan konservasi sumber daya air
a) Definisi konservasi sumber daya air
b) Maksud dan tujuan konservasi sumber daya air
2. Kegiatan konservasi sumber daya air
a) Perlindungan dan pelestarian sumber air
b) Pengawetan air
c) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Konservasi Sumber Daya Air” ini adalah 5 (lima) jam pelajaran
(JP) atau sekitar 225 menit.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2


MATERI POKOK 1
DEFINISI, MAKSUD DAN TUJUAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta


diharapkan mampu menjelaskan definisi, maksud dan tujuan konservasi
sumber daya air.

1.1 Definisi Konservasi Sumber Daya Air

1.2 Maksud dan Tujuan Konservasi Sumber Daya Air


Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan
keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan
fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan
kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan tata ruang.
MATERI POKOK 2
KEGIATAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta


diharapkan mampu menjelaskan kegiatan konservasi sumber daya air.

Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta


keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan
keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan
fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan
kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan tata ruang.

Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungn air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.

2.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air


Perlindungan dan pelestarian sumber daya air dimaksudkan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta linkungannya terhadap kerusakan dan gangguan
yang disebabkan oleh daya alam dan aktifitas manusia, dan dipakai sebagai dasar
untuk penatagunan lahan, agar sumber daya air dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
Pada dasarnya setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya sumber air dan prasarananya, menurunnya potensi
sumber air, serta mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan sumber daya air.

Upaya pelestarian sumber air yang menjadi dasar dalam penatagunaan lahan,
secara umum dapat dilakukan melalui :
a. Pemeliharaan dan mempertahankan fungsi resapan air dan daerah tangkapan
air
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air, berupa perizinan yang ketat, atau
pelarangan pemanfaatan sumber air:
c. Pengisian air pada sumber air, seperti pemindahan aliran air dari satu daerah
aliran sungai ke daerah aliran sungai lainnya, dengan pekerjaan sudetan,
interkoneksi, atau suplesi, serta melakukan imbuhan air tanah
d. Pengaturan sarana dan prasarana sanitasi, seperti pengelolaan air limbah dan
persampahan
e. Perlindungan sumber air, dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan di sekitar sumber air
f. Pengendalian pemanfaatan lahan di daerah hulu
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air
h. Rehabilitasi hutan dan lahan pertanian
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam

Metode pelestarian sumber daya air yang dapat dilakukan melalui pendekatan
sosial, ekonomi, dan budaya, adalah sebagai berikut:
1. Cara Vegetatif
Pelestarian sumber daya air secara vegetatif ini menggunakan tanaman,
tumbuhan atau sisa tanaman sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi
laju erosi, dengan cara mengurangi daya rusak butiran air hujan yang jatuh
dan daya rusak aliran permukaan.

Pelestarian sumber daya air dengan cara ini menjalankan fungsinya melalui :
a. Pengurangan daya rusak butiran air hujan yang jatuh, karena proses
intersepsi butiran air hujan oleh daun atau tajuk tanaman
b. Pengurangan volume air permukaan, karena meningkatnya kapasitas
infiltrasi oleh perakaran tanaman
c. Memperlambat aliran air permukaan, karena meningkatnya panjang
lintasan aliran permukaan oleh keberadaan tanaman
d. Pengurangan daya rusak aliran air permukaan, karena pengurangan
kecepatan dan volume aliran air permukaan karena meningkatnya
panjang lintasan dan kekasaran permukaan.
2. Cara Mekanis
Pelestarian sumber daya air dengan cara ini pada prinsipnya adalah
mengurangi banyaknya butiran tanah yang hilang karena erosi, serta
memanfaatkan air hujan yang jatuh seefisien mungkin, mengendalikan
kelebihan air di musim hujan, dan menyediakan air yang cukup di musim
kemarau.
Pelestarian sumber daya air secara mekanis mempunyai fungsi :
a. Memperlambat aliran air permukaan
b. Menampung dan mengalirkan aliran air permukaan, sehingga tidak
merusak
c. Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah
d. Menyediakan air bagi tanaman.
Adapun usaha pelestarian sumber daya air secara mekanis, antara lain
meliputi pengolahan tanah menurut garis kontour, pembuatan terasering,
pembuatan saluran air, pembuatan sumur resapan, dan pembuatan dam
pengendali.
3. Cara Kimiawi
Pelestarian sumber daya air dengan cara ini pada prinsipnya adalah
memperkuat struktur permukaan tanah dengan mencampur bahan kimiawi
atau pemantap tanah, sehingga tidak mudah tererosi oleh butiran atau aliran
air hujan.
Bahan pemantap tanah yang dapat dipakai untuk pelestarian sumber daya air
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat yang adhesif, serta dapat bercampur dengan tanah
secara merata
b. Dapat merubah sifat hidropobik tanah, sehingga dapat merubah kurva
penahanan air tanah
c. Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air
d. Daya tahan sebagai pemantap tanah cukup memadai
e. Tidak bersifat racun
Berbagai jenis bahan pemantap tanah yang sering dipakai antara lain polylinyl
acetate, polyvinyl pyrrolidone, aspalt, latex, dan sebagainya.

