Oleh :
YOZI EKA SAPUTRA
NIM :143110277
Oleh:
YOZI EKA SAPUTRA
NIM :143110277
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan cedera kepala di
Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Peneliti menyadari bahwa, dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah studi kasus
ini terdapat banyak kesulitan bagi peneliti, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S.Kep,M.Biomed, selaku pembimbing I dan Ibu Ns.
Hj. Sila Dewi Anggreni, S.Pd.M.Kep,Sp,KMB, selaku pembimbing II yang
telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Ibu dosen serta staf Prodi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk
bekal peneliti.
6. Bapak Dr. dr. H. Yusirman Yusuf, Sp. B. Sp. BA (K) MARS selaku Direktur
RSUP DR. M. Djamil Padang dan Staf Rumah Sakit yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
7. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat Ananda utarakan
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
YOZI EKA SAPUTRA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA
DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017
vi + 65 halaman, 8 tabel, 13 lampiran
ABSTRAK
Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai penyebab
kematian, disabilitas, dan deficit mental. Jumlah penderita cedera kepala di
Sumatera Barat, yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada tahun
2010 sebanyak 546 orang, dan pada tahun 2011 jumlah angka kejadian cedera
kepala dan dirawat inap sebanyak 502 orang. Sedangkan pada tahun 2016 tercatat
sebanyak 5951 orang.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan cedera kepala di RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
Penelitian dilakukan pada Januari sampai Juni 2017. Jenis penelitian adalah
deskriptif, dengan desain penelitian adalah studi kasus. Populasi adalah semua
pasien cedera kepala yang dirawat di HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
dengan cara pengambilan partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sehingga mendapatkan 2 orang partisipan yang diarawat di HCU bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara, pengukuran,
observasi dan studi dokumentasi. Rencana analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses
keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala.
Hasil penelitian didapatkan pada partisipan I adalah klien Hasil yang tercapai pada
partisipan I yaitu status kesadaran Compos Mentis, pernafasan normal, tanda-
tanda infeksi tidak ada, alat indra berfungsi dengan baik, rasa nyeri tidak ada lagi.
Pada partisipan II hasil yang telah dicapai yaitu status Kesadaran Compos Mentis,
Didapatkan 4 dan 5 masalah keperawatan pada masing-masing partisipan rencana
keperawatan sesuai dengan NANDA, NIC-NOC, implementasi yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah di buat, dan evaluasi keperawatan sebagian
besar masalah teratasi.
Melalui pimpinan dan petugas kesehatan RSUP Dr. M. Djamil Padang studi kasus
ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik lagi dan dapat berkolaborasi dengan pelayanan
kesehatan terdekat untuk berkonsultasi mengenai masalah-masalah yang terjadi
pada pasien yang mengalami cedera kepala.
HALAMAN PENGESAHAN………….................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... ii
HALAMAN ORISINILITAS...........................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP….....................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
ABSTRAK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR BAGAN..................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian......................................................................................5
BAB V PENUTUP..............................................................................................65
A. Kesimpulan................................................................................................65
B. Saran..........................................................................................................67
DAFTAR REFERENSI.................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
DAFTAR BAGAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai
penyebab kematian, disabilitas, dan deficit mental. Cedera kepala menjadi
salah satu penyebab kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera
kepala sering mengalami edema cerebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di
intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial. (Kumar, dkk, 2013)
Sedangkan menurut Smelter & Bare, (2013). Cedera kepala atau trauma kepala
merupakan kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih akibat dari trauma
atau benturan sehingga darah yang mengalir berhenti walaupun hanya beberapa
menit saja, sedangkan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Menurut Smeltzer & Bare (2013), pertimbangan paling penting pada cedera
kepala adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian cedera
minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat
menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu. Sementara sel-sel
serebral membutuhkan suplai darah terus-menerus untuk kebutuhan
metabolisme yang mengandung oksigen, nutrien dan mineral. Cedera kepala
dapat diklasifikasikan berdasarkan keparahan cedera dan menurut jenis cedera.
Berdasarkan keparahannya cedera kepala dibagi menjadi 3, yaitu Cedera
Kepala Ringan (CKR), Cedera Kepala Sedang (CKS), dan Cedera Kepala
Berat (CKB). Sedangkan menurut jenis cedera dibagi 2, yaitu cedera kepala
terbuka dan cedera kepala tertutup (Wijaya & Yessi. 2013).
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada
kelompok usia produktif yaitu antara umur 15 – 45 tahun dan lebih di dominasi
oleh kaum laki-laki yang sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, berupa tabrakan kendaraan sepeda motor, mobil, sepeda dan
penyeberang jalan yang ditabrak, sisanya disebabkan oleh jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda, olah raga, korban kekerasan dan lain sebagainya.
(Tobing, 2011).
Survey awal yang dilakukan di ruangan rawat inap Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang dengan jumlah pasien sebanyak 8 orang, ditemukan kasus
cedera kepala sebanyak 3 orang yang tergolong cedera kepala berat, dan cedera
kepala sedang, dengan diagnosa yang muncul adalah gangguan perfusi jaringan
cerebral.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah adalah “Bagaimana
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala di Ruang
HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan cedera kepala di
Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
f. Mendeskripsikan pendokumentasian penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu riset keperawatan
pada penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan Direktur Rumah Sakit dapat meneruskan
kepada perawat ruangan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus cedera kepala.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan
pembelajaran di Prodi Keperawatan Padang untuk pengembangan ilmu
dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar pada
penelitian selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
cedera kepala.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya
cedera kepala adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau
meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika
masih di gerakkan turun turun maupun sesudah sampai ke tanah
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang
atau orang lain (secara paksa).
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam
cedera kepala yaitu:
a. Trauma tajam
Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat
dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan
perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera
menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi
dalam 4 bentuk: cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak
koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang
otak atau kedua-duanya.
Menuurut NANDA (2013) mekanisme cidera kepala meliputi Cedera
Akselerasi, Deselersi, Akselerasi-Deselerasi, Coup-Countre Coup, dan
Cedera Rotasional.
a. Cedera Akselerasi
Tejadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak,
missal, alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang
ditembakkan ke kepala.
b. Cedera Deselerasi
Terjadi jika kepala bergerak membentur objek diam, seperti pada
kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan
mobil.
c. Cedera Akselerasi-Deselerasi
Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan
kekerasan fisik.
d. Cedera Coup-Countre Coup
Terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam
ruang cranial dan denga kuat mengenai area tulang tengkorak yang
berlawanan serta area kepala yang pertamakali terbentur. Sebagai
contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
e. Cedera Rotasional
Terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar di dalam
rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya
neuron dalam substansi alba serta robeknya pembuluh darah yang
menfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.