2.2 Pengawetan Air


Pengawetan air dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air
atau kuantitas air, baik air permukaan maupun air tanah sesuai dengan fungsi dan
manfaatnya.
1. Pengelolaan Kuantitas Air Permukaan
pengelolaan kuantitas air permukaan dimaksudkan untuk mempertahankan
dan meningkatkan potensi/kuantitas air permukaan yang tersedia, sebagai
salah satu cara untuk melakukan konservasi sumber daya air, sebagai berikut:
a. Pengendalian Aliran Permukaan
Pengendalian air permukaan dilakukan dengan memperpanjang waktu air
tertahan dipermukaan tanah dan meningkatkan air yang dapat masuk ke
dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian air permukaan pada tanaman di
lahan kering untuk bebagai jenis tanah dan berbagai metode konservasi
yang berbeda (Pusat Penelitian Tanah, Bogor), dapat disimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang besar antara penurunan aliran permukaan dengan
penerapan metode konservasi, terutama untuk lahan kering/tegalan
dengan permeabilitas yang rendah.
b. Pemanenan Air Hujan
Pemanenan air hujan dalam skala kecil dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan selama
musim kemarau panjang, dengan mengumpulkan air hujan yang
mengucur dari atap rumah. Air hujan yang berkualitas baik dapat
dikumpulkan dari atap rumah yang bersih dan terbuat dari bahan yang
tahan korosi, demikian pula dengan bak penampungnya. Sebaiknya air
hujan yang jatuh
pada awal musim hujan tidak dimasukan ke dalam bak penampung air
hujan.
Untuk skala yang lebih besar, pemanenan air hujan pada dasarnya dapat
dilakukan di daerah tangkapan air, dengan menampung aliran permukaan
pada suatu kawasan kedalam suatu bak penampungan. Besarnya air
hujan yang dapat dipanen dipengaruhi oleh topografi dan kemampuan
lapisan tanah atas dalam menahan air hujan yang jatuh.
Persiapan pemanenan air hujan dari suatu lahan yang luas, dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Membuat saluran sejajar dengan garis kontour
2) Membersihkan dan memadatkan bidang/lahan tangkapan air
3) Bila diperlukan dapat pula dilengkapi dengan saluran searah lereng
4) Menampung air hujan yang jatuh dan mengalir di saluran tersebut.
c. Meningkatkan Kapasitas Infiltrasi Tanah
Kapasitas infiltrasi tanah sangat mempengaruhi volume air yang dapat
masuk ke dalam tanah, dan dalam rangka konservasi sumber daya air,
dapat ditingkatkan dengan memperbaiki struktur tanah.
Cara yang paling efektif dalam meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
adalah dengan menutup permukaan tanah dengan tanaman, atau
mencampurnya dengan bahan organik.
2. Pengelolaan Kuantitas Air Tanah
Pengelolaan kuantitas air tanah dimaksudkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan potensi/kuantitas air tanah yang tersedia, sebagai salah satu
cara untuk melakukan konservasi sumber daya air, sebagai berikut :
a. Pengisian Air Tanah Secara Buatan
Meskipun bendungan telah dibangun di suatu sungai, sebagian air yang
mengalir dimusim hujan masih akan terbuang keluar waduk, dan
kelebihan air ini dapat dikonservasi melalui pengisian akuifer di dalam
tanah secara buatan. Pengisian buatan akuifer tersebut merupakan upaya
meningkatkan yield total dan merupakan salah satu sarana untuk
manajemen sumber daya air.
Simpanan air dalam tanah ini merupakan sumber air yang dapat
dihandalkan untuk menambah potensi sumber daya air, dan kemampuan
tanah untuk menyimpan air tergantung dari tinggi muka air tanah dan pori-
pori tanah.
Syarat-syarat fisik yang diperlukan untuk pengisian air tanah secara buatan,
antara lain :
1) Tersedia akuifer dengan kapasitas dan permeabilitas yang memadai
2) Tersedia cukup air untuk melakukan pengisian
3) Pemompaan air tidak boleh berlebihan, agar tingkat pengimbuhannya
tidak rendah
4) Kualitas air yang akan diisikan cukup memadai bila dibandingkan
dengan air tanah yang ada.
Pengisian resevoir air tanah secara buatan ini dapat dipakai untuk :
1) Menyimpan kelebihan air permukaan menjadi air tanah
2) Memperbaiki kualitas air tanah dengan mencampur air tanah lokal
dengan air pengisian
3) Membentuk tabir tekanan untuk mencegah instrusi air laut
4) Meningkatkan produksi pertanian karena lebih terjaminnya air irigasi
5) Menurunkan biaya pemompaan air tanah karena kedalaman air tanah
yang relatif menjadi kecil
6) Mencegah terjadinya penurunan muka tanah
b. Pengendalian Pengambilan Air Tanah
Pengambilan air tanah melalui sumur-sumur akan menyebabkan lengkung
penurunan muka air tanah. Makin besar laju pengambilan air tanah akan
semakin curam lengkung permukaan air tanah di sekitar sumur-sumur
tersebut, sampai terjadi keseimbangan baru bila terjadi pengisian di
daerah resapan.
Keseimbangan baru ini akan terjadi bila laju pengambilan air tanah lebih
kecil dari pengisian air hujan di daerah resapan, namun bila laju
pengambilan air tanah lebih besar dari pengisiannya maka lengkung
penurunan muka air tanah di antara sumur-sumur tersebut akan semakin
curam, dan akan terjadi penurunan muka tanah secara permanen.
Untuk itu dalam kerangka konservasi sumber daya air, maka pemanfaatan
air tanah harus dapat dikendalikan, dan disesuaikan dengan besarnya
pengimbuhan atau pengisian oleh air hujan di daerah resapan
2.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran AIr
2.3.1 Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dimaksudkan untuk mempertahankan dan memulihkan
kualitas air yang masuk dan yang berada pada sumber air, dengan cara
memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber air.

1. Kualitas Air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan manusia dan lingkungannya, kualitas air dapat
dibedakan atas sifat dan karakteristiknya sebagai berikut :
a. Sifat Fisik
Karakteristik fisik yang mempengaruhi kualitas air antara lain :
1) Bahan-bahan padat, diukur dengan melakukan penyaringan,
pengendapan dan penguapan, zat padat ini dapat mempengaruhi
kualitas air.
2) Kandungan sedimen, mempengaruhi tingkat/proses pendangkalan
saluran, sungai dan waduk, serta mempengaruhi biaya pengolahan air
bersih. Air tanah dan air waduk yang kurang mengandung sedimen,
kurang baik untuk air irigasi.
3) Kekeruhan, karena adanya kandungan material yang kasat mata
dalam air, seperti tanah liat, lempung, bahan organik dan non organik,
tingkat kekeruhan air diukur dengan turbidmeter.
4) Warna, air murni tidak berwarna, dan warna air diakibatkan oleh
adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral.
Sinar matahari secara alamiah mempunyai sufat disinfeksi dan
mengelantang terhadap bahan pewarna air, tapi sifatnya terbatas.
5) Bau dan rasa, rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam
terlarut. Bau dan rasa dalam air pada umumnya disebabkan
keberadaan mikro-organisme, bahan organik, bahan mineral, dan gas
terlarut. Untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki
dapat dilakukan aerasi, pemakaian potassium permanganat,
pemakaian karbon aktif, koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
6) Temperatur, tergantung dari sumbernya, temperatur normal/alami di
daerah tropis berkisar antara 20 - 30 0 C.
b. Sifat Kimia
Kandungan zat kimia yang berpengaruh terhadap kesesuaian
penggunaan air, antara lain :
1) pH, sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air, dapat diukur
dengan potensiometer untuk mengukur potensi listrik yang
dibangkitkan oleh ion H+ atau bahan celup penunjuk warna seperti
methyl orange atau phenolphthalerin. Air murni mempunyai nilai pH =
7, sedangkan air dengan pH nilai diatas 7 bersifat asam, dan dibawah
nilai 7 bersifat basa.
2) Alkalinitas, karena adanya garam-garam alkalin yang berada di
kandungan air, seperti karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium
dan magnesium, yang dinyatakan dalam mg/lt ekivalen kalsium
karbonat.
3) Kesadahan, terkait dengan penyediaan air bersih, air dengan
kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum
membentuk busa.
Kesadahan air sementara karena keberadaan kalsium dan
magnesium bikarbonat dapat dihilangkan dengan mendidihkan air
atau menambah kapur dalam air, sedangkan kesadahan permanen
karena kalsium, magnesium sulfat, chlorida dan nitrat dapat
dilunakkan dengan perlakuan khusus.
c. Sifat Biologi
Air permukaan umumnya mengandung berbagai macam organisme hidup,
sedangkan air tanah relatif lebih bersih karena adanya proses
penyaringan oleh akuifer.

Jenis organisme yang terdapat dalam kandungan air meliputi :


1) Macroskopik, seperti ganggang dan rumput laut, dapat menurunkan
kualitas air, dalam hal rasa, warna dan bau, dapat dihilangkan dengan
proses purifikasi.
2) Microsopik, seperti jamur dan alga dapat mempengaruhi kekeruhan
dan warna air, serta memberi andil terhadap rasa dan bau air yang
tidak diinginkan, dapat dikendalikan dengan sulfat atau chlorida.
3) Bakteri, baik yang menimbulkan penyakit (pathogen), maupun yang
tidak menimbulkan penyakit (non pathogen), kebeadaannya dapat
diketahui dengan melalui E-colli Test.
Virus merupakan organisme penyebab infeksi, lebih kecil dari bakteri,
dapat dikendalikan dengan clorinasi dikombinasikan dengan penonaktifan
virus.
2. Pengelolaan Kualitas Air Irigasi
Pengelolaan kualitas air untuk irigasi pada dasarnya adalah mempertahankan
kualitas air, baik air pemukaan maupun air tanah agar memenuhi syarat untuk
dipakai sebagai air irigasi.

Kualitas air sungai di daerah tropis pada umumnya telah memenuhi syarat
untuk air irigasi, kecuali sungai yang melalui daerah industri, atau yang telah
tercemar oleh limbah industri yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Pemberian air irigasi dengan kualitas yang baik, dapat memperbaiki struktur
tanah, karena kandungan kalsium dalam air, dan proses pencucian garam-
garam yang dikandung dalam tanah.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kesesuaian air irigasi antara lain :