3. Patofisiologi
Trauma kranio serebral menyebabkan cedera pada kulit, tengkorak dan
jaringan otak. Ini bisa sendiri atau secara bersama-sama. Beberapa
keadaan yang dapat empengeruhi luasnya cedera kepala pada kepala
yaitu:
a. Lokasi dari tempat benturan lansung
b. Kecepatan dan energi yang dipindahkan
c. Daerah permukaan energy yang dipindahkan
d. Keadaan kepala saat benturan (Wahyu Widagdo, dkk, 2007)
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah
untuk mengalami cedera dan kerusakan. Cedera kepala dapat
mengakibatkan malapetakan besar bagi seseorang. Tepat diatas tengkorak
terletak galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan
dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal
diantara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran
dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Bila robek
pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita laserasi kulit
kepala.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral
(Bararah & Jauhar. 2013 ).
Cedera Kepala
Hematoma subdural pH, PO2↓, Mk: Arteri meningen media otak MK: Resiko
Ketidakefektifan rusak
PCO2↑ Infeksi
Perfusi Jaringan
Hematoma subdural Hematoma subdural Hematoma Hematom epidural
akut subakut subdural kronis
39
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera
kepala (3 hari) terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas
hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan meransang lambung
menjadi hiperasiditas, dan mengakibatkan terjadinya stress alser.
e. Faktor piskologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, cedera
kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala
sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien.
Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan penurunan
kesadaran dan penururnan fungsi neurologis akan mempengaruhi
psikososial pasien dan keluarga.
7. Manifestasi klinis
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013).
a. Cedera kepala ringan-sedang
1.) Disorientai ringan
2.) Amnesia post trauma
3.) Hilang memori sesaat
4.) Sakit kepala
5.) Mual dan muntah
6.) Vertigo dalam perubahan posisi
7.) Gangguan pendengaran
b. Cerdera kepala sedang-
berat 1.) Oedema pulmonal
2.) Kejang
3.) Infeksi
4.) Tanda herniasi otak
5.) Hemiparise
6.) Gangguan akibat saraf cranial
8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut
(Wahyu Widagdo, dkk, 2007).
a. Non pembedahan
1.) Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
2.) Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter
untuk mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis
3.) Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan
tekanan intracranial
4.) Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan
ventilasi mekanik untuk megontrol kegelisahan atau agitasi yang
dapat meningkatkan resiko peningkatan tekanan intracranial
b. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
1.) Mengatasi subdural atau epidural hematoma
2.) Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
3.) Mengobati hidrosefalus
ii. Kualitatif
(1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
(2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
nilai GCS: 13 - 12.
(3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal, nilai GCS: 11-10.
(4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal,
nilai GCS: 9 – 7.
(5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
(6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3 (Satyanegara.
2010).
2.) Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini
yang digunakan secara internasional:
Tabel 2.2
Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa melawan 4
gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan
pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit < 450, tidak 3
mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, mampu 2
terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, tonus otot 1
ada
Tidak ada gerakan 0
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
f. Aspek neurologis
1.) Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13,
cedera kepala berat 3-8).
2.) Disorientasi tempat/waktu
3.) Reflek patologis dan fisiologis
4.) Perubahan status mental
5.) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
6.) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia,
kehilangan sebagian lapang pandang
7.) Perubagan tanda-tanda vital
8.) Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
9.) Tanda-tanda peningkatan TIK
a.) Penurunan kesadaran
b.) Gelisah letargi
c.) Sakit kepala
d.) Muntah proyektil
e.) Pupil edema
f.) Pelambatan nadi
g.) Pelebaran tekanan nadi
h.) Peningkatan tekanan darah systole
g. Aspek kardiovaskuler
1.) Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2.) Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3.) TD naik, TIK naik
h. System pernafasan
1.) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi),
nafas berbunyi stridor, tersedak
2.) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
3.) Ronki, mengi positif
i. Kebutuhan dasar
1.) Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi,
hematuri)
2.) Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan,
kaji bising usus
3.) Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
j. Pengkajian psikologis
1.) Gangguan emosi/apatis, delirium
2.) Perubahan tingkah laku atau kepribadian
k. Pengkajian social
1.) Hubungan dengan orang terdekat
2.) Kemampuan komunikasi, afasia motorik atau sensorik, bicara
tanpa arti, disartria, anomia
l. Nyeri/kenyamanan
1.) Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda
2.) Gelisah
m. Nervus cranial
1.) N.I : penurunan daya penciuman
2.) N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
3.) N.III, IV, VI : penurunan lapang pandang, reflek cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah,
anisokor
4.) N.V : gangguan mengunyah
5.) N.II, XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada
2/3 anterior lidah
6.) N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh
7.) N.IX, X, XI : jarang ditemukan
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
1.) X-ray/CT scan
a.) Hematom serebral
b.) Edema serebral
c.) Perdarahan intracranial
d.) Fraktur tulang tengkorak
2.) MRI : Dengan/tanpa mempengaruhi kontras.
3.) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
4.) EEG : memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis.
5.) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi
korteks dan batang otak.
6.) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukan perubahan
aktivitas metabolism pada otak.
b. Pemeriksaan laboratorium
1.) AGD, PO2, PH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi
(mempertahankan AGD dalam rentang normaluntuk menjamin
aliran darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.
2.) Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan
gangguan regulasi natrium, retensi Na dapat berakhir beberap hari,
diikuti dengan dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang
akibat ketidakseimbangan elektrolit.
3.) Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
4.) CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid
(warna, komposisi, tekana).
5.) Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
6.) Kadar Antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif mengatasi kejang.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d gangguan serebrovaskular,
edema cerebri, meningkatnya aliran darah ke otak (TIK).
b. Resiko Ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler,
obstruksi trakeobronkial, kerusakan medula oblongata.
c. Nyeri akut b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, danalat
traksi.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi cairan, trauma.
e. Gangguan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran,
peningkatantekanan intra cranial.
f. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan
sarafmotorik.
g. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.
h. Resiko kekurangan volume cairan b/d haluaran urine danelektrolit
meningkat.
i. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kelemahan otot untuk menguyah dan menelan.
j. Resiko cedera b/d penurunan tingkat kesadaran, gelisah, agitasi,
gerkan involunter dan kejang.
k. Ansietas b/d stress ancaman kematian. (NANDA. 2015).