a. Konsentrasi Total Garam Terlarut, dinyatakan dengan daya hantar listrik,
dengan unit satuan decisiemens per meter (dS/m) atau milimhos per
sentimeter (mmhos/cm).
Klasifikasi air irigasi dikaitkan dengan daya hantar listrik, dibedakan atas 4
kelompok, yakni :
 Sanilitas rendah, 0,1 - 0,25 dS/m
 Sanilitas sedang, 0,25 - 0,75 dS/m
 Sanilitas tinggi, 0,75 - 2,25 dS/m
 Sanilitas sangat tinggi, 2,25 - 5,00 dS/m
Konsentrasi garam yang berlebihan dalam air irigasi akan berpengaruh
negatif terhadap :
1) Mengurangi aktifitas osmosis tanaman, sehingga mengurangi
penyerapan nutrisi dari tanah
2) Mempengaruhi proses metabolisme melalui reaksi kimianya
3) Mengurangi permeabilitas tanah
4) Mencegah atau mengurangi aerasi
5) Mengurangi/ mencegah sistem drainase tanah
b. Nisbah Serapan Sodium (Sodium Absorption Rasio–SAR), merupakan
perbandingan antara jumlah sodium relatif dengan kation-kation lain.
Klasifikasi air irigasi, dikaitkan dengan nilai SAR dapat dibedakan atas 4
kelompok, yaitu :
1) Sodium rendah (1 - 10), dapat dipakai untuk irigasi berbagai jenis
tanaman
2) Sodium sedang (10 - 18), dapat dipakai untuk irigasi, bila dilakukan
pencucian tanah yang memadai
3) Sodium tinggi (18 - 26), tidak dapat dipakai untuk irigasi, yang sistem
drainasenya tidak baik
4) Sodium sangat tinggi (> 26), tidak sesuai untuk irigasi dalam keadaan
normal
c. Akumulasi Garam Dalam Tanah, terutama pada daerah irigasi dengan
curah hujan yang rendah untuk pencucian garam dalam tanah yang
terbatas, sehingga cenderung terjadi penumpukan garam pada lahan
pertanian, dan dapat menurunkan tingkat pertumbuhan tanaman.
3. Pengelolaan Kualitas Air Rumah Tangga
Pengelolaan kualitas air untuk rumah tangga pada dasarnya adalah
mempertahankan kualitas air, agar dapat memenuhi persyaratan yang
ditentukan, yaitu air baku untuk air minum, atau klasifikasi air kelas satu,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Air tersebut harus aman dan sehat, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa karena terlarutnya gram mineral atau bahan mineral lainnya.
Persyaratan kualitas air untuk rumah tangga, baik parameter fisik, kimia
anorganik, mikrobiologi dan radioaktifitas, dapat dilihat pada lampiran dari
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tersebut diatas.

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Air


Pengendalian pencemaran air dimaksudkan untuk mempertahankan dan
memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada pada sumber air, dengan
cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana
sumber air.
1. Sumber Pencemar
Berbagai jenis limbah yang terjadi karena proses alam dan/atau aktifitas
manusia, dan dapat mencemari air dan sumber air, antara lain :
a. Limbah Domestik, meliputi air buangan sanitari, dari toilet, dapur, restoran,
hotel, rumah sakit, laundry dan sebagainya, yang dibuang ke saluran
drainase atau sungai. Limbah ini terutama mengandung bahan organik
yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikro organisme, bakteri
yang berbahaya, serta bahan detergen yang dapat mengganggu atau
mematikan kehidupan organisme air dan merusak lingkungan.
b. Limbah Industri, sering mengandung bahan kimia seperti asam, alkali,
minyak, phenol, dan mercury yang dapat masuk/diserap kedalam rantai
makanan tumbuhan, dan hewan air, dan bahkan sampai ke tubuh
manusia.
c. Limbah Pertanian, karena penggunaan pupuk, pestisida dan herbisida
yang berkelebihan pada usaha pertanian. Limbah ini di dalam air sulit,
atau memerlukan waktu yang lama untuk terdegradasi oleh mikro
organisme. Limbah pertanian dapat pula berupa kotoran hewan, sisa
makanan ternak dan poultry.
d. Sedimen/atau Lumpur, karena erosi tanah yang terbawa hanyut oleh
aliran permukaan ke sistem saluran/sungai, dapat menyebabkan
kekeruhan air yang dapat mengurangi penetrasi sinar matahari kedalam
air. Hal tersebut menyebabkan proses fotosintesis tumbuhan dalam air
tidak dapat berlangsung dengan baik, kandungan oksigen dalam air akan
menurun dan
kandungan karbondioksida akan meningkat, dan dapat mempengaruhi
kehidupan hewan air.
Pada dasarnya pencemaran air tersebut di atas dapat dikendalikan, dan
tehnologi yang ada dapat mengeluarkan cemaran dan bakteri dari dalam
air.
2. Pengendalian Pencemaran
a. Cara Teknis
Pengendalian pencemaran air secara teknis dapat dilakukan dengan cara
preventif maupun kuratif. Tindakan preventif ditujukan untuk menjaga
regim sungai, dimana limbah buangan yang masuk kedalamnya sudah
dalam kondisi yang baik.
Beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
pencemaran air, antara lain :
1) Pengolahan air limbah, baik limbah domestik maupun limbah industri.
Pengolahan limbah domestik dipengaruhi oleh karakteristik bahan
padat yang dikandungnya dan ketersediaan fasilitas buangan. Limbah
domestik perlu diolah lebih dulu sebelum dibuang ke sungai, terutama
pada musim kemarau dimana debit sungai relatif kecil.
Untuk menghilangkan atau mendekomposisi polutan padat yang
terdapat dalam air limbah domestik, air limbah tersebut diolah melalui
proses fisik, biologi dan kimia. Pertama kali air limbah dialirkan melalui
saringan untuk memisahkan polutan padat yang berukuran besar,
yang umumnya mencakup 1/3 dari beban polutan. Kemudian air
limbah tersebut dilewatkan pada kolam pengendapan untuk
mengendapkan pasir dan kerikil, dan selanjutnya dialirkan ke tangki