4. Intervensi keperawatan
Tabel 2.3
Intervensi keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC: NIC:
perfusi jaringan a. Circulation status Oxygen Therapy
serebral Kriteria hasil: a) Periksa mulut,
Definisi: 1) Tekanan systole hidung, dan sekret
penurunan sirkulasi dan diastole dalam trakea
jaringan otak yang rentang yang b) Pertahankan jalan
dapat mengganggu diharapkan napas yang paten
kesehatan. 2) Tidak ada c) Atur peralatan
ortostatik oksigenasi
Batasan hipertensi d) Monitor aliran
Karakteristik: 3) Tidak ada tanda- oksigen
a) Massa tanda peningkatan e) Pertahankan posisi
tromboplastin tekanan pasien
parsial intrakranial f) Observasi tanda-
abnormal tanda hipoventilasi
b) Massa b. Perfusi g) Monitor adanya
protrombin kecemasan pasien
abnormal jaringan: serebral terhadap oksigenasi
c) Aterosklerosis Kriteria hasil:
aerotik 1) Mempertahankan Monitoring Peningkatan
d) Diseksi arteri tekanan Intrakranial
e) Stenosis karotid intrakranial a) Monitor tekanan
f) Aneurisme 2) Tekanan darah perfusi serebral
serebri dalam rentang b) Catat respon pasien
g) Koagulopati normal terhadap stimulasi
h) Kardiomiopati 3) Tidak ada nyeri c) Monitor tekanan
dilatasi kepala intrakranial pasien
i) Embolisme 4) Tidak ada muntah dan respon neurologi
j) Hiperkolesterol 5) Memonitor terhadap aktifitas
emia tingkat d) Monitor intake dan
k) Hipertensi kesadaran output cairan
e) Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
f) Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g) Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
Analgesic
c. Comfort Level Administratio
Indikator : n
1) Nyeri berkurang 1. Tentukan lokasi,
2) Kecemasan karakteristik,
berkurang kualitas, dan derajat
3) Stres berkurang nyeri sebelum
4) Ketakutan berkurang pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
5. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala.
(Sumber: NOC. 2013; NIC. 2013)
5. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnose keperawatan
dan intervensi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan bedasarkan pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan yang dilihat dari
hasil perkembangan klein/pasien selama melakukan asuhan keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah struktur penelitian sebagai pengikat semua unsur
dalam satu proyek penelitian untuk mencapai tujuan bersama. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat
deskriptif yang mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau situasi
masalah disuatu tempat (Lapau, 2012). Penelitian deskriptif yang berbentuk
studi kasus bertujuan untuk menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan Cedera Kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017?”
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesipulannya. Populasi ini bersifat universal / umum.
(Sugiyono. 2013).
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo. 2012). Sampel pada penelitian ini yaitu 2 orang pasien
dengan diagnosa medis cedera kepala yang dirawat di Ruang HCU Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pengamatan
terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual maupun alat.
Kelebihan observasi adalah mudah, murah dan langsung. Kekurangan
obeservasi adalah memerlukan pedoman pengamatan (Supardi, Sudibyo &
Rustika, 2013). Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat
kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien
selain itu juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada
pasien.
3. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data penelitian dengan mengukur objek
dengan menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat badan dengan
timbangan berat badan, tensi dengan tensi meter, dan sebagainya (Supardi,
Sudibyo & Rustika, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti mengukur
menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran
tekanan darah, menghitung frekuensi napas, dan menghitung frekuensi
nadi, mengukur tanda-tanda vital.
4. Studi Dokumen
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder, misalnya rekam medik, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan
sebagainya (Supardi, Sudibyo & Rustika, 2013).
Pada partisipan I data yang dapat didokumentasikan antara lain nama Tn.J
seorang laki-laki, lahir dipasaman pada 01 Januari 2001 beragama islam,
bekerja sebagai petani yang beralamat dikampong parik Korong galore
pasaman dengan nomor rekan medic 98 00 05. Pada partisipan II data
yang dapat didokumentasikan antara lain partisipan seorang laki-laki
bernama Tn.R, lahir dipasaman barat pada 17 oktober 1999 beragama
islam, pasien masih seorang pelajar yang beralamat di malintang cawan
maindaling pasaman dengan nomor rekan medic 98 01 99.
G. Rencana analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dangan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pasien cedera kepala pada partisipan. Data yang di
dapat pada pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan sampai evaluasi. Hasil
tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan antara kedua pasien kemudian di
analisis semua dengan teori keperawatan. Analisa yang dilakukan berguna
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi partisipan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cedera Kepala dilakukan pada :
Tanggal : Selasa, 30 Mei – 5 Juni 2017
Waktu : 07.30 s/d selesai
Tempat : Ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017
1. Pengkajian Keperawatan
Metode penelitian ini yaitu dengan wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan melihat hasil laboratorium. Setelah dilakukan penelitian
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil
Pengkajian
Keluhan saat Saat pengkajian pada hari Saat pengkajian pada hari
dikaji Selasa tanggal 30 Mei 2017 Jumat tanggal 01 Juni 2017
pukul 11.00 WIB, ditemukan pukul 11.30 WIB, ditemukan
keluhan pasien seperti pasien keluhan pasien seperti: pasien
mengalami penurunan mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 10, kesadaran dengan GCS 9, E2
E2 V3 M5, tampak ada bekas V3 M4, terlihat bekas memar
memar pada kepala, mata dibagian kepala, tampak
sembab, terpasang oksigen 6 bekas darah di telinga dan
L/i, terpasang infus NACL sela kuku tangan pasien,
0,9% 28 tetes/menit, tampak tampak lece pada bagian
bekas darah pada telinga, tangan dan kaki, terpasang
tampak bekas lecet pada dada oksigen 8 L/i, terpasang
pasien. infuse NACL 0,9% 28
tetes/menit.
Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
Kesehatan pasien tidak memiliki pasien tidak memiliki
Dahulu penyakit bawaan ataupun penyakit bawaan ataupun
penyakit keturunan dan penyakit keturunan dan
pasien tidak pernah dirawat di pasien tidak pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya. rumah sakit sebelumnya.
Pasien merupakan seorang
perokok aktif, dan pasien
suka keluar malam bemain
dengan teman-temannya
Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
Kesehatan tidak ada anggota keluarga ada salah satu anggota
Keluarga yang memiliki penyakit keluarga yaitu kakak ibu
bawaan ataupun penyakit pasien yang memiliki
keturunan dan tidak pernah riwayat penyakit hipertensi
dirawat di rumah sakit dan tidak pernah dirawat di
sebelumnya. rumah sakit sebelumnya.
Pemeriksaan CTscan
Didapatkan pasien
mengalami hematoma
serebral, dan perdarahan
intracranial.
2. Diagnosa Kepeawatan
Berdasarkan hasil pengkajiaan yang dilakukan terhadap Partisipan I dan
Partisipan II didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan Diagnosa pertama yaitu
perfusi jaringan serebral berhubungan ketidakefektifan perfusi jaringan
dengan trauma kepala. Diagnosa kedua serebral berhubungan dengan
ketidakefektifan pola nafas berhubungan trauma kepala. Diagnosa kedua
dengan kerusakan neurologis. Diagnosa ketidakefektifan pola nafas
ketiga resiko infeksi berhubungan dengan berhubungan dengan kerusakan
hematoma serebral. Diagnosa keempat neurologis. Diagnosa ketiga resiko
gangguan persepsi sensori berhubungan infeksi berhubungan dengan
dengan penurunan fungsi indra hematoma serebral. Dan diagnosa
pendengaran dan penglihatan. Dan keempat yaitu nyeri akut
diagnosa kelima yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
berhubungan dengan agen cidera fisik. fisik.
3. Intervensi keperawatan
Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperawatan seperti yang ada pada
tabel diatas, maka peneliti dapat merumuskan tindakan yang akan
dilakukan terhadap diagnosa dari Partisipan I dan Partisipan II sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Rencana tindakan keperawatan untuk Rencana tindakan keperawatan untuk
diagnosa ketidakefektifan pefusi diagnosa ketidakefektifan pefusi
jaringan serebral berhubungan dengan jaringan serebral berhubungan dengan
trauma kepala NOC : Circulation trauma kepala NOC : Circulation
status baik, Perfusi jaringan serebral status baik, Perfusi jaringan serebral
normal. Kriteria hasil : Tekanan darah normal. Kriteria hasil : Tekanan darah
dalam rentang normal, tidak ada dalam rentang normal, tidak ada
tanda-tanda peningkatan tekanan darah tanda-tanda peningkatan tekanan darah
intrakranial, bekomunikasi dengan intrakranial, bekomunikasi dengan
jelas dan sesuai kemampuan, tingkat jelas dan sesuai kemampuan, tingkat
kesadaran membaik. Dengan NIC : kesadaran membaik. Dengan NIC :
Pertahankan jalan napas yang paten, Pertahankan jalan napas yang paten,
pertahankan posisi pasien, berikan O2 pertahankan posisi pasien, berikan O2
sesuai kebutuhan, berikan obat manitol sesuai kebutuhan, berikan obat manitol
bila perlu, monitor tekanan perfusi bila perlu, monitor tekanan perfusi
serebral, catat respon pasien terhadap serebral, catat respon pasien terhadap
stimulasi, monitor tekanan intrakranial stimulasi, monitor tekanan intrakranial
pasien dan respon neurologi terhadap pasien dan respon neurologi terhadap
aktifitas, monitor intake dan output aktifitas, monitor intake dan output
cairan, posisikan pasien pada posisi cairan, posisikan pasien pada posisi
semi fowler, minimalkan stimulasi semi fowler, minimalkan stimulasi
dari lingkungan, monitor TD, nadi, dari lingkungan, monitor TD, nadi,
suhu, dan RR, monitor sianosis suhu, dan RR, monitor sianosis
perifer, monitor adanya cushling triad perifer, monitor adanya cushling triad
(tekanan nadi yang melebar, (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik) bradikardi, peningkatan sistolik)
4. Implementasi Keperawatan
Setelah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap
Partisipan I dan Partisipan II, implementasi yang telah dilakukan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan I
Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada
diagnosa ketidakefektifan perfusi diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan jaringan serebral berhubungan
trauma kepala yang dilakukan selama 5 dengan trauma kepala yang
hari yaitu : Mempertahankan jalan napas dilakukan selama 5 hari yaitu :
yang paten, mempertahankan dan Mempertahankan jalan napas yang
mengatur posisi pasien, memberikan O2 paten, mempertahankan dan
4L/I, memberikan obat manitol, mengatur posisi pasien, memberikan
memonitor tekanan perfusi serebral, O2 6L/I, memberikan obat manitol,
memantau intake dan output cairan, memonitor tekanan perfusi serebral,
memposisikan pasien pada posisi semi memantau intake dan output cairan,
fowler, meminimalkan stimulasi dari memposisikan pasien pada posisi
lingkungan, memonitor TD, nadi, suhu, semi fowler, meminimalkan
dan RR, memantau sianosis perifer, stimulasi dari lingkungan,
memonitor adanya cushling triad memonitor TD, nadi, suhu, dan RR,
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, memantau sianosis perifer,
peningkatan sistolik) memonitor adanya cushling triad
(tekanan nadi yang melebar,
Implementasi keperawatan pada bradikardi, peningkatan sistolik)
diagnosa ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan kerusakan Implementasi keperawatan pada
neurologis yang dilakukan selama 4 hari diagnosa ketidakefektifan pola nafas
yaitu : Memposisikan pasien untuk berhubungan dengan kerusakan
memaksimalkan ventilasi, membuang neurologis yang dilakukan selama 4
secret dengan cara suction, hari yaitu : Memposisikan pasien
mengauskultasi suara nafas , catat untuk memaksimalkan ventilasi,
adanya suara tambahan, memonitor membuang secret dengan cara
respirasi dan status O2, mempertahankan suction, mengauskultasi suara nafas
jalan nafas yang paten, memberikan O2 , catat adanya suara tambahan,
6L/I, memonitor aliran oksigen, memonitor respirasi dan status O2,
mempertahankan posisi pasien, mempertahankan jalan nafas yang
mengobservasi adanya tanda – tanda paten, memberikan O2 8L/I,
hipoventilasi, memantau TD, nadi, suhu, memonitor aliran oksigen,
dan RR, memonitor suhu, warna, dan mempertahankan posisi pasien,
kelembapan kulit., mengidentifikasi mengobservasi adanya tanda – tanda
penyebab dari perubahan vital sign. hipoventilasi, memantau TD, nadi,
suhu, dan RR, memonitor suhu,
Implementasi tindakan keperawatan warna, dan kelembapan kulit.,
untuk diagnosa resiko infeksi mengidentifikasi penyebab dari
behubungan dengan hematoma serebral perubahan vital sign.
yang dilakukan selama 5 hari yaitu :
Membersihkan lingkungan pasien lain, Implementasi tindakan keperawatan
membatasi pengunjung bila perlu, untuk diagnosa resiko infeksi
melakukan perawatan luka pasien, behubungan dengan hematoma
memantau perkembangan kesembuhan serebral yang dilakukan selama 5
luka pasien, memberikan obat cefriaxon, hari yaitu : Membersihkan
menginstruksikan pada pengunjung lingkungan pasien lain, membatasi
untuk mencuci tangan saat berkunjung pengunjung bila perlu, melakukan
dan setelah berkunjung, mengunakan perawatan luka pasien, memantau
sabun antimikroba untuk cuci tangan, perkembangan kesembuhan luka
mencuci tangan setiap sebelum dan pasien, memberikan obat cefriaxon,
sesudah melakkan tindakan keperawatan, menginstruksikan pada pengunjung
menggunakan alat pelindung diri sebagai untuk mencuci tangan saat
pelindung, meningkatkan intake nutrisi, berkunjung dan setelah berkunjung,
memonitor tanda dan gejala infeksi mengunakan sabun antimikroba
sistemik dan lokal. untuk cuci tangan, mencuci tangan
setiap sebelum dan sesudah
Implementasi keperawatan pada melakkan tindakan keperawatan,
diagnosa gangguan persepsi sensori menggunakan alat pelindung diri
berhubungan dengan penurunan fungsi sebagai pelindung, meningkatkan
indra pendengaran dan penglihatan yang intake nutrisi, memonitor tanda dan
dilakukan selama 2 hari yaitu : gejala infeksi sistemik dan lokal.
Menentukan batasan pergerakan sendi
dan efek dari fungsi, memonitor lokasi Implementasi keperawatan pada
ketidak nyamanan selama pergerakan, diagnosa nyeri akut behubungan
mendukung ambulasi, mengevaluasi dengan agen cidera fisik yang
terhadap edema dan nadi, menginspeksi dilakukan selama 2 hari yaitu :
kulit terhadap ulser, mendukung pasien Melakukan pengkajian nyeri secara
untuk latihan sesuai toleransi, mengkaji komprehensif, mengobservasi reaksi
derajat ketidak nyamanan atau nyeri, nonverbal dari ketidaknyamanan,
menurun dan menggerakkan ekstremitas menggunakan teknik komunikasi
untuk memperbaiki sirkulasi arterial terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien,
Implementasi keperawatan pada mengajarkan tekhnik nafas dalam,
diagnosa nyeri akut behubungan dengan membeikan obat ranitidin dan PCT
agen cidera fisik yang dilakukan selama infus, mengkaji kultur yang
3 hari yaitu : Melakukan pengkajian mempengaruhi respon nyeri,
nyeri secara komprehensif, mengontrol lingkungan yang dapat
mengobservasi reaksi nonverbal dari mempengaruhi nyeri (seperti suhu
ketidaknyamanan, menggunakan teknik ruangan, pencahayaan dan
komunikasi terapeutik untuk mengetahui kebisingan), engajarkan tentang
pengalaman nyeri pasien, mengajarkan teknik non farmakologi,
tekhnik nafas dalam, membeikan obat meningkatkan istirahat, mencek
ranitidin dan PCT infus, mengkaji kultur riwayat alergi, memonitor vital sign,
yang mempengaruhi respon nyeri, mengevaluasi efektifitas analgesik,
mengontrol lingkungan yang dapat tanda dan gejala.
mempengaruhi nyeri (seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan),
mengajarkan tentang teknik non
farmakologi, meningkatkan istirahat,
mencek riwayat alergi, memonitor vital
sign, mengevaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap Partisipan I dan
Partisipan II, didapatkan perkembangan pasien yaitu :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi keperawatan dengan Evaluasi keperawatan dengan diagnosa
diagnosa ketidakefektifan perfusi ketidakefektifan perfusi jaringan
jaringan serebral berhubungan dengan serebral berhubungan dengan trauma
trauma kepala, dengan metoda SOAP kepala, dengan metoda SOAP
memperoleh hasil data subjektif memperoleh hasil data subjektif
berbeda pada hari pertama sampai berbeda pada hari pertama sampai
dengan hari kedua data subjektif tidak dengan hari ketiga data subjektif tidak
dapat dikaji dikarenakan pasien masih dapat dikaji dikarenakan pasien masih
mengalami penurunan kesadaran, mengalami penurunan kesadaran,
sedangkan pada hari ketiga sampai sedangkan pada hari keempat sampai
kelima data subjektif pasien kelima data subjektif pasien
didapatkan pasien mengatakan didapatkan pasien mengatakan
badannya terasa lelah, kepala terasa badannya masih terasa lelah, kepala
pusing dan mata serasa mengantuk, terasa pusing, pasien tidak mengingat
pasien tidak mengingat kejadian saat kegiatan apa yang dilakukannya disaat
ia mengalami kecelakaan. Sedangkan sebelum terjadinya kejadian
untuk data objektif pada hari pertama kecelakaan. Sedangkan untuk data
dan kedua didapatkan pasien objektif pada hari pertama sampai hari
mengalami penurunan kesadaran ketiga didapatkan pasien mengalami
dengan keadaan umum pasien lemah, penurunan kesadaran dengan keadaan
kesadaran delirium, GCS 10 E2 V3 umum pasien lemah, kesadaran
M5, pasien terpasang kateter dan O2 6 samnolen, GCS 9, E2 V3 M4, pasien
L/i, IVFD NaCL 0,9% 28 tetes/i pada terpasang kateter dan O2 8 L/i, IVFD
tangan kanan, pada kepala pasien NaCL 0,9% 28 tetes/i pada tangan
tampak ada bekas memar dan mata kanan, pada kepala pasien tampak ada
kanan pasien sembab, pada telinga bekas memar dan jahitan, mata pasien
pasien ada bekas darah yang sudah sembab, pada telinga dan hidung
mengeras, tanda-tanda vital pasien pasien ada bekas darah yang sudah
yaitu TD 160/90 mmhg, Nadi 114 x/i, mengeras, tanda-tanda vital pasien
Suhu 36,8 C, pernapasan 24 x/i. Pada yaitu TD 170/90 mmhg, Nadi 120 x/i,
hari ketiga sampai kelima didapatkan Suhu 37,2 C, pernapasan 26 x/i. Pada
data objektif pasien yaitu keadaan hari keempat dan hari kelima
umum pasien baik, kesadaran pasien didapatkan data objektif pasien yaitu
kompos mentis, GCS 15 E4 V5 M6, keadaan umum pasien baik, kesadaran
pasien masih terpasang kateter dan pasien kompos mentis, GCS 14 E4 V5
IVFD NaCL 0,9% 24 tetes/i, pasien M5, pasien masih terpasang kateter,
tidak terpasang O2 lagi, mata kanan IVFD NaCL 0,9% 24 tetes/i dan O2 4
pasien masih dalam keadaan sembab, L/i, mata pasien tidak sembab lagi,
dengan tanda-tanda vital pasien yaitu dengan tanda-tanda vital pasien yaitu
TD 120/80 mmhg, Nadi 96 x/i, Suhu TD 120/80 mmhg, Nadi 96 x/i, Suhu
36,6 C, pernapasan 21 x/i. 36,6 C, pernapasan 22 x/i.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi
dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan pasien yang ada pada
tanggung jawabnya. Didalam penelitian ini peneliti menemukan enam
masalah keperawatan tiga diantaranya merupakan masalah keperawatan
yang sama antara kedua pasien kelolaan peneliti. Pada pasien Partisipan I
ditemukan empat masalah yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
ketidakefektifan pola nafas, gangguan persepsi sensori, dan nyeri akut.
Sedangkan pada pasien Partisipan II ditemukan empat masalah yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, ketidakefektifan pola nafas,
resiko infeksi, dan nyeri akut. Berikut penulis akan membahasnya :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Menurut NANDA Internasional 2015-2017, ketidakefektifan perfusi
jaringan serebraldapat didefenisiskan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya penurunan sirkulasi jarigan serebral yang dapat
mengganggu kesehatan dengan batasan karakteristik tumor otak,
trauma kepala, hipertensi,neuplasma otak, aneurisme serebri, efek
samping tekait terapi (bypass kadiopulmunal, obat).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan
intervensi keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang
asuhan keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).
4. Imlpementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap melakukan rencana keperawatan
yang telah dibuat. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi
meliputi pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau, dan
merevisi rencana asuhan keperawatan yang direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
yang dilakukan adalah mengkaji respon setelah dilakukan intervensi
keperawatan, membandingkan respon pasien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
Trauma kepala.
Pada pasien Partisipan I peneliti memperoleh hasil data subjektif
berbeda pada hari pertama sampai dengan hari kedua data subjektif
tidak dapat dikaji dikarenakan pasien masih mengalami penurunan
kesadaran, sedangkan pada hari ketiga sampai kelima data subjektif
pasien didapatkan pasien mengatakan badannya terasa lelah, kepala
terasa pusing dan mata serasa mengantuk, pasien tidak mengingat
kejadian saat ia mengalami kecelakaan. Sedangkan untuk data objektif
pada hari pertama dan kedua didapatkan pasien mengalami penurunan
kesadaran dengan keadaan umum pasien lemah, kesadaran delirium,
GCS 10 E2 V3 M5, pasien terpasang kateter dan O2 6 L/i, IVFD
NaCL 0,9% 28 tetes/i pada tangan kanan, pada kepala pasien tampak
ada bekas memar dan mata kanan pasien sembab, pada telinga pasien
ada bekas darah yang sudah mengeras, tanda-tanda vital pasien yaitu
TD 160/90 mmhg, Nadi 114 x/i, Suhu 36,8 C, pernapasan 24 x/i. Pada
hari ketiga sampai kelima didapatkan data objektif pasien yaitu
keadaan umum pasien baik, kesadaran pasien kompos mentis, GCS 15
E4 V5 M6, pasien masih terpasang kateter dan IVFD NaCL 0,9% 24
tetes/i, pasien tidak terpasang O2 lagi, mata kanan pasien masih dalam
keadaan sembab, dengan tanda-tanda vital pasien yaitu TD 120/80
mmhg, Nadi 96 x/i, Suhu 36,6 C, pernapasan 21 x/i.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala Ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada partisipan I dan II didapatkan hasil yang sama
dengan teori diantaranya, pada pasien dengan Cedera Kepala biasanya
didapatkan keluhan utama yang berbeda-beda, diantaranya seperti
penurunan kesadaran, perdarahan di otak, hilangnya memori sesaat, sakit
kepala, mual dan muntah, gangguan pendengaran, oedema pulmonal,
kejang, infeksi, tanda herniasi otak, hemiparise, gegar otak, fraktur
tengkorak. Dari dua pasian tersebut dimana terjadi penurunan kesadaran
dan peningkatan tanda-tanda vital yang terjadi pada pasien Tn.J dan Tn.R
sehingga dapat menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral.
2. Diagnosa Kperawatan
Pada partisipan I terdapat 5 diagnosa keperawatan, yaitu ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma kepala. Diagnosa
kedua ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan
hematoma serebral. Diagnosa keempat gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penurunan fungsi indra pendengaran dan
penglihatan. Dan diagnosa kelima yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik.. Pada partisipan II terdapat 4 diagnosa keperawatan,
yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
trauma kepala, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kerusakan neurologis, resiko infeksi berhubungan dengan hematoma
serebral, dan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada partisipan I dan II yang direncanakan
tergantung kepada masalah keperawatan yang ditemukan. Pada partisipan
I intervensi kelima masalah keperawatan yang dilakukan peneliti
sesuaikan dengan kondisi pada pasien yang berdasarkan pada teori begitu
juga pada partisipan II intervensi keempat masalah keperawatan yang
dilakukan peneliti sesuai dengan kondisi pasien dengan dengan
berdasarkan pada teori.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi diagnosa keperawatan partisipan I dengan diagnosa yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala. Diagnosa kedua ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kerusakan neurologis. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan
hematoma serebral. Diagnosa keempat gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penurunan fungsi indra pendengaran dan
penglihatan. Dan diagnosa kelima yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik., disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Pada partisipan II implementasi diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis, resiko infeksi berhubungan dengan hematoma serebral, dan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, juga disesuaikan dengan
rencana tindakan yang telah peneliti susun. Implementasi keperawatan
terhadap partisipan I dan II dilakukan pada tanggal 30 Mei - 05 Juni 2017.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dengan hasil dalam bentuk
SOAP. Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 30 Mei - 05 Juni 2017
dengan metode SOAP bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan keperawatan yang dilakukan. Diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala pada partisipan I pada hari ketiga dan keempat masalah
keperawatan teratasi sebagian dan pada hari kelima masalah keperawatan
teratasi, partisipan II pada hari keempat teratasi sebagian, pada hari
kelima masalah keperawatan baru teratasi sepenuhnya. Diagnosa
keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis pada partisipan I masalah keperawatan pada hari ketiga sudah
teratasi sedangkan partisipan II pada hari ketiga masalah keperawatan
teratasi sebagian dan pada hari keempat masalah kepeawatan baru
teratasi. Diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan
hematoma serebral pada partisipan I hari ketiga dan keempat masalah
skeperawatan teratasi sebagian dan baru pada hari kelima masalah
keperawatan teratasi, partisipan II pada hari keempat masalah
keperawatan teratasi sebagian, dan hari selanjutnya berfokus pada
pemantauan luka pasien. Diagnosa keperawatan gangguan pesepsi sensori
berhubungan dengan penurunan fungsi indra pendengaran dan
penglihatan pada partisipan I teratasi pada hari kedua dari ditemukannya
masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik pada partisipan I hari kedua dari ditemukannya
masalah keperawatan teratasi sebagian dan hari ketiga masalah
keperawatan teratasi, partisipan II pada hari keempat dan kelima masalah
keperawatan teratasi sebagian, kemudian peneliti memberikan arahan
untuk selanjutnya agar melakukan tehnik nafas dalan pada saat nyeri jika
datang lagi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan diharapkan perawat ruangan dapat memberikan pelayanan
yang lebih optimal lagi kepada pasien khususnya pada pasien dengan cedera
kepala.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia. 2011. Buku Ajar Neurologis Klinis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC
Tobing, HG. (2011). Synopsis ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Askep).
Yogyakarta: Nuha Medika.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANGAN HCU BEDAH
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Pasien :
1) Nama : Tn.J
2) Tempat/ Tgl Lahir : Pasaman/ 01 januari 2001 (16 tahun)
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Belum kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tani
8) Alamat : Kampung Parik Korong Galoro Pasaman
9) Diagnosa Medis : CK
10) No. MR 98 00 05
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Pasaman dan
dirujuk ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada hari selasa
tanggal 30 Mei 2017 pukul 06.30 WIB, dengan keluhan utama
pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum
masuk RS, sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
sepeda motor, pasien mengalami muntah proyektil dan keluar
darah dari telinga.
b) Keluhan Saat Dikaji
Saat pengkajian pada hari Selasa tanggal 30 Mei 2017 pukul
11.00 WIB, ditemukan keluhan pasien seperti pasien mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS 10, tampak ada bekas memar
pada kepala, mata sembab, terpasang oksigen 6 L/i, terpasang
infus NACL 0,9% 28 tetes/menit, tampak bekas darah pada
telinga, tampak bekas lecet pada dada pasien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki penyakit bawaan
ataupun penyakit keturunan dan pasien tidak pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit bawaan ataupun penyakit keturunan dan tidak
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan Umum : Keadaan umum pasien lemah, tingkat
kesadaran delirium, GCS10, E2 V3 M5.
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 114 x/
menit, suhu 36,8 0C, respirasi 24 x/ menit.
2) Head to toe
a) Kepala :Tampak ada lesi, bengkak pada
kepala, rambut kasar dan tidak mudah rontok
b) Wajah : Wajah pasien tampak sembab dan
tampak ada memar pada wajah.
c) Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan
terganggu, tampak edema dan ada nyeri saat ditekan
d) Hidung : Hidung bersih, tidak ada pembengkakan
polip, Pernapasan 24 x/i
e) Telinga : Telinga tampak simetris, ada bekas
darah yang sudah mengeras.
f) Bibir, mulut dan gigi : Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
g) Leher : Leher tidak ada pembesaran kelenjar
thirot dan tidak ada massa.
h) ThorakParu :
I : Pergerakan dinding dada simetris antara yang kiri dengan
yang kanan
P : fremitus antara yang kiri dengan kanan sama
P : Bunyinya Sonor
A : Ronkhi
i) Jantung
I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Sonor
A :Irama jantung ada
j) Abdomen :
I : Perut tidak buncit, kulit perut tampak kering
P : Tidak ada nyeri tekan pada perut dan daerah hepar
P : Timpani
A : Irama bising usus 16x/menit
k) Ekstermitas : Ekstremitas atas dan bawah pasien
lengkap, pada ekstermitas atas Terpasang IVFD NaCl 0,9% 28
tetes/menit. Pada ekstremitas bawah terdapat bekas goresan
akibat kecelakaan, akral teraba dingin.
l) Genetalia : Terpasang kateter dan pempers
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
2) Kecemasan : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
3) Pola koping : Dukungan dari keluarga pasien baik
tentang kondisi yang dialami pasien
4) Gaya komunikasi : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
g. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan masyarakat dan pasien
bekerja sebagai seorang petani dan membantu-bantu orang lain untuk
memenuhi kebutuhan Ekonominya.
h. Data Spiritual
Pasien beragama islam, dengan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam dalam keadaan sehat, dan pada keadaan sakit pasien tidak bisa
lagi mengerjakan sholat 5 waktu
i. Data Penunjang
Tanggal 30 Mei 2017 jam 01.35 WIB di dapatkan hasil labor yaitu :
Hb 14,0 ( 14-18 g/dl), Leukosit 17.610 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
299.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 40 (40-48 %), PT 10,7
(9,2-12,4 detik), APTT 35,5 (28,2-38,1 detik). Pemeriksaan CTscan
didapatkan pasien mengalami hematoma serebral.
j. Program dan Rencana Pengobatan
Terapi pengobatan yang diberikan pada Tn. J yaitu :
Cefriaxon 2x1 gr, Ranitidine 2x1 amp, PCT 3x1 tab, Luminal 2x1 amp,
Manitol 200-150-150 cc, PCT infus 3x1 amp, NACL 0,9% 28 tetes/menit.
DS : - Ketidakefektifan Kerusakan
pola nafas neurologis
DO : Pasien mendapatkan oksigen 6
L/i, pernapasan pasien 24 x/i,
akral teraba dingin, Mukosa
mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Tgl Paraf Tgl Par
af
1 Ketidakefektifan perfusi Selasa, Sabtu,
jaringan serebral berhubungan 30 Mei 03 Juni
dengan trauma kepala 2017 2017
2 Ketidakefektifan pola nafas Selasa, Kamis,
berhubungan dengan kerusakan 30 Mei 01 Juni
neurologis 2017 2017
3 Resiko infeksi berhubungan Selasa, Kamis,
dengan hematoma serebral 30 Mei 01 Juni
2017 2017
4 Gangguan persepsi sensori Kamis, Jumat,
berhubungan dengan 01 Juni 02 Juni
penurunan fungsi indra 2017 2017
pendengaran dan penglihatan
5 Nyeri akut berhubungan Kamis, Sabtu,
dengan agen cidera fisik. 01 Juni 03 Juni
2017 2017
Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
b. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
c. Cek adanya riwayat
alergi obat
d. Tentukan pilihan obat
analgesik berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri
e. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
memberikan analgesik
f. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
g. Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada nyeri
yang berat
h. Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping
i.
P:
Intervensi
dilanjutkan
a. Pantau TTV
b. Monitor intake
output
Sabtu, 03 Juni 2017 S:
a. Memposisikan - Badan sudah tidak
pasien pada terasa lelah
posisi semi - Kepala pusing
fowler hilang
b. Siagakan oksigen - Pasien dapat
c. Memonitor mengingat
tekanan perfusi kejadian saat
serebral kecelakaan
d. Memantau intake
dan output cairan O :
- Keadaan umum
e. Meminimalkan
baik
stimulasi dari
- Kesadaran CMC
lingkungan - Tidak terpasang
f. Memonitor TD, kateter lagi
nadi, suhu, dan - TD 120/ 90, ND
RR 90, P 21 x/i, S 36,2
o
C.
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
a. Pantau TTV
b. Atur posisi
pasien
P:
Intervensi dihentikan
Lampiran
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANGAN HCU BEDAH
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Pasien :
11) Nama : Tn.R
12) Tempat/ Tgl Lahir : Pasaman Barat/ 17 Oktober 1999 (17 th)
13) Jenis Kelamin : Laki-laki
14) Status Kawin : Belum kawin
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SMP
17) Pekerjaan : Pelajar
18) Alamat : Malintang Cawan Maindaling Pasaman
Barat
19) Diagnosa Medis : CK
20) No. MR 98 01 99
m. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Keluhan Utama
Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Batusangkar dan
dirujuk ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada hari kamis
tanggal 01 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, dengan keluhan utama
pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 4 jam sebelum
masuk RS, sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
sepeda motor, pasien mengalami muntah proyektil dan keluar
darah dari telinga serta dari hidung.
d) Keluhan Saat Dikaji
Saat pengkajian pada hari Jumat tanggal 01 Juni 2017 pukul
11.30 WIB, ditemukan keluhan pasien seperti: pasien mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS 9, E2 V3 M4, terlihat bekas
memar dibagian kepala, tampak bekas darah di telinga dan sela
kuku tangan pasien, tampak lecet pada bagian tangan dan kaki,
terpasang oksigen 8 L/i, terpasang infus NACL 0,9% 28
tetes/menit.
e) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki penyakit
bawaan ataupun penyakit keturunan dan pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien merupakan seorang
perokok aktif, dan pasien suka keluar malam bemain dengan
teman-temannya
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota keluarga
yaitu kakak ibu pasien yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
o. Pemeriksaan Fisik
3) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
c) Keadaan Umum : Keadaan umum pasien lemah, tingkat
kesadaran samnolen, GCS9, E2 V3 M4.
d) Tanda-tanda vital : tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 120 x/
menit, suhu 37,2 0C, respirasi 26 x/ menit.
4) Head to toe
m) Kepala :Tampak ada lesi, dan jahitan pada
kepala, rambut kasar dan tidak mudah rontok
n) Wajah : Wajah pasien tampak sembab dan
tampak ada memar pada wajah.
o) Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan
terganggu, tampak edema.
p) Hidung : Hidung bersih, tidak ada lesi,
pembengkakan, ada bekas darah, Pernapasan 26 x/i
q) Telinga : Telinga tampak simetris, ada bekas
darah yang sudah mengeras.
r) Bibir, mulut dan gigi : Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
s) Leher : Leher tidak ada pembesaran kelenjar
thirot dan tidak ada massa.
t) ThorakParu :
I : Pergerakan dinding dada simetris antara yang kiri dengan
yang kanan
P : fremitus antara yang kiri dengan kanan sama
P : Bunyinya Sonor
A : Ronkhi
u) Jantung
I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Sonor
A :Irama jantung ada
v) Abdomen
I : Kulit perut tampak kering, ada bekas goresan
P : Tidak ada nyeri tekan pada perut dan daerah hepar
P : Timpani
A : Irama bising usus 16x/menit
w) Ekstermitas : Ekstremitas atas dan bawah pasien
lengkap, pada ekstermitas atas Terpasang IVFD NaCl 0,9% 28
tetes/menit. Pada ekstremitas bawah tampak edema, CRT>2
detik, akral teraba dingin, tampak ada bekas goresan pada kaki
kanan pasien akibat kecelakaan, akral teraba dingin.
x) Genetalia : Terpasang kateter dan pempers
p. Data Psikologis
5) Status Emosional : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
6) Kecemasan : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
7) Pola koping : Dukungan dari keluarga pasien baik
tentang kondisi yang dialami pasien
8) Gaya komunikasi : Pasien dalam keadaan
penurunan kesadaran.
q. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan lingkungan
masyarakat dan pasien merupakan masih seorang pejar yang waktunya
banya dihabiskan bersama-sama teman sebayanya..
r. Data Spiritual
Pasien beragama islam, dengan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam dalam keadaan sehat, dan pada keadaan sakit pasien tidak bisa
lagi mengerjakan sholat 5 waktu
s. Data Penunjang
Tanggal 01 Juni 2017 jam 06.45 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu :
Hb 15,0 ( 14-18 g/dl), Leukosit 19.640 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
278.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 44 (40-48 %), PT 10,6
(9,2-12,4 detik), APTT 33,0 (28,2-38,1 detik).
Tanggal 01 Juni 2017 jam 20.15 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu Hb
14,1 ( 14-18 g/dl), Leukosit 14.840 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
232.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 41 (40-48 %).
Pemeriksaan CTscan didapatkan pasien mengalami hematoma serebral,
dan perdarahan intracranial.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf
Pemberian analgesik
j. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
k. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
l. Cek adanya riwayat
alergi obat
m. Tentukan pilihan obat
analgesik berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri
n. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
memberikan analgesik
o. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
p. Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada nyeri
yang berat
q. Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
c. Pantau TTV
d. Monitor intake
output
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
2 Ketidakefektif Kamis, 01 Juni 2017 S:
an pola nafas n. Memposisikan -
berhubungan pasien untuk
dengan memaksimalkan O:
kerusakan ventilasi - Pasien
neurologis o. Membuang secret mendapatkan
dengan cara oksigen 6 L/i
suction - Pernapasan pasien
p. Mengauskultasi 26 x/i
suara nafas - Akral
q. Mencatat adanya teraba
suara tambahan dingin
r. Memonitor - Mukosa mulut
respirasi dan status kering
O2 - Bibir pucat
s. Mempertahankan - Kulit kering
jalan nafas yang
paten A:
t. Memberikan O2 Masalah belum
8L/I teratasi
u. Memonitor aliran
oksigen P:
v. Mempertahankan Intervensi
posisi pasien dilanjutkan
w. Mengobservasi d. Berikan O2
adanya tanda sesuai
tanda hipoventilasi kebutuhan
x. Memantau TD, e. Berikan O2
nadi, suhu, dan RR sesuai
y. Memonitor suhu, kebutuhan
warna, dan f. Pantau TTV
kelembapan kulit. g. Atur posisi
z. Mengidentifikasi pasien
penyebab dari
perubahan vital
sign.
P:
Intervensi
dilanjutkan
g. Pantau tekhnik
nafas dalam
h. Tingkatkan
istirahat
i. Monitor TTV
Dokumentasi
pasien Tn. J dan Tn. R