pengendapan besar dan diendapkan untuk beberapa saat, sehingga
sisa material padat yang lolos akan mengendap di dasar tangki atau
terapung di permukaan sebagai busa atau sampah. Air yang berada di
kedua komponen tersebut dikeluarkan dari tangki, dan diklorinasi
untuk membunuh bakteri yang ada, untuk selanjutnya dialirkan ke
sungai. Sedangkan endapan yang terjadi dikeluarkan dari tangki dan
dikeringkan untuk dijadikan pupuk atau bahan yang bermanfaat
lainnya.
Pengolahan limbah buangan industri pada prinsipnya tidak berbeda
dengan pengolahan limbah domestik, yaitu meliputi penyaringan,
penampungan, sedimentasi dengan atau tanpa netralisasi, koagulasi
dan pengolahan secara biologis.
2) Pemilihan Lokasi industri, jenis-jenis industri yang membuang air
limbah dalam jumlah yang besar, seperti industri baja, kertas dan
sebagainya, akan lebih baik bila ditempatkan pada lokasi-lokasi
tertentu dimana biaya sosialnya rendah.
3) Penggunaan kembali, pengolahan air limbah khususnya untuk industri
lebih baik dilakukan di lokasi industri itu sendiri, sehingga biaya
pengolahan limbah dapat dimasukan dalam biaya operasi/produksi,
dan air limbah yang telah diolah tersebut dapat dipergunakan kembali
(recyling). Dengan cara ini konservasi sumber daya air akan dapat
berjalan dengan baik, dan kebutuhan air yang semakin meningkat
akan dapat dipenuhi.
4) Penempatan lokasi buangan yang tepat, pembuangan air limbah
harus berada pada suatu lokasi yang cukup tersedia air
pengencernya, sehingga tidak membahayakan air di badan air
penerima. Lebih baik bila lokasi buangan berada di bagian hilir suatu
kota atau permukiman, sehingga kemungkinan pencemaran terhadap
pengambilan air baku untuk air minum tidak terjadi.
5) Pengendalian Limbah pertanian, pemakaian pupuk dan insektisida
dalam dosis dan waktu yang tepat, yang disertai dengan sistem
drainase yang memadai, sehingga sisa air buangan dari areal
pertanian dapat mengalir lancar, dan tidak terjadi genangan air dan
pengendapan garam dalam tanah.
Selain cara preventif tersebut di atas, pengendalian pencemaran air dapat
pula dilakukan dengan cara kuratif. Kemampuan air untuk mengembalikan
kualitas dirinya sendiri tergantung dari besarnya cemaran yang
dikandungnya. Tergantung pada besar kecilnya cemaran yang timbul,
serta karakteristik sungai, maka pemurnian kembali air sungai yang besar
dapat berlangsung dalam beberapa hari.
b. Cara Non-teknis
Cara ini dilakukan dengan membuat peraturan perundangan yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi berbagai kegiatan sedemikian
rupa, sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan sebagai akibat dari
kegiatan tersebut.
Selain itu hal lain yang tidak kalah penting adalah pelaksanaannya, serta
menanamkan perilaku disiplin bagi semua pihak terkait dan masyarakat,
dalam mencegah terjadinya pencemaran air.
Semua pihak yang terkait dan masyarakat dituntut untuk berdisiplin, dan
bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan, dengan tidak
membuang sampah atau limbah sembarangan, yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan.

2.4 Rangkuman
Konservasi sumber daya air merupakan suatu upaya mempertahankan
keberadaan potensi sumber daya air, baik kuantitas maupun kualitasnya, agar
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan berkesinambungan, melalui upaya-
upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya air, pengawetan air,
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
PENUTUP

A. Simpulan
Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan
keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan
fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan
kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan tata ruang.

Berdasarkan pemaparan di atas, konservasi sumber daya air yang diberikan


kepada CPNS Angkatan 2017 khususnya dalam pelaksanaan Pelatihan Orientasi
Terpadu dengan tujuan untuk pemberian wawasan dan pengetahuan dasar
sehingga diharapkan CPNS yang bersangkutan mengetahui dan mengetahui
konservasi sumber daya air pada sektor-sektor sumber daya air.

B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail orientasi terpadu dalam tata kelola dan
ruang lingkup bidang sumber daya air dan ketentuan pendukung terkait lainnya,
sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai pelatihan yang
dilaksanakan.

Selain itu, diharapkan Narasumber/Fasilitator bersama-sama dengan Peserta


dan/atau secara sendiri membuat rangkuman atau simpulan dari pembelajaran,
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan diskusi dan/atau memberikan
tugas baik individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar Peserta.
Diharapkan setelah memperoleh pembelajaran dari modul ini Peserta dapat
melakukan pengayaan dengan materi yang berkaitan dengan Konservasi SDA,
dan
juga perlu dipelajari tentang pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini

EVALUASI FORMATIF
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pembahasan modul
konservasi sumber daya air pada Pelatihan Orientasi Terpadu. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan
terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. …..
a.
b.
c.
d.
e.
2. …..
a.
b.
c.
d.
e.
3. …..
a.
b.
c.
d.
e.
4. ….
a.
b.
c.
d.
e.
5. …..
a.
b.
c.
d.
e.

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

Jumlah Jawaban Yang Benar


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 = × 100 %
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan :


90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
mengetahui dan memahami konservasi sumber daya air. Proses berbagi dan
diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi konservasi sumber
daya air. Untuk memperdalam pemahaman terkait materi konservasi sumber daya
air, diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait
atau pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi
modul- modul yang ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman
yang utuh akan materi-materi yang disampaikan dalam Pelatihan Orientasi
Terpadu.
Modul 3 Konservasi Sumber Daya Air

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Kodoarie, Robert J & Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Linsley, Ray K., Frazini, Joseph B., & Djoko Sasongko. (1995). Teknik Sumber
Daya Air. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Notodihardjo, Mardjono. (1989). Pengembangan Wilayah Sungai Di Indonesia.


Jakarta : Badan Penerbit PU.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A Tahun 2006 tentang Pembagian
Wilayah Sungai.

Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.

Suripin. (2002). Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Undang - Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


GLOSARIUM
Modul 3 Konservasi Sumber Daya Air

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai